Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Diajukan oleh :
ANA SAPLINDA
BD 2014 003
JAMBI 2017
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang
belum tercapai yaitu memerangi (Human Imunodeficiency Virus) HIV dan
(Acquired Immuno deficiency Syndrome) AIDS. Pencapaian target MDGs
terkait HIV/AIDS tahun 2015 sulit dicapai oleh Indonesia karena dalam
lima tahun terakhir jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia terus
bertambah (Wardah, 2013).
Sejak pertama ditemukan penyakit HIV/AIDS berbagai respons
seperti ketakutan, penolakan, stigma dan diskriminasi telah muncul
bersamaan dengan terjadinya epidemik. Stigma dan diskriminasi telah
tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya kecemasan dan prasangka
terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Penyakit HIV/AIDS tidak
saja menjadi fenomena biologis atau medis, akan tetapi juga telah menjadi
fenomena sosial di masyarakat (Sosodoro et al, 2009).
Data menyebutkan bahwa dari sekitar 40 juta penduduk dunia yang
telah terinfeksi HIV, lebih dari 95%-nya berada di negara berkembang,
dan anak-anak muda saat ini telah menjadi bagian dari pandemik AIDS,
dengan adanya data yang menyebutkan bahwa lebih dari setengah kasus
baru yang terinfeksi HIV adalah remaja dengan usia 15-24 tahun. Hal ini
diperkuat oleh perkiraan WHO, 50% dari seluruh kasus terinfeksi adalah
anak muda, atau dengan kata lain 7000 anak muda (umur 15-25 tahun)
terinfeksi setiap harinya, dan 30% dari 40 juta ODHA yang terinfeksi
seluruh dunia berada dalam kelompok usia 15-24 tahun. Mayoritas anak
muda yang terinfeksi tidak tahu bahwa dia sebenarnya telah terinfeksi, dan
anak muda yang terlibat hubungan seks, hanya sedikit yang tahu apakah
pasangannya telah terinfeksi HIV atau tidak (Sosodoro et al, 2009).
2
3
3
4
Tabel 1.2
Data siswa di SMA N 9 Kota Jambi Bulan Maret 2017
No Kelas Jurusan Siswa Jumlah
IPA 120
1 XII 278
IPS 158
IPA 119
2 XI 306
IPS 187
MIA 132
3 X 299
IPS 167
Total 883
4
5
54% menolak diajar oleh guru yang terinfeksi HIV, hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan siswa mengenai cara penularan HIV.
Kurangnya informasi yang benar mengenai HIV/AIDS dan
penularannya disebabkan karena dianggap bahwa membicarakan hal yang
berbau sexual dianggap tabu menyebabkan adanya halangan (barrier) bagi
anak muda untuk melindungi dirinya sendiri dari perilaku beresiko tinggi
terjadinya penularan HIV (Agrawal, 2002).
Penelitian yang dilakukan Ahwan (2012) dilakukan pada
masyarakat basis anggota Nahdlatul Ulama (NU) Bangil mengungkapkan
bahwa salah satu faktor pemicu tindakan stigmatisasi terhadap ODHA
adalah kurangnya pengetahuan /informasi yang diperoleh masyarakat NU
Bangil mengenai HIV/AIDS. Kurangnya pengetahuan mengenai
HIV/AIDS ini menyebabkan masyarakat memiliki kesimpulan-kesimpulan
yang tidak sesuai dengan pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang
sebenarnya. Terdapat beberapa pemahaman yang keliru mengenai
HIV/AIDS, seperti HIV/AIDS bisa menular melalui kontak sosial seperti
bersalaman, makan bersama, menghirup udara disekitar ODHA, dan lain-
lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
berhubungan erat dengan berkembangnya stigma ODHA.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat
suatu karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang
HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada
Siswa Kelas XI SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan antara
Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan
HIV/AIDS pada Siswa kelas XI SMAN 9 Kota Jambi Tahun 2017?”.
5
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada Siswa kelas XI SMA
N 9 Kota Jambi Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI
SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017
b. Diketahuinya stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada siswa
kelas XI SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017
c. Diketahuinya Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada siswa kelas XI
SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Sebagai dorongan bagi siswa agar lebih mempelajari pendidikan
tentang HIV/AIDS untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
HIV/AIDS dan sebagai panduan belajar bagi siswa agar menjauhi
penyakitnya bukan penderita penyakit HIV/AIDS.
