Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN

MANAJEMEN BENCANA PADA Tn. W DENGAN DIAGNOSA


MEDIS GASTROENTRITIS

DI IRD RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan
Manajemen Bencana

Dosen Pembimbing : Suyamto, A.Kep.,MPH

Disusun Oleh :

Dimas Ibnu Fauzi 2620152728

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Keperawatan Gawat Daruat dan Manajemen Bencana yang berjudul


“GASTROENTRITIS” di IRD RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, disusun
untuk memenuhi tugas individu PKK Gawat Darurat dan Manejemen Bencana
yang disahkan pada

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan,

(Dimas Ibnu Fauzi)

Mengetahui,

CI Lahan, Pembimbing Akademik,

(………………………) (…………………….)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting
disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan
kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang
menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah
Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan
lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi,
menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang
mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan
tindakan-tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare
adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak
penderita diare yang mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan
penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat
yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat
mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang
berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai,
namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan
masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam
mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga
dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit
gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan
pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit
gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul
penderita gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat luas dan dari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus
tersebut sebagai penyusunan resume keperawatan gawat darurat dan
menejemen bencana dengan judul gastroenteritis.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan asuhan keperawatan
2. TujuanKhusus
Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah:
a. Memahami definisi dari gastroentritis
b. Mengetahui etiologi gastroentritis
c. Mengetahui tanda dan gejala gastroentritis
d. Memahami patofisiologi gastroentritis
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang gastroentritis
f. Mengetahui penatalaksanaan gastroentritis
g. Mengetahui pengkajian fokus gastroentritis
h. Mengetahui diagnosa dan intervensi gastroentritis
BAB II

KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan
baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal. Pada diare infeksius
umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal ileum.
Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan
sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya
meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk
membuat agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama
gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini
merupakan mekanisme yang penting untuk membebaskan traktus intestinal dari
infeksi. Diare yang sangat menarik perhatian adalah yang disebabkan oleh
kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus kolon patogen). Toksin kolera
secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan dari
kripa Lieberkühn pada ileum distal dan kolon. Jumlahnya dapat 10 sampai 12
liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi maksimum hanya 6-8
liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit dapat begitu
mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian (Guyton &
Hall, 2006).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011).
Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa
hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).
Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam
lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih
banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah,
yang sering menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim 2010).

B. Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut
(diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
1) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
2) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
3) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi.
2. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan
mineral).
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

C. Tanda dan Gejala


Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas,
perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah.
Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas
lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga
rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Gangguan
kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan
kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan
timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat
tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan
pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting
karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi
cairan intravena tanpa alkali.

D. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan
sirkulasi darah.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
F. Penatalaksanaan
Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara
sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan
pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak
direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.
Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi
berat (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Dalam garis besar pengobatan
diare dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu:
1. Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b. cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh


WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat
30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas, misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia
di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
b. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
1) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).
3. Obat anti diare
a. Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara
luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim
enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara
normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit
sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.
b. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein
adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil
5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan
cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap
bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel
mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit.
d. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat
membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10
cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul
atau tablet.
e. Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria
atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya
di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.

G. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi
Smith Greenberg,1992 adalah:
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
1) Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
2) Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun.
Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir
kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat
antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
2. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan)
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic: diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
3. Pemerikasaan fisik
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

H. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian
berhubungan dengan tindakan keperawtan nyeri komprehensif:
agen cedera biologis selama x24 jam, pasien lokasi, karakteristik,
mampu: onset/durasi, frekuensi,
NOC: kontrol nyeri kualitas, intensitas atau
Kriteria hasil: beratnya nyeri dan
- Mengenali kapan faktor pencetus
nyeri terjadi: 4 - Pastikan perawatan
- Menggambarkan analgesik bagi pasien
faktor penyebab: 3 dilakukan dengan
- Menggunakan pemantauan yang ketat
tindakan pengurangan - Gunakan strategi
nyeri tanpa analgesik: komunikasi terapeutik
3 untuk mengetahui
- Menggunakan pengalaman nyeri dan
analgesik yang sampaikan penerimaan
direkomendasikan: 4 pasien terhadap nyeri
- Mengenali apa yang - Gali pengetahuan dan
terkait dengan gejala kepercayaan pasie
nyeri: 4 mengenai nyeri
- Berikan informasi
mengenai nyeri
- Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Dorong pasien untuk
memonitor nyer dan
menangani nyerinya
dengan tepat
- Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
(nafas dalam)
- Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri
- Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan resep
analgesik
Diare berhubungan Setelah dilakukan - Ajari pasien cara
dengan iritasi tindakan keperawtan penggunaan obat diare
gastrointestinal selama 3x24 jam, pasien yang tepat
mampu: - Instruksikan pasien
NOC: fungsi atau anggota keluarga
gastrointestinal untuk mencatat warna,
Kriteria hasil: volume, frekuensi, dan
- Toleransi (terhadap) konsistensi tinja
makanan: 4 - Berikan makanan
- Nafsu makan: 4 dalam porsi kecil dan
- Frekuensi BAB: 4 lebih sering serta
- Warna feses: 4 tingkatkan porsi secara
- Konsistensi feses: 4 bertahap
- Jumlah feses: 4 - Anjurkan pasien
- Bising usus: 4 menghindari makanan
- Mual: 4 pedas dan yang
- Muntah: 4 menimbulakn gas
- Diare: 4 dalam perut
- Identifikasi faktor yang
bisa menyebabkan
diare
- Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala diare menetap
Mual b.d iritasi Setelah dilakukan - Dorong pasien untuk
gastrointestinal tindakan keperawatan memantau pengalaman
selama 2x24 jam, pasien diri terhadap mual
mampu: - Dorong pasien untuk
NOC: kontrol mual & belajar strategi
muntah mengatasi mual sendiri
Kriteria hasil: - Identifikasi faktor-
- Mendeskripsikan faktor yang dapat
faktor-faktor penyebab: menyebabkan atau
4 berkontribusi terhadap
- Mengenali pencetus mual
stimulasi (muntah): 4 - Ajari penggunaan
- Menggunakan langkah- teknik nonfarmakologi
langkah pencegahan: 3 untuk mengatasi mual
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Indonesia: Mocomedia

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States


of America : Mosby
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
John Wiley & Sons. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia, Edisi Kelima. Indonesia: Mocomedia

Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis


di Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (Diakses pada tanggal 24 Juli 2017:
etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai