Anda di halaman 1dari 19

Farmaka

Suplemen Volume 15 Nomor 2 159

BIOMARKER miRNA-146a SEBAGAI DETEKSI DINI YANG EFEKTIF UNTUK


ALZHEIMER

Hidayatun Nisa1, Rano K. Sinuraya2


1
Program Studi Sarjana, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia
2
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,
Indonesia

Abstrak

Angka kejadian Alzheimer terus meningkat dari tahun ke tahun dan diproyeksikan meningkat
hampir dua kali lipat setiap 20 tahun. Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk menurunkan
angka kejadian Alzheimer, salah satunya dengan melakukan pendeteksian. Akan tetapi
pendeteksian alzheimer saat ini masih terbatas karena tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang
rendah. Untuk itu dicari metode pendeteksian yang terbaik di berbagai literature. Deteksi dini
dapat dilakukan dengan pemeriksaan serum darah menggunakan penanda biologi
(biomarker). Penelitian mengenai biomarker menunjukkan efektivitas dan efisiensi yang
cukup baik dalam pendeteksian dini alzheimer. Biomarker yang dapat digunakan yaitu N-
acetyl aspartate acid (NAA), Serum α1 – antikimotripsin (ACT), β-Amyloid, Tau-protein, dan
miRNA-146a. Biomarker miRNA-146a dinilai memiliki potensi untuk digunakan karena
memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas 100%.

Kata kunci: Alzheimer, Deteksi Dini, Biomarker, miRNA-146a

Abstract

Alzheimer's incidence rate continues to increase year by year and is projected to nearly
double every 20 years. The Indonesian government continues to try to reduce the incidence of
Alzheimer's, one of them by doing the detection. However, current detection of Alzheimer's is
still limited due to its low sensitivity and specificity. Because of that, search the best detection
method in various literature. Early detection can be done by blood serum examination using
biomarker marker (biomarker). Research on biomarkers has shown considerable
effectiveness and efficiency in early detection of Alzheimer's. Biomarkers that used are N-
acetyl aspartate acid (NAA), Serum α1 - anticimotripsin (ACT), β-Amyloid, Tau-protein, and
miRNA-146a. The miRNA-146a biomarker is assessed as having potential for use because it
has a 90% sensitivity and a specificity of 100.

Keywords: Alzheimer's, Early Detection, Biomarker, miRNA-146a


Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 160

Pendahuluan angiopathy atau congophilic angiopathie.


Penyakit Alzheimer (AD) ditandai Pada kelompok Alzheimer abnormal
dengan demensia yang biasanya dimulai agregasi dari protein tau, protein yang
dengan penurunan daya ingat, penurunan terkait mikrotubulus yang diekspresikan
kemampuan mengenali sesuatu yang dalam neuron juga diamati. Protein Tau
perlahan menjadi semakin parah akibat berfungsi untuk menstabilkan
gangguan di dalam otak yang sifatnya mikrotubulus di sitoskeleton sel. Seperti
progresif atau perlahan-lahan hingga kebanyakan protein terkait mikrotubulus,
akhirnya penderita menjadi tidak mampu tau biasanya diatur oleh fosforilasi. Pada
mengingat dan mengenali sesuatu. Tanda pasien AD, hiperfolforilasi tau P-tau
lainya yaitu kebingungan, penilaian yang terakumulasi sebagai filamen heliks
buruk, gangguan berbicara, agitasi, berpasangan yang kemudian beragregasi
penarikan diri, dan halusinasi (Aguila, et menjadi massa di dalam badan sel saraf
al., 2015). yang dikenal sebagai neurofibrillary
Patofisiologi AD terkait dengan tangles dan sebagai neuron distrofi yang
cedera dan kematian neuron, dimulai di terkait dengan plak amyloid (Shaffer, et
daerah otak hippocampus yang melibatkan al., 2013; Swardfager, et al., 2012; Revett,
ingatan dan pembelajaran, maka atrofi et al., 2013).
mempengaruhi seluruh otak Beta Pada tahun 2007 1 dari 85 orang di
Amyloid, yang juga ditulis Aβ, adalah seluruh dunia hidup dengan memiliki
peptida pendek yang merupakan produk penyakit alzheimer2. Jumlah penderita
samping proteolitik abnormal dari protein alzheimer diproyeksikan meningkat
prekursor amyloid protein transmembran hampir dua kali lipat setiap 20 tahun,
(APP), yang fungsinya tidak jelas namun menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan
dianggap terlibat dalam perkembangan 115,4 juta pada tahun 2050. Sebagian besar
neuron. Monomer beta amyloid larut dan kenaikan tersebut disebabkan oleh
mengandung short region dari beta sheet peningkatan jumlah penderita Alzheimer di
yang memiliki konsentrasi cukup tinggi, negara berpenghasilan menengah dan
mereka mengalami perubahan untuk rendah. Pada tahun 2010, 57,7% penderita
membentuk struktur tersier kaya akan beta alzheimer tinggal di Indonesia yang
sheet yang kemudian digabungkan termasuk ke dalam negara berpenghasilan
membentuk fibril amiloid. Endapan fibril menengah dan rendah, proporsi ini
ini berada di luar neuron dalam formasi diperkirakan meningkat menjadi 63,4%
padat yang dikenal sebagai plak neuritis, pada tahun 2030 dan 70,5% pada tahun
dan kemudian membentuk amyloid 2050. Proyeksi ini terutama didorong oleh
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 161

