Indera penglihatan merupakan salah satu karunia Tuhan yang sangat berharga. Tanpa fungsi
penglihatan, kita akan sangat kesulitan dalam beraktivitas atau bekerja. Dikatakan bahwa
mata adalah alat optik terbaik yang ada di dunia. Hal tersebut didasarkan dari ukuran mata
yang kecil, namun mempunyai fungsi optik yang besar melebihi alat-alat optik manusia yang
lebih besar ukurannya. Salah satu fungsi mata yang dapat dilakukan dalam penglihatan
(mengolah cahaya atau obyek yang dilihat) adalah kemampuan refraksi.
Refraksi merupakan kemampuan dari mata untuk mengolah masuknya cahaya agar jatuh
pada retina (daerah yang mempunyai fungsi dalam melihat) di mata. Tanpa kemampuan
refraksi, kita akan kesulitan fokus untuk melihat suatu obyek (layaknya gambar buram). Alat-
alat yang dimiliki mata dalam mengatur refraksi antara lain kornea, Humor aqueos, Lensa,
dan Corpus vitreus. Jika terjadi masalah atau kelainan pada bagian-bagian mata tersebut,
maka dapat mengganggu fungsinya sehingga penglihatanakan buram atau biasa disebut
menjadi rabun. Berikut beberapa jennis kelainan-kelainan refraksi antara lain :
Penanganan yang dapat dilakukan jika terjadi miopia ringan antara lain dengan memakai
lensa kacamata (konkaf/lensa negatif) dan memakai lensa kontak. Sedangkan jika mengalmi
miopia berat maka dapat dilakukan operasi LASEK, operasi LASIK, mengganti lensa mata
dengan lensa intraokular buatan, dan penanaman lensa kontak (Implanted contact lens).
Untuk pencegahan miopia adalah dengan mengistrhatkan mata, jangan terlalu sering
membuat mata berakomodasi kuat, hindari trauma dan menjaga asupan nutrisi.
2. Hipermetropia (Hipermetropia)
Hipermetropia atau biasa dikenal dengan rabun dekat. Merupakan kelainan refraksi kebalikan
dari miopia, dimana sinar yang datang sejajar masuk kemata namun oleh lensa tanpa
akomodasi namun jatuh di belakang retina (bukan pada retina). Penyebab hipermetropia bisa
karena ukuran bola mata yang kecil (mikroftalmia), bola mata pendek (sumbu anteroposterior
mata), kornea kurang melengkung, ablasi retina, penurunan kurvatur media refraksi, dan
bergesernya lensa pada orang yang melakukan pemasangan lensa buatan.
Gejala yang dapat terjadi antara lain pusing (akibat usaha mata yang harus selalu melakukan
akomodasi), lelah, sakit kepala, dan dapat terjadi juling. Penanganan pada penderita
hipermetropia dengan memakai lensa kacamata konveks (cekung/lensa positif). Untuk
pencegahan adalah dengan mengurangi kerja berat pada mata atau mengurangi akomodasi
serta hindari terjadi trauma pada mata.
3. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan salah satu kelainan refraksi dimana sinar yang datang sejajar,
namun tidak dengan aksis visual sehingga tidak difokuskan pada satu titik (banyak titik).
Astigmatisma dapat disebabkan karena permukaan kornea tidak teratur atau mulai keruh,
infeksi kornea dankelainan pembiasan pada bidang miridian lensa yang berbeda. Gejala yang
akan dirasakan oleh penderita astigmatisma berupa penglihatan ganda atau berbayang pada
satu obyek, benda bulat dapat terlihat menjadi lonjong (bentuk benda umumnya terlihat
berubah), sakit kepala, serta penglihatan yang kabur.
Penanganan pada astigmatisma dengan memakai lensa kacamata bisa disertai lensa spheris
(negatif atau positif) lalu ditambah dengan lensa silinder (negatif atau positif). Pencegahan
astigmatisma yakni dengan mencegah terjadinya trauma pada mata atau sering mngucek mata
karena dapat merusak kornea.
4. Presbiopia
Presbiopia biasa disebut penyakit atau rabun karena mata tua. Presbiopia merupakan kelainan
refraksi yang terjadi akibat semakin bertambahnya usia, maka lensa akan semakin keras serta
otot akomodasi semakin berkurang elastisitasnya karena pengaruh usia. Karena kalainan
refraksi ini hampir dipastikan terjadi kepada orang yang berusia diatas 40 tahun, maka
biasanya orang dengan usia 40 tahun tersebut secara otomatis harus dikoreksi dengan lensa.
Gejala yang dirasakan penderita berupa mata lelah, muda berair, mata sering terasa pedih,
sulit dalam membaca (biasanya para orang tua akan menjauhkan kertas yang dibacanya untuk
memperjelas penglihatan).
Penanganan dengan melakukan koreksi yaitu dengan pemberian lensa spheris positif untuk
menambah kekuatan lensa alami yang telah berkurang akibat pengaruh usia. Pada pasien
presbiopia, lensa koreksi yang diberikan paling tinggi lensa spheris +3 dioptri. Hal ini
didasarkan atas kemampuan jarak baca biasanya 30 cm. Presbiopia sulit untuk dicegah karena
akan dengan sendirinya terjadi seiring pertambahan usia. Namun progresifitas lebih buruk
dapat ditekan dengan menjaga kesehatan mata serta sering mengistrhatakan mata dari
aktivitas yang memperberat akomodasi mata.
Pada afakia pasien akan merasakan gejala pengkihatan berupa benda yang dilihat menjadi
lebih besar dari ukuran sebenarnya, benda terlihat seperti melengkung, dan penglihatan
bagian tepi biasanya lebih kabur. Penanganan pada afakia biasanya dengan melakukan
operasi pemasangan lensa intraokular sebagai pengganti lensa alami yang telah diangkat.