Anda di halaman 1dari 9

Info Kesehatan

Selasa, 23 Maret 2010


Konsep Dan Prinsip Promosi Kesehatan

KONSEP DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN


Eny Retna Ambarwati

A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN


1. WHO (1984) merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau
pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan tidak
hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan
perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan
kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat.
2. Lawrence Green (1984), merumuskan definisi sebagai berikut : Promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan.
3. Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986), sebagai hasil rumusan Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan bahwa “Health Promotion is the process of
enabling people to control over and improve their health”. To reach a state of complete physical,
mental and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspiration, to satisfy needs, and to cange or cope with the environment. Hal tersebut jelas
dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya
yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi
yaitu kemauan dan kemampuan.
4. Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Fundation – Australia 1997), sebagai berikut
Health Promotion is a program are design to bring about ‘change’ within people, organization,
communities and their environment. Batasan ini menekankan bahwa promosi kesehatan adalah
suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya.
Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya.
Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak
akan bertahan lama. Contoh orang indonesia yang pernah tinggal diluar negeri. Sewaktu dinegara
itu ia telah berperilaku teratur, mengikuti budaya antri dalam memperoleh pelayanan apa saja,
seperti naik kereta, bus dll. Tetapi setelah kembali ke indonesia, dimana budaya antri belum ada,
maka ia akan ikut berebut naik kereta dan bus. Oleh karena itu promosi kesehatan bukan hanya
sekedar merubah perilaku tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, sistem dan
sebagainya.

B. TUJUAN
1. Memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
2. Menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

C. SASARAN PROMOSI KESEHATAN SECARA SPESIFIK


1. Perorangan/ Keluarga
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun melalui
media massa).
b. Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memlihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya.
c. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) kesehatan.
2. Masyarakat/ Lsm
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan /upaya kesehatan.
b. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat.
3. Lembaga Pemerintah/ Lintas Sektor/ Politisi/ Swasta
a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan perilaku dan
lingkungan sehat.
2. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang kesehatan.
4. Petugas Program/ Institusi
a. Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program
b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang kesehatan.

D. SASARAN PROMOSI KESEHATAN SECARA SPESIFIK


1. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk
masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empow¬erment).
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder,
karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk
selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di
sekitamya. Di samping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan
kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran sekunder ini adalah sejaian dengan strategi dukungan sosial (so¬cial support).
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah
sasaran tertier pendidikan kesehatan Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy) kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak),
anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow¬erment).

F. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN


1. Mengembangkan kebijaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan (Healthy Public
Policy).
2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung (Create partnership dan
supportive environtment).
3. Memperkuat kegiatan masyarakat (Strengthem community action).
4. Meningkatkan keterampilan perorangan (Increase individual’s).
5. Mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat (Reorient health
service).

G. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


1. Advokasi Kesehatan
Yaitu, Pendekatan pada pimpinan/pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan,
kemudahan dalam upaya pembangunan kesehatan.
2. Bina Suasana (Sosial support)
Yaitu, Upaya untuk membuat suasana atau iklim yang kondusif atau menunjang pembangunan
kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Gerakan Masyarakat (Empowerment)
Dalam hal ini adalah upaya untuk memandirikan individu, kelompok dan masyarakat agar
berkembang kesadaran, kemauan dan kemampuannya di bidang kesehatan.

H. ARAH DARI STRATEGI KESEHATAN


1. Mengembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan masyarakat yang sehat.
2. Membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung.
3. Memperkuat, mendukung dan mendorong kegiatan masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan perorangan.
5. Mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat.

I. METODA PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga memperoleh pengetahuan
kesehatan yang lebih baik diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku
sasaran.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu PERUBAHAN PERILAKU maka dipengaruhi banyak
faktor :
1. Input à proses à output.
2. Metode, materi/pesannya, pendidik/petugas, alat bantu.
Metode adalah taktik untuk melakukan perubahan pada kelompok sasaran.
1. Metode Promosi Individual (Perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina
perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu
hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/
mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi
akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara per¬orangan.
Perorangan di sini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi
mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar
petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta memban¬tunya maka perlu menggunakan
metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat diko¬rek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah
perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar penger¬tian dan kesadaran
yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metoda Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain
dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain eeramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang paling tertua dalam pendidikan kesehatan tetapi
merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai. Metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ceramah:
a) Persiapan
(1) Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sen¬diri menguasai materi apa yang akan
diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
(2) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam
diagram atau skema.
(3) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan,
sound sistem, dan sebagainya.
b) Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai
sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
(2) Suara hendaknya eukup keras dan jelas.
(3) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta eeramah.
(4) Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
(5) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
Seminar paling baik dipakai untuk pelatihan trainer atau profesi kesehatan lain, dimana pimpinan
perlu mendapatkan umpan balik tentang proses belajar kelompok. Metode seminar dianjurkan
bila :
a) Jumlah audien kecil
b) Umpan balik penting
c) Kelompok bersifat homogen
d) Keterbatasan ruang dan waktu
e) Pelatihan profesional
f) Pimpinan seminar lebih tahu dibanding audiens
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-
metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
1) Diskusi Kelompok.
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisapasi dalam
diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau
segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbuIkan kesan
ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga
tiap anggota kelompok mem¬punyai kebebasan dan keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus mem¬berikan pancingan-pancingan yang dapat
berupa perta¬nyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi
diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian
rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi
dari salah seorang peserta.
2) Curah Pendapat (Brain Strorming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelom¬pok. Prinsipnya sama dengan metode
diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok meman¬cing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam plipchart atau papan
tulis. Sebelum semua peserta meneurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun.
Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan at au masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan meneari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota
kelompok.
4) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian
diberi suatu permasa¬lahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah ter¬sebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.
5) Role Play (Memainkan Peranan)
Main peran adalah memainkan suatu pengalaman dalam bentuk meniru perilaku. Dalam metode
ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan
anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya
bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Simulasi
menyangkut proses yang menampilkan pengalaman sehari-hari dan dapat berupa permainan,
dramatisasi, main peran, studi kasus atau menirukan pengalaman sebenarnya. Didalam simulasi
ketua kelompok harus siap dan tahu maksud dari proses ini serta siap dengan semua pertanyaan
dan situasi. Barrows, (1971) mengungkapkan bahwa simulasi paling sesuai untuk meningkatkan
motivasi dan mempengaruhi sikap kelompok dengan kemampuan yang beragam.
3. Metode promosi kesehatan massa
Metode promosi kesehatan secara massa dipakai untuk mengomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian
cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena itu sasaran sasaran promosi ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya
Diposting oleh ERA Blogger di 22.14
Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Label: Promosi Kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya
ERA Blogger
Hidup adalah anugrah, Beri yang terbaik untuk kehidupan anda
Lihat profil lengkapku

Pengikut
Cari Blog Ini

Arsip Blog
 ▼ 2010 (181)
o ► September (36)
o ► Mei (12)
o ► April (46)
o ▼ Maret (43)
 Upaya Promosi Kesehatan
 Pengumpulan Data Untuk Memperoleh Rekam
Medik
 Metode Pendokumentasian
 Model Pendokumentasian
 Tehnik Pendokumentasian
 Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan
Laman  Klimakterium dan menopause
 Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
 Halaman Muka
 Gender
 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
 Proses Berubah
 Hypnobirthing
 Andropause
 Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan
Keputusa...
 Macam-Macam Klien Dalam Askeb
 Kegiatan Kelompok Sebagai Salah Satu Kegiatan
Bida...
 Aborsi
 Kehamilan Tak Diinginkan
 Infertilitas
 Endometriosis
 Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebi...
 Pemasaran Sosial Jasa Asuhan Kebidanan
 Manajemen Kebidanan
 Mastitis
 Paradigma Asuhan Kebidanan
 Upaya Promosi Kesehatan
 Prinsip Perubahan Perilaku
 Etika Promosi Kesehatan
 Pendekatan Promosi Kesehatan
 lingkup promosi kesehatan dan sasarannya
 sejarah promkes
 Media Promosi Kesehatan
 Konsep Dan Prinsip Promosi Kesehatan
 Perilaku Seksual
 Pacaran Sehat
 Dismenore
 Sindrom Pra Menstruasi
 Fertilisasi
 Menstruasi
 Menarche
 Pubertas
 anatomi dan fisiologi organ reproduksi laki-laki
 anatomi dan fisiologi organ reproduksi wanita
o ► Februari (41)
o ► Januari (3)

 ► 2009 (66)

Label
 Askeb 1 (kehamilan) (1)
 Askeb 2 (1)
 Askeb 3 (Nifas) (32)
 Askeb IV (13)
 Dokumentasi Kebidanan (5)
 Kebidanan Komunitas (Askeb V) (35)
 Kesehatan Reproduksi (24)
 Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK) (64)
 Komunikasi Konseling (3)
 Konsep Kebidanan (5)
 Kumpulan Soal (29)
 my book (3)
 Penelitian (2)
 Pengabdian Masyarakat (3)
 Promosi Kesehatan (9)
 Psikologi ibu dan anak (3)
 Slide (15)

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai