Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita merupakan kelompok umur yang perlu perhatian gizi dan
rawan terhadap penyakit. Balita harus mendapatkan perlindungan untuk
mencegah terjadinya penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan atau bahkan dapat menimbulkan kematian
(WHO, 2014).
World Health Organization (WHO) melaporkan hampir enam juta
anak balita meninggal dunia di tahun 2015, 16% dari jumlah tersebut
disebabkan oleh pneumonia sebagai pembunuh balita nomor satu di dunia.
Berdasarkan data Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), pada tahun 2015
terdapat kurang lebih 14 persen dari 147.000 anak di bawah usia 5 tahun di
Indonesia yang meninggal karena pneumonia. Dari statistik tersebut, dapat
diartikan bahwa sebanyak 2-3 anak di bawah usia 5 tahun meninggal karena
pneumonia setiap jamnya. Hal tersebut menyebabkan pneumonia sebagai
penyebab kematian utama bagi anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia
(IDAI, 2016).
Kementerian Kesehatan RI memperkirakan balita penderita
pneumonia pada tahun 2016 di Indonesia sebanyak 870.893 kasus. Kasus
Pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di Indonesia pada tahun
2016 adalah sebanyak 503.738 kasus. Sedangkan untuk lingkup Jawa Tengah
jumlah perkiraan balita penderita pneumonia pada tahun 2016 sebanyak
118.145 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani
di Jawa Tengah pada tahun 2016 adalah sebanyak 20.662 kasus (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).
Kasus pneumonia pada balita yang ditemukan di Puskesmas II
Kemranjen cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah
perkiraan balita penderita pneumonia pada tahun 2016 di Puskesmas
Kemranjen II sebanyak 79 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang
ditemukan dan ditangani di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen pada
tahun 2016 adalah sebanyak 4 kasus atau sebesar 5,06% dengan 3 kasus pada

1
laki-laki dan 1 kasus pada perempuan. Jumlah perkiraan balita penderita
pneumonia pada tahun 2017 di Puskesmas Kemranjen II sebanyak 145 kasus.
Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di wilayah kerja
Puskesmas II Kemranjen pada tahun 2017 adalah sebanyak 8 kasus atau
sebesar 5.5% dengan 8 kasus pada laki-laki. Hal ini menunjukkan pencapaian
kasus pneumonia pada balita masih rendah. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pneumonia balita sebanyak 2 kali lipat pada tahun 2017
dibandingkan dengan tahun 2016 (Puskesmas II Kemranjen, 2017).
Pneumonia merupakan radang akut yang menyerang jaringan paru
dan sekitarnya. Pneumonia merupakan manifestasi infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat menyebabkan
kematian. Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur (IDAI,
2016).
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi
atas faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur,
jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status
imunisasi, pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan pemberian vitamin A. Faktor
ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah,
ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, penggunaan obat nyamuk
bakar, serta faktor ibu baik pendidikan, umur, maupun pengetahuan ibu
(Nurjazuli, 2011).
Pada umumnya orang tua menganggap remeh penyakit batuk pilek
tidak membahayakan karena biasanya penyakit ini dapat mengenai anak
berulang kali. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa penyakit ini dapat
berkembang menjadi penyakit yang berat jika tidak diobati dan ditangani
dengan segera terutama pada saat daya tahan tubuh anak menurun.
Pengetahuan mengenai faktor risiko diharapkan dapat membantu upaya
pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya
melalui penemuan kasus pneumonia balita sedini mungkin di pelayanan
kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan.

2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Teridentifikasinya faktor-faktor risiko pneumonia pada anak balita di
Puskesmas II kemranjen.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara faktor anak (mencakup usia, jenis
kelamin, berat badan lahir, riwayat pemberian ASI, status
gizi,riwayat pemberian Vit. A, status imunisasi DPT dan campak
serta riwayat asma) dengan kejadian pneumonia pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas.
b. Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan penderita (mencakup
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, status sosial ekonomi dan
kepadatan hunian rumah, ventilasi udara rumah) dengan kejadian
pneumonia pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas II
Kemranjen Kabupaten Banyumas.
c. Mengetahui hubungan antara faktor perilaku yaitu kebiasaan
merokok anggota keluarga setiap hari di dalam rumah penderita
dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja
Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas.
d. Mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan yaitu
penggunaan pelayanan kesehatan dengan kejadian pneumonia pada
anak balita wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen Kabupaten
Banyumas.
e. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
pneumonia pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas II
Kemranjen Kabupaten Banyumas.
f. Mencari alternatif pemecahan masalah pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas.
g. Memberikan informasi dan meningkatkan kewaspadaan orang tua
yang memiliki anak balita tentang kejadian pneumonia pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas.

3
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu dan wawasan pengetahuan di bidang kesehatan
dalam mencegah dan mengurangi kejadian penyakit pneumonia, terutama
pneumonia pada balita yang merupakan penyebab kematian tertinggi
pada balita.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi puskesmas
Sebagai sumber informasi untuk melakukan tindakan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam upaya
menurunkan angka kejadian penyakit pneumonia pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas.
b. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman dan
kewaspadaan kepada masyarakat mengenai penyakit pneumonia.
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen
Kabupaten Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai