Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia/Eklampsia
kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala
klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
(Sarwono, 2008).
genetis. Berbeda dengan tekanan darah tinggi menahun, preeklampsia ialah kondisi
peningkatan tekanan darah yang terjadi ketika hamil. Preeklampsia lebih sering
terjadi pada ibu yang mengalami kehamilan yang pertama kali (7%). Wanita yang
hamil berusia 35 tahun, hamil kembar, menderita diabetes, tekanan darah tinggi dan
penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab preeklampsia
ibu yang hamil pertama kali, hamil kembar, punya darah tinggi atau diabetes, serta
protein urine (diketahui dari pemeriksaan laboratorium kencing) +1/+2 dan terjadi
kehamilan antara lain : edema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai, muka
tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur (pemeriksaan urine
dari laboratorium). Preeklampsia berat terjadi bila ibu dengan preeklampsia ringan
tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Preeklampsia berat bila tidak
2010).
Preeklampsia terjadinya karena adanya mekanisme imunolog yang kompleks
dan aliran darah ke plasenta berkurang. Akibatnya jumlah zat makanan yang
bagian tubuh, terutama muka dan tangan. Lebih gawat lagi apabila disertai
peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, serta kadar protein yang tinggi pada urin
(Indiarti, 2009).
Terdapat keterlibatan multiorgan dan sistem akibat fungsi sel endotel maternal, yang
tampak sebagai bagian dari respons radang intravaskular maternal yang lebih
tekanan darah dan urinalisis masih merupakan cara pertama karena mudah dan relatif
mula-mula terdapat kenaikan tekanan darah yang ringan di atas 140/90 mmHg; di
bawah 160/110 mmHg); sering disertai bengkak pada muka, kelopak mata, punggung
tangan atau pada kaki. Apabila sudah terjadi keadaan preeklampsia berat (tekanan
darah di atas 160/110 mmHg) ibu bisa merasakan sakit kepala, nyeri ulu hati atau
penglihatan kabur. Itu sebabnya setiap pemeriksaan kehamilan tekanan darah ibu
hamil harus selalu diperiksa dan diulangi apabila ada kecurigaan terjadinya
preeklampsia.
Preeklampsia ringan masih dapat berobat jalan dengan pantang garam, kontrol
pengeluaran air seni). Di samping itu bila keluhan makin meningkat disertai
2010).
• Edema : edema local tidak dimasukan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema
sistolik lebih dari≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 gr/24 jam. Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria pre- eklampsia
• Oliguria
• Hemolisis mikroangiopatik
• Trombositopenia berat
Sedangkan bahaya pada janin antara lain: memberikan gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan.
2. Bahaya bagi janin, dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi
Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami
kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir
maupun ibunya.
3. Sindroma HELLP
meningkatnya kadar enzim dalam hati dan berkurangnya jumlah sel darah dalam
keseluruhan darah).
4. Diabetes
tenaga kesehatan bidan di desa dan ibu hamil, suami dan keluarga (Bandiyah, 2009).
dan skrining antenatal untuk deteksi dini secara proaktif yaitu mengenal masalah
yang perlu diwaspadai dan menemukan secara dini adanya tanda bahaya dan
2. Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai kondisi dan faktor risiko yang ada pada
ibu hamil.
3. Meningkatkan akses rujukan yaitu: pemanfaatan sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan ibu sesuai dengan faktor risikonya melalui rujukan berencana bagi ibu
dan janin.
tekanan darah ibu hamil. Padukan pola makan berkadar lemak rendah dan perbanyak
suplai kalsium, vitamin C dan A serta hindari stres. Selain bedrest, ibu hamil juga
perlu banyak minum untuk menurunkan tekanan darah dan kadar proteinuria, sesuai
mengurangi garam dan beristirahat dengan kaki diangkat ke atas (Indiarti, 2009).
Bila sejak awal kehamilan tekanan darah ibu hamil sudah tinggi, berarti ibu
hamil harus berhati-hati dengan pola makanannya. Ibu hamil harus mengurangi
makanan yang asin dan bergaram seperti ikan asin, ebi, makanan kaleng, maupun
makanan olahan lain yang menggunakan garam tinggi. Bila tekanan darah meningkat,
toxopheral (vit E), beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink,
magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalsium untuk
preeklampsia, sebab kondisi yang sering disebut odema ini juga bisa terjadi pada ibu
hamil, terutama di bagian tangan dan kaki. Gejala preeklampsia biasanya disertai
darah tinggi, mual atau muntah. Pencegahan terbaik adalah dengan memantau
tekanan darah. Padukan pola makan berkadar lemak rendah dan perbanyak suplai
sehingga dapat dideteksi sejak dini ada tidaknya preeklampsia/eklampsia pada ibu
hamil. Pemeriksaan pada ibu hamil di antaranya tes urin untuk mendeteksi
sebagai berikut :
1. Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematin maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2007). Usia juga
maka lebih banyak mendapatkan informasi dan pengalaman sehingga secara tidak
20-35 tahun, di bawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko
belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya belum bersedia menjadi ibu,
2. Pekerjaan
Menurut Newburn (2003) ibu yang bekerja ketika hamil meningkatkan risiko
akibat kerja yang mereka alami. Kondisi di tempat kerja sangat rawan memicu
stress yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Preeklampsia terjadi jika
tekanan darah wanita hamil naik sangat tinggi. Akibatnya dapat terjadi komplikasi
seperti terhambatnya aliran darah serta memicu terjadinya eklampsia. Jika itu
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu. Banyaknya anak
yang pernah dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu. Paritas
1. Golongan nullipara adalah golongan ibu yang belum pernah melahirkan anak
hidup.
Preeklampsia sering terjadi dalam kehamilan anak yang pertama, apalagi berusia
lebih dari 35 tahun dan jarang terjadi pada kehamilan berikutnya, kecuali pada ibu
yang mempunyai kelebihan berat badan, diabetes mellitus dan hipertensi esensial
atau kehamilan kembar. Kasus preeklampsia yang paling banyak terjadi pada ibu
mempunyai risiko relatif tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3 (Geoffrey,
1994).
trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insidensi dunia, dari
5%-8% preeklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh
(Sarwono, 2001).
ANC. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi risiko kematian maternal. Risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
2005). Jadi ibu hamil dengan jumlah anak lebih sedikit cenderung akan lebih baik
dalam memeriksakan kehamilannya daripada ibu hamil dengan jumlah anak lebih
banyak.
3. Usia Kehamilan
Kasus preeklampsia dapat timbul pada usia kehamilan 20 minggu. Tetapi sebagian
besar kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan
(Mey, 1998).
4. Riwayat Hipertensi
keadaan ini akan memperberat keadaan ibu. Status kesehatan wanita sebelum dan
yang lebih tua, yang memperlihatkan peningkatan insiden hipertensi kronik seiring
5. Pendidikan
mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi
biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan
rendah merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan ANC
pada ibu hamil. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan
obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur
ialah:
1. Jika tekanan darah diastolik berkisar 80-90 mmHg atau naik kurang dari 15 mmHg
dan tidak ditemukan proteinuria, wanita tersebut diizinkan untuk tinggal di rumah
a. Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau meningkat lebih dari 15
mmHg, jika ada gejala preeklampsia berat, atau jika ditemukan adanya
pertumbuhan buruk pada janin, wanita tersebut harus masuk ke rumah sakit
2. Memeriksa tekanan darah setiap 4 jam (setiap 2 jam bila keadaannya sangat
parah).
5. Menimbang berat badan wanita tersebut dua kai seminggu jika mungkin.
dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat
jalan:
3. Diet biasa.
memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau
gagal ginjal akut. Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
berat, kontrol 2 kali seminggu, jika tekanan diastolik naik lagi maka rawat
kembali.
serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnnya digunakan cara yang aman
Penanganan kejang:
oksigen).
e) Membaringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko
aspirasi.
(1) Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan
(2) Memasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih ).
(5) Jika jumlah urin < 30ml per jam, infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam,
(6) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
(7) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi merupakan
tanda edema paru. Jika ada edema paru, menghentikan pemberian cairan, dan
(8) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
neonatal.
c. Tidak terjadi edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah
atau tangan.
2. Preeklampsia berat
e. Menurunya kadar oliguria (jumlah air seni lebih dari 400 ml / 24 jam)
h. Tidak mengalami gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang
berat
i. Tidak terjadi perdarahan di retina (bagian mata), tidak terjadi edema pada
hasil dari pada segala macam pengalaman, serta interaksi manusia dengan
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini
bersifat pasif (tanpa tindakan : pengetahuan dan sikap) maupun aktif (tindakan yang
tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang
(tiga) domain yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain) dan
itu dilator belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi
(reinforcing factor).
a. Predisposing Factors, yaitu faktor-faktor yang mendahului perilaku yang
memberikan dasar rasional atau motivasi untuk perilaku tersebut antara lain
tenaga)
jalam baik, ada angkutan dan upah jasa dapat dijangkau masyarakat
dijelaskan sebagai sebuah fungsi pengaruh kolektif dari ketiga tipe faktor ini.
menyatakan bahwa tidak ada sebuah perilaku atau aksi tunggal yang disebabkan
oleh hanya satu faktor. Semua rencana untuk mempengaruhi perilaku harus
Keberdayaan dan kemandirian ibu hamil dapat dilihat dari bagaimana perilaku
kepatuhan terhadap nasehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam perawatan
obat yang diberikan dan bagaimana menepati jadwal pemerikssaan ANC selanjutnya
2.5 Kepatuhan
2.5.1 Pengertian
(ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokternya atau yang lain. Kepatuhan adalah perilaku positif penderita
dalam mencapai tujuan terapi (Degrest et al, 1998). Menurut Decision theory (1985)
keputusan.
Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan.
dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang
pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda,
yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh
timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut,
sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami
sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses
identifikasi.
pelaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh
orang lain (Smet, 1994). Kepatuhan ibu hamil sebagai sejauh mana perilaku ibu hamil
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven, 2002).
Atau juga dapat didefinisikan kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis
adalah suatu kepatuhan ibu hamil terhadap pengobatan yang telah ditentukan (Gabit,
1999).
adalah pasien sering kali tidak mengakui bahwa mereka tidak dilakukan apa yang
dianjurkan dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien agar
sebagai suatu masalah medis yang berat. Derajat ketidak patuhan bervariasi sesuai
dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif, jangka panjang atau jangka
pendek. Sackeet dan Snow (1976) menemukan bahwa kepatuhan terhadap sepuluh
eklampsia meliputi :
1. Pencegahan Primordial
pada ibu dan wanita usia produktif terhadap faktor risiko terjadinya keracunan
kehamilan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ibu hamil
agar tetap ideal, mengatur pola makan sehat dan menghindari stress serta istirahat
yang cukup.
2. Pencegahan Primer
atau upaya untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat. Dilakukan
a. Istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi protein, juga
c. Pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu
masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2 kali pada trimester III.25
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang yang telah sakit agar
dini serta mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Upaya pencegahan ini
dilakukan dengan :
sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang sesuai agar penyakit tidak
menjadi berat.
pada sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila perlu, dengan istirahat biasanya
kejang.
berat atau membatasi kecacatan yang terjadi serta melakukan tindakan rehabilitasi.
Salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia adalah usia dan paritas.
Akibat dari preeklampsia sangat besar pengaruhnya bagi ibu maupun bayinya. Pada
ibu dapat mengakibatkan kegagalan pada organ-organ vital seperti hepar, ginjal, paru-
paru, dan jantung. Pada bayi preeklampsia dapat menghambat plasenta menyalurkan
udara dan makanan untuk janin, sehingga bayi kekurangan oksigen (hypoksia) yang
janin, kematian janin dalam rahim, lahir dengan kondisi gangguan nutrisi dan
Lowdermilk & Jensen (2005), sebaiknya menjelang trimester II-III ibu hamil harus
lebih berhati-hati untuk mencegah komplikasi yang lebih berbahaya lagi, karena
preeklampsia berkontribusi signifikan untuk Intra Uterin Fetal Death (IUFD), dan
mortalitas perinatal.
Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi.
sebagai hasil pengambilan keputusan. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau
datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Lukman et al,
pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda,
yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh
diperlukan agar setiap keluhan dapat ditangani sedini mungkin, dan informasi yang
penting bagi ibu hamil dapat tersampaikan sehingga angka kematian ibu dapat
faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin.
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu :1) Satu
kali pada triwulan pertama, 2) Satu kali pada triwulan kedua dan 3) Dua kali pada
Keberhasilan
Kepatuhan dalam pola makan Penanganan
Preeklampsia
- Tidak Berhasil
- Berhasil