PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1ΙPAGE
terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses
inhibisi. Perubahan-perubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi,
pergeseran konsentrasi ion ekstraselular, voltage-gated ion-channel
opening, dan menguatkan sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal
inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan epileptik. Aktivitas neuron
diatur oleh konsentrasi ion didalam ruang ekstraselular dan intraselular,
dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos membran neuron.
Epilepsi berasal dari perkataan Yunani yang berarti "serangan" atau
penyakit yang timbul secara tiba-tiba. Epilepsi merupakan penyakit yang
umum terjadi dan penting di masyarakat. Permasalahan epilepsi tidak
hanya dari segi medik tetapi juga sosial dan ekonomi yang menimpa
penderita maupun keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari, epilepsi
merupakan stigma bagi masyarakat. Mereka cenderung untuk menjauhi
penderita epilepsi.
Akibatnya banyak yang menderita epilepsi yang tak terdiagnosis
dan mendapat pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak
klinik dan psikososial yang merugikan baik bagi penderita maupun
keluarganya. Oleh karena itu, pada tinjauan kepustakaan ini akan
dijabarkan tentang definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, gejala, diagnosis, dan terapi epilepsi
2ΙPAGE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
3ΙPAGE
suatu penyakit otak akut.Kejang epilepsi harus dibedakan dengan sindrom
epilepsi. Kejang epilepsi adalah timbulnya kejang akibat berbagai penyebab
yang ditandai dengan serangan tunggal atau tersendiri. Sedangkan sindrom
epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang ditandai
dengan kejang epilepsi berulang, meliputi berbagai etiologi, umur, onset,
jenis serangan, faktor pencetus, kronisitas (Vera, 2014)
B. EPIDEMIOLOGI
4ΙPAGE
C. ETIOLOGI (Mukhopadhyay, 2012)
5ΙPAGE
E. PATOFISIOLOGI (Machfoed, 2011)
Sampai saat ini belum terungkapkan dengan baik dan rinci mekanisme
yang memulai atau yang mencetuskan sel neuron untuk berlepasan muatan
secara sinkron dan berlebihan. Dengan perkataan lain sampai saat ini belum
diketahui dengan baik mekanisme terjadinya bangkitan epilepsi.
6ΙPAGE
c. Patofisiologi berdasarkan Mekanisme Iktogenesis
Mekanisme iktogenesis terjadi akibat perubahan plastisitas seluler dan
sinaps serta akibat perubahan pada lingkungan ekstraseluler. Mekanisme
iktogenesis diawali dengan adanya sel-sel neuron abnormal yang
mempengaruhi neuron sekitarnya dan membentuk suatu critical mass,
yang bertanggung jawab dalam mekanisme epilepsi. Sampai saat ini teori
tentang iktogenesis ini masih diperdebatkan.Eksitabilitas merupakan kunci
utama padamekanisme iktogenesis, eksitasi dapat berasal dari neuron
individual, lingkungan neuronal atau populasi neuronal. Ketiga penyebab
ini berinteraksi satu sama lain selama satu episode iktal tertentu.
d. Patofisiologi pada Membran Sel Neuron
Potensial membran sel neuron bergantung pada permeabilitas sel
tersebut terhadap ion natrium dan kalium. Membran neuron permeabel
sekali terhadap ion kalium dan kurang permeabel terhadap ion natrium,
sehingga didapatkan konsentrasi kalium yang lebih tinggi dibanding
konsentrasi natrium.
Potensial membran ini dapat diganggu dan berubah oleh berbagai
hal misalnya perubahan konsentrasi ion ekstraseluler, stimulasi mekanis
ataupun kimiawi, perubahan pada membran akibat lesi atau kelainan
genetik.
Bila keseimbangan terganggu, sifat semi-permeabel berubah,
sehingga membiarkan ion natrium dan kalium berdifusi melalui membran
dan mengakibatkan perubahan kadar ion dan perubahan potensial yang
menyertainya. Potensial aksi terbentuk di permukaan sel, dan menjadi
stimulus yang efektif pada bagian membran sel lainnya dan menyebar
sepanjang akson. Tampaknya semua konvulsi, apapun pencetus atau
penyebabnya, disertai berkurangnya ion kalium dan meningkatnya ion
natrium didalam sel.
7ΙPAGE
Silbernagl S. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme. 2000
a. Serangan Parsial
1.) Serangan Parsial Sederhana
i. Manifestasi Motorik
Kejang ini menyebabkan perubahan pada aktivitas otot.
Sebagai contoh, seseorang mungkin mengalami gerakan
abnormal seperti jari tangan menghentak atau kekakuan pada
8ΙPAGE
sebagian tubuh. Gerakan ini mungkin akan meluas atau tetap
pada satu sisi tubuh (berlawanan dengan area otak yang
terganggu) atau meluas pada kedua sisi. Contoh yang lain
adalah kelemahan dimana dapat berpengaruh pada saat
berbicara. Penderita mungkin bisa atau tidak menyadari
gerakan ini.
ii. Manifestasi Sensorik
Kejang ini menyebabkan perubahan perasaan. Orang dengan
kejang sensori mungkin mencium atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada disitu, mendengar bunyi berdetak,
berdering atau suara seseorang ketika suara yang sebenarnya
tidak ada, atau merasakan sensasi seperti ditusuk jarum atau
mati rasa (kebas). Kejang mungkin terasa sangat menyakitkan
pada beberapa pasien. Mereka akan merasa seperti berputar.
Mereka juga mungkin mengalami ilusi. Untuk singkatnya
mereka mungkin percaya bahwa mobil yang sedang diparkir
bergerak pergi atau suara seseorang seperti teredam ketika
seharusnya terdengar jelas.
iii. Manifestasi Autonomic
Kejang ini menyebabkan perubahan pada bagian system saraf
yang secara otomatis mengendalikan fungsi tubuh. Kejang ini
biasanya meliputi perasaan asing atau tidak nyaman pada
perut, dada dan kepala, perubahan pada denyut jantung dan
pernafasan, berkeringat.
iv. Manifestasi Psikis
Kejang ini merubah cara berpikir seseorang, perasaan dan
pengalaman akan sesuatu. Mereka mungkin bermasalah
dengan memori, kata yang terbalik saat berbicara,
ketidakmampuan untuk menemukan kata yang tepat atau
bermasalah dalam memahami percakapan atau tulisan. Mereka
mungkin dengan tiba-tiba merasa takut, depresi atau bahagia
9ΙPAGE
dengan alasan yang tidak jelas. Beberapa pasien mungkin
merasa seperti mereka berada diluar tubuhnya atau merasa
dejavu (pernah mengalami sebelumnya).
2.) Serangan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
i. Gambaran parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran:
kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun
ii. Dengan penurunan kesadaran sejak serangan,
kesadaranmenurun sejak permulaan serangan
3.) Serangan parsial yang berkembang menjadi serangan umum
(tonik, klonik, tonik-klonik)
b. Serangan Umum
1.) Tonic-Clonic Convulsion = Grand Mal
Kejang ini dimulai dengan suara jeritan yang tidak wajar.
Kemudian penderita akan jatuh dan setiap otot terlihat lebih aktif.
Giginya mencengkeram. Penderita terlihat pucat, dan dalam
waktu singkat akan berubah kebiruan. Sesaat setelah dia jatuh,
tangan dan badan bagian atas akan mulai menghentak sedangkan
kakinya menjadi lebih atau kurang kaku. Ini adalah bagian
terlama dari kejang ini. Pada akhirnya kejangnya berhenti dan dia
jatuh kedalam tidur yang dalam.
Umumnya kejang tonik klonik terjadi selama 1-3 menit.
Kejang yang berakhir lebih dari 30 menit atau tiga kali kejang
tanpa periode jeda yang normal mengindikasikan kondisi yang
berbahaya disebut juga sebagai status epileptikus. Kejang ini
disebut juga sebagai grand mall. Seperti namanya kejang ini
merupakan gabungan dari kejang tonik dan kejang klonik. Fase
tonik datang pertama ditandai dengan semua otot menjadi kaku.
Udara secara paksa dikeluarkan dari pita suara yang
menyebabkan tangisan atau erangan. Orang tersebut akan
kehilangan kesadaran dan jatuh kelantai. Lidah dan pipi bagian
10 Ι P A G E
dalam mungkin tergigit. Jadi ludah yang bercampur darah
mungkin keluar dari mulut. Wajah orang tersebut mungkin akan
berubah jadi kebiruan. Setelah fase tonik akan terjadi fase klonik.
Tangan dan kaki biasanya akan mulai menghentak dengan cepat
dan berirama, gerakan menekuk dan relaksasi pada siku, pangkal
paha dan lutut. Setelah beberapa menit gerakan menghentak akan
melambat dan berhenti. Isi kandung kemih dan perut terkadang
ikut keluar saat tubuh relaksasi. Kesadaran kembali perlahan dan
orang tersebut mungkin mengantuk, bingung, atau depresi.
Penderita yang mengalami kejang ini dapat anak-anak maupun
orang dewasa.
2.) Abscense Attacks = Petit Mal
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-
anak atau awal remaja. Bangkitan ini ditandai dengan gangguan
kesadaran mendadak (absence) dalam beberapa detik (sekitar 5-10
detik) dimana motorik terhenti dan penderita diam tanpa reaksi.
Seragan ini biasanya timbul pada anak-anak atau awal remaja.
Penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan
sering tidak disadari Pada waktu kesadaran hilang, tonus otot
skeletal tidak hilang sehingga penderita tidak jatuh. Pasca
serangan, penderita akan sadar kembali dan biasanya lupa akan
peristiwa yang baru dialaminya. Pada pemeriksaan EEG akan
menunjukan gambaran yang khas yakni “spike wave” yang
berfrekuensi 3 siklus per detik yang bangkit secara menyeluruh.
11 Ι P A G E
terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat.
12 Ι P A G E
1) Idiopatik (primer)
Epilepsi benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal
(Rolandik benigna)
Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
Epilepsi primer saat membaca
2) Simtomatik (Sekunder)
Lobus temporalis
Lobus frontalis
Lobus parietalis
Lobus oksipitalis
Epilepsi parsial kontinua yang kronis progresif pada anak-anak
(Kojenikow’s Syndrome)
Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu
rangsangan (kurang tidur, alkohol, obat-obatan, hiperventilasi,
refleks epilepsi, stimulasi fungsi kortikal tinggi, membaca)
Kriptogenik
13 Ι P A G E
- Sindroma Lennox Gastaut
- Epilepsi mioklonik astatik
- Epilepsi absans mioklonik
3) Simtomatik
i. Etiologi non spesifik
- Malformasi serebral
- Gangguan metabolisme
Serangan neonatal
Epilepsi mioklonik berat pada bayi
Sindroma Taissinare
Sindroma Landau Kleffner
1) Kejang demam
2) Bangkitan kejang/status epileptikus yang timbul hanya sekali
isolated
14 Ι P A G E
3) Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic akut,
atau toksis, alkohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemi
nonketotik.
4) Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesfik (epilepsi refrektorik).
15 Ι P A G E
jaringan parut, tumor dan kelainan pada pembuluh darah otak seperti
perdarahan, infark.
Selain ketiga prosedur standar diatas dikenal pula rekaman Video-EEG dan
ambulatory EEG, yang dapat memperlihatkan aktivitas elektrik pada otak
selama kejang berlangsung (Vera, 2014)
16 Ι P A G E
2) Pemeriksaan Fisik Umum Dan Neurologis
Pemeriksaan fisik umum untuk mencari tanda-tanda gangguan yang
berkaitan dengan epilepsi, misalnya:
Trauma kepala
Tanda-tanda infeksi
Kelainan congenital
Kecanduan alcohol atau napza
Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
Tanda-tanda keganasan.
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Elektro ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan
untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi. Adanya kelainan fokal pada
EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak,
sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Rekaman EEG dikatakan abnormal.
Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang
sama di kedua hemisfer otak.
Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih
lambat dibanding seharusnya misal gelombang delta.
17 Ι P A G E
Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak
normal, misalnya gelombang tajam, paku (spike), paku-
ombak, paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul
secara paroksimal. Bentuk epilepsi tertentu mempunyai
gambaran EEG yang khas, misalnya spasme infantile
mempunyai gambaran EEG hipsaritmia, epilepsi petit mal
gambaran EEG nya gelombang paku ombak 3 siklus per detik
(3 spd), epilepsi mioklonik mempunyai gambaran EEG
gelombang paku/ tajam/lambat dan paku majemuk yang
timbul secara serentak (sinkron).
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan
untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila
dibandingkan dengan CT Scan maka MRl lebih sensitif dan secara
anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk
membandingkan hipokampus kanan dan kiri.
d. Pemeriksaan Laboratorium
18 Ι P A G E
Pemeriksaan hematologis
Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, leukosit dan hitung
jenis, hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit
(natrium, kalium, kalsium, magnesium), kadar gula darah
sewaktu, fungsi hati (SGOT/SGPT), ureum, kreatinin dan
albumin.
Awal pengobatan sebagai salah satu acuan dalam
menyingkirkan diagnosis banding dan pemilihan
OAE
Dua bulan setelah pemberian OAE untuk
mendeteksi efek samping OAE
Rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor
efek samping OAE, atau bila timbul gejala klinis
akibat efek samping OAE.
19 Ι P A G E
7. Migraine
8. Stroke emboli
20 Ι P A G E
perlahan-lahan. Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti
bangkitan tidak dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua
OAE pertama.
Syarat umum untuk menghentikan OAE sbb : dapat didiskusikan
dengan pasien atau keluarganya setelah 3 tahun bebas kejang, dilakukan
secara bertahap diturunkan 25% dari dosis semua setiap bulan dalam
jangka waktu 3-6 bulan, bila digunakan lebih dari satu OAE maka
penghentian OAE dimulai dari OAE yang kedua bukan yang utama.
21 Ι P A G E
Absance Sodium Clobazam Carbamazepine
Valproate Topiramate Gabapentin
Lamotrigine Oxcarbazepine
Mioklonik Sodium Clobazam Carbamazepi ne
Valproate Topiramate Gabapentin
Topiramate Levetiracetam Oxcarbazepine
Lamotrigine
Piracetam
22 Ι P A G E
Phenobarbital 50-100 mg/hari 50-200mg/hari 1x
Clonazepam 1mg/hari 4mg/hari 1-2x
Clobazam 10mg/hari 10-30mg/hari 2-3x
Topiramate 100mg/hari 100-400mg/hari 2x
Gabapentine 900-1800mg/hari 900-3600mg/hari 2-3x
Lamotrigine 50-100mg/hari 20-200mg/hari 1-2x
Levetiracetam 1000- 1000- 2x
2000mg/hari 3000mg/hari
23 Ι P A G E
Gabapentin Teratogenik Somnolen, Kelelahan, Ataksia,
Dizziness, Peningkatan Bb,
Gangguan Perilaku
Lamotrigine SJS, Gangguan Hepar Akut, Ruam, Dizziness, Tremor,
Kegagalan Multi Organ. Ataksia, Diplopia, Pandangan
Kabur, Nyeri Kepala.
Topiramate Batu Ginjal, Hipohidrosis, Gangguan Kognitif, Kesulitan
Gangguan Fungsi Hati, Menemukan Kata, Dizziness,
Teratogenik Ataksia, Nyeri Kepala,
Kelelahan
L. PROGNOSIS
Ketika pasien telah bebas kejang untuk beberapa tahun, hal ini mungkin
untuk menghentikan pengobatan anti kejang, tergantung pada umur pasien
dan tipe epilepsy yang diderita. Hampir seperempat pasien yang bebas kejang
selama tiga tahun akan tetap bebas kejang setelah menghentikan pengobatan
yang dilakukan dengan mengurangi dosis secara bertahap. Lebih dari
setengah pasien anak-anak dengan epilepsy dapat menghentikan pengobatan
tanpa perkembangan pada kejang.(Harsono, 2011)
24 Ι P A G E
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang
muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat
lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara
paroksismal. Manifestasi serangan atau bangkitan epilepsi secara klinis dapat
dicirikan sebagai berikut yaitu gejala yang timbulnya mendadak, hilang
spontan dan cenderung untuk berulang.
25 Ι P A G E