Kerjasama Internasional
Kerjasama Internasional
Terkait dengan kondisi dunia dimana "Anarchy" sudah menjadi hal yang disetujui semua pihak
menjadi sesuatu yang lumrah pada saat ini, liberalis dengan pandangannya menganggap bahwa kondisi
tersebutlah yang malah menciptakan Kerjasama Internasional. Hal apa yang menjadi faktor liberalis
yakin akan ini, dan mengapa?
Pertama, liberalis menyebutkan bahwa common interest yang menjadi pemicu terjadinya
Kerjasama Internasional dalam konteks dunia yang anarchy. Dianalogikan dengan sesuatu yang mudah,
yakni interaksi dalam sebuah rumah kos yang berisi banyak penghuni. Meski masing-masing penghuni
tidak saling mengenal satu sama lain, namun mereka memiliki kepentingan yang sama yakni mencari
tempat tinggal sementara ketika jauh dari rumah. Lalu apakah di dalam kos-kosan tersebut terjalin
hubungan yang baik?
Konsep interdependence yang diungkapkan oleh Keohane ini, tidak begitu saja diterima oleh
umum. Karena ada beberapa 'kelemahan' dalam konsepsi ini, yakni apakah interdependence menjamin
terjalinnya kerjasama, mengingat kembali bahwa kondisi anarchy tidak dapat dihindari dan jelas tidak
menjamin para pihak-pihak terkait untuk saling membantu/bekerja satu sama lain. Lalu interdependence
ini juga sifatnya unintentional (tidak selalu disadari), contohnya ketika Perang Dingin antara Uni Soviet
dan AS. Secara tidak disadari mereka saling bergantung satu sama lain untuk tidak saling menyerang.
Kemudian dalam Kerjasama Internasional dengan konteks interdependence ini pun tidak melulu mutual
benefit, tetapi juga ada mutual cost (beban) di dalamnya.
Lalu apa yang sebenarnya bisa menjamin bahwa dengan adanya interdependence bisa menjadi
sebuah bentuk kerjasama? Jawabannya adalah Mutual Benefits, incentive non-zero sum. Karena pada
dasarnya, kerjasama adalah sebuah bentuk koordinasi yang disadari (conscious policy coordination)
yang harapannya adalah non-zero sum tersebut.
Tidak sedikit yang menyinggung tentang untung rugi, yakni tidak seimbangnya keuntungan
yang didapat pihak tertentu ketika melakukan kerjasama dengan pihak lain yang mendapat keuntungan
lebih besar. Pada dasarnya anggapan untung rugi yang di alami masing-masing pihak yang terkait dalam
kerjasama itu tercipta dari perspektif orang ketiga, kembali dengan konsep interdependence bahwa yang
menjalankan dan merasakan baik itu untung atau rugi adalah mereka yang bekerjasama.
Realisme dengan pandangannya menganggap bahwa anarchy bersifat konstan, anarchy adalah
defining principal, permissive cause of war. Sedangkan bagi liberalisme yang konsep Peace nya
dianggap sebagai sebuah project, Griffith memandang bahwa anarchy sebagai sebuah fase (phrase) atau
bagian dari proses dan upaya untuk move on, yang menciptakan sebuah progress (dalam hal ini
kerjasama) sehingga nantinya akan tercipta dunia tanpa anarchy. Liberalis menyetujui bahwa anarchy
bukanlah sebuah penghambat dan di dalamnya tetap bisa terjalin kerjasama.