Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk negara kedua rentan bencana dunia. Kejadian bencana di Indonesia, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia akan menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis lainnya. Secara Geologis Indonesia terletak dijalur yang dilalui oleh dua pegunungan muda yaitu Pegunungan Mediterania disebelah barat dan pegunungan Pasific disebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana, bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor. Negara Indonesia mempunyai potensi bencana yang cukup besar, baik karena alam maupun karena ulah manusia yang menjadi tanggung jawab pemerintah untuk penanggulangannya. Upaya penanggulangan di Indonesia telah ada sejak negeri ini baru mendeklarasikan kemerdakaan turut memberi andil dalam pembentukan kelembagaan dan penanggulangan bencana maupun teknis pelaksanaannya. Upaya untuk menolong penderitaan rakyat akibat musibah bencana baik bencana alam maupun bencana ulah manusia, sudah dirintis oleh Pemerintah sejak zaman revolusi perjuangan kemerdekaan. Adanya tragedi gempa bumi dan tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan semakin meningkatnya intensitas bencana membuat Pemerintah menyempurnakan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP) menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB) melalui Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005. Belum terdapatnya peraturan perundang-undangan mengenai penanggulangan bencana yang dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh, dan sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia maka pada tahun 2007 atas inisiatif DPR, Pemerintah mengeluarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 yang menjadi dasar pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008. Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana sebagai landasan bagi pembangunan sistem (system building) penanggulangan bencana di Indonesia. Undang-Undang tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan perundangan yang ada, dan membangun sistem penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan menyeluruh dengan tetap menghargai budaya lokal, membangun kemitraan publik dan swasta, mendorong kesetiakawanan dan kedermawanan, serta menciptakan perdamaian dalam berbangsa dan bernegara. Sedangkan untuk tingkat daerah terdapat Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang ada di setiap propinsi dan kabupaten. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008, menggantikan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana (Satkorlak) di tingkat Provinsi dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) di tingkat Kabupaten/Kota, yang keduanya dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005. Magelang adalah sebuah Kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten ini adalah Kota Mungkid. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang di utara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten di timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Temanggung di barat, serta Kota Magelang yang berada di tengah-tengahnya. Kabupaten Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian pegunungan. Di bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Boyolali) terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan Gunung Merapi (2.911 m dpl). Di bagian barat (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo) terdapat Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di bagian barat daya terdapat rangkaian Pegunungan Menoreh. Pada bagian tengah mengalir Kali Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Di Kabupaten Magelang juga terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini. Pertemuan kembali kedua kali tersebut terletak di desa Progowati. Berdasarkan letak geografis tersebut, Kabupaten Mgelang termasuk salah satu daerah rawan bencana, terutama bencana gunung berapi dan tanah longsor. Peran BPBD sangat diperlukan pada saat terjadi bencana. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan wawancara terhadap BPBD Kabupaten Magelang mengenai profil dan struktur organisasi BPBD Kabupaten Magelang. 1.2 RUMUSAN MASALAH a. Apakah dasar hukum BPBD Kabupaten Magelang b. Berapa jumlah tim BPBD Kabupaten Magelang dan apa saja fungsinya? c. Bagaimana tahapan BPBD Kabupaten Magelang saat melaksanakan tugas? d. Bagaimana proses pembuatan peta bencana dalam daerah BPBD itu sendiri? e. Organisasi apa saja yang memiliki kerjasama dengan BPBD? f. Dalam bertugas bagaimana proses anggaran yang dikeluarkan? g. Bagaimana analisa keuangan di BPBD bagaimana proses analisanya? 1.3 TUJUAN a. Untuk mengetahui tim BPBD Kabupaten Magelang dan apa saja fungsinya. b. Untuk mengetahui bagaimana tahapan BPBD Kabupaten Magelang saat melaksanakan tugas. c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan peta bencana dalam daerah BPBD itu sendiri. d. Untuk mengetahui organisasi apa saja yang memiliki kerjasama dengan BPBD. e. Untuk mengetahui bagaimana proses anggaran yang dikeluarkan. f. Untuk mengetahui analisa keuangan di BPBD bagaimana proses analisanya. BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga pemerintah non- departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008, menggantikan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana (Satkorlak) di tingkat Provinsi dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) di tingkat Kabupaten/Kota, yang keduanya dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005. DAFTAR PUSTAKA