Anda di halaman 1dari 46

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Induksi persalinan

Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai

terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane.

Argumentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang

dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan

janin (Cunningham, 2013).

Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-

cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan

merangsang timbulnya his (Sinclair, 2009).

Adapun indikasi induksi persalinan yaitu ketuban pecah dini,

kehamilan lewat waktu, oligohidramnion, korioamnionitis, preeklampsi

berat, hipertensi akibat kehamilan, intrauterine fetal death (IUFD) dan

pertumbuhan janin terhambat (PJT), insufisiensi plasenta, perdarahan

antepartum, dan umbilical abnormal arteridoppler (Oxorn, 2010).

Kontra indikasi induksi persalinan serupa dengan kontra indikasi

untuk menghindarkan persalinan dan pelahiran spontan, diantaranya yaitu:

disproporsisefalopelvik (CPD), plasenta previa, gamelli, polihidramnion,

riwayat sectio caesar klasik, malpresentasi atau kelainan letak, gawat

janin, vasa previa, hidrosefalus, dan infeksi herpes genital aktif

(Cunningham, 2013).

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30

Untuk dapat melaksanakan induksi persalinan perlu dipenuhi

beberapa kondisi/ persyaratan sebagai berikut:

a. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).

b. Sebaiknya serviks uteri sudah matang yakni serviks sudah mendatar

dan menipis, hal ini dapat dinilai menggunakan tabel skor Bishop.

Jika kondisi tersebut belum terpenuhi maka kita dapat melakukan

pematangan serviks dengan menggunakan metode farmakologis atau

dengan metode mekanis.

c. Presentasi harus kepala, atau tidak terdapat kelainan letak janin.

d. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam rongga panggul

(Oxorn, 2010).

Apabila kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi maka induksi

persalinan mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk

menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. Berdasarkan kriteria

Bishop, yakni:

a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya

berhasil diinduksi dengan hanya menggunakan induksi.

b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor <5), matangkan serviks terlebih

dahulu sebelum melakukan induksi (Yulianti, 2006 & Cunningham,

2013).

Jika setelah mengikuti protokol tetap belumterbentuk pola

kontraksi yang baik dengan penggunaan konsentrasi oksitosin yang tinggi

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31

maka pada multi gravida induksi dinyatakan gagal, dan lahirkan janin

dengan section caesar.

B. Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio

caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomi untuk

melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio

caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam

rahim (Kristianasari, 2010).

Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan

anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus

abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk

mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y, 2007).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea adalah suatu

tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan

pembukaan dinding perut.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32

2. Etiologi

Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), etiologi section caesarea ada 2 yaitu:

 Etiologi yang berasal dari janin, yaitu fetal distress/ gawat janin, mal

presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan

pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.

 Etiologi yang berasal dari ibu, yaitu primigravida dengan kelainan

letak, primipara tua disertai kelainan letak ada, disporposi sefalo pelvic

(disporposi janin/ panggu), ada sejarah kelahiran dan persalinan yang

buruk, terdapat kesempitan panggul, solution plasenta tingkat 1-11,

terdapat kesempitan panggul, lacenta previa terutama pada

primigravida, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsi-eklamsia, atas

permintaan, kehamilan yang disertai penyakit, dan gangguan perjalanan

persalinan.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien

dengan post sectio caesarea, antara lain : Kehilangan darah selama

prosedur pembedahan 600-800 ml, terpasang kateter: urine jernih dan

pucat, abdomen lunak dan tidak ada distensi, bising usus tidak ada,

ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru, Balutan abdomen

tampak sedikit noda, aliran lochea sedang, bebas bekuan, dan berlebihan

dan banyak.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33

4. Anatomi Fisiologi

a. Genetalia Eksterna (bagian luar)

Gambar 2.1 Organ eksternal wanita (Winkjosastro, 1999).

Menurut Serri Hustahaean (2013) organ bagian luar sistem

teproduksi antar lain:

 Vulva

Vulva merupakan nama yang diberikan untuk struktur

genetalia eksternal, yang artinya peneutup atau pembungkus. Vulva

membentuk dari mons pubis disebelah anterior hingga perineum

disebelah posterior dan pada masing-masing sisinya dibatasi oleh

labia mayora. Dalam batas-batas ini terdapat labia minora, klitoris,

vestibulum, dan fourchette. Lubang yang ada pada vestibulum,

merupakan muara orifisum uretra serta orifisium vagina dan juga

muara saluran kelenjar parauretralis (Skene) serta Bartholini.

 Mons veneris

Mons veneris (tundun) merupakan bagian yang menonjol

dibagian depan simfisis, terdiri atas jaringan lemak dan sedikit

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34

jaringan ikat, setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya

segitiga. Mons veneris berfungsi sebagai pantalan pada waktu

melakukan hubungan seksual. Kulit mons veneris mengandung

kelenjar keringat yang khusus dan sekresi kelenjar tersebut akan

memberikan aroma yang khas. Sekresi ini dianggap mempunyai

makna seksual tertentu pada laki-laki.

 Labia Mayora

Labia mayora merupakan kelanjutan dari mons vrneris,

berbentik lonjong. Labiya mayora ada dua bagian kiri dan kanan

dengan panjang 7,5 cm. Kedua labia ini bertemu membentuk

perineum. Labia mayora berfungsi sebagai pelindung karena kedua

bibir ini menutupi lubang masuk vagina, sementara bantalan lemaknya

bekerja sebagai bantalan saat melakukan hubungan seksual.

 Labia Minora

Labia minora merupakan lipatan dibagian dalam labia mayora

dan tanpa rambut serta tidak memiliki lemak subkutan. Labia minora

ini merupakan lapisan kedua setelah labia mayora. Dibagian atas

klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium klitoris dan

dibagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoris. Labia ini

mengelilingi orifisum vagina permukaan internalnya biasanya saling

bersentuhan, denga demikian akan menambah pengamanan pada

lubang masuk vagina.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35

 Vestibulum

Vestibulum adalah nama yang diberikan pada rongga yang

dikelilingi oleh labia minora. Vestibulum berada dibagian tengah labia

mayora yang memiliki dua muara dari kelenjar bartolini dan kelenjar

skene. Bagian lain yang juga bermuara pada vestibulum adalah

orifisium vagina. Muara tersebut ditutupi oleh lipatan selaput tipis

yang disebut hymen.

 Klitoris

Klitoris merupakan bagian penting dari alat reproduksi wanita

bagian luar yang bersifat erektil. Salah satu bagian dari organ

reproduksi wanita ini mengandung banyak pembuluh darah dan saraf

sensorik sehingga sangat sensitif. Klitoris pada wanita merupakan

analog dengan penis pasa laki-laki.

 Hymen

Hymen merupakan jaringan atau selaput tipis yang menutupi

lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Selaput tipis ini tidak

menutupi seluruh lubang masuk vagina. Namun setelah terjadi

sanggama yang pertama atau karena intervensi jari tangan atau insersi

tampon, hymen biasanya terkoyak. Sesudah melahirkan anak, hymen

akan menghilang dan hanya meninggalkan beberapa sisa kulit yang

dinamakan carunculae myrtiformes.

Hymen berfungsi sebagai barier tipis yang melindungi lubang

masuk vagina selama periode prepubertal. Lendir yang dikeluarkan

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36

uterus dan darah saat menstruasi bisa melewati organ hymen tersebut.

Hymen yang tertutup merupakan kelainan organ reproduksi wanita

yang disebut hymen occluvisium.

 Kelenjar bartolini dan skene

Kelenjar bartolini dan skene merupakan kelenjar yang penting

didaerah vulva dan vagina. Kelenjar ini mengeluarkan sekret berupa

mukus yang bermanfaat pada saat koitus sebagai pelumas.

b. Genetalia Internal (bagian dalam)

Gambar 2.2 Organ internal wanita (Winkjosastro, 1999).

Pembagian organ genetalia interna menurut Serri Hutahaean

(2013) terdiri dari :

 Vagina (liang kemaluan)

Vagina merupakan saluran muskulo-membranous yang

menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya

merupaskan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus

levator ani, sehingga dapat dikendalikan. Vagina terletak antara

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37

kandung kemih dan rektum, dengan panjang bagian depannya

(anterior) ± 9 cm dan dinding belakangnya (posterior) ±11 cm. Pada

puncak vagina (bagian posterior vagina) menonjol serviks (leher

rahim). Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut partio

(tonjolan). Vagina mengandunga glikogen yang menghasilkan asama

pada vagina. Tingkatan keasaman vagina dipertahankan dalam

kondisi asam (pH 3,5-4,5). Berikut merupakan fungsi vagina:

 Sebagai saluran yang mengeluarkan lendir uterus dan darah

menstruasi.

 Sebagai saluran saat melakukan hubunga seksual.

 Sebagai temoat pengeluaran janin atau jalan lahir pada waktu

persalinan.

 Dengan sekretnya yang asam, vagina merupakan barier untuk

menghalangi perjalanan infeksi.

 Uterus

Uterus merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis

minor di antara kandung kemih dan rektum. Dinding uterus bagian

belakang dan depan serta atas tertutup peritoneum, sedangkan bagian

bawah berhubungan dengan kandung kemih. Bentuik uterus seperti

bola lampu dan gepeng. Ukuran uterus bergantung pada usia wanita

dan paritas, anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, mulipara 8-9 cm.

Lebar uterus 5 cm, dengan tebal 2,5 cm dan berat uterus 50 gram.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38

Struktur rahim dibagi atas fundus uteri (puncak rahim), korpus

uteri (badan rahim) dan isthmus uteri (titik temu serviks dengan

korpus uteri). Dinding uteri terbagi atas 3 lapisan, yaitu sebagai

beriku: peritoneum (lapisan uteri bagian luar), miometrium (lapisan

tengah/ otot endometrium), dan endometrium (laipsan uterus bagian

dalam).Berikut adalah beberapa fungsi uterus:

 Mempertahankan ovum yang telah dibuahi pada masa

perkembangannya.

 Memberikan perlindunga dan nutrisi pada emrio/ janin sampai

mencapai maturitas.

 Mendorong keluar janin dan plasenta pada saat persalinan.

 Setelah persalinan, mengendalikan perdarahan dari tempat

perlekatan plasenta melalui kontraksi otot-otot rahim yang saling

berjalan yang disebut jahitan hidup.

 Tuba fallopi

Tuba fallopi disebut juga oviduct (saluran telur) dan kandung

disebut juga tuba uterina. Tuba fallopi terdapat ditepi atas ligamentum

latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari osteum tubae interium pada

dinding rahim. Pada ujung tuba fallopi terdapat fimbriae yang akan

menangkap ovum pada saat terjadi ovulasi. Tuba fallopi merupakan

tubulo- muskular, dengan panjang sekitar 12 cm dan diantaranya

antara 3-8 mm. Tuba fallopi dibagi atas pars interstisialis, pars

isthimic, pars ambularis- tempat terjadi pertemuan antara ovum dan

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39

sperma dan pars infundibulum/ umbai/ fimbriae yang berfungsi

membawa ovum dari ovarium ke uterus. Berikut ini merupakan fungsi

tuba fallopi yaitu sebagai berikut:

 Menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.

 Sebagai saluran spermatozoa bertemu dengan ovum.

 Sebagai saluran dari hasil konsepsi menuju uterus.

 Tempat terjadinya konsepsi.

 Tempat pertemuan dan perkembangan hasil konsepsi sampai

mencapai bentuk blastula, yang siap mengadakan implantasi

dalam endometrium.

 Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad), atau kelenjar

seks wanita. Ovarium ada dua buah, yaitu ovarium bagian kiri dan

kanan yang berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum

latum dekat ujung fimbriae tuba fallopi. Kedua ovarium melekat pada

uterus lewat ligamentum ovari yang berjalan dari permukaan posterior

uterus di dekat kornu uteri. Salah satu permukaan ovarium

bersentuhan dengan permukaan posterior ligamentum latum. Titi

temu ini disebut mesovarium. Pada bagian tengah mesovarium

terdapat hilum dan melalui pintu masuk ini lewat pembuluh darah

ovarium, saluran limfe, dan saraf.

Struktur ovarium terdiri dari atas medulla yang menjadi

bagian internal dari ovarium. Medulla mengandung pembuluh limfe

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40

dan darah yang disangga oleh jaringan ikat. Bagian lainnya adalah

korteks yang ada pada ovarium eksternal. Korteks mengandung

folikel-filikel ovarium atau sel-sel telur yang terbenam dalam stroma.

Ovarium tidak dibungkus oleh perimetrium sejati, namun

ovarium mengandung bentuk peritoneum yang sudah mengalami

modifikasi, yaitu epitelium germinalis. Berikut ini merupakan fungsi

ovarium:

 Memproduksi ovum.

 Melepaskan ovum saat ovulasi.

 Menyimpan seta mematangkan folikel-folikel ovarium.

 Memproduksi hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesteron.

c. Bagian Abdomen

Gambar 2.3 Anatomi abdomen (Widjanarko, 2010).

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41

 Kulit

Gambar 2.4 Kulit (Widjanarko, 2010).

1) Lapisan Epidermis:Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari

epitel skuamosa bertingkat. Sel dibentuk oleh lapisan germinal

dalam ketika didorong oleh sel terkikis oleh gesekan. Lapisan luar

terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki

pembuluh darah dan sel selnya sangat rapat.

2) Lapisan Dermis, Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen

jaringan fibrosa epidermis berupa sejumlah papilla kecil. Lapisan

yang lebih dalamterletak pada jaringan subkutan dan fasia,

lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan

saraf.

3) Lapisan subkutan, lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak,

berisi banyak pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan ini

mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat

dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini

adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya

uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42

disebut peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari

kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.

 Fasia

Gambar 2.5 Fasia (Widjanarko, 2010).

Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan

lemak yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan

fibrosa. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu

dengan fasiaprofunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara

Scarpa's fasiadan perut dalam fasia membentang dari bagian atas

paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot

abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia

transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel

lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat

bersama-sama meliputi struktur tubuh.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43

 Otot perut

Gambar 2.6 Otot perut (Widjanarko, 2010).

1) Otot dinding perut anterior dan lateral Rectus abdominis meluas

dari bagian depan margo costalis diatas dan pubis di bagian

bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pitafibrosa dan berada

didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang

membentang pada garis tengah dari procecussxiphodius sternum

ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculusrectus

abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan transverses

adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada

bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kearah

bawah dan atas, serat obliquus internus berjalan keatas

dankedepan; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga

dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga otot

terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang

menutupi rectus abdominis.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44

2) Otot dinding perut posterior Quadrates lumbolus adalah otot

pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa kedua

belas diatas ke crista iliaca (Widjanarko, 2010).

5. Patofisiologi
Etiologi dilakukannya Sectio caesareaada 2 antara lain etiologi

yang berasal dari janin meliputi fetal distress/ gawat janin, mal presentasi

dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan

kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi dan etiologi yang

Ibu: primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan

letak ada, disporposi sefalo pelvic (disporposi janin/ panggu), ada sejarah

kelahiran dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

solution plasenta tingkat 1-11, terdapat kesempitan panggul, placenta

previa terutama pada primi gravida, komplikasi yang perjalanan

persalinan.

Adanya kelainan dalam proses persalinan, sehingga harus

dilakukan tindakan induksi, yang hasilnya tidak selalu berhasil. Induksi

persalinan yang yang gagal harus dilakukan tindakan sectio caesarea

untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim.

Tindakan sectio caesarea dilakukan untuk melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut,

sectio caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomi untuk

melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011).

Perubahan post sectio caesarea antara lain akibat insisi, evek

anastesi dan adaptasi post partum (psikologis dan fisiologi). Luka insisi

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45

menyebabkan terputusnya kontinuitas, sehingga biasa merasakan nyeri

yang akan mengganggu aktifitas dan dengan adanya luka insisi dapat

meninbulkan terjadinya resiko infeksi, sedangkan efek anastesi dapat

menyebabkan pasien mual/muntah, sehingga bisa terjadi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada psikologis

ditemukan letting go (kemandirian), taking hold (ketergantungan

kemandirian), dan taking in (ketergantungan). Taking hold didapat 2

kemungkinan yaitu belajar mengenai perawatan diri dan bayi dan kondisi

tubuh mengalami perubahan, keduanya membutuhkan informasi sehingga

dapat diambil masalah keperawatan defisiensi pengetahuan. Pada fisiologi

ditemukan perubahan pada payudarah dan lochea. Pada payudarah yang

terjadi penurunan prolaktin dan juga hisapan menurun sehingga dapat

mengakibatkan masalh keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI,

sedangkan pada lochea yang ditemukan adanya pendarahan bisa

mengakibatkan resiko kekurangan cairan (Nurarif dan Hardhi, 2015).

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46

6. Pathway
 Ibu: primigravida dengan kelainan letak,
 Janin: fetal distress/ gawat
primipara tua disertai kelainan letak ada,
janin, mal presentasi dan
disporposi sefalo pelvic (disporposi janin/
mal posisi kedudukan
panggu), ada sejarah kelahiran dan
janin, prolapsus tali pusat
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
dengan pembukaan kecil,
panggul, solution plasenta tingkat 1-11,
kegagalan persalinan
terdapat kesempitan panggul, lacenta previa
vakum atau forceps
terutama pada primigravida, komplikasi
ekstraksi.
yang perjalanan persalinan.

disertai penyakit, dan gangguan eklamsia, atas permintaan,


kehamilan kehamilan yaitu preeklamsi-
Persalinan induksi

Gagal Induksi

SC

Post operasi sectio caesarea

insisi Efek anastesi Adaptasi post partum


Spinal
Psikologis Fisiologi
Terputusnya
kontinuitas Mual/ muntah Lochea Payudara
Taking in Taking Hold Letting go

MK 4. Nyeri MK 1. Ketidakseimbangan Pendarahan Laktasi


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Belajar Kondisi
Prolaktin
mengenai tubuh
MK 2. menurun
perawatan mengalami
Resiko
diri dan perubahan kekurangan
MK 3. Resiko infeksi
bayi cairan Hisapan
menurun
MK 5. Intoleransi
aktifitas Butuh MK 7. Defisiensi MK 6. Ketidak
informasi pengetahuan efektifan
pemberian ASI

Gambar 2.7 Pathway sectio caesarea (Nurarif dan Hardhi, 2015).

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26

7. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana keperawatan

No Diangosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukanasuhan keperawatan Brestfeding Assistence


pemberian ASI diharapkan klien dapat menunjukkan  Evaluasi pola menghisap.
respon breast feeding ineffective dengan  Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk
kriteria hasil: menyusui.
 Kemantapan pemberian ASI.  Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat
 Pemeliharaan pemberian ASI. menyusui dari bayi.
 Diskontinuitas progesif pemberian AS.  Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan
menghisap secara efektif.
 Pantau ketrampilan ibu dalam menempelkan
bayi keputing.
 Pantau integritas kulit puting ibu.
 Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar
susu dan mestitis.
 Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti
payudara dengan benar.
 Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi.
Breast Examination
Lactation Supreson

26
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27

 Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk


membantu mempertahankan proses pemberian
ASI.
 Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik
memompa ASI.
 Ajarkan pengasuh bayi mengenai topik-topik
seperti cara menyimpan ASI.
 Ajarkan orang tua mempersiapkan, menyimpan
dan menghangatkan dalam kemungkinan
pemberian tambahan susu formula.
 Apabila penyapihan diperlukan, informasikan
ibu mengenai kembalinya proses ovulasi dan
seputar alat kontrasepsi.
Lactation Counseling
 Sediakan informasi tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI.
 Demonstrasikan latihan menghisap, jika perlu.
 Diskusikan metode alternativ pemberian makan
bayi.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
diharapkan klien dapat mengontrol nyeri  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
sehingga nyeri dapat berkurang dengan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

27
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28

kriteria hasil: kualitas dan faktor presipitasi.


 Mampu mengontrol nyeri (tahu  Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan.
menggunakan tehnik nonfarmakologi  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
untuk mengurangi nyeri, mencari mengetahui pengalaman nyeri pasien.
bantuan).  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
dengan menggunakan manajemen  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
nyeri. tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Mampu mengenali nyeri (skala, lampau.
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 Menyatakan rasa nyaman setelah menemukan dukungan.
nyeri berkurang.  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Tanda vital dalam rentang normal. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan.
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan
setelah aktifitas.
 Monitor kualitas dari nadi.
 Monitor adanya pulsus paradoksus.
 Monitor adanya pulsus alterans.

28
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29

 Monitor jumlah dan irama jantung.


 Monitor bunyi jantung.
 Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
 Monitor suara paru.
 Monitor pola pernafasan abnormal.
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
 Monitor sianosis perifer.
 Monitor adanya cushing triad.
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
3. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Teaching : Disease Process
diharapkan pengetahuan klien meningkat  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
dengan kriteria hasil: pasien tentang proses penyakit yang spesifik.
 Pasien dan keluarga menyatakan  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
pemahaman tentang penyakit, bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
kondisi, prognosis dan program dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
pengobatan.  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
 Pasien dan keluarga mampu pada penyakit, dengan cara yang tepat.
melaksanakan prosedur yang  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
dijelaskan secara benar. tepat.
 Pasien dan keluarga mampu  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat.
dijelaskan perawat/ tim kesehatan  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,

29
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30

lainnya. dengan cara yang tepat.


 Hindari jaminan yang kosong.
 Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat.
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit.
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
 Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat.
 Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat.
4. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Activity Therapy
diharapkan aktivitas klien kembali  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
normal dengan kriteria hasil: dalam merencanakan program terapi yang tepat.
 Berpartisipasi dalam aktifitas fisik  Bantu pasien untuk mengidentivikasikan

30
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31

tanpa disertai peningkatan tekanan aktifitas yang mampu dilakukan.


darah, nadi, dan RR.  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
 Mampu melakukan aktivitas sehari- sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
hari secara mandiri. sosial.
 Tanda-tanda vital normal.  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Energy psikomotor. sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
 Level kelemahan. diinginkan.
 Mampu berpindah.  Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas
 Status kardiopulmunali adekuat. seperti kursi roda.

 Sirkulasi status baik.  Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang

 Status respirasi pertukaran gas dan disukai.

ventilasi adekuat.  Bantu untuk membuat jadwal latihan diwaktu


luang.
 Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktifitas.
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
dan penguatan.
 Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual.

31
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32

5. Risiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
diharapkan resiko infeksi terkontrol  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
dengan kriteria hasil: lain.
 Klien bebas dari tanda dan gejala  Pertahankan teknik isolasi.
infeksi.  Batasi pengunjung bila perlu.
 Mendeskripsikan proses penularan  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
penyakit, factor yang tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
mempengaruhi penularan serta meninggalkan pasien.
penatalaksanaannya.  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
 Menunjukkan kemampuan untuk  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
mencegah timbulnya infeksi. tindakan keperawatan.
 Jumlah leukosit dalam batas normal.  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Menunjukkan perilaku hidup sehat. pelindung.
 Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat.
 Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum.
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing.
 Tingkatkan intake nutrisi.
 Berikan terapi antibiotik bila perlu.
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

32
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33

lokal.
 Monitor hitung granulosit, WBC.
 Monitor kerentanan terhadap infeksi.
 Batasi pengunjung.
 Saring pengunjung terhadap penyakit menular.
 Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko.
 Pertahankan teknik isolasi k/p.
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema.
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah.
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup.
 Dorong masukan cairan.
 Dorong istirahat.
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep.
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi.
 Ajarkan cara menghindari infeksi.
 Laporkan kecurigaan infeksi.
 Laporkan kultur positif.

33
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34

6 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management


nutrisi kurang dari diharapkan pemasukan adekuat dengan  Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh kriteria hasil:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
 Adanya peningkatan berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
dengan tujuan. pasien.
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
badan.  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan vitamin C.
nutrisi.  Berikan substansi gula.
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
 Menunjukan peningkatan fungsi tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
pengecapan dan menelan.  Berikan makanan yang terpilih.
 Tidak terjadi penurunan berat badan  Ajarkan pasien bagaiman membuat catatan
yang berarti. makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal.
 Monitor adanya penurunan berat badan.

34
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35

 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa


dilakukan.
 Monitor interaksi anak atau orang tua selama
makan.
 Monitor lingkungan selama makan.
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama makan.
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
 Monitor turgor kulit.
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah.
 Monitor mual dan muntah.
 Monitor kadar albumin, total protein,Hb, dan
kadar Ht.
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
 Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva.
 Monitor kalori dan intake nutrisi.
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.

35
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36

7. Resiko kekurangan cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Fluid Management


diharapkan cairan dalam tubuh seimbang  Timbang popok/ pembalut jika diperlukan.
dengan kriteria hasil:  Pertahankan catatan intake dan output yang
 Mempertahankan urine output sesuai akurat.
dengan usia dan BB, BJ urine normal,  Monitor status hidrasi.
HT normal.  Monitor vital sign.
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh,  Monitor masukan makan/ cairan dan hitung
dalam batas normal. intake kalori harian.
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.  Kolaborasikanpemberian cairan IV.
 Elastisitas turgor kulit baik, membran  Monitor status nutrisi.
mukosa lembab, tidak ada rasa haus  Berikan cairan IV pada suhu ruang.
yang berlebihan.  Dorong masukan oral.
 Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
 Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan.
 Tawarkan snack.
 Kolaborasikan dengan dokter.
 Atur kemungkinan tranfusi.
 Persiapkan untuk tranfusi.
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan termasuk intake dan

36
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37

output cairan.
 Pelihara IV line.
 Monitor tingkat Hb dan hematokrit.
 Monitor tanda vital.
 Monitor respon pasien terhadap penambahan
cairan.
 Monitor berat badan.
 Dorong pasien untuk menambah intake oral.
 Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume cairan.
 Monitor adanya tanda gagal ginjal.
Sumber: Nurarif dan Hardhi (2015).

37
Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38

C. Masa Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu

masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari

rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali

organ–organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan

(Suherni, 2009).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8

minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan

dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum

hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan

psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

1. Tahap Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan

karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,

tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late post partum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

2. Perubahan fisiologis pada masa nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna

akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan

disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-

perubahan penting lain, yakni hemo konsentrasi dan timbulnya

laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari

kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat,

segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari

dibawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng

berukuran panjang kurang lebih 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm

dan tebal lebih kurang 10 cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5

cm sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada

bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi

7 cm di atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari

uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. Bagian bekas

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40

implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol

ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan

tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka

sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4

cm.

 Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu

minggu post partum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500

gram, 2 minggu post partum menjadi 300 gram, dan setelah 6

minggu post partum, berat uterus menjadi 40 sampai 60 gram

(berat uterus normal kurang lebih 30 gram). otot-otot uterus

berkontraksi segera postpartum. pembuluh-pembuluh darah

yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.

proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

dilahirkan.

 Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah

mengerut kembali ke ukuran semula, selama kehamilan, rahim

merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh. Rahim

melindungi janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi

melalui uri. Dan akhirnya dengan kontraksi ototnya

mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsur-unsur tersebut

telah di lalui, dan rahim menjalani involusi, segera setelah

melahirkan, berat badan menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41

sebagai kantung yang kuat membulat, mencapai tali pusar, pada

hari ke 14 setelah kelahiran, ukurannya menyusut menjadi 350

gram dan tidak lagi dapat di rasakan keberadaannya di dalam

perut, pada hari ke 60 (8 minggu) setelah kelahiran, rahim

kembali ke ukuran normal. Involusi di sebabkan oleh

pembengkakan serabut otot dan penyerapan substansinya.

Sebagian ke dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam

lochea. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum

uteri dan vagina selama masa nifas. Pada hari pertama dan

kedua lochea rubra atau kruenta, terdiri atas darah segar

bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo, dan mekonium, pada hari ke 3 sampai ke 7

keluar cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,

pada hari ke 7 sampai ke 14 cairan yang keluar berwarna

kuning, cairan ini tidak berdarah lagi, setelah 2 minggu, lochea

hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lochea alba.

Lochea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi.

Bau ini lebih terasa tercium pada lochea serosa, bau ini juga

akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan

harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang

menandakan adanya infeksi.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42

 Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan

nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal

endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai

rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas

implantasi plasenta (Saleha, 2009).

 Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak

mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin

(Sulistyawati, 2009).

b. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini

disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama

persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan

dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas dan jangan

takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai

empat hari setelah persalinan.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43

c. Perubahan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,

tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala

dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat

persalinan.

d. Perubahan sistem muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus

akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah

plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia

yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh

kebelakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum

menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya

turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang

alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi

pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).

e. Perubahan tanda-tanda vital

 Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius.

Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari

keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius.

Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44

akan kembali normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius,

mungkin terjadi infeksi pada klien.

 Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus,

dan dapat terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu

tubuh tidak panas. Mungkin ada pendarahan belebihan atau ada

vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya denyut

nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan

pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti keadaan semula.

 Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan

hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya

apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang

menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha,

2009).

D. Nyeri

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik

ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for

Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang

tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial,

atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang

mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat

harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien

yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri

yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.

a. Usia

Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok

umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa

bereaksi terhadap nyeri. Anakanak kesulitan untuk memahami

nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat

menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata

yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal

dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak

belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi (Tamsuri, 2007).

b. Jenis kelamin

Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang

berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus

berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat

menangis dalam waktu yang sama.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan

apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Nilai-nilai budaya

perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari

budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat

mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti

menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar

belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti

diam seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan

bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke

pasien lain. Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang

dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai

kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi

perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang.

d. Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan

meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua

keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang

konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan

bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri

saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan

dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
47

Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi

pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri.

e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang

dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa

menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan

lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera

reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir

pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat

meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara

seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak

kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang,

nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti

padda nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Efek yang

tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya

menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap

pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri.

f. Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap

pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa

pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan

atau tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan positif

pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
48

medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak

petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi,

makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu

bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir

pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien

yang diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai

efek apapun.

g. Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di

rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-

menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk

mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan

jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis.

Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri.

Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga,

latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk

mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. Sumber koping

lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung

pada support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman.

Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
49

2. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri

dalam persalinan sebagai berikut :

a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah nyeri akut yaitu

nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah

penyembuhan, dan nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama

lebih dari 3 bulan walaupun proses penyembuhan sudah selesai.

b. Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :

 Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir.

Implus nyeri selama kala I pada persalinan di trasmisi melalui

T11-T12 segment saraf spinal dan bagian bawah thorak dan

bagian atas lumbal saraf simpatis, dimana uterus dan serviks

terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus dan pembukaan

serviks. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan

menjalar kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai

dengan paha.

 Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi

jelas. Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf

spina dan parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada

akhirnya kala I dan selama kala II yang merupakan akibat dari

penurunan kepala janin yang menekan jaringan - jaringan

maternal dan tarikan perinium dan Utercocervical selama

kontraksi.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
50

 After pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek

dari hasil distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan

perinal nyeri yang dirasakan seperti awal kala I dan kala II

(Regina, 2011).

3. Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri

dalam persalinan sebagai berikut :

a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah

 Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan

hilang setelah penyembuhan.

 Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan

walaupun proses penyembuhan sudah selesai.

b. Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :

 Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus

nyeri selama kala I pada persalinan di trasmisi melalui T11-T12

segment saraf spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas

lumbal saraf simpatis, dimana uterus dan serviks terjadi pada kala

I akibat dari kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Lokasi

nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan menjalar kedaerah

lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan paha.

 Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi

jelas. Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf

spina dan parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada

akhirnya kala I dan selama kala II yang merupakan akibat dari

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
51

penurunan kepala janin yang menekan jaringan - jaringan

maternal dan tarikan perinium dan Utercocervical selama

kontraksi.

 After pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari

hasil distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal

nyeri yang dirasakan seperti awal kala I dan kala II (Regina,

2011).

4. Faktor - faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor yang mempengaruh nyeri ada 2 macam yaitu faktor nyeri secara

umum dan faktor nyeri dalam persalinan sebagai berikut :

a. Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri sebagai berikut :

 Arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,

merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial, kultural,

lingkungan dan pengalaman.

 Persepsi nyeri merupakan panilaian yang sangat subjektif tepatnya

pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini

dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

 Toleransi nyeri erat dihubungkan dengan adanya intensitas nyeri

yang dapat mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang

dapat mempengaruhi adalah alkohol, obat-obatan, hipnosis,

gesekan atau garukan, dan pengalihan perhatian.

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
52

 Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang

terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan

menjerit (Hidayat, 2006).

b. Beberapa faktor mempengaruhi nyeri pesalinan adalah

1) Faktor fisiologi nyeri

 Pembukaan dan penipisan serviks

 [Segmen bawah rahim tegang

 Ligamen uterus meregang

 Periotonium tertarik

 Kandung kemih tertekan

 Hipoksia

 Vagina tertekan

 Multi/primpara

2) Faktor Psikologis

 Ketakutan

 Panik

 Harga diri rendah

 Marah pada bayi

 Takut hamil ganguan aktifitas seksual

3) Faktor persepsi dan toleransi terhadap nyeri

 Intensitas persalinan

 Kematangan serviks

 Posisi janin

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
53

 Karakteristik panggul Kelelahan (Regina, 2011).

Asuhan Keperawatan Pada..., SISKA CHOTIMAH Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Anda mungkin juga menyukai