pertumbuhan populasi dan penuaan daripada praktik umum saat ini, pada saat
demografis (Brookmeyera, et al., 2007; pasien dan keluarga mereka melihat
Mayeux, R and Yaakov Stern, 2012; perubahan fungsi kognitif dan dapat
Tanna, 2015) menggunakan informasi tersebut untuk
Tingginya angka kejadian AD di memahami apa yang sedang terjadi.
dunia maupun di Indonesia juga Membuat perubahan gaya hidup, dan
dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk melakukan pendeteksian dini (Benerje,
populasi penduduk yang memiliki factor 2010; Brooker, et al., 2014). Hal tersebut
risiko yang tinggi, sedangkan penduduk dapat mengurangi insidensi dan mortalitas
yang memiliki factor risiko tinggi tersebut penyakit AD yang terjadi di Indonesia
tidak memiliki pemahaman mengenai maupun dunia.
harus dilakukannya pendeteksian dini Metode
terhadap gejala-gejala penyakit AD yang Metode yang digunakan dalam review ini
dialaminya sehingga progresifitas penyakit adalah mencari dan mengumpulkan jurnal-
AD tersebut tidak terus berkembang dan jurnal yang relevan yang berkaitan dengan
menyebabkan peningkatan mortalitas pada Alzheimer pada google scholar, pubmed,
penderita AD. Disamping itu hal ini juga medline, biomed central, ncbi, nature
disebabkan karena metode pemeriksaan dengan kata kunci seperti AD, biomarker
yang terbatas hingga tidak ditemukannya dan early detection yang digunakan untuk
metode pendeteksian yang tepat dalam membahas bagaimana status pendeteksian
penyakit AD. Metode yang dikembangkan yang ada saat ini dan pentingnya
selama ini masih memiliki beberapa pendeteksian dini dengan beberapa metode
kekurangan dalam hal spesifisitas dan yang ada saat ini dan serta dapat
sensitifitas, untuk itu perlu dilakukan diimplementasikan terhadap pengobatan
pengkajian terhadap metode baru yang dini pada pasien Alzheimer.
lebih spesifik dan sensitif sehingga dapat Hasil
menurunkan mortalitas pada penderita AD. Dalam World Alzheimer Report,
ADI menerbitkan perkiraan prevalensi AD
Dalam beberapa tahun terakhir, ada
global berdasarkan tinjauan sistematis
seruan untuk melakukan perubahan budaya
terhadap 154 studi yang dilakukan di
dalam mendiagnosis AD pada tahap awal,
seluruh dunia sejak tahun 1980, dengan
sebelum pasien melewati ambang batas ke
perkiraan prevalensi yang diterapkan pada
dalam demensia. Penilaian Alzheimer
proyeksi populasi Perserikatan Bangsa-
Cooperative Valuation in Europe
Bangsa sampai tahun 2050. Diperkirakan
(ALCOVE) telah mengusulkan agar
bahwa 36 juta orang hidup dengan
diagnosis pada umumnya terjadi lebih awal
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 162

demensia pada tahun 2010, mengaami dini (Dubois, et al., 2010, Alzheimer’s
peningkatan hampir dua kali lipat setiap 20 Association, 2011; Wimo, Jonsson L et al.,
tahun menjadi 66 juta pada tahun 2030 dan 2013; Wimo, Reed CC, et al, 2013;
menjadi 115 juta pada tahun 2050 ( ADI, Banerjee, 2010).
2009; WHO, 2012). Dalam beberapa tahun terakhir, ada
Sekitar 473.000 orang berusia 65 seruan untuk melakukan perubahan budaya
atau lebih akan memiliki penyakit dalam mendiagnosis AD pada tahap awal,
Alzheimer di Amerika Serikat pada tahun sebelum pasien melewati ambang batas ke
2015. Jumlah kasus baru Alzheimer dalam demensia. Penilaian Alzheimer
meningkat secara dramatis seiring Cooperative Valuation in Europe
bertambahnya usia: pada tahun 2015, akan (ALCOVE) telah mengusulkan agar
ada sekitar 61.000 kasus baru di antara diagnosis pada umumnya terjadi lebih awal
orang berusia 65 sampai 74 tahun, 172.000 daripada praktik umum saat ini, pada saat
baru Kasus di antara orang-orang berusia pasien dan keluarga mereka melihat
75 sampai 84 tahun, dan 240.000 kasus perubahan fungsi kognitif dan dapat
baru di antara orang-orang berusia 85 dan menggunakan informasi tersebut untuk
lebih tua (yang tertua). Hal ini berarti kira- memahami apa yang sedang terjadi.
kira terjadi dua kasus baru per 1.000 orang Membuat perubahan gaya hidup, dan
berusia 65 sampai 74, 13 kasus baru per melakukan pendeteksian dini (Banerjee,
1.000 orang berusia 75 sampai 84, dan 39 2010; Brooker, et al., 2014; De Lepeleire,
kasus baru per 1.000 orang berusia 85 dan et al., 2008; Dubois et al., 2007).
lebih tua (hebert, 2010; Honea, 2012; International Working Group
Yaffe, et al., 2013; Clark, 2012; Schrijvers, (IWG) telah mengusulkan sebuah konsep
et al., 2012; Qiu, et al., 2013). baru AD dengan kriteria diagnostik baru
Karena lebih banyak orang hidup di berdasarkan pada kehadiran biomarker,
usia yang lebih tua, jumlah penderita dan yang memungkinkan identifikasi tahap
mortalitas yang disebabkan karena AD prodromal dan keadaan praklinis untuk
meningkat dari tahu ke tahun. Untuk itu, AD. Berdasarkan kriteria ini, AD sekarang
menurut penelitian Wimo, et al., (2013) dianggap sebagai entitas klinis-biologis
AD telah menjadi area prioritas untuk yang dapat diidentifikasi secara in vivo
tindakan terkoordinasi di tingkat global. Pendeteksian dini ini memerlukan bukti
Banyak negara sekarang memiliki strategi fitur klinis yang spesifik dan bukti biologis
untuk mencegah AD nasional dan in vivo dari patologi abnormal yang
kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendasarinya yang didefinisikan dengan
menegakkan diagnosis dan pendeteksian baik dan terdeteksi menggunakan
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 163

biomarker. Biomarker memiliki sensitifitas Jenis-jenis biomarker yang telah


dan spesifisitas yang baik dan layak untuk ada selama ini dan dapat digunakan yaitu
digunakan dalam diagnosis AD (Dubois, et N-acetyl aspartate acid (NAA), Serum α1 –
al., 2014; Albert, et al.,2011; McKhann, et antikimotripsin (ACT), β-Amyloid, Tau-
al., 2011; Cummings, et al, 2013; protein, dan miRNA-146
Molinuveo, et al., 2013; Morris, et al.,
2014).

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Jenis Biomarker

Jenis Biomarker Kelebihan Kekurangan

N-acetyl aspartate acid 1. Sensitive dengan 1. Ditemukannya bias


(NAA) sensitifitas 83% pada proses
2. Metode pemeriksaan pendeteksian
sederhana (Moffet, et 2. Memiliki negative
al., 2007; Makesbery, palsu yang tinggi 25 –
et al., 2007; Leon, et 30%
al., 2010). 3. Spesifisitasnya hanya
70% (Moffet, et al.,
2007; Makesbery, et
al., 2007; Leon, et al.,
2010).

Serum α1 – antikimotripsin 1. Memiliki sensitifitas 1. Membutuhkan brain


(ACT) yaitu 84% dan imaging
spesifisitas ACT 89% 2. Membutuhkan harga
(Lieberman, et al., yang tinggi
2011). (Lieberman, et al.,
2011).

β-Amyloid 1. Memiliki sensitivitas 1. Berpotensi


yang tinggi yaitu 83% menimbulkan respon
(Yamada, et al., 2009; imun yang tidak
Britschgi, et al., 2009; diinginkan
Morris, et al., 2010; 2. Membutuhkan biaya
Gomperts, et al., yang tinggi
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 164

2008; Tapiola, et al., 3. Spesifisitas rendah,


2009). hanya 71% (Yamada,
et al., 2009; Britschgi,
et al., 2009; Morris, et
al., 2010; Gomperts, et
al., 2008; Tapiola, et
al., 2009).

Tau protein 1. memiliki spesifisitas 1. Harus dikombinasikan


dan sensitifitas yang dengan biomarker
tinggi, yaitu 80% dan yang lain (Anoo, et al.,
90% (Anoo, et al., 2010).
2010).
miRNA-146a 1. memiliki spesifisitas 1. belum pernah
yang tinggi yaitu dicobakan di
100% dan sensitifitas Indonesia (Wang, et
90% al., 2016).
2. non invasive
3. harganya terjangkau
(Wang, et al., 2016).
N-acetyl aspartate acid (NAA) yang ditimbulkan lebih besar sekitar 25-
merupakan salah satu jenis biomarker yang 30%. Metabolisme penurunan NAA yang
dapat digunakan disebabkan karena NAA terjadi diketahui pada kondisi awal NAA,
akan mengalami down regulated pada sehingga dapat diketahui bahwa penurunan
pasien yang mengalami AD. Menurut fungsional mendahului kerusakan
penelitian Moffet, et al., (2007) NAA structural. Naa juga dapat menyebabkan
memiliki spesifisitas yang tinggi karena bias karena gliosis reaktif yang menyertai
fisiologi NAA yang berfungsi untuk atrofi dapat mengurangi tingkat kerugian
mendeteksi disfungsi dan kehilangan neuronal yang sebenarnya yang
fungsi neuronal, oleh karena itu NAA menyebabkan fBPV (fractional brain
disebut juga sebagai marker yang unik parenchyma volume). Karena sel glial
yang biasa digunakan pada penderita AD. tidak mengandung NAA . oleh sebab itu
Akan tetapi menurut penelitian maka NAA tidak dapat digunakan sendiri
Markesbery, et al (2007) produksi NAA dan harus dikombinasikan dengan penanda
bersamaan dengan produksi sintesis ATP biologis lainnya. Karena ketika digunakan
sehingga kemungkinan negative palsu di sendiri sensitifitas NAA hanya 83%
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 165

spesifisitasnya 70%. Metode pemeriksaan individu, akan tetapi spesifisitasnya yang


pendeteksian AD pada NAA dapat semula hanya 71% dan sensitivitasnya
dilakukan secara sederhana dan tidak harus 83% akan meningkat hingga 15% dari
menggunakan brain imaging (Moffet, et sebelumnya dan metode ini dapat
al., 2007; Makesbery, et al., 2007; Leon, et menimbulkan efek samping lainnya pada
al., 2010). pasien (Yamada, et al., 2009; Britschgi, et
Serum α1 – antikimotripsin (ACT) al., 2009; Morris, et al., 2010; Gomperts, et
juga dapat digunakan untuk membedakan al., 2008; Tapiola, et al., 2009).
penderita yang mengalami AD dan yang
Tau protein merupakan jenis lain
tidak mengalami Ad kerena Serum α1 –
dari biomarker yang dapat digunakan.
antikimotripsin (ACT) akan mengalami up
Hiperfosfolirasi dari tau protein dapat
regulated penderita AD. sensitifitas ACT
digunakan sebagai penanda untuk
yaitu 84% dan spesifisitas ACT 89%. ACT
mendeteksi Alzheimer secara dini dengan
harus dilakukan bersamaan dengan brain
melihat adanya peningkatan kadar dari tau
imaging oleh sebab itu maka ACT
protein. Menurut penelitian Anoo et al.,
membutuhkan biaya yang tinggi
(2010) Tau protein memiliki spesifisitas
(Lieberman, et al., 2011).
80% dan sensitifitas 90%. Akan tetapi
Biomarker selanjtnya yaitu β-
penggunaan tau protein tanpa
Amyloid yang mengalami down regulated
dikombinasikan akan menimbulkan bias
pada pasien yang mengalami AD. Menurut
pada hasil pemeriksaan dan juga
penelitian Yamada K, et al., (2009) Aβ
menimbulkan positif palsu yang tinggi.
membutuhkan biaya yang terjangkau, akan
Untuk itu tau protein harus
tetapi berpotensi menimbulkan respons
dikombinasikan dengan biomarker lainnya
imun yang tidak diinginkan, terutama pada
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
orang tua yang sitokin proinflamasinya
(Anoo, et al., 2010).
sudah berada di atas kadar normal. Akan
Menurut penelitian Wang, et al.,
tetapi menurut penelitian Gompert, et al.,
(2016) miRNA-146a merupakan
(2008) ketika Aβ digunakan tanpa
biomarker lainnya yang dapat digunakan.
instrument yang canggih, sensitifitas dan
miRNA-146a mengalami up regulated
spesifisitasnya sangat rendah, untuk itu
pada pasien AD. miRNa ini memiliki
saat ini biomarker menggunakan Aβ
spesifisitas yang tinggi yaitu 100% dan
digunakan bersamaan dengan PET
sensitifitas 90%. miRNA 146-a ini tidak
(Positron Emission Tomography ) dan oleh
harus dikombinasikan dengan biomarker
sebab itu akan membutuhkan biaya yang
lainnya, karena up regulated dari miRNA
tinggi untuk 1 kali pengecekan pada tiap
ini dapat dijadikan penanda yang jelas
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 166

untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi merupakan biomarker yang sangat


pada penderita AD. miRNA-146 ini dalam menjanjikan dalam uji klinik pada penyakit
pengambilan sampelnya non-invasif, syaraf. NAA disintesis oleh asam aspartat
sehingga tidak terjadi kesakitan pada dan asetil koenzim A di mitokondria
pasien dan tidak menimbulkan efek syaraf, lalu hasilnya diatur pada kadar
samping lainnya, serta harga yang konsentrasi yang sangat tinggi pada sistem
dibutuhkan terjangkau (Wang, et al., syaraf pusat baik pada manusia ataupun
2016). Akan tetapi metode ini belum hewan. NAA diperbaharui setiap harinya
pernah dilakukan di Indonesia melalui daerah recycling jaringan syaraf
Pembahasan antara cairan ekstraselular neuron,
Biomarker atau disebut juga astrocytes dan oligodendrocytes.
biological marker merupakan subkategori Umumnya, klirens NAA ditransfer dari
dari penanda medis yang digunakan untuk neuron ke oligodendrocytes. Ketika terjadi
mengindikasikan suatu kondisi medis yang perubahan patologis, pembebasan NAA
diamati dari luar tubuh pasien. Biomarker akan meningkat pada neuron yang terluka,
dapat berupa gen dan protein (Ahn and NAA pertama-tama mengalir ke astrocytes
Current., 2013; Strimbu and Jorge, 2010). dan kemudian masuk ke dalam sirkulasi
Menurut penelitian Strimbu dan Jorge darah. Disamping itu, NAA diekspresikan
(2010), pengukuran dengan biomarker ini dalam kadar yang sangat tinggi di sel saraf,
memiliki kelebihan, yaitu sangat spesifik sehingga dapat digunakan sebagai
dan sensitif31-32. Jenis-jenis biomarker biomarker untuk mendiagnosis dan
yang telah ada selama ini dan dapat pengobatan penyakit syaraf, seperti
digunakan yaitu N-acetyl aspartate acid Alzheimer. Beberapa penelitian
(NAA), Serum α1 – antikimotripsin sebelumnya menunjukkan kadar NAA
(ACT), β-Amyloid, Tau-protein, dan dalam otak menurun pada pasien penderita
miRNA-146a. biomarker tersebut memiliki Alzheimer, terutama pada tahap awal
prinsip dan regulasi yang berbeda-beda penyakit Alzheimer, maka pengukuran
ketika digunakan sebagai penanda. kadar NAA dalam otak dapat digunakan
sebagai metode yang efektif untuk
N-acetyl aspartate acid (NAA)
skrinning awal penyakit Alzheimer (Patel,
Berdasarkan penelitian yang et al., 2014; Paslakis, et al., 2014; Moffet,
dilakukan oleh patel et al., (2013) N-acetyl et al., 2014, Wootla, et al., 2015; Abdallah,
aspartic acid (NAA), merupakan sebuah et al., 2013; Calderón, et al., 2015; Murray,
derivatif metabolit spesifik dari asam et al., 2014; Bittner et al., 2014).
aspartat pada sistem syaraf pusat yang
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 167

Serum α1 – antikimotripsin (ACT) Aβ protein menjadi filament amyloid yang


bersifat toksik untuk sel saraf. ACT juga
Menurut penelitian Kamboh, et al.,
terbukti mempercepat proses pembentukan
(2008) Alfa 1 – Antikimotripsin (ACT)
filament amyloid dengan mengkatalis
atau dapat dikenal dengan serine
proses agregasi konformasi β-sheet dari Aβ
proteinase inhibitor A3 yang merupakan
protein sehingga terbentuk kumpulan
protein reaktan fase akut yang diyakini
amyloid yang disebut dengan plak.
termasuk ke dalam patogenesis penyakit
Identifikasi dari ACT yang telah berikatan
AD. ACT merupakan komponen utama
dengan amyloid dapat dijadikan tanda
dari neuritic plaques dan mempromosikan
khusus berupa inflamasi sitokin untuk
perakitan amyloid beta peptida (Aβ)
menentukan daerah spesifik terbentuknya
menjadi filamen dan mengendap di otak
plak pada penderita Alzheimern (Kamboh,
sehingga mempengaruhi kerusakan
et al., 2008; Potter, et al., 2010).
kognitif. Kadar ACT dalam cairan
serebrospinal pada pasien AD meningkat Menurut penelitian Scacchi, et al.,
seiring dengan tingkat keparahannya (2010) dinyatakan bahwa semakin tinggi
dibandingkan dengan control (Kamboh, et kadar ACT maka dapat digunakan untuk
al., 2008). membedakan AD dari kondisi non-AD
inflamasi, karena kadar ACT akan kembali
Pada dasarnya ACT diproduksi oleh
normal dengan adanya terapi atau seiring
bagian otak yang memproduksi IL-1.
waktu (Scacchi, et al., 2010).
Inflamasi yang terjadi akan menyebabkan
terjadinya upregulated dari IL-1yang Pada keadaan inflamasi, trauma
mengekspresikan gen transkripsi ACT maupun operasi, kadar ACT dalam plasma
secara berlebihan sehingga di hasilkan dapat meningkat hingga 4 kali dari kadar
ACT yang berlebihan pula. ACT terbukti basalnya dalam 8 jam dan terjadi pada
memiliki kontribusi dalam pembentukan cairan serebrospinal dan plasma pasien
plak amyloid yang menyebabkan AD.mSecara umum, tes serum ACT
timbulnya penyakit Alzheimer. normal memiliki nilai lebih untuk
Berdarsarkan penelitian potter dalam memprediksi tidak adanya AD (96%)
penelitiannya The inflammation-induced daripada tes positif untuk memprediksi ada
pathological chaperones ACT and apo-E atau tidaknya. sensitifitas ACT yaitu 84%
are necessary catalysts of Alzheimer dan spesifisitas ACT 89% (Lieberman, et
amyloid formation, menyatakan bahwa al., 2011).
ACT menstimulasi pembentukan amyloid
yang menyebabkan terjadinya polimerisasi
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 168

β-Amyloid secretase, protease membran integral PS1 /


PS2 yang multisubunit, untuk
Protein Amyloid-β (Aβ) 42 (Aβ42) dan
menghasilkan Aβ. Meskipun Aβ
40 aa (Aβ40) terakumulasi sebagai plak
terakumulasi dalam semua bentuk AD,
pikun (SP) dan deposit protein amiloid
satu-satunya jalur yang diketahui
serebrovaskular yang menentukan ciri
terpengaruh oleh FAD meningkatkan
diagnostik penyakit Alzheimer (AD).
produksi Aβ dengan duplikasi gen APP
Sejumlah mutasi langka yang terkait
atau melalui substitusi dasar pada subunit
dengan familial AD (FAD) pada protein
APP dan γ-secretase PS1 dan PS2 yang
prekursor Aβ (APP), Presenilin-1 (PS1),
secara khusus meningkatkan hasil Aβ42
Presenilin-2 (PS2), Adamalysin10, dan
atau yang lebih lama. Keduanya Aβ40 dan
faktor risiko genetik lainnya untuk AD
Aβ42. Namun, sebagian besar pasien AD
sporadis seperti alel ε4 Apolipoprotein E
mengakumulasi Aβ tanpa mutasi yang
(ApoE-ε4) mendorong akumulasi Aβ dan
diketahui ini. Hal ini menyebabkan
juga menginduksi keseluruhan spektrum
penurunan degradasi Aβ atau clearance
patologi yang terkait dengan penyakit ini.
mungkin sebagai peran kunci dalam
Akumulasi Aβ merupakan peristiwa
patogenesis AD. Menurut penelitian
patologis penting dan target utama untuk
Borroni., (2010) Biomarker ini memiliki
pencegahan dan pengobatan AD. APP
sensitivitas 83% dan spesifisitas 71%
diproses secara berurutan oleh enzim
(Baranello, et al., 2015; Tang, 2009;
pembongkaran APP β-site (BACE1) dan γ-
Borroni, 2010).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 169

Gambar 1. Mekanisme Aβ (Baranello, et al., 2015)


Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 170

Tau-protein kumpulan filamen ini menjadi


intraneuronal neurofibrillary tangles yang
Tau protein merupakan mikrotubulus
mengelilingi β-amyloid 58 (Pike, et al.,
yang berasosiasi dengan protein (MAP)
2007).
yang berada di sel saraf dewasa. Tau
protein ditemukan berupa 6 bentuk Menurut penelitian Kaj Blennow, et
molekul isoform di dalam otak manusia. al., (2014) penentuan jumlah tau protein
Isoform ini dikode oleh single gen yaitu dalam diagnosis penyakit alzheimer
kromosom no 17 dan dapat juga dihasilkan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi.
dalam proses splicing dari m-RNA. Dalam Dengan demikian, tau protein dapat
bentuk phosphoprotein, tau memiliki dijadikan biomarker dalam mendiagnosa
fungsi dalam merubah tubulin menjadi penyakit Alzheimer (Pike, et al., 2007) Tau
microtubulus dan menstabilkan strukturnya Protein memiliki spesifisitas 80% dan
(Andresan, et al., 2010). sensitifitas 90% ( Maccioni, et al., 2010;
Dubois, et al., 2015).
Pada otak manusia, splicing alternatif
dari pre – mRNA dihasilkan dalam 6 miRNA 146
bentuk isoform protein. Enam isoform tau
Menurut penelitian Duan, et al., (2012)
ini dibedakan berdasarkan kandungan tiga
pada Alzheimer Disease (AD) ditemukan
(3R tau) atau empat (4R tau) ikatan
beberapa disregulasi miRNA, tetapi
mikrotubulus yang berulang dari 31 – 32
terdapat satu miRNA yang menonjol pada
asam amino dalam setengah terminal
stage awal yang dapat dijadikan sebagai
karboksi dan satu (1N), dua (2N), atau nol
early detection yaitu miRNA 146-a.
(0N) terminal amino yang masing –
MicroRNA-146a paling dikenal karena
masing disisipkan 29 asam amino.
perannya dalam respon imun bawaan.
Pengulangan ekstra di 4R tau adalah
Meskipun miRNA 146-a melimpah di otak
pengulangan kedua (R2) dari 4R tau
manusia, miRNA ini diekspresikan dalam
(Ariyannur, et al., 2008).
mikroglia dan neuron yang penting.
Pada penyakit alzheimer terjadi Upregulasi microRNA-146a dapat dilihat
proses patologi yang disebut dengan pada AD di tahap awal/ AD praklinis
tauopathies. Pada tauopathies ini, tau didalam serum dan di daerah hippocampus
protein secara abnormal mengalami (wilayah otak dimana terdapat neuron
hiperphosphorilasi dan beragregasi paling terpengaruh pada tahap awal AD),
menjadi kumpulan filamen sehingga dan juga pada diagnosis pada cairan
jumlah tau proteinnya meningkat. serebrospinal dan daerah otak yang
Umumnya pada penyakit alzheimer terkena, namun kadarnya miRNA 146a
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 171

akan berkurang pada tahap akhir ketika menyebabkan mitosfosforilasi tau


kehilangan neuron dan kerusakan jaringan abnormal di neuron dengan mengatur jalur
ditandai. Analisis bioinformatika terbaru sinyal ROCK1-PTEN di neuron. Dalam
jalur microRNA pada AD mengidentifikasi pengujian secara sistematis dapat diamati
microRNA-146a sebagai pemain sentral di bahwa ROCK1 adalah target microRNA-
delapan dari sembilan jalur peraturan aktif 146a pada sel saraf, bahwa overekspresi
yang mendasari penyakit (Duan, et al., microRNA-146a pada sel saraf
2012; Obulesu, et al., 2011; Li and menginduksi tau hyperphosphorylation
Kowdley, 2012). melalui regulasi ROCK1 melalui PTEN,
bahwa ada penurunan kadar ROCK1 dan
Menurut penelitian Wang et al., (2016)
Sebuah colocalisation dengan
pada sistem sel perifer, microRNA-146a
hyperphosphorylated tau di neurofibrillary
menekan gen yang terkait dengan rho,
tangels di otak pasien dengan AD, dan
coiled-coil containing protein kinase 1
penghambatan microRNA-146a pada tikus
(ROCK1) dan ROCK1 berikatan dengan
yang memiliki AD terjadi pengurangan
protein phosphatase and tensin homolog
tau hyperphosphorylation dan
(PTEN) yang merupakan langkah penting
meningkatkan fungsi memori. Percobaan
untuk fosforilasi PTEN yang
ini mendukung proposisi bahwa
mempromosikan tau dephosphorylation
microRNA-146a memainkan peran penting
Penurunan fosforilasi PTEN dan PTEN
dalam patofisiologi AD dengan mengatur
immunoreactive temporal lobus piramidal
fosforilasi tau (Wang, et al., 2016; Li and
neuron merupakan hal yang diperhatikan
Kowdley, 2012; Jiang, et al., 2013; Saba,
pada AD. Data ini menunjukkan bahwa
et al., 2014; Lukiw, et al., 2011)
upregulasi microRNA-146a dapat
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 172

Gambar 2. Mekanisme miRNA-146a (Wang, et al., 2016)


Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 173

Gambar 2 menunujukkan regulasi Abdallah CG, Coplan JD, Jackowski A,


Sato JR, Mao X, Shungu DC, et al.
miRNA-146a didalam tubuh. miRNA-146a
2013. A pilot study of hippocampal
ini memiiki spesfisitas 100% dan volume and N-acetylaspartate (NAA)
as response biomarkers in riluzole-
sensitivitas 90% (Wang, et al., 2016). Dari
treated patients with GAD. Eur
mekanisme dan regulasi berbagai Neuropsychopharmacol.23: 276-284.
Aguila JL, Koboldt DC, Black K, Chasse
biomarker tersebut dapat terlihat bahwa
R, Norton J, Wilson RK, et al. 2015.
beberapa biomarker akan mengalami Alzheimer's disease: rare variants
with large effect sizes. Curr Opin
upregulated dan downregulated.
Genet Dev. 33:49–55
Ahn, J. M. and Je, Y.C. 2013. Current
Mekanisme regulasi spesifik dari Serum Lung Cancer Biomarkers. J
setiap biomarker tersebut dapat Mol Biomark Diagn. Vol. 20(01): 1-
7.
menentukan spesifikasi dan sensitifitas dari Albert MS, DeKosky ST, Dickson D,
setiap biomarker. Keberagaman spesifikasi Dubois B, Feldman HH, Fox NC, et
al. 2011. The diagnosis of mild
dan sensitifitas dari setiap biomarker cognitive impairment due to
tersebut menjadi bahan pertimbangan Alzheimer’s disease:
Recommendations for the National
untuk pemilihan biomarker yang Institute on Aging-Alzheimer’s
digunakan sebagai early detection. Serta Association workgroups on
diagnostic guidelines for
proses regulasi dari setiap biomarker Alzheimer’s disease. Alzheimers
tersebut ikut berperah dalam menentukan Dement. 7:270–279.
Alexandrov, P. N. et al. 2013. microRNA
apakah biomarker tersebut dapat (miRNA) speciation in Alzheimer’s
digunakan secara single atau mesti disease (AD) cerebrospinal fluid
(CSF) and extracellular fluid (ECF).
dikombinasikan dengan biomarker lainnya Int J Biochem Mol Biol. 3, 365–373
atau mesti dilakukan dengan melakukan Alzheimer’s Disease International. World
Alzheimer Report 2009. Alzheimer’s
brain imaging untuk melihat pengaruh Disease International. London.
biomarker tersebut dalam menentukan Alzheimer’s Association. 2011
Alzheimer’s Association Report.
progresifitas penyakit AD. Oleh karena itu 2011 Alzheimer’s diseases facts and
miRNA-146a merupakan biomarker yang figures. Alzheimers Dement. 7:208–
244.
dapat digunakan dalam deteksi AD. Andreasen, Niels., Lennart Minthon.,Pia
Davidsson.,et al. 2010. Evaluation of
Simpulan CSF -tau and CSF-Aβ42 as
Diagnostic Markers for Alzheimer
Dari hasil studi dapat dilihat bahwa
Disease in Clinical Practice.
Alzheimer dapat dideteksi menggunakan American Medical Association. Vol
58, pp 373-379.
biomarker dan biomarker yang berpotensi
Anoop, Pradeep K, Singh, Reeba S.
digunakan yaitu miRNA-146a dengan Jacob, et al. 2010. CSF Biomarkers
for Alzheimer's Disease Diagnosis.
spesifisitas 100% dan sensitifitas 90%.
Alzheimer. Vol 12(3). 606802.
Daftar pustaka doi: 10.4061/2010/606802
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 174

Ariyannur PS, Madhavarao CN, Calderón L, Mora-Tiscareño A, Melo-


Namboodiri AM. 2008. N- Sánchez G, Rodríguez-Díaz J,
acetylaspartate synthesis in the brain: TorresJardón R, Styner M, et al.
Mitochondria vs. microsomes. Brain 2015. A Critical Proton MR
Res. 1227: 34-41. Spectroscopy Marker of Alzheimer’s
Banerjee S. 2010. Living well with Disease Early Neurodegenerative
dementia – development of the Change: Low Hippocampal NAA/ Cr
national dementia strategy for Ratio Impacts APOE ε4 Mexico City
England. Int J Geriatr Children and Their Parents. J
Psychiatry. 25:917–922 Alzheimers Dis.48: 1065-75.
Baranello, R.J., Bharani, K.L., Padmaraju, Clark PC, Kutner NG, Goldstein FC,
V., Chopra, N., Lahiri, D.K., Greig, Peterson-Hazen S, Garner V, Zhang
N.H., et al. 2015. Amyloid-beta R, et al. 2010. Impediments to timely
protein clearance and degradation diagnosis of Alzheimer’s disease in
(ABCD) pathways and their role in African Americans. J Am Geriatr
Alzheimer’s disease. Curr. Alzheimer Soc. 53(11):2012–7.
Res. 12, 32–46 Cummings JL, Dubois B, Molineuvo JL,
Banerjee S. 2010. Living well with Scheltens P. 2013. International work
dementia – development of the group criteria for the diagnosis of
national dementia strategy for Alzheimer disease. Med Clin North
England. Int J Geriatr Am. 97:363–368.
Psychiatry.25:917–922 de Leon MJ, Convit A, Wolf OT, Tarshish
Bittner D, Heinze HJ, Kaufmann J. 2013. CY, De Santi S, Rusinek H, et al.
Association of 1H-MR spectroscopy 2010. Prediction of cognitive decline
and cerebrospinal fluid biomarkers in in normal elderly subjects with 2-
alzheimer’s disease: diverging [18F]fluoro-2-deoxy-D-
behavior at three different brain glucose/positron-emission
regions. J Alzheimers Dis. 36: 155- tomography (FDG/PET).Proc Natl
163. Acad Sci U S A98, 10966-10971
Borroni B. 2010. Blood cell markers in De Lepeleire J, Wind AW, Iliffe S,
Alzheimer's disease: amyloid Moniz-Cook ED, Wilcock J,
precursor protein form ratio in Gonzalez VM, et al. 2008. nterdem
platelets. Exp. Gerontol. 45:53–56. Group The primary care diagnosis of
Brooker D, Fontaine JL, Evans S, Bray J, dementia in Europe: An analysis
Saad K. 2014. Public health guidance using multidisciplinary,
to facilitate timely diagnosis of multinational expert groups. Aging
dementia: ALzheimer’s cooperative Ment Health.12:568–576.
valuation in Europe Denk, J. et al. 2011. MicroRNA Profiling
recommendations. Int J Geriatr of CSF Reveals Potential Biomarkers
Psychiatry. 29:682–693. to Detect Alzheimer’s Disease. PLoS
Brookmeyera,R, Elizabeth Johnsona , One. 10, e0126423, doi
Kathryn Ziegler-Grahamb , H. 0.1371/journal.pone.0126423
Michael Arrigh. 2007. Forecasting Duan, Y., Dong, S., Gu, F., Hu, Y. &
the global burden of Alzheimer’s Zhao, Z. 2012. Advances in the
disease. Alzheimer’s & Dementia pathogenesis of Alzheimer’s disease:
3.186–191. focusing on tau-mediated
doi:10.1016/j.jalz.2007.04.381 neurodegeneration. Transl
Britschgi M, et al. 2009. Neuroprotective Neurodegener. 1, 24, doi:
natural antibodies to assemblies of 10.1186/2047-9158-1-24
amyloidogenic peptides decrease Dubois, Anne M. Fagan, Piotr Lewczuk,
with normal aging and advancing Mony J. de Leon, and Harald
Alzheimer’s disease. Proc. Natl Hampel. 2015. Clinical utility of
Acad. Sci. USA. 106:12145–12150 cerebrospinal fluid biomarkers in the
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 175

diagnosis of early Alzheimer’s Lieberman, et al. 2011. Serum α1-


disease. Alzheimer. 11(1): 58– Antichymotrypsin Level as a Marker
69.: DOI. 10.1016/j.jalz.2014.02.004 for Alzheimer-Type Dementia.
Dubois B, Feldman HH, Jacova C, Neurobiology of Aging. 16(5): 747-
Dekosky ST, Barberger-Gateau P, 753.
Cummings J, et al. . 2007. Research Li, Y. & Kowdley, K. V. 2012.
criteria for the diagnosis of MicroRNAs in common human
Alzheimer’s disease: Revising the diseases. Genomics Proteomics
NINCDS-ADRDA criteria. Lancet Bioinformatics.10, 246–253, doi:
Neurol. 6:734–746. 10.1016/j. gpb.2012.07.005
Dubois B, Feldman HH, Jacova C, Lukiw, W. J., Dua, P., Pogue, A. I.,
Cummings JL, Dekosky ST, Eicken, C. & Hill, J. M. 2011.
Barberger-Gateau P, et al. 2010. Upregulation of micro RNA-146a
Revising the definition of (miRNA-146a), a marker for
Alzheimer’s disease: A new inflammatory neurodegeneration, in
lexicon. Lancet Neurol. 9:1118– sporadic Creutzfeldt-Jakob disease
1127. (sCJD) and Gerstmann-Straussler-
Dubois B, Feldman HH, Jacova C, Scheinker (GSS) syndrome. J
Hampel H, Molinuevo JL, Blennow Toxicol Environ Health A. 74, 1460–
K, et al. 2014. Advancing research 1468, doi:
diagnostic criteria for Alzheimer’s 10.1080/15287394.2011.618973
disease: The IWG-2 criteria. Lancet Maccioni, R.B, J. P. Muñoz, and L.
Neurol. 13:614–629. Barbeito. 2010. The molecular bases
Gomperts SN, Rentz DM, Moran E, of Alzheimer's disease and other
Becker JA, Locascio JJ, Klunk WE, neurodegenerative
et al. 2008. Imaging amyloid disorders. Archives of Medical
deposition in Lewy body diseases. Research. Vol. 32 (5), pp. 367–381.
Neurology. 71:903–10. Majer, A. et al. 2012. Early mechanisms
Hebert LE, Weuve J, Scherr PA, Evans of pathobiology are revealed by
DA. 2013. Alzheimer disease in the transcriptional temporal dynamics in
United States (2010–2050) estimated hippocampal CA1 neurons of prion
using the 2010 Census. Neurology. infected mice. PLoS Pathog. 8,
80(19):1778–83. e1003002, doi:
Honea RA, Vidoni ED, Swerdlow RH, 10.1371/journal.ppat.1003002
Burns JM. 2012. Alzheimer’s Markesbery WR, Schmitt FA, Kryscio RJ,
Disease Neuroimaging Initiative. Davis DG, Smith CD, Wekstein DR.
Maternal family history is associated 2006. Neuropathologic substrate of
with Alzheimer’s disease mild cognitive impairment. Arch
biomarkers. J Alzheimers Neurol. 63, 38-46.
Dis.31(3):659–68. Mayeux, R and Yaakov Stern. 2012.
Jiang, W. et al. 2013. Identification of Epidemiology of Alzheimer Disease.
active transcription factor and Cold Spring Harb Perspect Med.
miRNA regulatory pathways in 2:a006239
Alzheimer’s disease. Bioinformatics. McKhann GM, Knopman DS, Chertkow
29, 2596–2602, doi: H, Hyman BT, Jack CR, Jr, Kawas
10.1093/bioinformatics/btt423 CH, et al. 2011. The diagnosis of
Kamboh, et al. 2008. Alpha-1- dementia due to Alzheimer’s disease:
antichymotrypsin (ACT or Recommendations from the National
SERPINA3) Polymorphism May Institute of Aging-Alzheimer
Affect Age-At-Onset and Disease Association workgroups on
Duration of Alzheimer’s Disease. diagnostic guidelines for
Neurobiology of Aging. 27: 1435- Alzheimer’s disease. Alzheimers
1439. Dement. 7:263–269.
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 176

Moffett JR, Ariyannur P, Arun P, Assessment of plasma NAA Front


Namboodiri AM. 2014. Chapter 2.1- Hum Neurosci. 9(12):23568-23575
N -Acetylaspartate and N- Paslakis G, Träber F, Roberz J, Block W,
Acetylaspartylglutamate in Central Jessen F. 2014. N-acetyl-aspartate
Nervous System Health and Disease. (NAA) as a correlate of
Magnetic Resonance pharmacological treatment in
Spectroscopy.71-90. psychiatric disorders: A systematic
Moffett RJ, Ross B, Arun P, Madhavarao review. Eur
CN, Namboodiri AMA. 2007. N- Neuropsychopharmacol.24: 1659-
Acetylaspartate in the CNS: From 1675.
neurodiagnostics to neurobiology. Pike KE, Savage G, Villemagne VL, Ng
Prog Neurobiol 81, 89-131. S, Moss SA, Maruff P, et al. 2007.
Molinuevo JL and Rami L. 2013. Beta-amyloid imaging and memory
Applying the IWG research criteria in non-demented individuals:
in clinical practice: Feasibility and evidence for preclinical Alzheimer’s
ethical issues. Med Clin North disease. Brain. 130, 2837-2844.
Am. 97:477–484. Potter, Huntington, et al. 2010. The
Morris JC, Roe CM, Xiong C, Fagan AM, inflammation-induced pathological
Goate AM, Holtzman DM, et al. chaperones ACT and apo-E are
2010. APOE predicts amyloid-beta necessary catalysts of Alzheimer
but not tau Alzheimer pathology in amyloid formation. Neurobiology of
cognitively normal aging. Ann Aging. 22 p: 923-930.
Neurol. 67:122–31 Qiu C, von Strauss E, Backman L,
Morris JC, Blennow K, Froelich L, Winblad B, Fratiglioni L. 2013.
Nordberg A, Soininen H, Waldemar Twenty-year changes in dementia
G, et al. 2014. Harmonized occurrence suggest decreasing
diagnostic criteria for Alzheimer’s incidence in central Stockholm,
disease: Recommendations. J Intern Sweden. Neurology. 80(20):1888–94
Med. 275:204–213. Revett TJ, Baker GB, Jhamandas J, Kar S.
Muller, M., Kuiperij, H. B., Claassen, J. 2013 . Glutamate system, amyloid ß
A., Kusters, B. & Verbeek, M. peptides and tau protein: functional
2014.M. MicroRNAs in Alzheimer’s interrelationships and relevance to
disease: differential expression in Alzheimer disease pathology. J
hippocampus and cell-free Psychiatry Neurosci. 38(1):6-23. doi:
cerebrospinal fluid. Neurobiol Aging. 10.1503/jpn.110190
35, 152–158, doi: Saba, R., Sorensen, D. L. & Booth, S. A.
10.1016/j.neurobiolaging.2013.07.00 2014. MicroRNA-146a: A
5 Dominant, Negative Regulator of the
Murray ME, Przybelski SA, Lesnick TG, Innate Immune Response. Front
Liesinger AM, Anthony S, Bing Z, et Immunol. 5, 578, doi:
al. 2014. Early Alzheimer’s Disease 10.3389/fimmu.2014.00578
Neuropathology Detected by Proton Scacchi, et al. 2010. Plasma α1-
MR Spectroscopy. J Neurosci.34: antichymotrypsin in Alzheimer’s
16247-16255. Disease; Relantionship With APOE
Obulesu, M., Venu, R. & Somashekhar, R. Genotypes. Neurobiology of
2011. Tau mediated Aging.22: 413-416.
neurodegeneration: an insight into Schrijvers EM, Verhaaren BF, Koudstaal
Alzheimer’s disease pathology. PJ, Hofman A, Ikram MA, Breteler
Neurochem Res. 36, 1329–1335, doi: MM. 2012. Is dementia incidence
10.1007/s11064-011-0475-5 declining? Trends in dementia
Patel T, Blyth JC, Griffiths G, Kelly D, incidence since 1990 in the
Talcott JB. 2014. Moderate Rotterdam Study. Neurology.
relationships between NAA and cog- 78(19):1456–63.
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 177

Shaffer JL, Petrella JR, Sheldon FC, with Alzheimer’s disease in three
Choudhury KR, Calhoun VD, European countries – study design
Coleman RE, et al. 2013 . zheimer’s and baseline findings. J Alzheimers
Disease Neuroimaging Initiative. Dis. 36:385–399.
Predicting Cognitive Decline in Wootla B, Denic A, Watzlawik JO,
Subjects at Risk for Alzheimer Warrington AE, Rodriguez M. 2015.
Disease by Using Combined A single dose of a neuronbinding
Cerebrospinal Fluid, MR Imaging, human monoclonal antibody
and PET Biomarkers. Radiology. improves brainstem NAA
Feb;266(2):583-91. doi: concentrations, a biomarker for
10.1148/radiol.12120010. density of spinal cord axons, in a
Sofie Solvten S, Ann-Britt Nygaard and model of progressive multiple
Thomas Christeen. 2016. miRNA sclerosis. J Neuroinflammation.12:
expression profiles in cerebrospinal 1-6.
fluid and bloodof patients with World Health Organization. 2012.
Alzheimer’s disease and other types Dementia: a public health priority.
of dementia-an exploratory study. Geneva: World Health Organization.
Translational Neurodegenartion. 5:6. Yaffe K, Falvey C, Harris TB, Newman
Doi 10.1186/s40035-016-0053-5 A, Satterfield S, Koster A, et al.
Swardfager W, Lanctôt K, Rothenburg L, 2013. Effect of socioeconomic
Wong A, Cappell J, Herrmann N . disparities on incidence of dementia
2012 . "A meta-analysis of cytokines among biracial older adults:
in Alzheimer disease". Biol Psychiat Prospective study. BMJ. 347:f7051.
68 (10): 930-941. Yamada K, et al. 2009. Aβ
Strimbu, K and Jorge, A. T. 2010. What immunotherapy: intracerebral
are Biomarkers? Curr Opin HIV sequestration of Aβ by an anti-Aβ
AIDS. 5(6): 463-466. monoclonal antibody 266 with high
Tang K. . 2009. Platelet amyloid precursor affinity to soluble Aβ. J.
protein processing: a bio-marker for eurosci. 29:11393–11398.
Alzheimer‘s disease. J. Neurol. Sci.
240:53–58.
Tanna, S. 2015. A Public Health
Approach to Innovation. WHO.
Wang, G. et al. 2016. MicroRNA-146a
suppresses ROCK1 allowing
hyperphosphorylation of tau in
Alzheimer’s disease. Nature. Vol 6:
1-12
Weuve J, Hebert LE, Scherr PA, Evans
DA. 2015. Prevalence of Alzheimer
disease in U.S. states. Epidemiology.
26(1):e4-e6.
Wimo A, Jonsson L, Bond J, Prince M,
Winblad B. 2010. Alzheimer Disease
International The worldwide
economic impact of
dementia. Alzheimers Dement. 9:1–
11.
Wimo A, Reed CC, Dodel R, Belger M,
Jones RW, Happich M, et al. 2013.
The GERAS study: A prospective
observational study of costs and
resource use in community dwellers

Anda mungkin juga menyukai