Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Obat

2.1.1 Pengertian Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat adalah suatu rangkaian kegiatan puskesmas yang mencakup

perencanaan, permintaan obat, penerimaan obat, penyimpanan, distribusi,

pengendalian, pelayanan obat,dan pencatatan serta pelaporan(4).

2.1.2 Tujuan Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang menyangkut aspek

perencanaan, pengadaan, distribusi, penyimpanan dan penggunaan obat dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang ada dengan tujuan menjamin kelangsungan

ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif dan

rasional(4)

2.1.3 Ruang Lingkup Pengelolaan Obat

Ruang lingkup pengelolaan obat secara keseluruhan mencakup perencanaan,

permintaan obat, penerimaan obat, penyimpanan, distribusi, pengendalian,

pelayanaan obat, dan pencatatan serta pelaporan. Dalam ruang lingkup

pengelolaan obat tersebut terkandung fungsi-fungsi yang harus dijalankan agar

tujuan yang ditetapkan dapat tercapai(4).

5
6

2.1.3.1 Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan

Puskesmas. Tujuan perencanaan antara lain :

1. Mendapat perkiraan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan

2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat(4).

2.1.3.2 Permintaan Obat

Permintaan obat merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan obat di unit

pelayanan kesehatan. Kegiatan permintaan terdiri dari permintaan rutin dan

permintaan khusus yang dilakukan di luar jadwal rutin. Untuk menentukan jumlah

permintaan obat memerlukan data seperti data pemakaian obat periode

sebelumnya, data jumlah kunjungan resep, dan data penyakit. Cara menghitung

kebutuhan obat yaitu dengan perkiraan jumlah kebutuhan obat untuk periode yang

akan datang sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya.

Berikut rumusnya :

SO = SK + WK + WT + SP – SS

Keterangan :

SO = Stok Optimum

SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan), yaitu pemakaian

rata-rata per periode distribusi


7

WK = Waktu Kekosongan Obat, yaitu lamanya kekosongan obat

dihitung dalam hari.

WT = Waktu Tunggu (Lead Time). Dihitung mulai dari permintaan

obat sampai dengan penerimaan obat dari distributor.

SP = Stok Penyangga, adalah persediaan obat untuk mengantisipasi

terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan kedatangan obat

dan pemakaian

SS = Stok Sisa, yaitu sisa obat yang masih tersedia pada akhir periode

distribusi(4).

2.1.3.3 Penerimaan Obat

Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan dan

yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di

bawahnya. Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas(4).

2.1.3.4 Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang

diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia

dan mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan yang baik agar obat yang

tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan (4).


8

2.1.3.5 Distribusi

Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

kepada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan permintaan yang diajukan. Tujuan

distribusi adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di unit pelayanan kesehatan

dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

2.1.3.6 Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang

diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan.

Pengendalian dalam pengelolaan obat terdiri dari tiga macam, yaitu pengendalian

persediaan, pengendalian penggunaan dan pengendalian obat yang hilang, rusak

dan kadaluarsa. Pengendalian persediaan bertujuan agar tidak terjadi kelebihan

dan kekosongan obat. Pengendalian penggunaan bertujuan menjaga kualitas

pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Tujuan dari

pengendalian terhadap obat yang hilang, rusak dan kadaluarsa yaitu sebagai bukti

pertanggung jawaban bagian logistik sehingga diketahui persediaan obat saat itu

dan untuk melindungi pasien dari efek samping obat yang rusak atau

kadaluarsa (4).

2.1.3.7 Pelayanan Obat

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non

teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai pada

penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan obat bertujuan agar pasien mendapat
9

obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat informasi mengenai dosis dan

bagaimana mengkonsumsinya (4).

Pelayanan obat meliputi penataan ruang pelayanan obat, penyiapan obat,

penyerahan obat, pemberian informasi obat, etika pelayanan dan perlengkapan

peracikan obat. Dalam pelayanan obat, pemberian informasi kepada pasien secara

jelas dan lengkap merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan karena salah satu

sebab utama dari pasien yang tidak menggunakan obat secara tepat adalah karena

psien tidak mendapat penjelasan yang cukup dari petugas pelayanan obat (4).

2.1.3.8 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam

rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, meliputi obat-obatan yang

diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di unit pelayanan kesehatan.

Pencatatan dan pelaporan digunakan sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah

dilakukan, sebagai sumber untuk melakukan pengaturan dan pengendalian serta

sebagai sumber data untuk pembuatan laporan lain atau laporan berikutnya.

Sarana yang biasa digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat adalah LPLPO

(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dan kartu stok obat.
10

2.2 Input (masukan)

Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan suatu pekerjaan. Input (masukan) dalam penelitian ini terdiri dari

sumber daya manusia, sarana, dan proses (penerimaan obat, pengaturan

penyimpanan obat, pengeluaran obat, stok opname obat, dan pencatatan serta

pelaporan) (2).

2.2.1 Sumber Daya Manusia

SDM yang terlibat dalam proses penyimpanan obat di Puskesmas Cimahi

Selatan terdiri dari Penanggung Jawab Gudang Obat dan Penanggung Jawab

Apotek

2.2.1.1 Penanggung Jawab Gudang Obat Puskesmas, tugasnya :

1. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota.

2. Pemeriksaan kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan.

3. Penyimpanan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan.

4. Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit pelayanan.

5. Pengendalian penggunaan persediaan.

6. Pencatatan dan pelaporan.

7. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan.

8. Penyusunan persediaan obat dan perbekalan kesehatan.

9. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kab /

Kota.

10. Penyusunan laporan ke Dinkes Kabupaten / Kota(4).


11

2.2.1.2 Penanggung Jawab Kamar Obat (Apotek) Puskesmas, tugasnya :

1. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan

kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh apotek Puskesmas

dalam bentuk buku catatan mutasi obat.

2. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan

kesehatan.

3. Menyerahkan kembali obat rusak / kadaluarsa ke petugas gudang obat.

4. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien

5. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada

pasien(4).

2.2.2 Sarana dan Prasarana

2.2.2.1 Gudang, syaratnya adalah sebagai berikut :

1. Cukup luas minimal 3 x 4 m2

2. Ruangan kering tidak lembab

3. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab / panas.

4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung

untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.

5. Lantai dibuat dari tegel / semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya

debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet).

6. Dinding dibuat licin.

7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.

8. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.

9. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.


12

10. Tersedia lemari / laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang

sudah terkunci.

11. Sebaiknya ada pengukur suhu dan kelembaban ruangan. (4).

12. Sebaiknya ada alat pengusir tikus

13. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat khusus.

2.2.2.2 Dokumen

1. Kartu Stok Obat

2. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

3. Catatan Penggunaan Obat(4).

2. Proses

2.2.3.1 Prosedur Penerimaan Obat :

1. Petugas menerima obat dari bagian Farmasi Dinas Kesehatan, instansi lain

atau relokasi dari Puskesmas lain

2. Petugas mengecek kesesuaian obat dengan Bukti Barang Keluar (BBK)

3. Petugas mengisi Kartu Stok Obat dengan mencantumkan pengirim (dari),

penerima (kepada), tanggal, nomor BBK, nomor batch, tanggal kadaluarsa,

jumlah penerimaan, jumlah persediaan, jumlah pemakaian, dan sisa.

4. Obat disimpan dalam gudang obat sesuai ketentuan penyimpanan (6).


13

2.2.3.2 Prosedur Pengaturan Penyimpanan Obat :

1. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan.

2. Obat disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya.

3. Masing-masing obat disusun dengan sistem First In First Out (FIFO),

artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari

obat yang datang kemudian. dan First Expired First Out (FEFO), artinya

obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat

yang kadaluarsa kemudian.

4. Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokkan untuk

memudahkan pencarian, pengawasan dan pengendalian stok obat.

5. Pemindahan harus hati-hati supaya tidak pecah / rusak.

6. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar

dari cahaya matahari dan disimpan di tempat kering.

7. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari

cahaya dan disimpan dalam lemari es.

8. Obat injeksi disimpan dalam tempat terhindar dari cahaya matahari.

9. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan

pengambilannya menggunakan sendok.

10. Obat yang mempunyai waktu kadaluarsa supaya waktu kadaluarsanya

dituliskan pada dus luar dengan menggunakan spidol.

11. Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti lemari

tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.

12. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.


14

13. Beri tanda semua wadah obat dengan jelas, apabila ditemukan obat dengan

wadah tanpa etiket, jangan digunakan.

14. Obat yang disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum

jumlah isi dus, kode lokasi, tanggal diterima, tanggal kadaluarsa, nama

produk / obat.

15. Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun

tersebut.

16. Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan kesehatan

(Puskesmas).

17. Susunan obat yang berjumlah besar di atas papan atau diganjal dengan

kayu / palet dengan rapi dan teratur.

18. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obat yang

berjumlah sedikit tapi harganya mahal.

19. Obat yang rusak / kadaluarsa telah dikumpulkan dan disimpan secara

terpisah dari obat lain dan disimpan di luar gudang.

20. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.

21. Barang yang mempunyai volume besar disimpan dalam dus

22. Letakkan kartu stok di dekat obatnya(4)

2.2.3.3 Prosedur Pengeluaran Obat

1. Obat disiapkan berdasarkan catatan permintaan Apotek dan unit-unit lain

(Poli TB, Poli KIA, Poli TB)

2. Jumlah obat yang dikeluarkan disesuaikan dengan persediaan.


15

3. Catat pengeluaran obat pada kartu stok, Bukti Barang Keluar (BBK), berita

acara serah terima obat dan buku pengeluaran obat.

4. Distribusikan obat kepada apotek atau unit-unit lain yang dituju(6).

2.2.3.4 Prosedur Stock Opname Obat

1. Menghitung persediaan obat dalam satuan terkecil untuk mencocokkan

jumlah persediaan yang tercatat dalam kartu stok obat dengan jumlah fisik

yang ada pada gudang.

2. Memeriksa mutu obat yang meliputi pengecekan terhadap obat yang rusak,

obat yang kadaluarsa dan yang akan kadaluarsa

3. Mengatur ulang persediaan

4. Membuat Berita Acara Stok Opname(6).

2.2.3.5 Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Obat

1. Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam

kartu stok.

2. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dibuat

berdasarkan kartu stok dan catatan harian penggunaan obat.

3. LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yakni dua rangkap diberikan ke Dinkes

Kabupaten / Kota melalui instalasi Farmasi Kabupaten / Kota untuk diisi

jumlah yang diserahkan, dan satu rangkap untuk arsip Puskesmas.

4. Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan(4).


16

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja(7). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan membina peran serta

masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (8).

2.3.2 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan

wilayah kerja Puskesmas (9).

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

Namun apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka

tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (desa/keluarahan atau RW). Masing-masing puskesmas

tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (7).
17

2.3.3 Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan

sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama (7).

2.3.3.1 Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

Puskesmas juga aktif memantau dana melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

2.3.3.2 Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini


18

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial

budaya masyarakat setempat.

2.3.3.3 Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

2.3.3.4 Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :

1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

perorangan (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit

dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah

rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya.


19

2.3.4 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan Puskesmas mencakup kedudukan secara administratif dan

kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan (9).

2.3.4.1 Kedudukan secara administratif

Puskesmas merupakan perangkat teknis Pemerintah daerah Tingkat II dan

bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala

Dinas Kesehatan Dati II.

2.3.4.2 Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan

Sesuai Sistem Kesehatan Nasional (SKN), dalam urutan hirarki pelayanan

kesehatan Puskesmas berkedudukan pada Tingkat Fasilitas Pelayanan kesehatan

Tingkat Pertama.

2.3.5 Program Pokok Puskesmas

Program Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk UPK (Upaya Pokok

Kesehatan), yang meliputi: kesejahteraan ibu dan anak: keluarga berencana: usaha

peningkatan gizi; kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular; upaya

pengobatan; penyuluhan kesehatan, usaha kesehatan sekolah; kesehatan olahraga;

perawatan kesehatan masyarakat; usaha kesehatan kerja; kesehatan gigi dan

mulut; usaha kesehatan jiwa; kesehatan mata; laboratorium; serta pencatatan dan

pelaporan (9).

Anda mungkin juga menyukai