Anda di halaman 1dari 10

LI ICHA BLOK 17 LBM 7

1. Apa diagnosis pada scenario?


2. Apa saja etiologi dari scenario?
Resesi gingival:
Secara garis besar, resesi gingiva dapat terjadi karena proses fisiologis,

psikologis, maupun patologis.14,18

Resesi gingiva fisiologis umumnya terjadi akibat bertambahnya usia

penderita dan pengaruh kumulatif proses trauma minor yang berulang-ulang.14,18

Resesi gingiva psikologis yaitu adanya faktor psikosomatik yang

mempengaruhi terjadinya resesi gingiva. Terdapat laporan kebiasaan neurotik

berupa penekanan gingiva fasial empat insisivus rahang bawah dengan

menggunakan empat jari tangan. Juga kebiasaan menyikat gigi secara eksesif

pada beberapa penderita halitofobia karena merasa mulutnya berbau padahal

tidak.18

Resesi gingiva patologis antara lain karena kesalahan cara menyikat gigi,

malposisi gigi, peradangan gingiva, perlekatan frenulum yang dekat dengan

marginal gingiva, pergerakan alat ortodontik ke labial, restorasi yang tidak

adekuat, trauma oklusi, dan faktor iatrogenik.18,19

Menyikat gigi penting untuk kesehatan gigi dan gingiva, teknik menyikat gigi

yang salah atau bulu sikat yang keras akan menyebabkan luka yang signifikan

pada gingiva. Umumnya karena kesalahan penyikatan gigi, baik dengan sikat

gigi listrik maupun dengan sikat gigi manual. Kesalahan yang dimaksud adalah

tekanan penyikatan yang terlalu keras atau berlebihan.14,18,21

Resesi gingiva dapat terjadi pada pasien dengan gingiva sehat dan kebersihan
mulut yang baik akibat trauma pada waktu menyikat gigi. Penyikatan gigi yang

berkaitan dengan tekanan ini selain dapat menyebabkan resesi gingiva, juga

dapat menyebabkan abrasi gingiva. Pada manula atau orang-orang yang menyikat

gigi dengan cara yang kurang benar, biasanya ditemukan adanya retraksi gingiva

atau abrasi yang terdapat di daerah servikal gigi.14,21

Malposisi pada gigi yang mengalami rotasi, miring, atau bergeser lebih ke

arah fasial, lapisan tulang menjadi lebih tipis atau tinggi tulang berkurang,

sehingga jaringan gingiva menjadi tipis. Gigi permanen dengan jaringan

periodontal yang tipis lebih rentan mengalami resesi gingiva terutama pada

daerah yang mengalami inflamasi gingiva. Resesi disebabkan dari trauma yang

berulang dari marginal gingiva yang tipis tersebut.14,16

Resesi gingiva juga sangat erat kaitannya dengan akumulasi plak bakteri.

Kebersihan mulut yang buruk menyebabkan terjadinya penyakit periodontal

karena proses inflamasi kronik. Pembentukan plak di area servikal gigi yang

lama tidak dibersihkan menyebabkan terjadinya kalkulus. Kalkulus dengan

durasi yang lama mengakibatkan terdorongnya marginal gingiva ke arah apikal.

Akibatnya, sering terjadi pembentukan resesi gingiva.18

Frenulum yang tinggi atau bukal fold yang rendah menghasilkan tegangan

pada marginal gingiva. Perlekatan otot seharusnya terletak tepat pada marginal

gingiva tempat bertemunya gingiva dengan gigi.14

Berdasarkan observasi klinis, beberapa pasien mengalami resesi gingiva

akibat hilangnya perlekatan karena pergerakan gigi insisivus ke labial dan

pergerakan gigi posterior ke lateral. Resesi yang terjadi selama terapi ortodontik

mengenai daerah yang memiliki zona attached gingiva yang minim.14


Tekanan dari restorasi yang tidak adekuat akan menyebabkan trauma pada

gigi sehingga dapat terjadi resesi gingiva. Selain itu, restorasi yang overhanging

berkontribusi sebagai retensi plak sehingga mudah terjadi peradangan.14

Trauma oklusi memiliki dampak yang lebih besar jika disertai dengan adanya

gigitan dalam (deep overbite). Sedangkan, flossing dan kebiasaan buruk

menggigit benda di antara dua gigi misalnya pensil, atau antara gigi dengan pipi

misalnya tembakau juga dapat menjadi penyebab resesi gingiva.18

Resesi gingiva patologis sering dikaitkan dengan faktor iatrogenik seperti

preparasi mahkota gigi yang melampaui biological width, penempatan rubber

dam saat penambalan area proksimal, pemasangan band ortodontik cekat. Juga

tindakan bedah flap dalam bidang periodonsia, bedah mulut, dan konservasi.18

Resesi gingiva bisa juga disebabkan oleh morfologi gigi, yang dibagi menjadi

dua tipe yaitu tipis dan scallope (tebal dan rata). Jaringan periodontal dengan

tulang yang tipis memiliki insiden tinggi terjadinya dehiscence (tidak adanya

tulang di bagian fasial gigi) sehingga cenderung mengalami resesi gingiva

walaupun dengan tekanan yang tidak terlalu kuat pada saat menyikat gigi.16

Beberapa faktor risiko untuk terjadinya resesi gingiva seperti letak atau posisi

gigi serta konfigurasi dan bentuk penampang akar gigi menyebabkan resesi

gingiva tanpa peradangan.18

Gigi goyang:
Terjadinya peningkatan gigi mobiliti yang patologis dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
kehamilan, status penyakit (lokal atau sistemik), trauma (akibat pergerakan ortodonti), kebiasaan
hiperfungsi dan hipofungsi. Namun, dua faktor yang paling sering terlibat adalah inflamasi yang
disebabkan akumulasi plak dan tekanan oklusal yang berlebihan.2
a. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak

Inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis
merupakan akibat dari akumuasi plak dan mikroorganisme yang menempel pada gigi.3 Penjalaran
inflamasi dari tepi gingiva ke struktur periodontal pendukung lebih lanjut akan berakibat terhadap
hilangnya perlekatan jaringan pendukung dan resorpsi tulang di sekitar gigi. Pada keadaan ini juga
terjadi saku infraboni dan kehilangan tulang angular sehingga meningkatnya mobiliti akibat
berkurangnya tinggi tulang alveolar pendukung gigi juga tidak dapat dihindari.5

b. Trauma karena oklusi

Trauma karena oklusi diartikan sebagai trauma terhadap periodonsium karena tekanan
fungsional ataupun parafungsional yang menyebabkan kerusakan terhadap perlekatan pada
periodonsium karena melebihi kapasitas adaptif dan reparatifnya.6

Lesi yang terjadi akibat trauma karena oklusi dapat terjadi bersamaan dengan, atau pada
periodonsium yang mengalami inflamasi.4 Menurut penelitian Ericcson dan Linde, trauma oklusi
yang berlebihan ketika dikombinasi dengan periodontitis akan mempercepat kehilangan perlekatan.
Namun pada keadaan tanpa inflamasi, tekanan oklusal yang berlebihan akan meningkatkan terjadinya
kehilangan tulang dan mobiliti pada gigi.5

Secara umum dikenal dua bentuk trauma karena oklusi:

1. Trauma karena oklusi primer

Trauma oklusi primer diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal
yang berlebihan yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodonsium yang sehat atau
normal.7

2. Trauma karena oklusi sekunder

Trauma oklusi sekunder diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal
yang normal yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodonsium yang inadekuat atau
lemah.7

Tanda klinis yang paling umum terjadi pada pasien trauma karena oklusi adalah
meningkatnya derajat mobiliti gigi. Terjadinya mobiliti ini adalah sebagai adaptasi periodonsium
terhadap tekanan berlebihan yang diterimanya.5 Selain itu, tanda klinis lain yang mungkin ditemui
pada pasien dengan trauma karena oklusi adalah migrasi gigi, nyeri pada gigi atau ketidaknyamanan
pada waktu pengunyahan atau perkusi, lemahnya otot-otot pengunyahan, timbulnya faset pada gigi,
retaknya enamel atau fraktur pada mahkota atau akar, dan fremitus.4

Gambaran radiografis seperti pelebaran ruang ligamen periodontal, kerusakan lamina dura,
radiolusensi pada daerah furkasi atau pada apeks gigi yang vital dan resorpsi pada daerah akar sering
menyertai pasien dengan trauma karena oklusi.4
Untuk menegakkan diagnosa terhadap pasien dengan trauma karena oklusi, sejumlah tanda dan
gejala klinis maupun radiologis harus ditemukan pada sistem pengunyahan, namun prosedur
tambahan seperti tes pulpa vital dan evaluasi terhadap kebiasaan parafungsi dapat membantu
menegakkan diagnosa.4

3. Bagaimana prosedur penatalaksanaan pada scenario?


Resesi gingiva umumnya terjadi sebagai mani- festasi keradangan akibat akumulasi plak dan kal-
kulus pada permukaan gigi. Interaksi antara bakteri dan respons imun host dapat menyebabkan ke-
rusakan jaringan yang mengakibatkan resesi gi- ngiva.12 Pada kondisi seperti ini, perawatan yang
tepat adalah scaling dan root planing terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan lebih lanjut.

Faktor etiologi resesi gingiva yang berhubungan dengan penyakit periodontal cenderung bersifat
irre- versible. Sebaliknya, resesi gingiva yang diakibat- kan oleh trauma oklusi maupun trauma
akibat ke- salahan menyikat gigi bersifat reversible, artinya gingival margin dapat dikembalikan ke
posisi normalnya dengan prosedur rekonstruksi periodontal disertai dengan eliminasi
penyebabnya.5

Kasus 1

Dari pemeriksaan klinis: OHIS pasien 4,26 (buruk). Gingiva di regio gigi 12, 13, 14, 15
oedem, kemerahan, dan resesi 1-5 mm, gigi 12 goyang °3, gigi 13 dan 15 goyang °2,
hubungan oklusal gigi 12 dan 42 terdapat prematur kontak serta blocking saat gerakan
artikulasi ke kanan dan ke depan. Gigi 12 dan 13 malposisi (Gambar 1). Dari pemeriksaan
radiografis terjadi kerusakan tulang gigi 12, 13, 14, 15 sudah mencapai 1/3 apikal akar
dengan pola kerusakan tulang vertikal (Gambar 2).

Pasien didiagnosis menderita periodontitis agresif menyeluruh yang diperberat oleh: plak
dan kalkulus, gigi 12 trauma oklusi akibat prematur kontak dan blocking dengan gigi 42
saat gerakan protrusi dan artikulasi ke kanan, karena gigi 42 ekstrude dan malposisi,
serta gigi 12, 13, 14 retensi makanan akibat titik kontak yang tidak baik akibat malposisi
gigi.

Perawatan pada regio ini didahului dengan terapi awal dahulu untuk menghilangkan
penyebab kegoyangan gigi berupa edukasi kesehatan gigi dan profilaksis oral,
premedikasi berupa Amoxicillin, Metronidazole dan NSAIDs, skeling, dan penghalusan
akar, dan penyesuaian oklusi pada gigi 12 dan 42. Hasil evaluasi menunjukkan
penyembuhan jaringan periodontal kurang optimal sehingga diputuskan dilakukan
tindakan bedah rekonstruksi berupa operasi flap dan bone graft. Gigi 12, 13, 14, 15 displin
dahulu dengan splinting ligature wire kemudian segera dilakukan operasi flap (Gambar 3).
Gambaran radiografis pada kontrol splinting tujuh bulan setelah pembedahan tampak
adanya perbaikan jaringan periodontal (Gambar 4).

Pasien sering datang untuk kontrol kebersihan mulutnya. Pasien akan dibuatkan gigi
tiruan sebagian kerangka logam (GTSKL) yang juga dapat berfungsi sebagai splinting
permanen lepasan. Splinting ligature wire dilepas agar tidak mengganggu dan atas keinginan
pasien dengan alasan estetis. Setelah splinting dilepas, gigi 12 masih terdapat kegoyangan °3,
gigi 13 goyang °2, sedangkan gigi 14 dan 15 sudah tidak goyang lagi. Dari keadaan klinis
diatas maka diputuskan dibuat splinting intrakoronal untuk menunjang pemakaian GTSKL
(Gambar 5). Satu bulan setelah pemakaian splinting intrakoronal tampak jaringan
periodontal sehat dan stabil, dilihat dari gambaran radiografis. Pasien mengaku merasa
sangat nyaman menggunakan splinting ini dan lebih memudahkan pembersihan plak dan
debris makanan dibandingkan saat memakai splinting ligature wire (Gambar 6).

Gambar 7. 14: Splinting intrakoronal pada gigi 13, 14, 15.

15: Splinting intrakoronal pada gigi 45, 46

Gambar 8. Gambaran radiografis gigi 13, 14, 15 dan gigi 45, 46 beberapa bulan setelah dipasang splin intrakoronal dan
dilakukan pembedahan. Tampak kerusakan periodontal tidak berlanjut, tetapi malah terjadi perbaikan tulang alveolar

Kasus 2

Dari pemeriksaan klinis didapat OHIS pasien baik, gingiva regio 13, 14, 15, 45, dan 46
hiperemia dan bleeding on probing (+), resesi gingiva antara 1-4 mm, poket absolut antara 3-10
mm, gigi 13 goyang °2, gigi 14 dan 16 goyang °3, gigi 45 dan 46 maloklusi (Gambar 5).
Pemeriksaan radiografis gigi 45, 46 terdapat kerusakan tulang horisontal 1/3 servikal dan
akar distal gigi 46 > 1/3 akar, tidak ada ligamen periodontal dan tidak ada lamina dura
(Gambar 6).

Pasien ini didiagnosis periodontitis agresif menyeluruh yang diperberat oleh plak dan
kalkulus serta retensi makanan akibat tidak ada titik kontak dan malposisi gigi pada gigi 14,
15, dan 45.

Perawatan pada regio ini didahului dengan terapi awal untuk menghilangkan faktor
penyebab, berupa: edukasi kesehatan gigi dan profilaksis oral, premedikasi berupa
Amoxicillin, Metronidazole dan NSAIDs. Dilakukan skeling dan penghalusan akar. Hasil
evaluasi empat bulan kemudian menunjukkan kurang adanya perbaikan pada jaringan
periodontal sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut berupa tindakan pembedahan
dengan graf tulang. Sebelum dilakukan pembedahan, gigi 13, 14, 15 dan gigi 45, 46
dilakukan splinting intrakoronal kawat dan resin komposit (Gambar 7). Dilakukan operasi
flap pada gigi 13, 14, 15 untuk menghilangkan faktor-faktor penyebab penyakit
periodontal. Lima bulan kemudian dilanjutkan dengan pembedahan flap pada regio 44,
45. Gambaran radiografis gigi 13, 14, 15 sepuluh bulan setelah pembedahan dan gigi 45, 46
empat bulan setelah pembedahan mennunjukkan adanya perbaikan dan penyembuhan
jaringan periodontal berupa peningkatan ketinggian dan densitas tulang alveolar dan
terbentuknya lamina dura (Gambar 8).

4. Definisi, tahapan, dan macam dari splinting?


DEFINISI
Splin periodontal adalah alat yang digunakan untuk mengimobilisasi atau menstabilkan gigi-
gigi yang mengalami kegoyangan dan memberi hubungan yang baik antara tekanan
oklusal dengan jaringan periodontal, dengan cara membagi tekanan oklusal ke seluruh gigi
secara merata sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kegoyangan tersebut.3-7
Splin periodontal digunakan jika kapasitas adaptasi periodonsium telah terlampaui dan derajat
kegoyangan gigi tidak kompatibel dengan fungsi pengunyahan.3

Pemakaian splin periodontal dapat dilakukan saat sebelum, selama, atau setelah dilakukan
perawatan jaringan periodontal pada gigi goyang.4 Splin sementara atau splin provisional
merupakan bagian dari terapi awal atau fase I saat sebelum pembedahan periodontal.5,6 Splin
dapat mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kegoyangan gigi-geligi.4 Selama pembedahan,
splin membantu mengimobilisasi dan melindungi gigi goyang agar memudahkan perawatan
selama dilakukan tindakan skeling, kuretase, bedah, gingivektomi, dan lain-lain, sehingga
membantu penyembuhan. Penyembuhan jaringan dapat terjadi dan progresivitas serta
prognosis perawatan dapat dievaluasi dengan lebih baik.4,6 Setelah pembedahan periodontal
pada gigi yang goyang, splin dapat membantu penyembuhan jaringan yang sering terganggu
karena tekanan kunyah saat proses perbaikan sedang berlangsung.7,8 Splin dapat menstabilkan
gigi goyang tersebut dan memberi hubungan yang baik antara tekanan oklusal dengan
jaringan periodontal.
MACAM
Ramjford mengklasifikasikan splin atas splin temporer, splin provisional dan splin permanen.10

a. Splin temporer

Splin temporer adalah jenis splin yang dapat digunakan untuk membantu penyembuhan
setelah cedera atau setelah perawatan bedah. Umumnya tidak menyebabkan kerusakan
jaringan. Splin ini harus dapat dipakai dengan mudah pada gigi yang goyang dan juga dengan
mudah dilepaskan setelah penyembuhan diperoleh.9 Splin temporer tidak boleh ditempatkan pada
gigi lebih dari 6 bulan. Jika pada waktu yang ditentukan stabilisasi gigi belum adekuat maka dibutuhkan
bentuk splin permanen.10

b. Splin provisional

Splin provisional adalah jenis splin memiliki kegunaan yang hampir sama dengan splin
temporer. Splin ini sering digunakan untuk tujuan diagnostik atau dalam kasus- kasus dengan hasil
perawatan yang tidak dapat diperkirakan. Splin provisional dapat digunakan selama beberapa waktu
tertentu, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun.10

Beberapa bentuk splin temporer/provisional:

1. Splin dengan bahan tambalan komposit

Splin jenis ini merupakan bentuk splin temporer yang paling sederhana dan paling berguna
dalam keadaan darurat. Bahan tambalan komposit dietsa ke permukaan gigi yang mengalami
mobiliti dan dihubungkan.9

2. Splin kawat dan akrilik.

Splin kawat dan akrilik adalah bentuk splin yang juga mudah dipakai. Sering digunakan untuk
stabilisasi gigi insisivus.Splin jenis ini lebih kuat dan lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan splin
komposit.9

3. Band ortodontik

Bentuk splin temporer cekat lain adalah band ortodontik.10 Band ortodontik terutama
digunakan sebagai splin pada segmen posterior. Band stainless steel 0,005 inch dipasangkan kegigi dan
dipatrikan bersama. Alternatif lain, splin dapat dipasangkan pada model dan kemudian disemenkan
ke gigi. Tepi dari band harus dibentuk dan dipolish sehingga mampu mengurangi retensi plak dan
menjaga jaringan lunak terhadap iritasi.9

4. Splin lepasan

Biteguard akrilik yang digunakan pada perawatan bruksism dapat juga digunakan sebagai
splin. Splin ini harus menutupi permukaan oklusal gigi dan meluas 1-2mm ke permukaan oklusal gigi.9

c. Splin permanen

Splin permanen adalah jenis splin yang digunakan dalam jangka waktu yang lama. Alat ini
diindikasikan apabila perawatan dengan menggunakan splin temporer ataupun splin provisional
mengalami kegagalan atau tidak menunjukkan keberhasilan perawatan. Bentuk splin permanen ini bisa
berupa splin cekat atau lepasan.8

1. Crown dan bridge


Merupakan bentuk splin permanen yang paling dapat diandalkan untuk mengimobilisasi
gigi.9 Bentuk splin ini adalah bentuk yang sangat dianjurkan namun harus disertai perhatian terhadap
oral hygiene.10 Dalam pembuatannya crown ini membutuhkan preparasi terhadap gigi, keahlian dari
dokter gigi dan waktu yang lebih lama.9

2. Splin lingual

Splin lingual adalah bentuk splin permanen lepasan yang tidak menyebabkan kehilangan
jaringan gigi, lebih mudah dibuat dibandingkan dengan splin cekat dan dapat diubah ataupun
dilepaskan apabila diperlukan. Splin lingual yang pada dasarnya adalah gigi tiruan sebagian
lepasan terbuat dari chrom cobalt dengan perluasan menutupi permukaan lingual gigi.9

3.3 Splinting Periodontal Dengan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon

Splin dengan menggunakan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon adalah salah satu
jenis splin yang dapat digunakan dalam perawatan gigi mobiliti. Merupakan modifikasi dari jenis
splin resin komposit dengan penambahan Polyethylen fiber yang memiliki modulus elastisitas
yang tinggi sehingga mampu memperbaiki kekuatan fleksural dibandingkan splin komposit yang telah
ada. Thin High Modulus Polyethylen Ribbon memiliki diameter sebesar 3 mm 11 dan ketebalan sebesar
0,18 mm.12 Splin jenis ini juga memiliki estetis yang sangat baik karena tidak membutuhkan preparasi
gigi di permukaan lingual.

5. Instruksi pasien pasca splinting?


6. Apa saja Indikasi dan kontraindikasi perawatan splinting?
7. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
perawatan pd skenario?
Faktor penting yang harus diperhatikan adalah: imobilisasi, stabilisasi dan vaskularisasi. Imobilisasi
bertujuan untuk mengeliminasi kekuatan tarik yang bekerja pada jaringan yang telah diposisikan
untuk menutup resesi. Imobilisasi dapat dicapai dengan pendalaman vestibulum untuk
memperlebar attached gingiva. Stabilisasi bertujuan agar jaringan yang telah di- posisikan dapat
bertahan dengan baik pada per- mukaan akar yang mengalami resesi. Stabilisasi da- pat diperoleh
dengan cara jahitan yang adekuat se- hingga jaringan dapat bertahan pada posisi barunya tanpa
mengalami pergeseran. Vaskularisasi bertuju- an agar gingiva pada posisi barunya dapat survive.
Vaskularisasi yang optimal dapat dicapai dengan cara meminimalkan insisi sehingga suplai darah
me- nuju area gingiva yang menutupi resesi masih men- cukupi. Selain itu, jarum yang digunakan
sebaiknya atraumatic needle untuk meminimalkan laserasi jaringan.14,15 Ketiga syarat di atas
merupakan satu kesatuan yang perlu diperhatikan, karena kegagalan sering kali terjadi akibat
terganggunya ketiga proses tersebut.

8. Bagaimana mekanisme pembentukan dari resesi gingival?


9. Apa saja etiologi dari gigi goyang?

Anda mungkin juga menyukai