Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN

NEFROSKLEROSIS

Disusun Oleh :
1. PURBO SASONGKO (1402024)
2. WILLIAM ADI TAMA (1402090)
3. YOSAFAT HULU (1402093)

S1 ILMU KEPERAWATAN / TINGKAT III / SEMESTER V


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
T.A 2016/2017

1
Kata Pengantar

Salam Sejahtera,
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya
dengan berkat dan anugerah-Nya, kami akhirnya dapat menyelesaikan penulisan
dan penyusunan makalah tentang Nefrosklerosis ini. Makalah ini ditulis dan
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Perkemihan.
Makalah tentang Striktur Uretra ini berisi tentang konsep medis, askep dan
pendidikan kesehatan.
Karena proses penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kami membuka diri untuk menerima berbagai komentar, masukan dan
kritik demi perbaikan yang sifatnya membangun untuk bekal kami dalam
pembuatan makalah selanjutnya.

Yogyakarta, 8 November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. LATAR BELEKANG .................................................................... 2
B. TUJUAN PENULIS......................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 3
A. DEFINISI......................................................................................... 3
B. ANATOMI FISIOLOGI…………………………………… …….. 3
C. ETIOLOGI………………………………………………………… 6
D. PATWAY………………………………………………………….. 7
E. EPIDEMIOLOGI………………………………………………….. 8
F. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS………………… 8
G. KOMPLIKASI…………………………………………………….. 10
H. PEMERIKSAANPENUNJANG……………………………………10
I. PENATALAKSANAAN………………………………………… 11
J. PENCEGAHAN…………………………………………………… 13
K. PROGNOSIS……………………………………………………… 13
L. SAP………………………………………………………………… 14
M. ASKEP…………………………………………………………… 17
BAB III PENUTUPAN................................................................................. 20
A. KESIMPULAN…………………………………………………… 20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nefrosklerosis hipertensi adalah penyakit ginjal yang disebabkan karena terjadinya
kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut
maupun kronik. Nefropati hipertensi terbagi menjadi dua yakni nefropati
hipertensi benigna (Neproskelerosis benigna) dan nefropati hipertensi
maligna (nefrosklerosis maligna).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama bagi terjadinya serangan penyakit
pembuluh darah lainnya. Namun sebagian besar masyarakat belum menyadari
bahwa hipertensi juga memiliki kaitan erat dengan kesehatan ginjal.
Penyakit ginjal merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia Saat ini
hipertensi diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 10-30%
penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami hipertensi. Dari 4.000
penderita hipertensi, sekitar 17 persen di antaranya juga menyumbang penyakit
gagal ginjal.

B. Tujuan
1. Memahami konsep medis tentang penyakit nefroklerosis
2. Memahami penerapan asuhan keperawatan pada penderita
nefroklerosis.
3. Memahami cara penyusunan satuan acara penyuluhan tentang
nefroklerosis

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Nefrosis merupakan pengerasan atau sclerosis arteri ginjal akibat hipertensi yang
lama. Penyakit ini memnyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal,kadang kadang
terjadi fibrosis dan glomerulus rusak.
(Suyono 2001)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai fungsi
eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya, yaitu sebagai
berikut:
1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan
sejumlah cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin, serta
melepaskan renin.
2. Meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, potasium, klorida, dan
mengontrol kuantitas kehilangan ion-ion lainnya ke dalam urine, serta
menjaga batas ion kalsium dengan menyintesis kalsitrol.
3. Mengonstribusi stabilisasi ph darah dengan mengontrol jumlah
keluarnya ion hydrogen dan ion bikarbonat ke dalam urine.
4. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi
pengeluaran nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa,
terutama pada saat pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan,
deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan. Aktivitas sistem
perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah
dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis
di atas akan memberikan dampak yang fatal Sistem perkemihan terdiri
dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Untuk menjaga fungsi

5
ekskresi, sistem perkemihan memiliki dua ginjal. Organ ini
memproduksi urine yang berisikan air, ion-ion, dan senyawa-senyawa
solute yang kecil. Urine meninggalkan kedua ginjal dan melewati
sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih.
Proses ekskresi urine dinamakan miksi, terjadi ketika adanya kontraksi
dari otot-otot kandung kemih menekan urine untuk keluar melewati
uretra dan keluar dari tubuh.

1. Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang belakang
antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior disbanding ginjal kanan.
Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pancreas, jejunum, dan sisi
fleksi kolon kiri. Permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
a. Nefron
Ada sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal dimana apabila dirangkai akan mencapai
panjang 145 km. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh
karena itu pada keadaan trauma ginjal atau proses penuaan akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap dimana jumlah nefron yang berfungsi akan menurun
sekitar 10% setiap 10 tahun, jadi pada usia 80 tahun jumlah nefron yang berfungsi
40% lebih sedikit daripada usia 40 tahun. Penurunan fungsi ini tidak mengancam
jiwa karena perubahan adaptif sisa nefron dalam mengeluarkan produk sisa yang
tepat (Guyton, 1997 dalam buku Arif Muttaqin & Kumala Sari,2012)
b. Aliran Darah Ginjal
Ginjal menerima sekitar 1200 ml darah per menit atau 21% dari curah jantung.
Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus menerus
menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, ginjal
mampu mempertahankan volume darah, memastikan keseimbangan natrium,
klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan ph, serta membuang produk-produk
metabolisme sebagai urea.
2. Kandung Kemih

6
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal, dimana pada
orang dewasa besarnya adalah ±300-450 ml. Pada saat kosong, kandung kemih
terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis
sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Kandung kemih adalah organ berongga
yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Pada dinding
kandung kemih terdapat 2 bagian yang besar. Ruangan yang berdinding otot polos
adalah sebagai berikut:
a) Badan (korpus) merupakan bagian utama kandung kemih dimana urine
berkumpul.
b) Leher (kolum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong
berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan
berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung
kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra. Serat-
seratnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi dapat meningkatkan

3. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung kemih
melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra
posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan
cairan mani.

C. ETIOLOGI

7
Nefrosklerosis merupakan suatu keadaan yang lebih berat, yang terjadi bersamaan
dengan hipertensi maligna. Hipertensi maligna paling sering terjadi akibat tekanan
darah tinggi yang tidak terkendali, tetapi juga bisa terjadi akibat
1. Glomerulonefritis
2. Gagal ginjal kronis
3. Penyempitan arteri renalis (hipertensi vaskuler renalis)
4. Peradangan pembuluh darah ginjal (vaskulitis renalis)

D. PATWAY

8
E. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan laporan USRDS, nefrosklerosis hipertensif terjadi sedikitnya 24%
setiap tahun pada populasi pasien penyakit ginjal kronik terminal (PGKT) di
Amerika Serikat. Di Eropa, mengacu pada data register European Dialysis and
Transplant Association, angka kejadian NH sebagai penyebab PGKT berkisar 12%,
data tiap negara bervariasi, Perancis dan Italia melaporkan kejadian NH sebagai
penyebab PGKT masing-masing berkisar 21% dan 27%. Di Asia, Jepang
melaporkan bahwa kejadian hipertensi sebagai penyebab PGKT sekitar 6%,

9
sedangkan di Cina sekitar 7%.11 di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi
sebagai etiologi PGK pada populasi berkisar 8,46%.12 prevalensi NH sering
overestimated karena hipertensi jarang menjadi etiologi tunggal NH, dan diagnosis
sering didasarkan hanya pada data klinis.

F. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS


Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Nefrosklerosis
Terdapat dua bentuk nefrosklerosis:
a. Nefrosklerosis maligna
Nefrosklerosis ganas terjadi pada hipertensi maligna. Komplikasi ini
terjadi pada sekitar 5% pasien hipertensi. Sering dihubungkan dengan
hipertensi maligna (tekanan darah diastolik > 130 mm Hg). Hal ini biasanya
terjadi pada dewasa muda,dan pria terkena dua kali lipat lebih sering dari
pada wanita. Proses penyakit berkembang cepat dan lebih dari 50% pasien
meninggal akibat uremia dalam beberapa tahun.
Ginjal berukuran normal atau sedikit membesar dan mempunyai permukaan
yang licin dengan banyak perdarahan petekia kecil. Secara mikroskopis,
terdapat nekrosis fibrinoid (nekrosis fibrinoid tampak sebagai bahan
granular merah muda yang tampak dengan imunofluoresen) arteriol dan
glomerulus. Arteri interlobus memperlihatkan proliferasi selular intimal dan
fibrosis yang berlapis-lapis (kulit bawang). Penyempitan lumen
menyebabkan iskemia.
Secara klinis, nefrosklerosis ganas bermanifestasi sebagai proteinuria dan
hematuria,yang kemudian dengan cepat diikuti oleh gagal ginjal akut. Tanpa
pengobatan, 90% pasien meninggal dalam satu tahun. Dengan pengobatan
anti hipertensi modern, lebih dari 60% pasien dapat bertahan hidup selama
5 tahun setelah diagnosis.
b. Nefrosklerosis benigna
Neproskelerosis benigna adalah kerusakan vaskularisasi pada ginjal yang
disebabkan karena peningkatan tekanan darah yang menetap (hipertensi

10
stage 2) baik primer maupun sekunder dalam kurun waktu lebih dari 3 bulan
dengan LFG < 60 mL/menit/1,73m2 .
Nefrosklerosis jinak terjadi pada sebagian besar pasien hipertensi esensial.
Perubahan serupa tampak pada autopsi pasien usia lanjut tanpa hipertensi,
akibat proses penuaan. Terdapat pengurangan ukuran ginjal yang simetris
bilateral. Permukaan ginjal bergranular merata halus dan terjadi penipisan
yang seragam pada korteks ginjal. Secara mikroskopis, terdapat penebalan
hialin dinding arteri kecil dan arteriol (penyempitan lumen pembuluh darah
ini menyebabkan iskemia glomerulus kronis), sklerosis global pada
glomerulus, dan atrofi nefron dengan fibrosis intertisial. Dengan
imunofloresensi dan mikroskop elektron tidak tampak adanya bukti deposit
imun. Perubahan nefrosklerosis jinak biasanya ringan. Gagal ginjal kronis
terjadi kurang dari 5% kasus.
Gejalanya pasien dengan nefrosklerosis benigna jarang mengeluh gejala
renal, gejala yang muncul :
1. Proteinuria ringan
2. Nokturia

G. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir.
Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit
ginjal tahap akhir.
1. Pada nefrosklerosis benigna, pembuluh darah arteri ginjal tampak
tebal, lumen menyempit, dan ada kapiler glomerular yang
sklerotik dan kempis.
2. Perubahan vascular ini dapat menyebabkan suplai darah keginjal
berkurang.
3. Tubulus ginjal juga mengalami atrofi.

11
4. Pada nefrosklerosisbenigna, tanda dan gejalanya juga ringan seperti
proteinuria ringan.
5. Nokturia dapat terjadi karena kemampuan tubula mengonsentrasi
urine juga berkurang.
Walaupun insufisiensi ginjal yang terjadi ringan, pasien ini memiliki
risiko tinggi untuk mengalami gagal ginjal akut. penebalan arteriola, kapiler
glomerular, serta artrofi tubula yang tersebar. Selain itu terjadi hematuria
makroskopik proteinuria berat dan peningkatan kreatinin plasma.
Nefrosklerosis maligna adalah kondisi kedaruratanmedis. Tekanan darah
yang tinggi harus diturunkan untuk menghindari kerusakan ginjal
yang permanen dan kerusakan organ tubuh yang vital, misalnya otak dan
jantung.Tanda dan gejalanya sama dengan gagal ginjal kronik.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biopsi ginjal pada nefroskleroris hipertensif serupa dengan kondisi pada
nefropati diabetic. Biopsi ginjal hanya dilakukan pada keadaan tertentu saja yakni
pada penderita yang tidak mengalami askselerasi hipertensi atau riwayat
hipertensi yang lama disertai dengan kadar serum kreatinin kurang dari 2,5
mg/dL dan proteinuria lebih dari 1.500 mg per 24 jam meski ada juga yang
menyebutkan proteinuria dapat kurang dari 500 mg/ 24 jam.

I. PENATALAKSANAAN
a. FARMAKOLOGI
Hingga saat ini, penatalaksanaan NH masih mengacu pada penelitian AASK
(African American Study of Kidney Disease and Hypertension). AASK meneliti
1094 orang ras Afrika-Amerika yang hipertensi kronik dengan gangguan fungsi
ginjal yang tidak dapat dijelaksan sebabnya serta adanya proteinuria ringan
berkisar 500-600 mg per hari. Digunakan tiga obat antihipertensi yakni
ramipril, metoprolol dan amlodipin.Target penurunan tekanan darah adalah
125/75 mmHg atau 140/90 mmHg. Sasaran primer pada akhir penelitian ini adalah
perubahan LFG yakni saat pertama terjadi penurunan LFG 50% atau LFG 25

12
ml/menit/1,73 m 2,saat terjadi gagal ginjal atau saat kematian. Penelitian
ini selama 4 tahun, didapatkan rerata penuruan tekanan darah tertinggi adalah
141/85 mmHg dan rerata penurunan tekanan darah terendah adalah
128/78 mmHg. Sasaran primer ternyata tidak berbeda bermakna pada kelompok
dengan target 140/90 mmHg atau 125/75 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa
target tekanan darah kurang 140/90 mmHg tidak memberikan hasil lebih baik. Dari
segi kelompok jenis obat, ramipril menunjukkan hasil sasaran primer yang lebih
baik dibandingkan dengan metoprolol atauberbeda bermaknadengan amlodipin.
Namun setelah 10 tahun penelitian, tidak didapatkan perbedaan bermakna
antara ketiga jenis antihipertensi maupun penurunan tekanan darah serendah
mungkin terhadap progesi penurunan LFG. Dari hasil penelitian jurnal yang
dilakukan oleh Siewer-Delle dkk di Swedia, diteliti 23 pasien pria dengan
hipertensi primer baru dan 11 pasien pria dengan normotensi dengan usia
yang sama. Antihipertensi yang dipakai adalah penyekat beta dan penambah
hidroklorotiazid jika diperlukan. lFG dinilai pada saat awal, saat 7 tahun dan saat
14 tahun.
Setelah 7 tahun penelitian, ternyata didapatkan penurunan LFG dari 103
ml/menit/1,73m2 menjadi 84ml/menit/ 1,73m2. Namun setelah itu tidak terjadi
penurunan LFG sampai dengan tahun ke 14. Selama 14 tahun penelitian, didapatkan
rerata tekanan darah berkisar 139/88 mmHg. Siewert menyimpulkan bahwa pada
pasien Swedia (raskulit putih), pengendalian hipertensi dengan obat
konvensional dapat mencegah penurunan fungsi ginjal selama 14 tahun. Jadi
dapat disimpulkan bahwa target (1) penurunan tekanan darah pada pasien
dengan nefrosklerosis hipertensif adalah <140/90 mmHg. Dan target (2)
semua jenis antihipertensi menunjukkan hasil yang tidak berbeda dalam
mencegah progesi penurunan LFG

13
a. NON FARMAKOLOGI
Penatalaksaan lain dengan operasi bypass rekontruksi vascular. Dimana
tujuanoperasi adalah untuk menghilangkan hipertensi dan memperbaiki
perfusi/atrofi ginjal lebih lanjut. Dan sebagai hasil dari tindakan operasi
rekontruksi vascular salah satu komplikasinya yakni perdarahan, thrombosis
arterial, thrombosis V.renalis, restenosis dan gagal ginjal akut. Penyebab utama
kematian adalah uremia pasca bedah, perdarahan dan infark jantung. Serta tidak
membaiknya hipertensi pasca bedah adalah thrombosis dalam arteri yang
diperbaiki. Apabila tidak ada komplikasi yang berhubngan dengan teknik
operasi, hasil rekontruksi lebih baik.
Pengobatan terhadap nefrosklerosis berfokus pada deteksi awal terhadap hipertensi
dan pengobatannya. Faktor penyebab harus dicari dan dilakukan tindakan
untuk menurunkan hipertensi. Apabila terjadi kerusakan ginjal yang berarti,
pemulihan kesehatan umum pasien dan perlambatan laju kerusakan ginjal
dapat menjadi tujuan pengobatan. Pengendalian hipertensi tetap dilaksanakan.
Untuk menangani kedaruratan hipertensif, vasodilator yang poten, missal
diazoksid dan natrium nitroprusid, perludipakai. Obat ini diberikan secara drip
IV dan dapat menurunkan tekanan darah dengan cepat. Pemantauan terhadap
hipotensi, takikardia, kegelisahan, sakitkepala, kejangotot, dan nyeri
retrosternum atau abdominal dilakukan secaraterus-menerus. Perawatan untuk
pasien dengan nefrosklerosis sama dengan gagal ginjal kronik
J. PENCEGAHAN
Pengawasan tekanan darah secara ketat pada orang-oarang yang cenderung
menderita hipetensi akan menurunkan resiko terjadinya nefrosklerosis

K. PROGNOSIS
Jika keadaan ini tidak diobati,sekitar 50% penderita meninggal dalam waktu 6
bulan dan sisanya meninggal dalam waktu 1 tahun. Sekitar 60% kematian terjadi
akibat gagal ginjal,20% karena gagal jantung, 20% karena stroke dan 1% karena
serangan jantung(infark miokard).

14
Menurunkan tekanan darah dan mengobati gagal ginjal akan menurunkan angka
kematian,terutama yang disebabkan oleh gagal ginjal,gagal jantung dan stroke.

L. SAP
Tema : Nefrosklerosis

Subtema : Pencegahan Nefrosklerosis

Sasaran : Bpk.El

Tempat : R. Dahlia

Waktu : 30 menit

Hari /tanggal : 6 November 2016.

A. Tujuan Intruksional umum

Setelah dilakukan penyuluha kesehatan diharapkan klien dan keluarga dapat


mengetahui cara pencegahan nefrosklerosis

A. Tujuan Intruksional khusus


1. Pasien dapat mengetahui definisi nefrosklerosis
2. Pasien dapat mengetahui factor penyebab nefrosklerosis
3. Pasien dapat mengetahui cara pencegahan nefrosklerosis
B. Materi
1. Definisi nefrosklerosis
2. Factor resiko penyebab nefrosklerosis
3. Cara pencegahan nefrosklerosis
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media
1. Brosur

15
2. Leaflet

E. Rencana kegiatan

N Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


o
1 Pembukaan - Salam - Menjawab
pembuka salam
- Memperken - Mendengark 5 menit
alkan diri an
- Menjelaska
n tujuan
penyuluhan
2 Isi - Menjelaska Klien
n definisi mendengark
nefroskleros an
is 15
- Menjelaska Menit
n factor
penyebab
terjadinya
nefroskleros
is
Menjelaska
n cara
pencegahan
nefroskleros
is

16
3 Penutup - Memberika - Klien
n bertanya 10
kesempatan - Mendengark menit
klien an
bertanya - Menjawab
- Menjawab salam
pertanyaan
- Evaluasi
- Salam
penutup

F. Evaluasi
1. Sumatif
Klien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan nefrosklerosis

17
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Identitas
1) Pasien
Nama : Bpk.El
Usia : 48 tahun
Ruang : Dahlai
Diagnosa Medis : Nefrosklerosis

Keluarga/ Penanggung jawab

b. Riwayat kesehatan
1) Kesehatan pasien
a) Keluhan utama saat dikaji
Klien mengeluh urine berwarna merah
b) Keluhan tambahan
Pasien mengeluhkan sering berkemih dimalam hari.
c) Riwayat penyakit sekarang

Bpak. El mengeluh, urine berwarna merah saat berkemih.


Sebelumnya pasien juga, sering berkemih dimalam hari.
Pasien memiliki penyakit hipertensi bertahun-tahun.
d) Alergi
Tidak ada
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola nutrisi-metabolik
2) Pola aktivitas/istirahat
3) Pola eliminasi
Urine berwarna merah
4) Pola kebersihan diri
5) Pola manajemen kesehatan-persepsi (pemeliharaan kesehatan)

18
Riwayat medis keluarga
Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan: tidak
menggunakan tembakau, tidak mengkonsumsi NAPSA, tidak
mengkonsumsi alkohol.
Pasien belum mengetahui tentang penyakitnya.
6) Pola reproduksi seksualitas: tidak terkaji
7) Pola kognitif-persepsi/sensori
Keadaan mental: sadar
Tingkat ansietas: sedang
8) Pola konsep diri: tidak terkaji
9) Pola koping
Pengambilan keputusan dibantu keluarga
10) Pola peran-berhubungan
Sistem pendukung: keluarga
Ada dukungan keluarga selama masuk rumah sakit
11) Pola nilai dan keyakinan: tidak terkaji
d. Pemeriksaan fisik
1) Mata: Tidak ada keluhan
2) Ekstremitas bawah
e. Diagnostik test
f. Program tindakan:

1. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi pada
srtuktur urinarius.
b. Defisifiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

19
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Bpk. El

Ruangan : Dahlia

Diagnosa Medis : Nefrosklerosis

NO Diagnosis Tindakan Keperawatan Rasional


Keperawatan dan Data Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan
Penunjang
1. Perubahan pola Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi a. Mengetahui status
eliminasi urine tindakan keperawatan a. Pantau kesehatan pasien
berhubungan dengan selama 3x24 jam eliminasi urine b. Mengkaji tingkat
obstruksi pada srtuktur perubahan pola eliminasi b. Observasi kesadaran pasien
urinarius. urine dapat teratasi tingkat c. Mengajarkan
dengan kriteria hasil: kesadaran asupan cairan
a. Urine tidak psien yang cukkup
berwarna merah c. Ajarkan pasien untuk pasien
meningkatkan d. Kolaborasi dengan
pemasukan dokter pemberian
cairan obat
d. Kolaborasikan
dengan dokter
pemberian obat
2. Defisifiensi Setelah dilakukan a. Kaji tigkat a. Mengetahui
pengetahuan tindakan keperawatan pemahaman tingkat
berhubungan dengan selama 1x24 jam, pasien pemahaman
kurangnya informasi diharapkan masalah b. Berikan klien tentang
Defisifiensi pengetahuan klien penyakitnya
teratasi dengan kriteria penjelasan b. Klien mengetahuai
hasil: tentang pengertian
penyakitnya penyakitnya

20
a. Pasien dapat c. Jelaskan c. Pasien
mengerti penyakitnya penyebab memahami
b. Pasien dapat dan penyebab
mengatahui penyebab pencegahan penyakitnya dan
penyakitnya pencegahan
c. Pasien dapat penyakitnya
mengerti pencegahan
penyakitnya

a. Evaluasi Keperawatan
a. Status eliminasi yang baik
b. Memperlihatkan integritas kulit yang baik
c. Mampu memahami proses penyakit atau mampu mencegah
timbulnya cedera berulang
d. Mampu menjelaskan penyebab penyakit

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertensi yang lama dapat menyebabkan nefrosklerosis. Nefrosklerosis sendiri
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang serius seperti gagal ginjal
akut. Nefrosklerosis adalah pengerasan atau sklerosis arteri ginjal akibat hipertensi
yang lama. Nefrosklerosis menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan
bercak nekrosis parenkim renal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

23

Anda mungkin juga menyukai