Oleh :
WARSITO
070115B068
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit CKD adalah:
1. Diabetes Mellitus
2. Glumeruonefritis
3. Akut pielonefritis
4. Hipertensi
5. Obstruksi traktus urinarius
6. Lesi
7. Herediter (penyakit ginjal polikistik, gangguan fungsi vaskuler, infeksi,
medikasi, agen toksik) (Desto De Belto, 2010).
Berdasarkan penyebab dari CKD tidak selalu spesifik diantaranya sebagaia
berikut :
1 Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
2 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
3 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
5 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
6 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7 Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
8 Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
9 hidronefrosis
10 Sindrom nefrotik
11 Tumor ginjal
12 Gangguan vaskuler, infeksi
13 Agen toksis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% -
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2002)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis.
Klasifikasi Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin
serum normal dan penderita asimptomatik.
2. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah
rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum
meningkat.
3. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium
dari tingkat penurunan LFG :
1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten
dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
5. Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
D. PATWAYS
(terlampir)
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik antara lain (Long, 2002):
1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2002) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). Manifestasi
klinik menurut Suyono (2002) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
2. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ),
burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak
kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
5. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ (berat jenis), kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan dalam gagal ginjal
kronik. Obat anti hipertensi, eritropoietin suplemen besi, agen pengikat fosfat
dan kalsium. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi
tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana sajayang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
I. KOMPLIKASI
1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti
tekanan darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan,
peningkatan tekanan vena sentral, dispnea, batuk, edema, penambahan
BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan
frekuensi nadi, pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan
vena sentral menurun, dan penurunan haluaran urine. Riwayat
kehilangan banyak cairan melalui lambung yang menimbulkan
kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa keperawatan
kekurangan cairan.
c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala
hipotensi, mual muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah
hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru dan komplikasi lain yang
berhubungan dengan kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh toleransi
pasien untuk memanipulasi volume intravaskular.
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia,
ultrafiltrasi berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser,
inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat antihipertensi
f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.
g. Sindrome disequilibrium dialysis
Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga
disfungsiserebral dengan rentang dari mual muntah, sakit kepala,
hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya
dikoreksi selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum,
fosfor, dan magnesium.
3. Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang
diperkirakan karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan
penyebab utama kematian pada pasein uremik.
4. Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari
seperti ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan.
Heparin adalah obat pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan
masa pembekuan dengan cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin
berlawanan dengan protamin.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala:
Kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Tanda:
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi lama dan berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
Hipertensi, DVJ (distensi vena jugularis), nadi kuat, edema jaringan
umum, pitting edema pada telapak tangan dan kaki, disritmia jantung, nadi
lemah, halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemi, pucat, kulit
coklat kehijauan, kuning.
3. Integritas ego
Gejala:
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda:
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala:
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau
konstipasi
Tanda:
Perubahan warna urin, contoh: kuning pekat, merah, coklat, berawan,
oliguria dapat menjadi anuria.
5. Makanan/cairan
Gejala:
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati,mual muntah,rasa metalik tak sedap
pada mulut(pernapasan amonia),penggunaan diuretik.
Tanda:
Distensi abdomen(asites), pembesaran hati(tahap akhir), perubahan turgor
kulit\kelembaban, edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi \lidah, penurunan
otot, penurunan lemak subcutan, penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang.
Tanda:
Gangguan status muntah, contoh penurunan lapang perhatian, ketidak
manpuan berkonsenterasi, kehilangan memori, kacau.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot\nyeri kaki(memburuk pada malam
hari)
Tanda:
Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
8. Pernapasan
Gejala:
Napas pendek, dispnea nokturnalparoksismal, batuk dengan\tanpa sputum
kental, dan banyak.
Tanda:
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi\kedalaman, batuk produktif.
9. Keamanan
Gejala:
Kulit gatal.
Tanda:
Pruritus
10. Seksualitas
Gejala:
Penurunan libido, amenore.
11. Interaksi Sosial
Gejala:
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
Riwayat DM keluarga, penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus
urinaria, maglinasi.
B. Pemeriksaan penunjang
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
Pemeriksaan CRF dengan gangguan yang serius dapat dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium, seperti: hematologi untuk mengetahui kadar
hemoglobin, eritrosit, leukosit, trombosit. Dan untuk mengetahui ureum
dan kreatinin.
2. Urine
a) Urine : berat jenis, warna, kekeruhan, bau, buih.
b) Urine khusus : benda keton, analisa kristal batu.
3. Pemeriksaan kardiofaskuler
a) ECG : elektrokardiografi
b) ECO : ecokardiografi
4. Radiodiagnostik
a) USG abdominal
b) CT scan
c) Renogram
d) RPG ( retio pielografi )
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-
alveolar
2. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan
sepsis
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis
4. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, J. (2013). “Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat” Edisi 2, EGC:
Jakarta.
Desto De Belto, (2011) Askep Chronic Kidney Disease. Dari:
http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/chronic-kidney-diseaseckd.html
Ahmad Rapani, (2009) Chronic Kidney Disease. Dari.
http://www.rafani.co.cc/2009/10/ckd-chronic-kidney-disease-gagal-
ginjal.html
hipoksinia, dyspneu dan status disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR keterbatasan
o Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) o Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
nutrisi yang buruk selama sakit o Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
secara mandiri
o Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
Intoleransi aktivitas b/d fatigue secara berlebihan
o Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energu o Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
secara fisiologis maupun
psikologis untuk meneruskan atau
Activity Therapy
menyelesaikan aktifitas yang
o Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
diminta atau aktifitas sehari hari.
dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
o Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Batasan karakteristik : mampu dilakukan
o melaporkan secara verbal o Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai