Bab Ii Kista Ovarium
Bab Ii Kista Ovarium
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar seperti balon yang berisi cairan
yang tumbuh di indung telur, kista tersebut disebut juga kista fungsional karena
terbentuk selama siklus menstruassi normal atau setelah telur dilepaskan setelah
ovulasi (Yatim, 2005).
Kista ovarium merupakan tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai
pada wanita dimasa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormonal yang terjadi selama siklus haid, produksi dan
pelepasan sel telur dari ovarium (Lowdesmik, 2004).
B. Etiologi
Sampai sekarang penyebab kista ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen
dan dalam mekanisme umpan balik ovarium hipotalamus. Penyebab terbentuknya
kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur atau folikel untuk berovulasi.
Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya cacatan kesehatan, pernah mengalami kista ovarium sebelumnya.
2. Siklus menstruasi yang abnormal.
3. Menstruasi yang terjadi pada usia 11 tahun atau lebih muda.
4. Ketidakseimbangan hormonal.
5. Merokok.
6. Mengonsumsi alkohol.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada kista ovarium, yaitu :
1. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
2. Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah.
3. Perdarahan.
Stadium awal :
1. Gangguan haid.
2. Sering berkemih.
3. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
1. Ascites.
2. Penyebaran ke amentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut (usus
dan hati).
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.
4. Gangguan BAB dan BAK.
5. Sesak nafas.
D. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisia dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari ovarium akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel
de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.0
cm akan melepas oosit matase. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1.5-2 cm dengan kista di tengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pergerakan secara progresif. Namun, bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovarium berasal dari proses evaluasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa kista velikuler dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-luthein. Kista tersebut dapat di stimulasi oleh gonadotropin
termasuk KSH dan HCG. Kista demikian seringnya adalah multiple dan timbul
langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil dengan
diameter 1-1.5 cm dan terisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga
teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
E. Klasifikasi
1. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
1) Kista Folikel
Berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh
terus menjadi kista folikel.
2) Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi korpus
albikans.
3) Korpus Teka Lutein
Korpus ini dapat terjadi saat kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
hematoma. Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang
disbanding ke folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh
cairan berwarna kekuning-kuningan, secara perlahan terjadi reabsorbsi
dari unsur. Unsur daerah, sehingga akhirnya tinggallah cairan yang sedikit
dan jernih tercampur darah.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. PAP Smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan adanya
kanker atau kista.
2. Ultrasonografi / CT Scan
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi
massa.
3. Laparaskopi
Untuk melihat adanya tumor dan perdarahan.
4. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis sementara penurunan Ht
menduga kehilangan darah aktif. Peningkatan SDP dapat mengindikasikan
proses inflamasi/infeksi (Doenges, 2013 : 743).
5. Foto Rontgen
Menentukan adanya hirotoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-
kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.