Disusun Oleh :
RAKKA PUTRI RANATI
240110140015
i
LEMBAR PENILAIAN
Mengetahui,
Koordinator Praktek Kerja Lapangan
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) dan laporan akhir PKL yang berjudul “Mempelajari Kinerja
Mesin Pengering pada Pengolahan Teh Hitam dengan Metode Orthodoks di
PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung”.
PKL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh setiap
mahasiswa Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran guna memberikan pengalaman dan
pengetahuan tentang kegiatan pada suatu lembaga/instansi/perusahaan tertentu
yang berkaitan dengan bidang keteknikan pertanian. Penyusunan laporan dari
kegiatan PKL yang telah dilaksanakan selama 75 hari kerja di PT. Perkebunan
Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung merupakan salah satu syarat kelulusan
dari mata kuliah itu sendiri.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah, karunia, kemudahan
dan kelacaran selama pelaksanaan PKL.
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat
dalam melaksanakan kegiatan PKL ini.
3. Bapak Dr. Ir. Edy Suryadi M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri Pertanian.
4. Bapak Ir. Dedy Prijatna, M.P, selaku Dosen Pembimbing selama melakukan
PKL di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung yang telah
memberikan wawasan selama penulisan laporan PKL, merelakan waktu
untuk membimbing penulis, memberikan arahan, saran, bantuan, perhatian
serta nasehat selama proses penyusunan laporan PKL ini.
5. Bapak Wahyu Kristian Sugandi STP., M.Si., selaku koordinator PKL
Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Padjadjaran.
6. Bapak Ir. Asep Budi Djatnika selaku Manajer PT. Perkebunan Nusantara
VIII Kebun Dayeuhmanggung periode 2015-2017 dan Bapak Iwan
Kurniawan S.P selaku Manajer PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun
iii
Dayeuhmanggung periode 2017-sekarang yang telah memberikan izin dan
kesempatan penulis untuk melaksakan PKL di PT. Perkebunan Nusantara
VIII Kebun Dayeuhmanggung.
7. Bapak Hermansyah, bapak Anton, dan bapak Dudung selaku Asisten
Afdeling PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung yang
telah memberikan informasi dan mengajari dalam perawatan hingga
pemetikan teh.
8. Bapak Salim selaku kepala pengolahan PT. Perkebunan Nusantara VIII
Kebun Dayeuhmanggung yang telah membantu dan membimbing penulis
dalam hal mengenai pengolahan teh.
9. Bapak Medi Supriadi selaku Asisten Administrasi yang telah membantu
dalam hal administrasi.
10. Segenap Karyawan PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun
Dayeuhmanggung yang telah membantu dalam kegiatan PKL.
11. Ulvie Hutami, Marsyellina Dwi, Winada Putranto, dan Intan selaku teman
seperjuangan dari Universitas Padjajaran selama melaksanakan PKL di PT.
Perkebunan Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan
PKL serta dalam penulisan laporan PKL ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan PKL ini
bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam kinerja mesin pengering pada pengolahan teh hitam metode
orthodoks. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.4 Penggilingan ....................................................................................... 22
3.5 Oksidasi Enzimatis ............................................................................. 27
3.6 Pengeringan ........................................................................................ 28
3.7 Sortasi ................................................................................................. 29
3.8 Pengujian Mutu .................................................................................. 35
3.9 Pengepakan......................................................................................... 38
BAB IV KINERJA MESIN PENGERING TWO STAGE DRIER PADA
PENGOLAHAN TEH HITAM DENGAN METODE ORTHODOKS ............... 43
4.1 Alat dan Bahan Kegiatan.................................................................... 43
4.1.1 Alat ......................................................................................... 43
4.1.2 Bahan ...................................................................................... 43
4.2 Proses Pengeringan Teh Hitam .......................................................... 43
4.3 Permasalahan Mesin Two Stage Drier ............................................... 47
4.4 Hasil Percobaan dan Perhitungan ....................................................... 47
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 51
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN .......................................................................................................... 54
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 31. Pemangkasan ..................................................................................... 79
Gambar 32. Penyakit daun blister ......................................................................... 79
Gambar 33. Penyakit daun akibat Empoasca sp. .................................................. 79
Gambar 34. Penyakit pada daun akibat ulat .......................................................... 79
Gambar 35. Pemupukan daun ............................................................................... 80
Gambar 36. Mesin Sanchin sprayer ...................................................................... 80
Gambar 37. Pemetikan pucuk teh ......................................................................... 80
Gambar 38. Pemetikan pucuk teh menggunakan gunting ..................................... 80
Gambar 39. Pengangkutan teh .............................................................................. 81
Gambar 40. Proses pembeberan ............................................................................ 81
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR ISTILAH
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengolahan dari pucuk teh menjadi teh kering digunakan berbagai alat dan mesin
pasca panen yang telah disesuaikan penggunaannya serta telah ditentukan
spesifikasinya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan tingkat produksi dari
produk teh yang akan dihasilkan. Proses pengolahan teh ini menggunakan mesin-
mesin dan peralatan pasca panen yang merupakan salah satu bentuk penggunaan
teknologi di bidang industri pertanian.
Proses pengolahan teh yaitu dimulai dari pemetikan, pelayuan, penggilingan,
oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, dan pengepakan. Dalam proses
pengeringan hal yang penting dalam melakukannya dan tetap dalam pengawasan
ialah lama waktu dan juga suhu pada proses pengeringan. Pada pelaksanaanya
untuk menghasilkan bubuk yang berkualitas juga ditentukan oleh kinerja mesin
pengering karena pada proses ini akan terjadi penghentian proses fermentasi
senyawa folipenol dalam bubuk teh pada saat kondisi zat-zat pendukung kualitas
mencapai keadaan optimal dan menentukan mutu akhir teh hitam yang dihasilkan.
Oleh karena itu mempelajari kinerja mesin pengeringan pada pengolahan teh hitam
dengan metode orthodoks di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun
Dayeuhmanggung ini sangat penting untuk dilakukan.
2
3. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa pada pengolahan teh hitam
dari pemanenan hingga pengemasan.
4. Mengkaji kemampuan pengetahuan atau kajian teoritis dengan praktek-
praktek nyata di lapangan serta belajar mengambil sikap dan menempatkan
diri di dalam bekerja sehubungan dengan keterkaitan berbagai aspek atau
bidang dalam perusahaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakannya praktek kerja lapang ini adalah mempelajari
penggunaan mesin-mesin pasca panen pada proses pengolahan teh khususnya
mesin pengeringan teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung.
3
9. Mengetahui langkah-langkah penggunaan mesin pengolahan teh yang ada di
PT. Perkebunan Nusantara Kebun Dayeuhmanggung.
10. Melakukan pengamatan seputar lingkungan kerja serta kelayakan alat dan
mesin yang digunakan selama proses pengolahan.
11. Melakukan pengamatan pada pada pengolahan daun teh dibagian
pengeringan.
12. Melakukan tanya jawab seputar proses pengolahan teh kepada pembimbing
lapang atau penanggung jawab lapangan.
13. Melakukan konsultasi kepada pembimbing lapangan dalam pengerjaan
laporan.
4
d. Mengukur lama penggunaan bahan bakar.
e. Menimbang teh basah yang akan dikeringkan (Wo).
f. Menimbang teh kering yang telah keluar dari mesin pengering (Wi).
g. Mengukur lama proses pengeringan dimulai dari pemasukan teh basah
ke dalam mesin pengering hingga mesin pengering tidak terdapat teh
kering.
h. Mengukur kadar air teh basah.
i. Mengukur kadar air teh kering.
j. Mengukur suhu yang masuk ke dalam mesin pengering.
k. Mengukur suhu yang keluar dari mesin pengering.
l. Mengukur suhu bola basah dan bola kering ruang pengeringan.
m. Menghitung kapasitas mesin dan kapasitas bahan bakar dari data yang
telah didapat.
n. Menghitung efisiensi mesin pengering.
3. Metode Studi Pustaka.
Suatu metode pengumpulan data dengan cara mengambil data-data dari
berbagai buku untuk mendapatkan data sesuai dengan yang dikehendaki. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah:
a. Mencari literature di perpustakaan mengenai mesin-mesin pengolahan
teh.
b. Mencari standar operasi pelaksanaan mengenai mesin-mesin pengolahan
teh.
c. Mencatat data yang diperlukan.
5
lapangan dalam pencarian informasi kegiatan yang dilakukan pada saat PKL yaitu
mempelajari mekanisme kerja dan perawatan beberapa alat dan mesin pengolahan
teh sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP). Namun dalam hal ini,
kegiatan PKL difokuskan pada kajian kinerja mesin pengering pada pengolahan teh
hitam metode orthodoks.
6
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI
7
PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa
perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII,
sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;
PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa
perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX,
dan PPN Aneka Tanaman X.
Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status
menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero).
Dalam rangka Restrukturisasi BUMN Perkebunan mulai 1 April 1994
sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT Perkebunan XI,
PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah
manajemen PTP Group Jabar.
Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT
Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT
Perkebunan Nusantara VIII (Persero).
Perkebunan Dayeuhmanggung merupakan salah satu dari 23 perkebunan teh
di bawah perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang terletak di Kecamatan
Cilawu Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Jarak dari Kota Bandung + 75 Km
ke arah Timur dan dari kota Garut + 15 Km ke arah selatan.
Wilayah kerja Perkebunan Dayeuhmanggung terbagi dalam 6 (enam) bagian:
1) Afdeling Nyampay,
2) Afdeling Tengah,
3) Afdeling Cihurang,
4) Administrasi,
5) Pengolahan, dan
6) Teknik
8
b. Misi
1) Menghasilkan produk bermutu dan ramah lingkungan yang
dibutuhkan oleh pasar dan mempunyai nilai tambah tinggi;
2) Mengelola perusahaan dengan menerapkan Good Governance dan
Strong Leadership, memosisikan sumber daya manusia sebagai mitra
utama, serta mengedepankan kesejahteraan karyawan melalui
kesehatan perusahaan;
3) Mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk dapat meraih peluang-
peluang pengembangan bisnis, secara mandiri maupun bersama-sama
mitra strategis;
4) Mengedepankan Corporate Sosial Responsibility (CSR) seiring
dengan kemajuan perusahaan
9
Tabel 1. Areal Konsesi dan Komposisi Tanaman
Sumber: Anonim
10
BAB III
PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM DENGAN METODE
ORTHODOKS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN
DAYEUHMANGGUNG
Metode proses pengolahan pucuk daun teh ini dibedakan menjadi dua, yaitu
proses Cutting-Tearing-Curling (CTC) dan orthodoks. Kedua metode ini memliki
kesamaan, salah satunya adalah menggunakan proses fermentasi hanya metode
orthodoks dilakukan dengan cara daun yang sudah layu diputar, dipotong, dan
dihancurkan sehingga dapat memecahkan isi sel daun, sehingga hasil dari metode
orhodoks ini akan menghasilkan teh dengan aroma dan flavor yang lebih bagus.
Proses pengolahan pucuk daun teh menjadi teh kering yang digunakan di PT.
Perkebunan Nusantara VIII Kebun Dayeuhmanggung adalah dengan menggunakan
metode orthodoks. Pengolahan dengan metode orthodoks disebut juga dengan
metode pengolahan secara tradisional. Metode orthodoks ini dimulai dari
pemetikan teh, langkah selanjutnya adalah penyortasian daun di kebun secara
manual dan daun teh kemudian diangkut menuju ke pabrik untuk dilakukan proses
pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, pengujian mutu,
dan pengepakan. Pengolahan pucuk daun teh dengan menggunakan sistem
orthodoks secara umum dapat dilihat pada diagram alir Gambar 1 berikut ini.
11
Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan teh hitam orthodoks
12
3.1 Pemetikan Pucuk Teh
Bahan yang digunakan untuk menghasilkan teh dengan kualitas terbaik
adalah pucuk teh. Ada dua jenis pucuk teh yang digunakan yaitu pucuk peko dan
pucuk burung. Pucuk burung merupakan pucuk muda yang dalam keadaan istirahat
dengan ditunjukan dengan tidak tumbuhnya peko. Hal ini dapat dikarenakan
berbagai macam hal, misalnya tanaman teh yang kekurangan unsur hara, air atau
tanaman sedang pada masa dormansi. Pucuk peko adalah pucuk yang merupakan
tunas aktif dimana pucuk masih menggulung. Berdasarkan petikannya, dibedakan
menjadi petikan halus, medium dan kasar. Petikan halus terdiri dari pucuk peko (p)
dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1
atau b+1m. Petikan medium terdiri dari pucuk peko dengan dua atau tiga daun
muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m,
b+2m, b+3m). Sedangkan petikan kasar terdiri dari pucuk peko dengan lebih empat
daun dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) rumus (p+4 atau lebih dan
b+(1-4t)) (Effendi, Syaki, Yusron, dan Wiratno, 2010).
13
dengan musim hujan. Kesehatan tanaman juga mempengaruhi daur petik, tanaman
sehat memiliki daur petik yang lebih cepat dibandingkan dengan tanaman teh yang
kurang sehat.
Pucuk teh yang berkualitas serta teknik pemetikan yang baik akan
menghasilkan produk teh yang berkualitas pula. Pemetikan dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu dengan manual, gunting, dan mesin. Pemetikan dengan cara manual
yaitu dengan menggunakan kedua belah tangan. Pemetikan dengan menggunakan
gunting ini dilakukan apabila tenaga kerja kurang dan kondisi kesehatan tanaman
memungkinkan. Sedangkan pemetikan dengan menggunakan diperlukan beberapa
syarat yaitu areal petik yang mudah dijangkau dan relatif datar. Di Kebun
Dayeuhmanggung sendiri, pemetikan dilakukan dengan cara menggunakan
gunting. Pemetikan dengan manual sudah tidak dilakukan karena kapasitas
pemetikan yang relatif kecil sedangkan target pemetikan yang tinggi. Pemetikan
dengan menggunakan mesin jarang digunakan karena areal kebun yang berkelok
dan miring.
Gunting petik yang digunakan adalah peralatan semi mekanis dilengkapi
dengan penampung pucuk. Penggunaan gunting ini tergolong mudah, namun
pemetikan menggunakan gunting ini memiliki kelemahan yaitu besar penampung
teh yang kurang besar sehingga tidak dapat menampung banyak pucuk serta pucuk
yang dipetik ada beberapa yang rusak karena tergunting.
Penampung
pucuk
14
tinggi. Pucuk yang telah dipetik ini dimasukan kedalam waring sack dengan ukuran
keliling waring sack 126-140 cm dan tinggi 100 cm. Waring sack ini dapat
menampung pucuk dengan berat maksimal 25 kg dan tidak dijejal. Waring sack
yang telah berisi teh penuh, dikumpulkan di satu tempat untuk memudahkan dalam
proses selanjutnya yaitu pengangkutan.
15
Gambar 5. Penimbangan pucuk di lapangan
Waring sack yang telah berisi pucuk ini dimasukan kedalam truk dengan cara
perlahan dan hati-hati agar tidak merusak kualitas teh dan waring sack disusun
secara berdiri. Truk yang digunakan untuk pengangkutan ini berkapasitas 2000-
3000 kg. Pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik dapat dilakukan sekali
angkut atau lebih. Penentuan jumlah pengangkutan ini didasari oleh hasil petik, jika
hasil pemetikan diprediksi lebih dari 2500 kg, maka pengangkutan akan dilakukan
sebanyak dua kali, namun sebaliknya jika hasil pemetikan diprediksi kurang dari
2500 kg maka pengangkutan akan dilakukan hanya satu kali. Pengangkutan ini jika
hanya satu kali dilakukan pukul 12.00 sedangkan jika dua kali angkut akan
dilaksanakan pukuk. 10.00 dan 13.30.
Pengiriman pucuk dari kebun ke pabrik harus dilengkapi dengan surat
pengantar pucuk, dimana petugas penimbang menerima surat pengantar pucuk,
memeriksa tanggal pemetikan, blok yang dipetik, tanggal terakhir penyemprotan
pestisida dan taksasi produksi hari besok. Truk yang telah terisi pucuk ini, lalu
ditmbang di jembatan timbang dengan kondisi supir harus turun saat penimbangan,
karena apabila supir tidak turun maka akan menambah berat dari pucuk.
16
Kendaraan bermuatan yang berada di atas jembatan timbang akan menekan
lantai plat jembatan timbang. Dikarenakan ada gaya gravitasi, load cell menerima
beban kendaraan bermuatan tersebut. Output berupa tampilan angka akan muncul
pada weight meter dengan skala terkecil sebesar 10 kg dan skala terbesar adalah
10.000 kg.
Jembatan
timbang
17
100 gram. Setalah ditimbang, lalu dipisahkan setiap pucuk berdasarkan
kategorinya. Ada beberapa kategori yang digunakan yaitu p+1, p+2, p+3, p+4, p+5,
daun kasar, burung muda, burung tua, daun tua, dan daun rusak. Setelah
dikategorikan lalu ditimbang kembali sesuai dengan kategori masing-masing, dari
hasil ini akan didapat hasil analisa pucuk dan analisa pucuk ayak olah. Analisa ini
dilakukan untuk mengevaluasi mutu pucuk hasil petikan dan mengatahui perilaku
pemetik di lapangan. Analisa pucuk ini harus sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yaitu sebesar minimal 45% sedangkan analisa pucuk layak olah
minimal yaitu 55%.
3.3 Pelayuan
Pelayuan merupakan proses yang sangat kompleks karena pada proses ini
terjadi interaksi antara berbagai faktor seperti standar pemetikan, karakteristik dan
kondisi daun, reaksi biokimia dan enzimatis, dan daya pengeringan udara. Pelayuan
terdiri dari pelayuan kimia dan pelayuan fisik. Masing-masing pelayuan ini
memiliki tujuan tersendiri. Pada pelayuan kimia terjadi proses biokimia dan
enzimatik yang dapat dipercepat pada temperatur 24o-27oC dan kelembaban 60-
70% sehingga tujuan dari pelayuan kimia ini adalah untuk membentuk karakteristik
teh (rasa, aroma, kekuatan, kesegaran, dan warna seduhan) yang diinginkan.
Sedangkan perubahan fisik bertujuan untuk menurunkan kadar air di dalam dan di
permukaan pucuk yang ditandai dengan adanya perubahn elastisitas pucuk (menjadi
lemas) dan perubahan permeabilitas dinding sel.
Pelayuan pucuk teh ini menggunakan Withering Trough (WT) yang berupa
bak penampung yang berukuran dengan panjang 30 meter dan lebar 1.8 meter,
umumnya isian WT ini berkisar 25-35 kg pucuk/m2 dan tinggi pucuk yang dapat
dimuat berkisar 30-45 cm.
Lama pelayuan yang optimal selama 12-20 jam. Pelayuan dilakukan hingga
kadar air pucuk layu 49-55% dengan kerataan 90%. Lamanya proses pelayuan ini
sangat ditentukan oleh cuaca dan keadaan pucuk. Prinsip kerja dari withering
trough menurunkan kadar air pucuk dengan menghembuskan udara segar dari fan.
Hembusan udara menyebabkan proses penguapan air dari pucuk sehingga pucuk
menjadi layu.
18
Gambar 7. Withering Trough (WT)
Tabel 2. Spesifikasi Withering Trough (WT)
Nama Alat Withering Trough
Tahun Produksi 1979
Produksi TEHA, Indonesia
Kapasitas 1500-1900 kg
Kapasitas Angin 34.200 cfm
Daya 7.5 kW
Kecepatan Putar 950 rpm
Pada pelayuan ini ada beberapa proses didalamnya diantaranya adalah
pembeberan, pengiraban I, pengiraban II, pemberian udara panas, pembalikan, dan
penurunan pucuk layu. Pembeberan adalah pengeluaran pucuk teh dari dalam
waring sack dengan tujuan untuk memberikan udara segar kepada pucuk sehingga
sebelum pucuk dikeluarkan udara segar perlu dialirkan pada Withering Trough
(WT) selama ± 5 menit. Setelah melakukan pembeberan, selanjutnya melakukan
pengiraban yang bertujuan untuk menghindari pucuk yang menggumpal.
Pengiraban dapat dilakukan satu kali jika pucuk sudah kering dan sudah tidak ada
yang menggumpal. Rentang pengiraban I dan pengiraban II ini adalah selama 2 jam.
Pengiraban dilakukan dengan posisi berhadap-hadapan di kedua sisi WT yang
dimulai dari ujung yang berlawanan dengan arah fan.
Pemberian udara panas pada pucuk teh ini diperlukan apabila memenuhi
beberapa ketentuan yang tela ditetapkan. Ketentuan ini adalah pemberian udara
19
panas dilakukan 5-6 jam setelah pembeberan, kondisi pucuk dalam keadaan kering,
perbedaan selisih antara suhu bola basah dan suhi bola kering adalah ≤ 2oC, dan
suhu pada pucuk maksimum 28oC. Udara panas yang dialirkan ini berasal dari Heat
Exchanger (HE). Kebun Dayeuhmanggung sendiri menggunakan kayu bakar karet
sebagai bahan bakarnya. Setalah kondisi pucuk layu antara 50-60% maka dilakukan
pembalikan. Pada saat proses pemabalikan, klep udara segar harus ditutup agar
pucuk layu tidak berterbangan. Pembalikan dilakukan setiap 5-6 jam sekali agar
terjadi kesamarataan. Proses pembalikan pucuk merupakan upaya yang dilakukan
guna memindahkan lapisan bawah pucuk menjadi lapisan atas dan diupayakan pada
proses pembalikan pucuk, pucuk yang sudah layu tidak bercampur dengan pucuk
yang masih segar.
Pucuk yang telah layu sempurna dapat dianalisis dengan melihat pucuk hasil
layuan yang berwarna hijau kekuningan, tangkai pucuk tidak patah bila dilenturkan,
pucuk lemas bila dipegang dan mengeluarkan aroma yang khas. Selama proses
pelayuan terjadi perubahan-perubahan kimia, antara lain kandungan zat padat
menurun, kandungan pati dan gum menurun, kadar gula meningkat, kandungan
protein menurun dan asam amino meningkat karena terjadi pembongkaran protein
menjadi asam-asam amino, kadar katekin meningkat karena kandungan air turun,
dan sebagian klorofil berubah menjadi feoforbid (Kustamiyati, 1982).
Pucuk yang telah layu sempurna selanjutnya melawati proses terakhir
pelayuan yaitu turun layu. Saat proses turun layu ini klep udara segar ditutup dan
pembongkaran pucuk dilakukan dari arah yang berlawanan dengan fan.
Pembongkaran pucuk teh ini kemudian memasukan pucuk teh kedalam bolotong
yang berkapasitas antara 20-30 kg. Jika bolotong sudah penuh maka didistribusikan
menggunakan monorail ke Open Top Roller (OTR) untuk proses penggilingan.
Pengisian pucuk layu kesetiap OTR disesuaikan dengan kapasitasnya dan pengisian
ke dalam OTR ini dilakukan secara merata selama 10 menit.
20
Tabel 3. Beberapa perubahan yang terjadi selama proses pelayuan
Sifat Perubahan Arti Perubahan
Pengondisian fisik daun dan peningkatan
Kehilangan air konsentrasi zat kimia yang berperan
membentuk karakteristik teh.
Peningkatan permeabilitas
Mempermudah reaksi oksidasi enzimatik.
membran sel
Peningkatan kadar asam amino Prekursor pembentukan flavor.
Peningkatan kadar kafein Meningkatkan aktivitas fisiologik
Peningkatan kadar karbohidrat Kontribusi oembentukan senyawa kompleks
sederhana warna
Peningkatan aktivitas polifenol
Meningkatkan laju oksidasi polifenol
oksidasi
Penguraian lipida Pembentukan senyawa yang mudah menguap
Peningkatan kadar karotenoid Sumber potensial senyawa mudah menguap
Transformasi leusin menjadi
Merupakan precursor pembentukan terpenoid
asam mevalonat
Transformasi asetat menjadi
Merupakan precursor pembentukan terpenoid
asam mevalonat
Hidrolisis glikosida Meningkatkan flavor teh
Pembentukan minyak essensial Meningkatkan flavor teh
Sumber: (Ningrat, 2006)
21
3.4 Penggilingan
Tujuan utama dari penggilingan pucuk teh yang telah layu ini adalah untuk
mengawali proses oksidasi enzimatis agar berlangsung dengan sempurna sehingga
diperlukan perusakan dinding sel daun agar cairan sel keluar semaksimal mungkin
ke permukaan. Akibat dari dinding sel daun yang rusak maka memungkinkan
terjadinya pencampuran senyawa kimia dan masuknya oksigen dari udara ke dalam
sel daun. Adapun tujuan lain penggilingan adalah untuk menggulung pucuk teh
sehingga hasil keringan (teh jadi) lebih curly juga untuk mendapatkan partikel teh
yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengolahan selanjutnya
yaitu oksidasi enzimatis, pengeringan, dan sortasi. Proses penggilingan harus dapat
menghasilkan partikel teh dengan tekstur dan ukuran yang homogen serta bentuk
dan penampakan (appearance) tertentu (Ningrat, 2006).
Penggilingan harus dilakukan pada suhu ruangan 16-24oC dan kelembaban
ruangan sebesar 90-95%. Jika kelembaban < 90% maka lapisan cairan di
permukaan akan mengering dan akan menghambat proses oksidasi di bagian dalam
fraksi daun yang juga akan berpengaruh negatif terhadap karakter teh jadi sehingga
humidifier di dalam ruang penggilingan perlu dinyalakan. Sasaran dari hasil
penggilingan ini adalah bubuk I sebanyak 11%-29%, bubuk II sebanyak 22%-32%,
bubuk III sebanyak 28%-32%, bubuk IV sebanyak 16%-20%, dan bubuk badag
sebanyak 5%-7%.
