Li Ofin LBM 4 Blok 17
Li Ofin LBM 4 Blok 17
Indikasi
yang sangat kecil jadi tidak diperlukan vasokonstriktor dan memberikan efek anastesi lebih
Kontraindikasi
(Dosis Aman Adrenalin Dalam Larutan Anestesi Lokal Unluk Penderita Hipertensi.Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia 2000: 7 edisi khusus: 500-505.) (Dental Management of the Medically Compromised
- Fisiologi hemostasis
Proses hemostasis ada empat mekanisme utama, yaitu:
3.pembekuan darah
cedera akibat trauma. Prosesnya itu terjadi akibat spasme miogenik lokal pembuluh darah,
faktor autakoid lokal yang berasal dari jaringan yang mengalami trauma, kemudian akibat
refleks saraf terutama saraf-saraf nyeri di sekitar area trauma. Selain itu konstriksi juga
trombosit di sekitar area yang cedera tersebut akan segera melekat menutupi lubang pada
pembuluh darah yang robek tsb. Hal ini bisa terjadi karena di membran trombosit itu
terdapat senyawa glikoprotein yang hanya akan melekat pada pembuluh yang mengalami
cedera. Ketika trombosit ini bersinggungan dengan epitel pembuluh darah yang cedera tadi,
ia kemudian menjadi lengket pada protein yang disebut faktor von Willebrand yang bocor
dari plasma menuju jaringan yang cedera tadi. Seketika itu morfologinya berubah drastis.
Trombosit yang tadinya berbentuk cakram, tiba-tiba menjadi ireguler dan bengkak.
mengandung faktor pembekuan aktif, diantaranya ADP dan tromboksan A2 tadi. Secara
Ketika trombosit melepas ADP dan tromboksan A2, zat-zat ini akan mengaktifkan
trombosit lain yang berdekatan. Ia seolah-olah menarik perhatian trombosit lainnya untuk
mendekat. Karena itu, kerumunan trombosit akan seketika memenuhi area tersebut dan
melengket satu sama lain. Semakin lama semakin banyak hingga terbentuklah sumbat
trombosit hingga seluruh lobang luka tertutup olehnya. Peristiwa ini disebut agregasi
trombosit.
Pembentukan aktivator protrombin berasal dari dua mekanisme kompleks yang melibatkan
protrombin ini akan mengaktifkan protrombin. Protrombin akan aktif menjadi trombin.
Prosesnya membutuhkan peranan ion kalsium (Ca2+). Nantinya, trombin ini akan
dalam waktu 10 – 15 detik. Prosesnya, trombin ini akan melepas 4 molekul peptida kecil
dari setiap molekul fibrinogen, sehingga membentuk satu fibrin monomer, selanjutnya
fibrin monomer ini secara otomatis mampu berpolimerisasi dengan sesamanya membentuk
benang fibrin. Setelah beberapa detik, akan muncul banyak benang-benang fibrin yang
panjang. Tapi benang-benang ini ikatannya masih lemah, karena hanya berikatan secara
ikatan hidrogen. Untuk itu, trombin akan mengaktivasi suatu zat yang disebut faktor
stabilisasi fibrin. Faktor inilah yang nantinya akan memperkuat ikatan benang-benang
fibrin tadi menjadi lebih kuat, yakni dengan cara menimbulkan ikatan kovalen pada
benang-benang tersebut.
Setelah terbentuk benang-benang fibrin tersebut secara sempurna, dan darah juga
membentuk bekuan, bekuan itu akan diinvasi oleh fibroblas yang kemudian membentuk
jaringan ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau dapat juga bekuan itu dihancurkan. Proses
ini didukung oleh faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh trombosit, dan akan
berlangsung berkelanjutan hingga bekuan tersebut akan menjadi jaringan fibrosa dalam
waktu sekitar 1 sampai 2 minggu. Struktur jaringan sekitar trauma akan bekerja sedemikian
perlekatannya dengan gigi yang akan diekstraksi. Cara. (a). Bersihkan gigi-gigi danjanngan
sekitar gigi dengan larutan antiseptika (misalnya dengan tingtura yodida 3%); (b).
Bersihkan gigi-gigi dan kalkulus terutama dan gigi yang akan diekstraksi sebab gerakan
forsep dapat melepas kalkulus dan akan jatuh ke soket gigi; (c). jaringan gingiva diinsisi,
lakukan dengan menggunakan eksplorer untuk menghindari kerusakan jaringan lunak oleh
forsep.
a). Memilih forsep yang tepat dan baik dalam hal macam maupun ukuran. Forsep yang
terlalu kecil bagi lebar gigi yang akan diekstraksi atau forsep yang berengsel rusak dapat
berakibat fraktur mahkota atau akar gigi. b). Memegang pegangan forsep jangan terlalu
dekat engselnya yang benar adalah hampir seluruh ujung pegangan forsep tergenggam di
tangan. c). Poros panjang paruh forsep sejajar dengan poros panjang gigi yang akan
diekstraksi. d). Paruh forsep harus memegang sebagian akar yang masih dalam keadaan
utuh, jangan sekali-sekali memegang gigi pada mahkotanya. f). Gigi tetangga jangan
sampai terganggu oleh gerakan forsep g). Gigi Molar Kedua. Tekanan ke arah bukal, lalu
ke arah lingual dan gigi ditarik ke luar dan soket gigi ke arah bukal. Kadang-kadang
Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi dengan pemberian tampon yang diberi larutan
adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan dibiarkan selama 2 menit dalam soket. Perdarahan
yang disebabkan pembuluh darah besar jarang terjadi dan bila ini terjadi maka pembuluh
darah tersebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem kemudian dijahit/cauter.
Perdarahan pasca operasi dapat terjadi karena pasien tidak mematuhi instruksi atau sebab
lain yang harus segera ditemukan. Cara penanggulangan komplikasi seperti pada
kebanyakan kasus disarankan untuk melakukan penjahitan pada muko periosteal, jahitan
horizontal terputus paling cocok dan untuk tujuan ini harus diletakkan pada soket sesegera
mungkin
sebagian besar perlekatan periosteal dengan menjepitnya dengan arteri klem dan 5
melepaskannya dari jaringan lunak. Selanjutnya bagian yang tajam bisa dihaluskan dengan
bone file dan dapat dipertimbangkan apakah diperlukan penjahitan untuk mencegah
perdarahan.
3. Infeksi
Bila terdapat pus dan fluktuasi 13 positif harus harus dilakukan insisi dan drainase serta
pemberian antibiotika yang adekuat. Sedang jika infeksi cukup parah atau telah meluas ke
submaxilla dan sublingual sebaiknya segera dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai
4. Dry Socket
Dilakukan pembersihan dan diirigasi menggunakan Nacl 0.9% dan apabila ada jaringan
nekrotik maka dilakukan necrotomi. Setelah dilakukan pembersihan socket ditutup atau
dressing dan diberikan obat antibiotic dan analgesic. Pasien diminta kembali setelah 24-48
jam. Apabila pasien masih merasa nyeri maka perlu dilakukan irigasi dan penggantian
dressing kembali.
(Lucky Riawan, drg., Sp. BM.2002. Penanggulangan Komplikasi Pencabutan Gigi. Bandung. Bagian
Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran)
5. Apa saja intruksi yang diberikan pada pasien setelah dilakukan pencabutan?
Gigit kapas yang dipasang di atas lubang bekas gigi kuat-kuat selama 1 jam. Hal ini
dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Untuk membantu proses penghentian
perdarahan, dapat dilakukan kompres pada pipi di daerah gigi yang dicabut dengan
menggunakan es batu.
Bila masih ada perdarahan setelah kapas dibuang, masukkan air teh pahit dingin ke dalam
mulut dan diamkan selama 2-3 menit.
Bila dalam waktu 2 jam sesudah pencabutan tidak ada tanda-tanda perdarahan berhenti,
kembalilah ke dokter gigi anda. Mungkin diperlukan penjahitan pada luka atau pemberian
obat anti perdarahan
Rasa sakit yang muncul setelah efek obat bius habis adalah hal lumrah. Hal ini dapat diatasi
dengan obat analgesik yang dijual bebas di pasaran, seperti jenis parasetamol, asam asetil
salisilat atau asam mefenamat. Gunakan hanya jika perlu saja.
Selama 24 jam tidak boleh berkumur, meludah dan menghisap-hisap daerah bekas
pencabutan. Tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan beku darah yang sudah
menutupi lubang bekas pencabutan akan terlepas sehingga akan terjadi perdarahan lagi.
Hindari makanan dan minuman panas, beralkohol, rokok selama 24 jam setelah
pencabutan, karena semuanya memperlambat proses penyembuhan luka
Setelah 24 jam bila luka sudah tidak mengeluarkan darah sama sekali, dapat berkumur
dengan air garam yang hangat untuk mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka.
Bila terjadi pembengkakan pada hari berikutnya, kompres dengan air hangat dari luar
maupun di dalam mulut.
6. Bagaimana indicator keberhasilan dilakukan pencabutan?
Menurut Howe (1995), pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit dan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan pendukungnya,
sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan
problem pasca bedah.
(Lucky Riawan, drg., Sp. BM.2002. Penanggulangan Komplikasi Pencabutan Gigi. Bandung. Bagian
Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran)