OLEH
KELOMPOK II
PADANG 2017
A. Latar Belakang
Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan bahwa
tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak azasi anak.
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam
kandungan dilanjutkan dengan pemberian Air Susu Ibu (Prawirohardjo, 2010 ).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di Indonesia
pemberian ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula
meningkat tiga kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5%. Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan, Budiharja, menyatakan bahwa
angka ini cukup memprihatinkan. Ia menilai rendahnya kesadaran masyarakat
dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di
dalamnya kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan
pentingnya ASI.
Rendahnya pemberian ASI dapat menjadi ancaman bagi Tumbuh
Kembang Anak (TKA). Padahal, kandungan ASI kaya akan karetonoid dan
selenium, sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk
mencegah berbagai penyakit (Suherni, 2008).
Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan
penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang
terdapat dalam susu formula, sehingga jika anak mendapatkan ASI bisa
dihindarkan dari kematian yang seharusnya tidak perlu. Susu formula dapat
meningkatkan resiko terjadinya asma dan alergi. Sementara itu, menurut Satuan
Tugas ASI Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian ASI
bisa menurunkan persentase kematian hingga 13 % (Dwiharso, 2010).
Berdasarkan hasil observasi ruangan kebidanan RSUD Dr. Rasidin
Padang dari pasien yang memiliki bayi tidak mengetahui pengetian ASI ekslusif
dan pasien beranggapan bahwa bayi yang telah diberikan air putih atau susu
formula masih merupakan bagian dari asi ekslusif dan dilihat dari posisi ibu
menyusui bayi tidak sesuai degan posisi yang seharusnya sehingga akan
menyebabkan resiko lecetnya payudara dan bayi tidak puas menyusui.
Oleh karena itu anggota kelompok akan melaksanakan penyuluhan guna
memberikan pendidikan ASI Ekslusif dan Teknik Menyusui yang Benar pada
ibu pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang ASI Ekslusif dan Teknik Menyusui,
diharapkan keluarga pasien mengetahui tentang ASI Ekslusif dan Teknik
Menyusui
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan dan demonstrasi selama 30 menit, peserta
mampu :
1. Mengetahui defenisi ASI ekslusif dan definisi cara
menyusui
2. Mengetahui manfaat dari pemberian ASI ekslusif
3. Mengetahui zat-zat yang terkandung dalam ASI
4. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering terjadi
dalam menyusui
5. Mengetahui cara menyusui yang benar
6. Mengetahui cara memberikan ASI pada ibu bekerja
7. Mengetahui cara penyimpanan ASI
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah ceramah dan tanya jawab.
E. Setting Tempat
Ket:
= Moderator = Fasilitator = Peserta
F. Pengorganisasian
a. Presenter : Evi Apridayanti, S. Kep
Tugas :1.Menyampaikan materi tentang ASI ekslusif dan cara
menyusui
2. Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
G. Pelaksanaan Kegiatan
1. Persiapan Alat
a. Infokus
b. Laptop
2. Langkah-langkah kegiatan
Tahap Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
dan Waktu
kembali memperhatikan
Memberi reinforcement
positif pada audiens
Menggali pengetahuan
Mengulang kembali
audiens tentang cara menyusui
yang benar Mengemukakan
Memberi reinforcement pendapat
positif pada audiens
Menjelaskan materi
penyuluhan tentang cara
menyusui yang benar
Mendengarkan
Meminta audiens mengulang
kembali Mendengarkan dan
Memberi reinforcement
memperhatikan
positif pada audiens
Menggali pengetahuan
Mengulang kembali
audiens tentang cara
memberikan ASI pada ibu Mengemukakan
bekerja pendapat
Memberi reinforcement
positif pada audiens
Menjelaskan materi
Mendengarkan
penyuluhan tentang cara
Mendengarkan dan
memberikan ASI pada ibu
memperhatikan
bekerja
Meminta audien mengulang
Mengulang kembali
kembali
Memberi reinforcement
positif pada audiens
Menggali pengetahuan Mengemukakan
audiens tentang cara pendapat
menyimpan ASI
Memberi reinforcement Mendengarkan
Presenter menyimpulkan
tentang ASI Ekslusif dan Mendengarkan dan
Teknik Menyusui yang benar memperhatikan
Moderator memberi salam
penutup
Menjawab salam
H. Materi (Terlampir)
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menginformasikan kepada audiens tentang penyuluhan yang akan
diadakan 1 hari sebelum penyuluhan dilakukan
b. Diharapkan leaflet telah selesai dicetak 1 hari sebelum penyuluhan
dilakukan
c. Diharapkan peminjaman alat dan tempat sudah dilakukan 1 hari sebelum
kegiatan dilakukan
d. Diharapkan power point telah selesai 1 hari sebelum penyuluhan
dilakukan
e. Diharapkan audiens menghadiri kegiatan penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan kegiatan dilakukan tepat pada waktu kegiatan yang telah
ditetapkan
b. Diharapkan audiens terlibat dan aktif (mampu mengemukakan pendapat,
mampu mengajukan pertanyaan, dan memahami tentang Tetanus)
c. Diharapkan audiens mengikuti jalannya kegiatan sampai selesai
penyuluhan
d. Diharapkan kelompok telah melaksanakan tugas dan peran yang telah
ditetapkan
e. Diharapkan kegiatan selesai tepat waktu
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan 100% audiens yang hadir mampu menyebutkan pengertian
tetanus
b. Diharapkan 100% audiens yang hadir mampu menyebutkan penyebab
tetanus
c. Diharapkan 100% audiens yang hadir mampu menyebutkan tanda dan
gejala dari tetanus
d. Diharapkan 100% audiens yang hadir mampu menyebutkan komplikasi
yang disebabkan oleh tetanus
e. Diharapkan 100% audiens yang hadir mampu menjelaskan cara
pencegahan tetanus.
LANDASAN TEORI
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
serta tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim (Weni Kristiyansari, 2009).
2. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang
baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
2) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri
dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitatif semua zat gizi
yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
3) Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karien dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh
lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan
menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
4) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak
kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotor maupun sosial yang lebih baik.
5) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing
yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan
alergi.
6) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga manjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.
7) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara (Weni
kristiyansari, 2009).
2. Posisi menyusui
a) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi
ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu
memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan,
sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di
bagian sisinya (Saryono ,2008; h. 34).
b) Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar,
memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil
ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong
kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang
badan ibu (Saryono, 2008; h; 35).
c) Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari
pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada
beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi
dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).
10. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi
dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
11. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta
sebagian besar areola ke mulut bayi)
12. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
atau menyangga payudara lagi
13. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
14. Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
15. Setelah selesai
menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting
susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
Ibu dapat memerah ASI dengan tangan, pompa ASI manual, atau pompa
ASI elektrik. Pompa ASI manual dan elektrik cukup mudah untuk digunakan,
apalagi karena petunjuk pemakaiannya juga sudah tersedia. Namun jika tak ada,
memerah ASI dengan tangan juga tidak kalah praktis.
Berikut ini langkah-langkahnya:
Letakkan jari tangan di payudara, ibu jari di bagian atas areola dan jari
yang lain di bawah areola
Geser posisi jari sesuai arah jarum jam sambil terus memerah
Bila Anda ingin memerah kedua payudara, lakukan bergantian setiap 3-5
menit sampai kedua payudara terasa kosong.
Bila memerah ASI dengan tangan sulit dilakukan, pompa ASI manual
maupun pompa ASI elektrik dapat menjadi pilihan ibu bekerja karena dapat
mengosongkan ASI di payudara lebih cepat. Saat ini dapat dijumpai berbagai
model pompa ASI. Pilihlah metode perah ASI yang paling nyaman dan cocok
untuk Anda.
Selain belajar memerah ASI, hal lain yang penting Anda pelajari adalah
cara menyimpan ASIP dengan benar. Cara penyimpanan ASIP yang salah akan
merusak kualitas ASIP dan perjuangan Anda mengumpulkan ASIP dapat
menjadi sia-sia. Simpan ASIP dalam wadah yang aman, pasang label dan tulis
tanggal pemerahan ASI di label tersebut. Jika ASIP akan Anda simpan untuk
sementara di fasilitas bersama di kantor, jangan lupa tuliskan juga nama anak
Anda di label supaya tidak tertukar.
Simak panduan lama penyimpanan berikut ini:
Deep freezer (-20°C): 6-12 bulan
Freezer di kulkas 2 pintu (-18°C): 3-6 bulan
Dua minggu sebelum ibu bekerja, ajarilah bayi dan pengasuh (yang akan
ditinggal menjaga bayi selama ibu bekerja) untuk memberikan ASIP pada jam-
jam di mana Anda akan bekerja. Berikan ASIP dengan gelas, hindari pemberian
ASIP dengan botol karena akan membuat bayi bingung. Hal-hal ini akan
memudahkan bayi mengonsumsi ASIP saat Anda kembali bekerja.
Hak ibu untuk menyusui dan hak anak untuk mendapatkan ASI dilindungi
oleh undang-undang. Diskusikan kebutuhan Anda untuk memenuhi kebutuhan ASI
anak kepada atasan dan rekan kerja, seperti:
o Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan
tanggal ASI diperah.
o Kencangkan tutup botol atau kontainer pada saat ASI telah membeku
sepenuhnya
o Segera dinginkan ASI dalam waktu kurang dari 1 jam setelah dipompa
dari payudara.
o Berilah label tanggal dan jam penyimpanan supaya mudah diingat.
o Jangan mencampur ASI yang baru dengan ASI yang sudah didinginkan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Neilson, Joan. 1985. Cara Menyusui Yang Baik Dan Baik. Jakarta : ARCAN
https://babyorchestra.wordpress.com/tag/cara-melepaskan-isapan-bayi-pada-puting-
susu/
Roesli., U, 2000, Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trumbus Agriwidya.
R Neilson, Joan. 1985. Cara Menyusui Yang Baik Dan Baik. Jakarta: ARCAN.
Roesli., U, 2001, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: Elex Media Komputindo.