Disusun Oleh
Lembar Persetujuan
Pembimbing
2
Evaluasi Program Air Susu Ibu Eksklusif di Puskesmas Tirtajaya
Garry Wirawan
garry_wirawan@hotmail.com
Abstrak
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan
sumber daya manusia agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya yang
dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi dan peningkatan statsu gizi masyarakat. Upaya
perbaikan gizi di Indonesia melalui Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 128 dan 129 mengatur
bahwa bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif. Tingkat pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih
rendah dan belum mencapai angka yang diharapkan. Mengacu pada target program pada tahun 2016
sebesar 42% maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif berdasarkan data dari profil
kesehatan dasar Indonesia sebesar 29.5% belum mencapai target. Berdasarkan masalah tersebut,
dilakukan evaluasi program ASI eksklusif pada bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017 dengan membandingkan cakupan terhadap tolok ukur yang telah
ditentukan menggunakan pendekatan system. Evaluasi Program ASI eksklusif di UPTD Puskesmas
Tirtajaya periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 menggunakan metode pendekatan sistem
dengan membandingkan cakupan terhadap target yang telah ditetapkan. Materi yang dievaluasikan
berasal dari laporan program gizi puskesmas yang meliputi pencatatan dan pelaporan program ASI
eksklusif, penyuluhan perorangan, pelatihan kader, inisiasi menyusui dini. Terdapat dua prioritas
masalah yaitu cakupan ASI eksklusif bulan Agustus tahun 2016 sampai dengan Juli 2017 yaitu
cakupan ASI eksklusif dan cakupan penyuluhan berkelompok belum mencapai target. Penyebabnya
adalah karena kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sektoral, kurangnya dukungan keluarga
supaya ibu memberikan ASI eksklusif.
3
Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................................................... iv
Bab I. Pendahuluan
4
4.2.1. Data Geografi ................................................................................................................................. 9
Bab V. Pembahasan
5
Bab VIII. Penyelesaian Masalah
Lampiran ................................................................................................................................................ 32
6
Bab I
Pendahuluan
Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif telah diamanatkan
melalui Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 128 dan 129, bahwa bayi berhak
mendapatkan ASI Eksklusif, serta Peraturan Pemerintah RI No. 33 Bab II pasal 3, pasal 4,
pasal 5 menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam program pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya
pada Bab III pasal 6 menyebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi yang dilahirkan.2
Adanya PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif membuat semua pihak
harus mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib melakukan
inisiasi menyusui dini, menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat. Selain itu, ada
juga keharusan penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta
pembatasan promosi susu formula.3
WHO telah merekomendasikan standar baku emas pemberian makan pada bayi yaitu
dengan menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan, yang sebelumnya
didahului dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir. ASI adalah makanan
yang ideal untuk bayi sehingga pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama masih mencukupi
kebutuhan bayi. Hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Mulai umur 6 bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan
teruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun. Definisi pemberian ASI atau menyusui
eksklusif menurut WHO adalah adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi
7
bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan.4
8
tahun 2013. Cakupan IMD nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 provinsi yang cakupannya
di bawah angka nasional.7
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, sebaran
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3%. Estimasi absolut bayi
tidak ASI ekslusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di Maluku Utara.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif.6 Di UPTD Puskesmas
Tirtajaya sendiri, cakupan ASI ekslusif pada tahun 2016 ialah 58,43%.8
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
terhadap program ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam upaya
meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah:
a. World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa 60%
kematian balita di seluruh dunia disebabkan secara langsung maupun tidak langsung
oleh gizi kurang dan gizi buruk.
b. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan
cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% (tahun 2007) yang menunjukkan
kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.
c. Hasil Riskesdas menunjukkan proses mulai menyusui atau Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) mengalami kenaikan dari 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada tahun
2013, Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18
provinsi yang cakupannya di bawah angka nasional.
d. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, sebaran
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3%. Estimasi absolut
bayi tidak ASI ekslusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di
Maluku Utara.
9
1.3. Tujuan
1.3.2.1.Diketahuinya cakupan bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017.
1.3.2.2.Diketahuinya cakupan bayi yang di Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017.
1.3.2.3.Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI Eksklusif di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017.
1.3.2.4.Diketahuinya cakupan pelatihan kader mengenai ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas
Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Agustus 2016 sampai
dengan Juli 2017.
1.4. Manfaat
10
1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi
1.5. Sasaran
Semua bayi berusia 0-6 bulan di seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017.
Bab II
11
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapatkan dari catatan hasil kegiatan
program ASI Eksklusif periode UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017, yang berisi kegiatan antara lain:
a. Penyuluhan
1. Perorangan
2. Kelompok
b. Pojok ASI ekslusif
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
d. Pelatihan kader
e. Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif
2.2. Metode
Bab III
12
Kerangka Teoritis
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating) dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik.
13
5. Umpan balik (feed back), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran. Digunakan sebagai
pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program ASI eksklusif
(lampiran II).
14
Bab IV
Penyajian Data
Sumber data yang digunakan dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
4.2.1. Geografis
1. Pisangsambo
15
2. Sabajaya
3. Medankarya
4. Tambaksumur
5. Tambaksari
6. Srijaya
7. Srikamulyan
8. Kutamakmur
9. Bolang
10. Gempolkarya
11. Sumurlaban
4.2.2. Demografis
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya
Kabupaten Karawang antara lain :
16
d) Praktek Dokter Swasta : 2 buah
e) Praktek Bidan : 11 orang
f) Apotik : 3 buah
g) Posyandu : 46 buah
h) Posbindu : 7 buah
4.3.1. Masukan
4.3.1.3. Sarana
Sarana Medis
Sarana Non-Medis
a) Leaflet : ada
17
b) Poster : ada
c) Ruang Pojok ASI : ada
d) Lembar balik : tidak ada
e) Buku pedoman tenaga pelaksana gizi : tidak ada
f) Kartu status, alat tulis : ada
g) Alat penyuluhan : ada
(papan tulis, poster, spidol, brosur, mikrofon)
4.3.1.4. Metode
1) Penyuluhan
a) Perorangan
i) Dilakukan wawancara dengan ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
oleh petugas kesehatan puskesmas.
ii) Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua arah.
iii) Penyuluhan perorangan dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada
setiap ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang berobat di
Puskesmas melalui pemberian informasi dan manfaat ASI eksklusif secara
singkat.
b) Kelompok (dilakukan di posyandu)
i) Membahas mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi serta
metode penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif yang baik.
ii) Memberikan motivasi kepada peserta ASI eksklusif untuk meneruskan pemberian
hingga 6 bulan dan melanjutkan sehingga ke usia 2 tahun sesuai dengan keadaan
pribadi dan keluarganya.
iii) Menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.
2) Pojok ASI
a) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2013, disediakannya satu ruangan khusus untuk menyusu atau memerah susu di
sarana umum. Ruangan pojok ASI eksklusif ini juga boleh digunakan untuk tujuan
mempromosikan program ASI eksklusif.
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a) Inisiasi Menyusu Dini dilakukan oleh Bidan desa atau Bidan PONED. Bidan PONED
menerapkan IMD di ruangan PONED di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan
Tirtajaya dengan memberikan pengarahan pada ibu yang baru saja melahirkan untuk
18
langsung memberikan ASI pada bayi yang baru lahir paling singkat satu jam. Begitu
juga dengan bidan desa harus menerapkan IMD di saat melakukan kegiatan posyandu
dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk menerapkan perilaku
memberi ASI segera setelah bayi dilahirkan.
4) Pelatihan kader
a) Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif dilakukan minimal satu kali
pertahun. Pelatihan boleh dilakukan oleh dokter, bidan, konselor ASI eksklusif atau
bagian promosi kesehatan.
5) Pencatatan dan Pelaporan
a) Dilakukan dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
4.3.2. Proses
1) Penyuluhan
a) Perorangan
Akan dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu yang mempunyai bayi
berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas Tirtajaya, jam 08.00-
14.00.
b) Kelompok
Akan diadakannya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan manfaatnya serta cara
menyusui yang benar kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan, akan
dilaksanakan minimal empat puluh enam kali dalam setahun, dengan satu kali
penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda dengan dibantu oleh kader.
2) Pojok ASI
Akan disediakan suatu ruangan tertutup yang khusus buat ibu menyusu di Puskesmas
beroperasi setiap hari 24 jam dengan beberapa kursi dan seorang petugas puskesmas yang
dapat mempromosikan usaha ASI Eksklusif pada hari bekerja jam 08.00-14.00.
19
Inisiasi Menyusu Dini dilakukan oleh Bidan desa atau Bidan PONED. Bidan PONED
menerapkan IMD di ruangan PONED di UPTD Puskesmas Tirtajaya dengan memberikan
pengarahan pada ibu yang baru saja melahirkan untuk langsung memberikan ASI pada
bayi yang baru lahir paling singkat satu jam. Manakala Bida desa juga harus menerapkan
IMD di saat melakukan kegiatan posyandu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil untuk menerapkan perilaku memberi ASI segera setelah bayi dilahirkan.
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program ASI eksklusif, hanya ada pembagian tugas secara umum di Puskesmas Tirtajaya
berhubungan gizi yaitu:
20
Kepala UPTD Puskesmas
Tirtajaya
Teti Suhernayati, SKM
Kasubag TU
Husein Ramdan
21
4.3.2.3. Pelaksanaan (Actuating)
1) Penyuluhan
a) Perorangan
Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu hamil dan ibu yang
mempunyai bayi berusia 0 – 6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas
Tirtajaya, jam 08.00 – 14.00. Namun tidak terdapat pencatatan dan pelaporan
mengenai hal tersebut.
b) Kelompok
Diadakan penyuluhan sebanyak tiga puluh lima kali dalam setahun mengenai ASI
eksklusif di posyandu yang berbeda pada tiap penyuluhan , dengan dibantu oleh
kader.
22
4.3.2.4. Pengawasan (Controlling)
Pertemuan/Rapat
Tiap bulan diadakan 1 kali rapat di UPTD Puskesmas Tirtajaya dan dipimpin oleh
kepala Puskesmas untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana
(12 kali per tahun).
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk menentukan program
tahun depan, diadakan 1 tahun sekali.
Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya bulan Agustus 2016
dan Februari 2017 :
Tabel 1. Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya bulan Februari dan Agustus.
Jumlah 1235
Jumlah bayi mendapatkan Asi Eksklusif bulan Agustus 2016 dan Februari 2017:
1.235 bayi.
Tabel 2. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif Agustus 2016 dan Februari 2017.
23
Bulan Jumlah bayi 0 – 6 bulan dengan ASI eksklusif
Jumlah 814
Cakupan % Asi Eksklusif periode Agustus 2016 dan Februari 2017: 814 bayi.
% 𝑩𝒂𝒚𝒊 𝟎 − 𝟔 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝑨𝒔𝒊 𝑬𝒌𝒔𝒌𝒍𝒖𝒔𝒊𝒇
814
=( ) 𝑥100% = 65,91 %
1.235
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 65,91 % jadi besarnya masalah adalah
90% − 65,91%
=( ) 𝑥100% = 26,76 %
90%
1013
=( ) 𝑥100%
1329
= 76.22%
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 76,22 %, jadi besar masalahnya adalah
24
90% − 76,22%
( ) 𝑥100% = 15,31 %
90%
Kesimpulan: Cakupan belum mencapai target sebesar 76.08%, jadi besarnya masalah adalah
100% - 76.31% = 23.92%.
1
= ( ) 𝑥100%
1
= 100,00%
4.3.5.1. Fisik
Lokasi : Di tiap desa sudah terdapat masing-masing bidan desa, sehingga mudah
dijangkau oleh warga desa.Terdapat beberapa lokasi yang memiliki daerah akses sulit
seperti contoh daerah Bolang karena perbaikan jalan belum sempurna. Sebagian jalan
25
masih berlubang-lubang dan belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.
Transportasi: Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor.
4.3.5.2. Non-Fisik
Pencatatan dan pelaporan bulanan mengenai ASI eksklusif lengkap, sesuai dengan
waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi
Program Gizi
Terdapat rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan.
4.3.7. Dampak
Dampak langsung: Memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6 bulan: Belum dapat
dinilai.
Dampak tidak langsung: Mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: Belum
dapat dinilai.
Bab V
Pembahasan Masalah
26
5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran
27
kader.
28
yang baik dan atas kesadaran
sendiri. Serta kurangnya
dukungan keluarga terhadap
ibu untuk memberikan ASI
eksklusif.
Bab VI
29
Perumusan Masalah
1. Cakupan ASI ekslusif periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar
65.91% dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 26.76%.
2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Agustus 2016 sampai dengan Juli
2017 sebesar 76.22% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 15.31%.
3. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode
Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%,
dengan besar masalah 23.92%.
6.2.1. Masukan
Tidak terdapat lembar balik dan buku pedoman tenaga pelaksana gizi
6.2.2. Proses
Pelaksanaan:
o Kurangnya penyuluhan di tiap-tiap posyandu.
o Belum dibuat kebijakan tertulis mengenai 10 LMKM.
o Belum dilakukan pembentukan KP-ASI dan merujuk ibu kepada kelompok
tersebut setelah keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
6.2.3. Lingkungan
Non fisik
o Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh tani, sehingga waktu dalam
pemberian ASI terhadap anak baru lahir sangat terbatas.
o Mayoritas penduduk mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sehingga
menyebabkan kurangnya tingkat pengetahuan akan manfaat pemberian ASI.
o Tingkat sosial budaya yang rendah mengenai kesadaran dan perilaku gizi
masyarakat yang baik dan atas kesadaran sendiri. Serta kurangnya dukungan
keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
Bab VII
30
Prioritas Masalah
i. Cakupan ASI ekslusif periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar
65.91% dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 26.76%.
ii. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Agustus 2016 sampai dengan Juli
2017 sebesar 76.22% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 15.31%.
iii. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode
Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%,
dengan besar masalah 23.92%.
No Parameter Masalah
i ii iii
1 Besar masalah 3 1 2
Jumlah 18 14 16
Keterangan:
5: Sangat penting
4: Penting
3: Cukup penting
2: Kurang penting
1: Tidak penting
31
Cakupan ASI ekslusif periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar
65.91% dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 26.76%.
Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode
Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%,
dengan besar masalah 23.92%.
Bab VIII
32
Penyelesaian Masalah
Masalah 1: Cakupan ASI ekslusif periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar
65.91% dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 26.76%.
Penyebab Masalah:
1. Kurangnya kerja sama lintas program dan lintas sektor dengan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan penyuluhan dan informasi kepada masyarakat.
2. Kurangnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif baik di Puskesmas maupun pada saat
pelaksanaan Posyandu melalui kelas ibu hamil.
3. Belum adanya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI).
4. Belum ada kebijakan tertulis mengenai 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusu
(LMKM).
5. Ibu bekerja sebagai buruh tani dan buruh perusahaan di luar wilayah Kecamatan
Tirtajaya yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula dan pemberian
makanan pendamping ASI secara dini sehingga menggantikan kedudukan ASI.
6. Tingkat pengetahuan dan kesadaran mengenai manfaat dan cara pemberian ASI
Eksklusif masih kurang sehingga banyak ibu yang mengalami kendala ASI tidak
lancar, ditambah dengan gizi dan asupan ibu yang tidak seimbang serta cara menyusui
yang salah sehingga ASI dianggap tidak lancar.
Penyelesaian Masalah:
1. Melakukan peningkatan kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam menjalankan
program ASI eksklusif, terutama dengan bagian program promosi kesehatan dan program
kesehatan ibu dan anak sehingga membantu dalam pencapaian kegiatan penyuluhan ASI
eksklusif secara rutin dan menyeluruh di setiap desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tirtajaya.
2. Meningkatkan kegiatan penyuluhan secara berkelompok atau perorangan terhadap ibu bekerja
yang mempunyai bayi 0-6 bulan dan ibu hamil tentang langkah-langkah memberikan ASI
perah kepada bayi dan cara penyimpanan ASI perah.
3. Membuat kebijakan tertulis mengenai penerapan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan
menyusui (LMKM) yang dapat digunakan oleh semua petugas kesehatan dan sarana fasilitas
kesehatan di wilayah UPTD Puskesmas Tirtajaya sebagai dasar/pedoman dalam pelaksanaan
penerapan ASI eksklusif di masyarakat.
33
4. Menggerakan agar semua petugas dan sarana pelayanan kesehatan mendukung perilaku
menyusu yang optimal melalui penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui
(LMKM).
Masalah 2: Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 23.92%.
Penyebab Masalah:
1. Kurangnya kerja sama lintas program dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
penyuluhan dan informasi kepada masyarakat.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan secara berkelompok atau perorangan terhadap ibu bekerja
yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang langkah-langkah memberikan ASI.
3. Masih kurangnya peran petugas kesehatan dan kader ASI dalam suatu wilayah dalam
mempromosikan pemberian ASI.
Penyelesaian Masalah:
1. Melakukan peningkatan kerja sama lintas program dalam menjalankan kegiatan penyuluhan
ASI eksklusif, terutama dengan bagian program promosi kesehatan dan program kesehatan
ibu dan anak sehingga membantu dalam pencapaian kegiatan penyuluhan ASI eksklusif
secara rutin dan menyeluruh di setiap desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya.
2. Menambahkan jadwal kegiatan penyuluhan mengenai promosi tentang peningkatan
pemberian ASI, terutama saat diadakan posyandu
3. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan para kader dalam melakukan konseling
ASI baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.
Bab IX
34
Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan dengan pendekatan sistem
di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017, didapatkan beberapa permasalahan dalam Program ASI
Eksklusif yang mampu mempengaruhi keberhasilan program ini. Adapun dari hasil evaluasi
Program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 didapatkan:
Cakupan ASI ekslusif periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar
65.91% dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 26.76%.
Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Agustus 2016 sampai dengan Juli
2017 sebesar 76.22% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 15.31%.
Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode
Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%,
dengan besar masalah 23.92%.
9.2. Saran
1. Membuat kelompok pendukung ASI yang berasal dari masyarakat dan merujuk setiap
ibu yang telah keluar dari fasilitas kesehatan pasca melahirkan untuk dibimbing oleh
kelompok pendukung ASI Eksklusif.
2. Mengadakan dan melakukan pencatatan hasil penyuluhan perorangan dan kelompok, serta
meningkatkan penyuluhan kelompok dalam kelas ibu hamil mengenai ASI eksklusif secara
rutin dan teratur pada seluruh posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya,
penyuluhan menggunakan media leaflet atau lembar balik bergambar agar lebih mudah
dipahami disertai sesi tanya jawab dan diakhiri dengan pengisian kuesioner untuk melihat
apakah pengetahuan ibu dan keluarga mengenai ASI eksklusif dan IMD telah bertambah
3. Mensosialisasikan mengenai 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)
kepada semua petugas kesehatan.
35
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh
petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program ASI
Eksklusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya.
36
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 2012-
2014. Jakarta: Direktorat Bina Gizi; 2013. h. 1-2.
2. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2012.
3. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Rancangan awal rencana
pembangunan jangka menengah nasional 2015 – 2019. Jakarta : Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional; 2014. h. 149-52.
4. Ferdiansyah R. Acara puncak pekan asi sedunia (pas) tahun 2014. [online]. 8
September 2014. Available from : http://gizi.depkes.go.id/acara-puncak-pekan-asi-
sedunia-tahun- 2014. 26 Juni 2017.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013
Diunduhdari:http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/
Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan analisis ASI
eksklusif; Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
7. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Rekomendasi praktik
pemerian makan berbasis bukti pada bayi dan balita di Indonesia untuk mencegah
malnutrisi. Jakarta: IDAI; 2015. h. 1.
8. Laporan Program Gizi Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya bulan Agustus 2016
sampai dengan Juli 2017.
37
Lampiran
38
Lampiran I
Sumber: www.karawanginfo.com
39
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah RT/RW dan Jumlah Kepala Keluarga UPTD Puskesmas
Tirtajaya Tahun 2016.
Tabel 2. Distribusi Penduduk di Tiap Desa di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016
Jumlah Penduduk
No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Pisangsambo 4.662 3.593 8.255
2. Sabajaya 3.820 3.728 7.548
3. Medankarya 3.050 3.078 6.128
4. Tambaksumur 2.747 3.975 6.722
5. Tambaksari 4.366 3.719 8.085
6. Srijaya 3.411 3.045 6.456
7. Srikamulyan 3.488 3.562 7.050
8. Kutamakmur 2.358 2.254 4.612
9. Bolang 2.569 2.461 5.030
10. Gempolkarya 2.197 2.181 4.378
11. Sumurlaban 1.761 1.987 3.748
Jumlah 34.429 33.583 68.012
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya
40
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016
Mata Pencaharian
No Desa Pegawai Lain-
Petani Nelayan Pengrajin Pedagang PNS
Swasta lain
1 Pisangsambo 1800 0 25 355 23 251 301
2 Sabajaya 2002 0 0 198 35 132 200
3 Medankarya 1408 0 15 350 160 257 172
4 Tambaksumur 1410 1 4 455 140 222 133
5 Tambaksari 1221 2 57 584 189 257 0
6 Srijaya 1217 0 5 163 46 61 0
7 Srikamulyan 1850 0 30 368 28 262 0
8 Kutamakmur 1450 0 41 278 30 154 121
9 Bolang 1382 0 33 189 23 121 99
10 Gempolkarya 1412 0 23 344 24 213 131
11 Sumurlaban 1312 0 21 252 24 321 212
Jumlah 16464 3 254 3536 722 2251 1369
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya
41
Tabel 5. Jenis Sarana Kesehatan di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016.
Tabel 6. Catatan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di Posyandu Setiap Desa.
42
Tabel 7. Catatan Bulan Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI saja bulan Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017 di UPTD Puskesmas Tirtajaya.
Tabel 8. Catatan Rekapitulasi Bulanan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan yang mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di UPTD Puskesmas Tirtajaya Agustus 2016 – Juli 2017.
43
Lampiran II
3. Sarana Leaflet
(Material) Poster
Pojok ASI
Lembar Balik
Buku pedoman tenaga pelaksana gizi
Kartu status, Alat tulis
Alat Penyuluhan
44
No. Variabel Tolok Ukur
45
Tabel 13.Tolok Ukur Menurut Variabel Lingkungan.
46