Mesin yang digunakan untuk penggilingan di pabrik pengolahan teh hitam
ortodoks Kebun Dayeuhmanggung ini adalah Open Top Roller (OTR), rollovane,
dan rotorvane 15”. Setiap mesin ini memiliki fungsi yang berbeda-beda dan
kapasitas yang berbeda. Untuk pendistribusian pucuk teh ini menggunakan
conveyor.
Mesin OTR yang dimiliki pabrik adalah sebanyak empat buah, namun yang
dapat digunakan hanya tiga buah. Mesin OTR ini memiliki tempat yang berbentuk
tabung dengan lubang diatasnya yang berfungsi untuk menampung pucuk yang
akan digiling. Tinggi dari tempat penampungan ini adalah 120 cm dengan diameter
47 inch. Prinsip kerja dari mesin OTR ini didasarkan pada gerak silinder yang
berputar searah jarum jam pada meja yang diam. Silinder OTR ini akan
menggulung bahan, sedangkan meja yang diam berfungsi sebagai alas dimana
22
kemudian pucuk akan menyentuh tonjolan-tonjolan atau permukaan meja yang
lebih tinggi. Jika pucuk menyentuh ujung tonjolan yang lebih tebal, maka gesekan
yang terjadi akan lebih tajam mengakibatkan pucuk yang sudah tergulung menjadi
terpotong. Penggilingan dengan menggunakan OTR ini dilakukan selama 50 menit
termasuk dengan pengisian. Setelah 50 menit, mesin OTR dihentikan dan pucuk
dikeluarkan dari mesin OTR yang selanjutnya dialihkan ke Double India Ball
Breaker Net Sortir (DIBN) melalui conveyor DIBN I.
Silinder
tempat teh
Meja alas
penggilingan
23
dengan menggunakan konveyor dengan spesifikasi pada Tabel 7. Bubuk teh akan
keluar melalui corong-corong yang berada disamping DIBN. Ukuran mesh diawali
dari ukuran yang paling kecil hingga yang paling besar. Bubuk I, II, III, dan IV
dilanjutkan ke proses enzimatis oksidasi, sedangkan bubuk badag dilakukan
pengecilan ukuran kembali dengan menggunakan Rotorvane 15”. Bubuk badag
disalurkan dengan menggunakan conveyor rollovane menuju ke rotorvane 15”.
Tempat
menampung
teh
24
Tempat
keluarnya
teh
25
Keterangan:
1. Elektromotor 6. Silinder
2. Gear Box 7. Spiral
3. Corong 8. Kipas
4. Rotor 9. Kaki
5. Sudu (resistor)
Gambar 12. Skema Rotorvane 15”
Sumber (Noviyanti, 2013)
Tabel 7. Spesifikasi Rotorvane 15”
Nama Mesin Rotorvane 15”
Merk Prima Putra
Tahun Pembuatan 1999
Tegangan 220-380 Volt
Kapasitas 750 – 850 kg/jam
Kecepatan putar 40 rpm
Daya 18.5 kW
Setalah dilakukan pengecilan ukuran, bubuk pucuk teh ini akan di sortasi lagi
dengan menggunakan DIBN. Bubuk akan terpisah kembali menjadi bubuk I, II, III,
IV, dan badag. Bubuk badag harus dikecilkan kembali dengan menggunakan
Rollovane. Bubuk badag ini akan disalurkan kembali ke rollovane dengan
menggunakan conveyor rollovane. Prinsip kerja rollovane ini sama dengan prinsip
kerja dari rotorvane 15” yaitu mencacah bubuk teh berdasarkan perputaran poros
penggerak pisau. Kecepatan putar poros pada rollovane ini adalah 1440 rpm dengan
daya 20 HP. Hasil pengecilan ukuran dari rollovane ini disalurkan ke DIBN dengan
menggunakan conveyor DIBN II sehingga terpisah kembali bubuk I, II, III, IV, dan
sedikit bubuk badag.
26
3.5 Oksidasi Enzimatis
Proses oksidasi enzimatis atau fermentasi ini masih berlangsung di ruang
penggilingan. Proses ini bertujuan untuk mengubah polifenol (flavonoids) menjadi
senyawa yang membantuk karakteristik dan sifat teh hitam. Selama proses ini
dihasilkan senyawa theaflavin dan therubigin yang akan menentukan sifat air
seduhan (strength, colour, quality, dan brinkness). Karakter appearance yang dapat
timbul pada proses ini adalah blackish dan brownish. Proses oksidasi enzimatis
dilakukan setelah bubuk teh selesai disortasi basah.
Proses oksidasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu kadar air dalam
bahan, temperature dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan dan
tersedianya oksigen. Proses oksidasi enzimatis ini dapat terjadi suhu ruangan
oksidasi enzimatis adalah 16-24oC. Kenaikan suhu sangat mempengaruhi
kecepatan oksidasi, pada suhu mendekati 0oC proses ini akan berjalan sangat
lambat. Saat suhu naik, proses oksidasi akan berjalan semakin cepat, hal ini terjadi
disebabkan adanya aktivitas enzim yang semakin meningkat. Suhu ini sangat
berpengaruh terhadap cita rasa dan sifat mutu dalam bahan. Kelembaban udara pada
ruang oksidasi berkisar antara 90-95%, karena jika kondisi udara kurang lembab
maka akan menghasilkan teh yang memiliki kenampakan gelap (dull), baik pada air
seduhan maupun pada ampas seduhan.
Bubuk teh yang telah disortasi basah dipindahkan ke baki oksidasi dengan
berat bubuk rata-rata dalam satu baki adalah 12 kg dengan tebal 5-12 cm. Suhu
udara pada sebaran bubuk juga perlu diperhatikan yaitu berkisar antara 24-28oC.
Jika suhu dan kelembaban udara terlalu rendah di ruangan oksidasi enzimatis maka
ketebalan bubuk pada baki oksidasi enzimatis diatur sesuai dengan kebutuhan.
Sasaran dari oksidasi enzimatis ini yaitu tercapainya kematangan bubuk
(mellow character) dengan indikator warna air (bright red & coloury), kekuatan
(good strength, strength, some trength, flavoury, brisk, pungency), ampas (very
bright, coppery, bright). Keberhaslan dari proses oksidasi enzimatis ditandai
dengan adanya perubahan warna pada bubuk menjadi merah tembaga.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses oksidasi enzimatis ini berbeda-beda
untuk setiap bubuk, yaitu:
1) Broken grade, small grade :
27
Bubuk I : 120-210 menit
Bubuk II : 110-200 menit
Bubuk III : 120-190 menit
Bubuk IV : 130-190 menit
Badag : 130-190 menit
2) Leafy grade :
Bubuk I : 170-210 menit
Bubuk II : 160-200 menit
Bubuk III : 150-190 menit
Bubuk IV : 140-190 menit
Badag : 130-190 menit
Jika suhu dan kelembaban tidak sesuai dengan standar maka perlu
disesuaikan kembali sehingga di ruangan oksidasi enzimatis ini terdapat humidifier
yang berfungsi untuk mengatur suhu dan kelembaban dengan cara pengkabutan.
Prinsip kerja dari humidifier ini adalah kipas akan digerakan oleh elektromotor
sehingga kipas akan berputar dan pada saat bersamaan air dipompakan melalui pipa
yang dipasang nozzle, maka saat humidifier ini dinyalakan air akan keluar dalam
bentuk butiran yang halus seperti kabut. Humidifier yang digunakan ada 3 buah unit
dengan merk Brouly yang dibuat tahun 1979 dengan kapasitas 33 l/menit.
3.6 Pengeringan
Pengeringan merupakan proses menurunkan kadar air sampai batas tertentu
dalam mesin pengering dengan menggunakan udara panas sehingga dapat
memperpanjang umur simpan. Tujuan dari proses pengeringan ini adalah untuk
menghentikan proses fermentasi senyawa folipenol dalam bubuk teh pada saat
kondisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal dan menentukan
mutu akhir teh hitam yang dihasilkan. Selain itu tujuan lain dari proses pengeringan
adalah untuk mensterilkan dari kemungkinan adanya bakteri pada bubuk teh yang
dibawa dari proses sebelumnya dan mempermudah proses sortasi.
Ada dua tipe mesin yang digunakan untuk proses pengeringan yaitu Fluid
Bed Drier (FBD) dan Two Stage Drier (TSD). Pabrik Pengolahan
Dayeuhmanggung menggunakan tipe TSD untuk mesin pengering. Ada dua TSD
28
yang digunakan untuk pengeringan. TSD 1 digunakan untuk bubuk I dan II,
sedangkan TSD 2 digunakan untuk bubuk III, IV, dan badag. Bubuk teh masuk
kedalam TSD dengan kadar air sekitar 55-56% dan kadar air setelah keluar dari
TSD ini berkisar 2-3.5%. Lama pengeringan dengan menggunakan TSD untuk
menurunkan kadar air tersebut adalah berkisar antara 20-25 menit.
3.7 Sortasi
Bubuk teh hasil pengeringan ini masih heterogen dan masih mengandung
debu serta tulang daun serta kandungan lain yang dapat berpengaruh terhadap mutu
teh sehingga diperlukan proses sortasi yang bertujuan untuk memisahkan bubuk teh
berdasarkan bentuk, ukuran, berat jenis, densitas dan kebersihan kandungan
serat/tulang daun menjadi beberapa grade sesuai dengan ukurannya. Proses sortasi
ini harus dilakukan dengan segara untuk menjaga kadar air bubuk teh.
29
Pada proses sortasi ini akan terbgi menjadi tiga mutu, yaitu mutu I, mutu II,
dan mutu III. Mutu I terdiri dari jenis teh Broken Orange Pecco (BOP), Broken
Orangen Pecco Fanning (BOPF), Pecco Fanning (PF), DUST, Broken Tea (BT),
dan Broken Pecco (BP). Mutu II terdiri dari jenis teh PF II, DUST II, BT II, DUST
III, FANN II dan PW DUST. Mutu III terdiri dari jenis teh Broken Mix (BM).
Proses sortasi ini menggunakan beberapa mesin guna menghasilkan teh yang sesuai
dengan mutu yang terdapat pada Standar Operasional Prosedur (SOP).
1) ITX (Innova Tea Extractor)
ITX I adalah mesin yang digunakan untuk memisahkan bubuk teh
berdasarkan dari ukuran partikel bubuk teh kering dan pemisah tulang teh,
dimana bubuk dipisahkan menjadi 2 jenis bubuk, yaitu bubuk kecil (small)
dan kasar (broken). ITX ini memiliki kapasitas 600 kg/jam.
30
Gambar 15. Tea Cutter
Tabel 9. Spesifikasi tea cutter
Nama mesin Tea Cutter
Merk Prima Putera
Tahun pembuatan 1999
Kapasitas 400 kg/jam
3) Theewan/Fan II
Mekanisme alat ini adalah bubuk teh yang dimasukkan dengan bantuan
conveyor akan terhisap masuk oleh aliran udara. Aliran udara berasal dari
udara yang dihisap oleh kipas penghisap ke ruangan theewan yang berfungsi
untuk menarik atau menyedot bubuk teh sehingga bubuk teh yang memiliki
berat jenis yang ringan akan mengisi corong paling belakang dan untuk bubuk
teh dengan berat jenis yang berat akan mengisi corong paling depan.
31
Tabel 10. Spesifikasi Theewan/Fan II
Nama mesin Theewan/Fan II
Merk DAM
Tahun pembuatan 1979
Ukuran 15.20 m x 0.5 m x 3.35 m
Kapasitas 800 kg/jam
Kecepetan putar 540 rpm
Daya 1.5 kW
5) Chouta Shifter
Chouta Shifter ini digunakan untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan
ukuran partikel. Prinsip kerja chota shifter adanya perputaran poros engkol
32
yang menyebabkan ayakan berputar secara horisontal Mesin ini tersusun dari
dua susunan ayakan, yaitu susunan ayakan bagian atas dan susunan ayakan
bagian bawah. Susunan bagian atas terdiri dari tiga ayakan kawat kasa dengan
ukuran mesh 12, 14, dan 16, sedangkan bagian bawah terdiri dari dua ayakan
kawat kasa dengan mesh 22 dan 24. Chouta ini memisahkan partikel teh
berdasarkan ukuran. Teh yang berukuran paling besar (BOP, BT, dan BP)
akan keluar dari ayakan lebih dulu dan yang terakhir yang paling kecil (Dust).
33
Keterangan :
1. Corong pengeluaran 7. Elektromotor chota shifter
2. Ayakan 8. Elektromotor conveyor
3. Penyangga ayakan 9. Pulley
4. Kaki penghubung 10. Conveyor
5. Kaki penyangga 11. Penampung teh masukan
6. Kaki penyangga utama chouta shifter
Gambar 19. Skema Chouta Sifter
Sumber: Noviyanti, 2013
Tabel 11. Standar ukuran teh jadi
Jenis Lolos Tertahan Jenis Lolos Tertahan
(Mesh) (Mesh) (Mesh) (Mesh)
OP 6-8 10 BP 8-12 14
BS 6 6 PF II 18 22
FF 7 7 DUST II 22-30 40
BOP 1 SP 8 10 BT II 12-14 18
BOP 1 10 12 BP II 8-12 14
BOP 12 14 DUST II 30-40 60
BOPF 14 18 FANN II 18-30 40
P.FANN 18 22 BM 12-14 18
DUST 22 30 FLUFF 8-60 80
BT 12-14 18
Sumber: Standard Operational Procedure PTPN VIII, 2008
34
Tabel 12. Ukuran mesh
Mesh Lebar bukaan lubang ayakan (inch)
6 0,104-0,132
8 0,062-0,090
10 0,053-0,068
12 0,042-0,055
16 0,035-0,043
20 0,027-0,033
32 0,020-0,023
60 0,006-0,009
80 0,005-0,007
Sumber: PTPN VIII, 2008
35
dilakukan dengan menggunakan timbangan sartonius. Pengujian kadar air ini
menggunakan 5-10 gram teh jadi yang dimasukan kedalam cawan. Pengujian kadar
air teh dilakukan dengan menggunakan timbangan sartonius.
36
Tabel 13. Standar berat jenis teh hitam ortodoks
Jenis CC/100 g CC/25 g Jenis CC/100 g CC/25 g
(free fall) (20 (free fall) (20
ketukan) ketukan)
OP 475-480 110-120 BP 245-250 70-75
BS 400-440 - PF II 280-305 62-72
FF 380-430 - DUST II 240-260 55-62
BOP 1 SP 370-390 85-98 BT II 330-370 80-65
BOP 1 350-380 80-90 BP II 250-260 60-65
BOP 340-350 66-72 DUST II 225-230 -
BOPF 330-335 66-70 FANN II 290-310 -
P.FANN 290-295 65-70 BM 330-380 -
DUST 250-255 62-65 FLUFF 485-495 -
BT 410-420 95-100
Sumber: PTPN VIII, 2008
Pengujian inner dan outer quality dilakukan dengan cara yang berbeda.
Pengujian inner quality dilakukan dengan cara penilaian aroma yang dilakukan
dengan menghirup udara seduhan teh dengan membuka sedikit tutup cangkir,
penilaian rasa yang dilakukan dengan mencicipi air seduhan yang ada dalam
mangkok, penilaian warna air dilakukan dengan mengamati air seduhan dalalam
mangkok, dan penilaian ampas seduhan yang dilakukan dengan mengamati ampas
yang telah dipindahkan pada tutup cangkir. Sedangkan pengujian outer quality
dilakukan dengan penilaian kenampakan teh dengan cari penilaian bentuk,
kebersihan dari tulan dan serat serta warna disebar diatas baki kertas dan
dibandingkan dengan standar serta penilaian kerataan ukuran dengan menggunakan
ayakan mini memakai mesh yang sesuai dengan jenisnya dan satu tingkat atas
bawah ukuran jenis tersebut.
37
Gambar 21. Pengujian inner quality
3.9 Pengepakan
Pengepakan ini bertujuan untuk melindungi produk teh jadi dari kerusakan
atau kontaminasi, memperpanjang masa simpan produk, memudahkan dalam
penyimpanan dan pengangkutan, serta untuk memudahkan dalam pemasaran.
Pengepakan ini dilakukan dengan menggunakan paper sack atau karung plastik
khusus sesuai dengan jenis dan jumlah tertentu sebelum dikirim ke pembeli.
Penggunaan paper sack dalam pengemasan ini adalah untuk bubuk teh jadi yang
siap dipasarkan, sedangkan karung plastik digunakan untuk bubuk teh jadi yang
belum siap untuk dipasarkan karena ada kecacatan atau ketidaksesuaian dengan
standar bubuk teh.
Paper sack ini terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan luar adalah kertas 82
gsm wet strength, dua lapisan 72 gsm high performance kraft, dan satu lapisan 112
gsm alumunium foil. Ketebalan paper sack setelah diisi maksimal 20 cm. Karung
plastik berukuran 120 cm x 80 cm. Setiap paper sack dan karung plastik dilengkapi
dengan identitas bubuk teh jadi seperti nama kebun, jenis, nomor sack, nomor chop,
bruto, dan netto. Berat isian setiap paper sack dan karung plastik ini berbeda sesuai
dengan standar yang ditentukan.
Pengepakan dilakukan saat persedian di dalam peti miring sudah mencukupi
kebutuhan. Peti miring merupakan tempat penyimpanan bubuk teh jadi sementara
38
sebelum dilakuka pengepakan. Dimensi dari peti miring ini adalah 1.54m x 1.54m
x 3.6m dengan lubang di bagian bawah yang berfungsi untuk mengeluarkan bubuk
teh jadi dalam peti miring.
39
Gambar 23. Tea bulker
Tabel 14. Spesifikasi tea bulker
Nama mesin Tea Bulker
Merk Bima Teknik
Tahun pembuatan 1979
Kapasitas 2000 kg
Tea packer berfungsi utnuk menampung bubuk teh dari tea bulker yang siap
untuk dikemas. Tea packer ini berbentuk seperti silinder bersudut yang dibagian
bawahnya terdapat dua corong pengeluaran. Cara kerja dari tea packer adalah paper
sack disiapkan dibawah corong pengeluaran, kemudian corong dibuka sehingga
bubuk teh akan keluar dan ditampung dengan paper sack.
40
Gambar 24. Tea packer
Tabel 15. Spesifikasi tea packer
Nama mesin Tea Packer
Merk TEHA
Tahun pembuatan 1979
Kapasitas 500 kg/jam
Daya 0.5 kW
Paper sack yang telah penuh lalu ditimbang, setelah sesuai dengan standar
lalu paper sack dilipat dan ditutup. Selanjutnya paper sack dibentuk dengan
menggunakan bag shaper. Selain untuk membentuk paper sack, fungsi dari bag
shaper ini adalah untuk meratakan bubuk teh di dalam paper sack. Di bagian atas
bag shaper terdapat besi yang berfungsi untuk mengatur ketinggian paper sack
yaitu 20 cm. Bag shaper ini dilengkapi dengan vibrator yang berfungsi untuk
meratakan bubuk teh jadi ke dalam semua bagiah paper sack.
Bubuk teh jadi yang telah dikemas dengan menggunakan paper sack atau
karung plastik disimpan diatas kayu atau biasa disebut dengan bottom pallet yang
berukuran 112cm x 112cm x 15cm. Kayu yang digunakan juga harus memenuhi
persyaratan ISPM 15, yaitu kadar air kayu maksimal 20%, telah difumigasi, dan
bebas dari mata kayu, kulit kayu dan seluruh permukaan kayu telah diserut.
Penyimpanan hasil pengepakan berjarak minimal 30 cm dari dinding gudang,
41
dipisahkan antara chop. Kelembaban ruangan pengepakan dan penyimpanan
maksimal 70%.
Tabel 16. Standar isian paper sack dan karung plastik
Jenis Isian per Jumlah Chop (sack/karung)
sack/karung (kg) Besar Kecil
OP 40 - 20
BS/FF 43 - 20
BOP I Sp 43 - 20
BOP I 44 - 40
BOP 50 40 20
BOP F 51 40 20
PF 54 40 20
DUST 60 40 20
BT 42 40 20
BP 63 40 20
PF II 55 40 20
DUST II 60 40 20
BT II 50 40 20
BP II 57 40 20
DUST III 65 40 20
BT II AMG 50 40 20
BP II SMG 50 40 -
FANNING II 55 40 -
BM 50 40 -
FLUFF 35 40 -
Sumber: PTPN VIII, 2008
42
BAB IV
KINERJA MESIN PENGERING TWO STAGE DRIER PADA
PENGOLAHAN TEH HITAM DENGAN METODE ORTHODOKS
43
Pengisian TSD ini dimulai saat suhu inlet mencapai 90-100oC dan suhu outlet
mencapai 45-55oC. Suhu pada TSD ini dapat dikendalikan dengan mengatur klep
yang berfungsi untuk membuka tutup main fan. Mesin pengering TSD ini memilik
empat trays yang berfungsi sebagai perantara penghantar panas dari HE ke bubuk
teh, karena bubuk teh yang masuk ke dalam mesin pengering akan berada di atas
tray. Bubuk teh yang telah kering dicek secara teratur dengan cara diraba, diremas,
dan dicium aromanya. Bubuk teh yang baru keluar dari TSD ini didinginkan dan
tidak boleh ditumpuk tebal sehingga untuk melanjutkan ke proses selanjuntya
menggunakan conveyor datar.
Kinerja mesin pengeringan dapat diketahui dengan dilakukan percobaan
untuk mendapatkan kapasitas mesin dan konsumsi bahan bakar yang dapat dihitung
dengan data-data yang diperoleh. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
pengukuran konsumsi bahan bakar, pengukuran suhu udara ruangan, suhu udara
yang masuk ke mesin pengering, suhu udara yang keluar dari mesin pengering,
lama proses pengeringan, kadar air teh basah, dan kadar air teh kering.
44
Gambar 26. Kurva psikometrik untuk pengeringan
Sumber: Setiawan, 2010
Keterangan:
1-2 = proses pemanasan udara
1-3 = proses pengeringan
Tud = suhu udara
Tp = suhu pengeringan
Massa air yang diuapkan didapat dengan cara mengurangi berat bahan
awal/teh basah (wo) dengan berat bahan akhir/teh kering (w1) dengan persamaan :
E = wo - w1 ....................................................................................................... (1)
Keterangan :
E = Massa air yang diuapkan (kg)
wo = Berat teh basah (kg)
w1 = Berat teh kering (kg)
Laju perpindahan uap air didapat dari massa uap air yang diuapkan dengan
lama pengeringan dengan persamaan :
𝐸
𝑊= .............................................................................................................. (2)
𝑇
Keterangan :
W = Laju perpindahan uap air (kg/jam)
T = Lama pengeringan (jam)
Aliran udara pengering yang dibutuhkan untuk menguapkan sejumlah air dari
bahan menggunakan persamaan (Taib et al. dalam Nasution, 1992) :
𝑊
𝑄31 = 𝑣2 .............................................................................................. (3)
(𝐻3 −𝐻1 )
45
Besarnya panas sensibel yang diperlukan untuk memanaskan udara
pengering, didapat dengan menggunakan persamaan :
(ℎ2 −ℎ1 )
𝑄1 = 𝑄31 .............................................................................................. (4)
𝑣1
Keterangan :
Q1 = Jumlah udara pengering yang dibutuhkan (m3/jam)
v1 = Volume spesifik udara luar (m3/kg udara kering)
v2 = Volume spesifik udara setelah dipanaskan (m3/kg udara kering)
H2 = Kelembaban mutlak udara setelah dipanaskan (kg/kg udara kering)
H3 = Kelembaban mutlak udara keluar (kg/kg udara kering)
Q3 = Jumlah panas sensibel yang ditambahkan (kJ/jam)
h1 = Entalpi udara luar (kJ/kg udara kering)
h2 = Entalpi udara setelah dipanaskan (kJ/kg udara kering)
Dengan asumsi panas laten dalam bubuk teh sama dengan panas laten
penguapan air bebas, maka energi yang diperlukan untuk menguapkan air dari
bubuk teh didekati dengan persamaan (Brooker et al. 1974 dalam Kartikasari,
2002):
𝑄2 = 𝑊ℎ𝑓𝑔 ...................................................................................................... (5)
Keterangan :
Q2 = Energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air dari bubuk teh (kJ/jam)
hfg = Entalpi udara lingkungan pada keadaan jenuh (kJ/kgoC)
Besarnya energi yang diperoleh dari pembakaran bahan bakar (Q3) yaitu :
Q3 = n Nkb ........................................................................................................ (6)
Keterangan :
Qp = Energi hasil pembakaran (MJ/jam)
n = Laju konsumsi bahan bakar (kg/jam)
Nkb = Nilai kalor bahan bakar (MJ/jam)
Nilai efisiensi pada proses pengeringan dapat dibedakan atas efisiensi
pemanasan dan efisiensi pengeringan total. Nilai efisiensi dalam proses
pengeringan dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut
(Rachmat, 1987) :
𝑄1
η𝑠 = × 100 % ........................................................................................... (8)
𝑄3
46
𝑄2
η𝑡 = × 100 % ........................................................................................... (9)
𝑄3
Keterangan :
η𝑠 = Efisiensi pemanasan (%)
η𝑡 = Efisiensi sistem (%)
47
Pada tahap pengeringan ini ukuran pratikel bubuk teh yang dikeringkan akan
mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan, semakin kecil ukuran bubuk teh
yang dikeringkan maka luas permukaan bubuk teh yang bersentuhan dengan udara
panas semakin besar pula sehingga laju penguapan air semakin cepat, dengan
demikian besar konsumsi energi akan lebih kecil. Data-data hasil pengamatan untuk
perhitungan efisiensi mesin pengering two stage drier sebagai berikut.
Teh bubuk basah (wo) : 231 kg
Teh bubuk kering (w1) : 62 kg
Tbb ruang : 29oC
Tbk ruang : 32oC
Toutlet : 55oC
Tinlet : 100oC
Kadar air teh bubuk kering : 2.39%
Kadar air teh bubuk basah : 58.29%
Bahan bakar (BB) : 165 kg
Nilai kalor BB : 19.6 MJ/kg
Data dari kurva psikometrik
H1 : 0.024 kg air/kg udara kering
H2 : 0.024 kg air/kg udara kering
H3 : 0.044 kg air/kg udara kering
h1 : 95 kJ/kg udara kering
h2 : 170 kJ/kg udara kering
v1 : 0.89 m3/kg
v2 : 1.1 m3/kg
v3 : 0.99 m3/kg
hfg : 2257 kJ/kg air
Laju konsumsi BB (n) : 122.2 kg/jam
48
2. Laju perpindahan uap air
𝐸
𝑊=
𝑇
169
𝑊= = 281.67 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
0.6
3. Jumlah udara pengering yang dibutuhkan
𝑊
𝑄31 = 𝑣2
(𝐻3 − 𝐻1 )
281.67
𝑄31 = 1.1 = 15491.85 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
(0.044 − 0.024)
8. Efisiensi pemanasan
𝑄1
η𝑠 = × 100 %
𝑄3
49
1305492.978
η𝑠 = × 100 % = 54.5%
2395120
9. Efisiensi sistem
𝑄2
η𝑡 = × 100 %
𝑄3
635729.19
η𝑡 = × 100 % = 26.54%
2395120
Dari perhitungan diatas, didapatkan efisiensi penggunaan panas dalam proses
pengeringan dengan menggunakan two stage dryer sebesar 48.69%, efisiensi
pemanasan mesin sebesar 54.5% dan efisiensi dari sebuah sistem dalam proses
pengeringan sebesar 26.54%. Efisiensi dalam sebuah sistem dengan angka tersebut
masih dikatakan rendah sehingga hasil dari pengeringan masih kurang maksimal.
Efisiensi yang relatif kecil ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah mesin yang sudah lama, kerusakan pada heat exchanger, terjadi kebocoran
pada heat exchanger.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut.
1. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan teh hitam adalah jenis teh
gambung dan teh jenis TRI, namun kedua jenis teh ini dalam proses
pengolahannya tidak dibedakan.
2. Pengolahan teh hitam pada umumnya ada dua metode yaitu ortodoks dan
CTC, metode yang digunakan PT. Perkebunan Nusantara VIII dalam proses
pengolahan ini adalah metode orthodoks.
3. Pengolahan teh hitam secara umum dimulai dari pemetikan, pelayuan,
penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, dan pengepakan.
4. Proses pelayuan dan pengeringan membutuhkan energi yang didapatkan dari
bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan pada proses pelayuan adalah kayu
bakar dari pohon karet sedangkan proses pengeringan menggunakan bahan
bakar wood pellet yang berasal dari serbuk gergaji yang dipadatkan.
5. Proses pengeringan menggunakan mesin jenis two stage dryer dengan cara
kerja teh dimasukan kedalam mesin ini, lalu diratakan yang dibantu oleh
poros yang digerakan oleh motor.
6. Proses pengeringan ini akan menghentikan proses fermentasi senyawa
folipenol dalam bubuk teh pada saat kondisi zat-zat pendukung kualitas
mencapai keadaan optimal dan menentukan mutu akhir teh hitam yang
dihasilkan.
7. Dari hasil pengamatan dan percobaan, bahwa suhu inlet pada mesin
pengering adalah 100oC dan suhu outlet sebesar 55oC, suhu ini akan naik atau
turun bergantung dengan persedian bahan bakar, jika suhu sudah melebihi
batas maksimal maka klep masuknya udara panas perlu ditutup.
8. Dari hasil pengamatan dan percobaan, efisiensi pada sistem pengeringan ini
adalah sebesar 26.54%, efisiensi ini relatif kecil ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya ada kondisi mesin pengering, ukuran partikel teh,
jenis bahan bakar yang digunakan, dan kondisi heat exchanger.
51
5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan praktek kerja lapang yang telah dilaksanakan, maka ada
beberapa saran yang diberikan yaitu sebagai berikut,
1. Perlu dilakukan perawatan dan pengecekan mesin yang rutin dilakukan.
2. Perlu dilakukan perawatan dalam ruang pengolahan sendiri, seperti
pencahayaan, kebersihan, dan lainnya.
3. Perlu dilakukan modifikasi mesin pengeringan sehingga efisiensi sebuah
sistem pengeringan meningkat.
4. Perlu adanya alat atau mesin yang dapat mengangkat debu langsung dari
mesin pengeringan sehingga ruang pengeringan ini dapat bersih.
52
DAFTAR PUSTAKA
Effendi., Soleh., Syakir., Yusron., Wiratno. 2010. Budidaya dan Pascapanen Teh.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Fauzi, M. Aniz. 2016. Wood Pellet: Bahan Bakar Hijau. Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Kartikasari, Noviyanti. 2002. Audit Energi Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Di
Perkebunan Ciater PTP. Nusantara VIII Subang Jawa Barat. Bogor: Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Kustamiyati, B., Ratna B., Saripah H., dan Betty D. 1987. Warna dan Rasa Seduhan
Teh Hitam dengan Berbagai Macam Air Penyeduh. Buletin Penelitian Teh
dan Kina. Vol 2 (1) : 29-38.
Nasution, A.T. 1992. Aspek Keteknikan Pertanian Pada Proses Produksi Teh
(Camellia sinensis L.) Di PT. Teh Nusamba Indah Cianjur. Laporan Praktek
Lapang. Bogor: Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB.
Ningrat, R.G.S Soeria Danoe. 2006. Teknologi Pengolahan Teh Hitam. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Rachmat. 1987. Rancangan dan Uji Penampilan Alat Pengering Kopra Dengan
Udara Panas. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB. Bogor.
Setiawan, Taopik. 2010. Audit Energi pada Sistem Pengolahan Pucuk Teh menjadi
Teh Hitam Orthodoks di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni,
Garut Jawa Barat. Bogorr: Institut Pertanian Bogor.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 2. Nama-nama Administratur yang Pernah Memimpin
Tn. Petelt Tn. Van Recht Tn. Helen Dorn Tn. Block Huis
(1913-1921) (1921-1925) (1925-1939) (1939-1942)
Pemerintah
Pendukung Kosong Tn. De Kock Tn. Wesseling
Jepang (1944-1947) (1948-1950) (1950-1958)
(1942-1944)
R. Panji
Tn. Ir. Weeber Oey Key Liang T. Bachtiar
Natadikara
(1953-1958) (1960-1961) (1961-1962)
(1958-1960)
R. Hartojo
R. Kusnadi Syarif Hidayat Ezrin Mansoer (November
(1963-1967) (1967-1968) (1968-1978) 1978-Desember
1978)
R. Halilin
Ir. Dudun A.
Poerawinata
Sudarna R. Tedjo Prajogo J. Sitorus Pane
(Januari 1979-
(Januari 1983- (1983-1985) (1985-1987)
Desember
April 1983)
1982)
55
Lampiran 3. Daftar Bangunan Pabrik dan Gudang
Ruang Layuan
1 Ruang Layuan Bawah 962 M² Ploor Seng Seng
2 Ruang layuan Atas 592 M² Papan Seng Seng
II Bangunan Gudang
56
Lampiran 4. Daftar Mesin Pabrik
No. Nama Mesin Jumlah Satuan Tahun Merek Mesin Kapasitas Lokasi
1 Withering Trough 11 Unit 1979 Brown 1500 - 1900 Kg
2 Withering Trough 5 Unit 1979 Bina Teknik 1500 - 1900 Kg
3 Monorail 1 Unit 1980 Bina Teknik 9000 Kg/jam
4 Monorail 1 Unit 1979 DAM 7500 Kg/jam R. Pelayuan
5 Continouslift 1 Unit 1980 DAM 9000 Kg/jam
Heater Benson Nu
6 2 Unit 1979 E M 440 17000 CFM
Way
Winower 8000
1 2 Unit 1979 DAM 800 Kg/jam
CFM + Conveyor Ruang
2 Bulker + Conveyor 2 Unit 1990 Bina Teknik 2000 Kg/jam Sortasi
3 Vibrex + Conveyor 3 Unit 1999 Prima Putera 400 Kg/jam
57
Druck Roll +
4 2 Unit 1959 DAM 400 Kg/jam
Conveyor
Mini Druck Roll +
5 1 Unit 2012 DAM 600 Kg/jam
Conveyor
Nissen Sortir +
6 2 Unit 1939 INDIA 900 Kg/jam
Conveyor
Chouta Shifter +
7 2 Unit 1979 CCC 400 Kg/jam
Conveyor
Mini Shifter +
8 1 Unit 2005 DAM 400 Kg/jam
Conveyor
Tea cutter +
9 1 Unit 1991 Prima Putera 400 Kg/jam
Conveyor
10 Mini Cutter 1 Unit 2010 DAM 200 Kg/jam
ITX (Innovation
11 1 Unit 2011 INTEX 600 Kg/jam
Tea Extracktor)
ITX (Innovation
12 1 Unit 2012 INTEX 600 Kg/jam
Tea Extracktor)
13 Dust Fan 5 Unit 1955 England 2402 CFM
Tea Binn +
1 16 Unit 1979 DAM 29000 Kg
Conveyor
2 Bulker + Conveyor 1 Unit 1979 Bina Teknik 2000 Kg
Tea Packer +
3 2 Unit 1979 Prima Putera 500 Kg Ruang
Conveyor
Pengepakan
4 Mini Shifter 1 Unit 2003 DAM 500 Kg
5 Bag Shaper 1 Unit 1990 Prima Putera 500 Kg
6 Lift 1 Unit 2001 DAM 9000 Kg
7 Exhaust Fan 1 Unit 1999 Induction 2402 CFM
58
Lampiran 5. Layout Mesin Pabrik Ruang Giling, Ruang Pengeringan, Ruang
Sortasi, dan Ruang Pengepakan
59
Lampiran 6. Peta Afdeling Nyampay
60
Lampiran 7. Peta Afdeling Tengah
61
Lampiran 8. Peta Afdeling Cihurang
62
Lampiran 9. Kurva Psikometrik Data Pengamatan Mesin Two Stage Dryer
63
Lampiran 10. Surat Izin Praktek Kerja Lapang
64
Lampiran 11. Surat Tugas Praktek Kerja Lapang
65
Lampiran 12. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapang
66
Lampiran 13. Nilai Praktek Kerja Lapang
67
Lampiran 14. Logbook Praktek Kerja Lapang
68
- Melakukan pemupukan dengan
pupuk kandang dan pupuk kimia.
- Menangani penyakit diplodia
pada tanaman jeruk dengan
menggunakan bubuk kalifornia.
- Melakukan pemetikan pada teh
secara mekanis yaitu dengan
Minggu, 16 Juli menggunakan gunting. Blok Ciseke,
7. Pak Yogi
2017 - Mengamati pemetikan dengan Afdeling Tengah
yang dilakukan dengan
menggunakan gunting
- Melakukan pengendalian gulma
secara kimiawi dengan
menggunakan herbisida pada
Blok Kartobi,
8. Senin, 17 Juli 2017 tanaman teh. Pak Iwan
Afdeling Tengah
- Melakuan jojoan atau mencabut
gulma yang sudah berada di atas
permukaan tanaman teh.
- Melakukan penyemprotan pupuk
daun dengan menggunakan
Pak Uad
blower. Blok Plang,
9. Selasa, 18 Juli 2017 dan Pak
- Melakukan pemetikan. Afdeling Tengah
Odoy
- Melakukan pemberian
insektisida
- Melakukan pemupukan daun
Blok Wangun II,
10. Rabu, 19 Juli 2017 dengan menggunakan mesin merk Pak Anton
Afdeling Tengah
Sanchin
- Melakukan herbisida dengan
menggunakan sprayer.
Blok Kartobi,
11. Kamis, 20 Juli 2017 - Melakukan pencabutan gulma Pak Cece
Afdeling Tengah
yang berada di tengah-tengah
tanaman teh
69
- Melakukan penyusunan laporan
kerja lapang
- Membaca data-data mengenai
12. Jumat, 21 Juli 2017 Kantor Induk Pak Olid
PT. Perkebunan Nusantara VIII
khususnya Kebun
Dayeuhmanggung
- Pengenalan Blok Nyampay,
Kebun Dayeuhmanggung Afdeling
13. Sabtu, 22 Juli 2017 Pak Dudung
- Melakukan herbisida dengan Nyampay
menggunakan blower.
- Mempelajari pemetikan pada teh
gambung secara manual dengan
cara dipetik dengan menggunakan
Blok Pasir
tangan.
Laksana,
14. Senin, 24 Juli 2017 - Mempelajari hama dan penyakit Pak Dede
Afdeling
yang mengenai tanaman teh jenis
Nyampay
TRI.
- Mempelajari cara memangkas
tanaman teh.
- Mempelajari mengenai hama dan
penyakit pada tanaman kopi.
- Melakukan pemetikan pada buah
kopi yang sudah siap petik.
Kebun Kopi,
- Melakukan pengupasan kulit
15. Selasa, 25 Juli 2017 Afdeling Pak Erik
kopi dengan menggunakan mesin
Nyampay
pulper.
- Melakukan pengeringan kopi
secara alami menggunakan sinar
matahari.
Blok Pasir
- Mempelajari pemangkasan pada
16. Rabu, 26 Juli 2017 Sawah, Afdeling Pak Erik
tanaman kopi.
Tengah
70
- Melakukan pemangkasan pada
tanaman kopi.
71
Kamis, 3 Agustus - Mempelajari cara pembalikan
24. Ruang Pelayuan Pak Deni
2017 dan tujuan dari pembalikan pucuk
-Menyiapkan dokumen
Sabtu, 5 Agustus Pabrik
26. administrasi pengolahan untuk -
2017 Pengolahan
pemeriksaan audit ISO
- Melakukan pengukuran MC
Ruang
bubuk basah menggunakan
Jumat, 11 Agustus Pengeringan dan Pak Deni
31. timbangan sartonius
2017 Ruang Quality dan Bu Yati
- Menimbang bubuk teh basah
Control
hasil oksidasi enzimatis
72
- Melakukan pengukuran MC
Ruang
bubuk kering menggunakan
Sabtu, 12 Agustus Pengeringan dan Pak Deni
32. timbangan sartonius
2017 Ruang Quality dan Bu Yati
- Menimbang hasil teh jadi hasil
Control
pengeringan
73
Kamis, 24 Agustus - Mempelajari dan membantu Pabrik
42. Bu Elis
2017 proses sortasi pada mesin Vibro Pengolahan
- Melakukan sortasi
Pabrik
- Melakukan green dhool testing Pak Usep,
Senin, 4 September Pengolahan dan
51. dan pengecekan teh untuk dibuat Bu Elis dan
2017 Ruang Quality
sampel yang akan dikirim ke Bu Yeti
Control
kantor pusat
74
- Mengikuti rapat yang membahas
Selasa, 5 September Kantor Pabrik
52. mengenai kebijakan baru Pak Salim
2017 Pengolahan
pengolahan
Kantor Induk
Rabu, 6 September - Temu pisah dengan
53. Kebun -
2017 administrator
Dayeuhmanggung
75
Kantor Induk
Jumat, 15 September - Mengisi data realisasi hasil
61. Kebun Pak Andis
2017 panen
Dayeuhmanggung
Kantor Induk
Sabtu, 16 September - Mengisi data realisasi hasil
62. Kebun Pak Andis
2017 panen
Dayeuhmanggung
- Mempelajari mengenai keuangan Kantor Induk
Senin, 18 September
63. di PTPN VIII Kebun Kebun -
2017
Dayeuhmanggung Dayeuhmanggung
- Mempelajari proses permintaan Kantor Induk
Selasa, 19
64. di PTPN VIII Kebun Kebun Bu Rini
September 2017
Dayeuhmanggung Dayeuhmanggung
- Membuat pengadaan barang Kantor Induk
Rabu, 20 September
65. dengan menggunakan kode-kode Kebun Pak Zaenal
2017
barang yang tersedia Dayeuhmanggung
Kamis, 21
66. - Membuat laporan PKL - -
September 2017
76
Selasa, 26 Kebun
71. - Menyusun laporan PKL -
September 2017 Dayeuhmanggung
- Melakukan pengukuran MC
Ruang
bubuk basah menggunakan
Rabu, 27 September Pengeringan dan Pak Deni
72. timbangan sartonius
2017 Ruang Quality dan Bu Yati
- Menimbang bubuk teh basah
Control
hasil oksidasi enzimatis
- Melakukan pengukuran MC
Ruang
bubuk kering menggunakan
Kamis, 28 Pengeringan dan Pak Deni
73. timbangan sartonius
September 2017 Ruang Quality dan Bu Yati
- Menimbang hasil teh jadi hasil
Control
pengeringan
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Peserta PKL
77
Lampiran 15. Dokumentasi Praktek Kerja Lapang
Gambar 27. Babadan atau penyiangan dengan Gambar 28. Pembalikan tanah dengan
menggunakan orak menggunakan garpu
78
Gambar 31. Pemangkasan Gambar 32. Penyakit daun blister
Gambar 33. Penyakit daun akibat Empoasca Gambar 34. Penyakit pada daun akibat ulat
sp.
79
Gambar 35. Pemupukan daun Gambar 36. Mesin Sanchin sprayer
Gambar 37. Pemetikan pucuk teh Gambar 38. Pemetikan pucuk teh menggunakan
gunting
80
Gambar 39. Pengangkutan teh
81