2. Bagi Tempat Penelitian SMA N 9 Kota Jambi
Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dalam memberikan
informasi dan penyuluhan usaha kesehatan sekolah (UKS) tentang
pentingnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS.
3. Dinas Pendidikan
Sebagai bahan masukan dinas pendidikan dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan sekolah serta dapat digunakan sebagai
acuan dalam memperbaiki kebijakan sekolah.
6
7
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupkan penelitian survey analitik dengan desain
cross sectional yang mengkaji hubungan antara variabel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS
dengan stigma terhadap ODHA. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 306 orang dengan sampel
penelitian berjumlah 73 orang, dengan teknik pengambilan sampel yaitu
Stratified Random Sampling. Penelitian ini dilakukan pada 20 Juli 2017.
Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan
bivariat.
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
HIV merupakan singkatan dari Human Immuno Deficiancy
Virus, yaitu virus atau jasad renik yang sangat kecil yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat sel-
sel darah putih yang berfungsi untuk melawan dan membunuh bibit
atau kuman penyakit yang masuk kedalam tubuh manusia, sehingga
manusia tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut sistem kekebalan yang
merupakan daya tahan tubuh seseorang (Kemenkes, 2012).
AIDS adalah sebutan untuk kondisi tubuh seseorng yang sistem
kekebalan tubuhnya telah sangat rusak, akibat serangan HIV, sehingga
berbagai gejala penyakit ditemukan dalam tubuhnya. AIDS merupakan
singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu pada
kondisi ini tubuh telah sangat parah kehilangan sistem kekebalannya,
sehingga segala jenis kuman virus dan bibit penyakit dapat menyerang
tubuh tanpa dapat dilawan (Kemenkes, 2012).
b. Sejarah HIV/AIDS
1) Sejarah Penemuan Kasus HIV/AIDS Pertama di Dunia
Menurut Ardhiyanti et al (2015), di dunia pada tahun 1981,
Michael Gottlieb, seorang dokter muda University of California di
Los Angeles (UCLA), mempunyai beberapa orang pasien yang
sedang menderita sejenis pneumonia yang jarang terjadi, yaitu
Pneumocytis Carinii Pneumonia (PCP). PCP sebelumnya hanya
ditemukan diantara pasien penderita kanker yang mengalami
penekanan sistem imun dalam tubuhnya, biasanya karena
8
9
9
10
10
11
darah yang tercemar HIV). Jelas bahwa virus ini tidak mengenal
apakah tubuh yng diserangnya milik seorang gay, heteroseks atau
bayi baru lahir.
11
12
yang terinfeksi HIV dan meningkat menjadi 40% pada tahun 2000
di Kampung Bali di Jakarta 90% dari penyalahgunaan Napza suntik
terinfeksi HIV. Secara umum dapat dikatakan bahwa sejak tahun
1996 sampai dengan tahun 2002 terjadi peningkatan kasus hampir
17,5%. Pada tahun 1996 hanya 2,5% dari kasus AIDS melalui
Napza suntik, dan pada tahun 2002 sudah hampir 20%.
Dalam 16 tahun terakhir sampai dengan akhir tahun 2002
telah dilaporkan sebanyak 1.016 kasus AIDS. Jumlah yang tercatat
tersebut sebenarnya jauh lebih kecil dari prevalensi yang
sesungguhnya, karena adanya fenomena gunung es. Pada tahun
2002 data Stratanas Penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007
diperkirakan jumlah orang yang terinfeksi HIV berkisar antara
90.000-130.000 orang. Sedangkan data terbaru diperoleh dari
laporan Ditjen PP dan PL Kemerdekaan RI, jumlah kumulatif
kasus AIDS di Indonesia menurut jenis kelamin sampai dengan
akhir juni 2011 sebanyak 26.483 kasus dimana kasus ini paling
banyak ditemukan dan pada jenis kelamin laki-laki (19.139 kasus)
dan pada kelompok umur 20-49 tahun (23.225 kasus). Hal ini tentu
menjadi hal yang memprihatinkan mengingat kelompok umur ini
merupakan usia produkif.
12
13
2) Fase lanjut
a) Penderita bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih
b) Penderita mulai memperlihatkan gejala yang kronis, seperti:
pembesaran kelenjar getah bening (gejala khas), diare, berat
badan menurun, demam, batuk dan pernafaasan pendek.
3) Fase akhir
a) Terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
b) Gejala yang berat mulai timbul
c) Berakhir pada penyakit AIDS
13
14
3) Secara vertikal, dari Ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Risikonya sekitar 25-40%.
14
15
15
16
3) Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat
saja, dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4) Stadium keempat: AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain
penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi
sekunder.
2. Stigma
a. Pengertian Stigma
Secara etimologis, konsep “stigma” berasal dari kata Yunani yang
mengacu pada tato. Ini umumnya memiliki dua makna yaitu tanda-tanda
fisik dan sekuler yaitu tanda aib, diskredit, atau kekejian (Mbonu, 2009).
Stigma adalah bentuk prasangka (prejudice) yang mendiskreditkan atau
menolak seseorang atau kelompok karena mereka dinggap berbeda dengan
diri kita atau kebanyakan orang (Ardhiyanti et al, 2015). Stigma adalah
suatu ancaman, sifat atau karakteristik bahwa masyarakat menerima
ketidaknyamanan yang sangat tinggi. Mendapat ancaman membuat
seseorang menerima stigmatisasi (Katiandagho, 2015).
Stigma adalah tindakan memberikan label sosial yang bertujuan
untuk memisahkan atau mendeskreditkan seseorang atau sekelompok
orang dengan cap atau pandangan buruk. Dalam prakteknya, stigma
mengakibatkan tindakan diskriminasi, yaitu tindakan tidak mengakui atau
tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak dasar individu atau kelompok
sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang bermartabat (Kementrian
Kesehatan RI, 2012).
b. Tipe Stigma
Stigma dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Stigma
eksternal mengacu pada pengalaman nyata yang dialami ODHA berupa
16
17
17
18
c. Dampak Stigma
Menurut Phulf (dalam Hermawati, 2012) hasil penelitian
menemukan ada beberapa akibat dari stigma yaitu:
1) Stigma sulit mencari bantuan
2) Stigma membuat semakin sulit memulihkan kehidupan karena stigma
dapat menyebabkan erosinya self-confidence sehingga menarik diri
dari masyarakat
18
19
19
20
20
21
3. ODHA
a. Definisi ODHA
Dalam Bahasa Inggris otang yang terinfeksi HIV/AIDS itu disebut
PLWHA (People Living with HIV/AIDS), sedangkan di Indonesia
kategori ini diberi nama ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan OHIDA
(Orang yang hidup dengan HIV/AIDS) baik keluarga serta lingungannya.
ODHA atau orang dengan HIV/AIDS merupakan orang yang menderita
HIV/AIDS yang secara fisik sama dengan kita yang tidak menderita
HIV/AIDS. Mereka pada umumnya memiliki ciri-ciri yang sama seperti
orang yang sehat sehingga tidak dapat diketahui apakah seseorang itu
menderita HIV/AIDS atau tidak (Ardhiyanti et al, 2015).
Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang terdiri dari dua faktor
utama yakni: stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut
(faktor eksternal), dan respons merupakan faktor dari dalam diri orang
yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah
faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Sedangkan faktor
internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar
adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
4. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2014).
21
22
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut (Notoatmo
djo, 2014) :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprentasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e) Sintesis (Sinthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formula-formulasi yang telah ada.
22
23
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
c. Sumber Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan
untuk memperoleh kebenaran, yaitu:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba-coba saalah (Trial dan Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan
bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan yang lain sampai masalah
dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter,
tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan masa lalu.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapkan pada masa lalu.
d) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun
23
24
24
25
5. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan makin bertambah pula daya tangkap
dan pola pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik.
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis
penelitiannya, kuantitatif atau kualitatif (Notoatmodjo, 2014). Hasil
ukur pengetahuan dalam penelitian ini yaitu:
1) Jika responden menjawab benar diberi kode 1
2) Jika responden menjawab salah diberi kode 0
Kategori pengetahuan:
a) Kurang Baik, bila skor jawaban <76% dari skor total
b) Baik, bila skor jawaban 76-100% dari skor total (Arikunto, 2006).
3. Remaja
a. Definisi remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI,
2015).
b. Masa Remaja
Menurut Margiyati dan Marmi (2013), masa perkembangan remaja
dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14
tahun. Masa puber atau masa permulaan remaja adalah suatu masa
saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat.
Pertengahan masa remaja adalah suatu masa yang lebih stabil untuk
25
26
26
27
27
28
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka teori
Persepsi
Pengetahuan
Pengalaman Keyakinan
Fasilitas Keinginan
Sosio-Budaya Motivasi Perilaku
Niat
Sikap
28
29
C. Hipotesis
Menurut Notoatmodjo (2012), untuk mengarahkan kepada hasil penelitian
maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari
penelitian. Jawaban sementara dari suatu penelitian ini biasanya disebut
hipotesis. Jadi, hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara
penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak.
Berdasarkan definisi diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma
terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA N 9 Kota
Jambi Tahun 2017.
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA N
9 Kota Jambi Tahun 2017.
29
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei analitik dengan rancangan
cross sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel sebab atau
resiko, dan akibat, yang terjadi pada objek penelitian yang diukur atau
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2012).
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
PENGETAHUAN STIGMA
TENTANG TERHADAP ODHA
HIV/AIDS
C. Variabel Penlitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
30
31
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel Independen dalam penelitin ini adalah pengetahuan tentang
HIV/AIDS.
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel Dependen dalam penelitian
ini adalah stigma terhadap ODHA.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah ukuran tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa saja yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).
31
32
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi Alat
Variabel Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
32
33
n= N.z² p.q
Keterangan:
q = 1 – p (100% - p )
33
34
Penyelesaian rumus:
= 293,8824
3,05 + 0,9604
= 293, 8824
4,0104
= 73,28 73
Ni
ni = Xn
N
Keterangan:
ni = Jumlah sampel per kelas
Ni = Jumlah siswa per kelas
N = Jumlah populasi keseluruhan
n = Jumlah sampel keseluruhan
34
35
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Setiap Kelas XI SMA N 9 Kota Jambi
No Kelas Jumlah Jumlah Sampel
1 XI IPA 1 40 9,54 = 10
2 XI IPA 2 40 9,54 = 10
3 XI IPA 3 39 9,30 = 9
4 XI IPS 1 38 9,07 = 9
5 XI IPS 2 38 9,07 = 9
6 XI IPS 3 39 9,30 = 9
7 XI IPS 4 35 8,35 =8
8 XI IPS 5 37 8,83 = 9
Total
73 Sampel
Responden
Kriteria sampel :
a. Kriteria Inklusi
1) Siswa kelas XI SMA N 9 Kota Jambi
2) Bersedia menjadi responden
3) Dapat diajak berkomunikasi dan kooperatif
b. Kriteria Ekslusi
1) Siswa yang tidak lengkap mengisi kuesioner
35
36
H. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian . Instrumen penelitian
digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, dengan demikian
jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti.
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan realibilitas data.
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
realibilitas dengan karakteristik seperti sejenis diluar lokasi penelitian.
1. Uji Validitas
Menurut Notoatmodjo (2012), validitas adalah suatu indeks yang
menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam
penelitian ini alat ukurnya yaitu kuesioner. Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak
diukur, maka perlu diuji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item
(pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak
diukur. Instrumen dikatakan valid jika r hitung (0,544) > r tabel maka
pernyataan tersebut valid, sedangkan jika r hitung (0,544) < dari pada r
tabel maka pernyataan tidak valid. Uji Validitas dilakukan di SMA N 8
Kota Jambi pada tanggal 17 Juli 2017. Berdasarkan hasil uji validitas dari
30 item pernyataan yang terdiri dari 20 pernyataan tentang pengetahuan
dan 10 item pernyataan tentang stigma. Diperoleh hanya 10 item tentang
pengetahuan yang valid dan pernyataan stigma hanya 6 item yang valid.
Pernyataan yang tidak valid dalam hasil uji validitas ini tidak dipakai dan
tidak diganti karena 16 item yang valid telah mewakili semua pernyataan.
36
37
2. Uji Realibitas
Realiabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Berdasarkan uji realibilitas diperoleh koefisien sebesar 0,866 untuk skala
pengetahuan tentang HIV/AIDS dan 0,859 untuk skala stigma terhadap
ODHA termasuk dalam kategori tinggi atau reliabel.
I. Langkah-langkah Penelitian
1. Mengajukan judul
2. Pengambilan data awal dan survei awal di Dinas kesehatan Kota Jambi
3. Pengambilan data awal dan survei awal di Dinas Pendidikan Provinsi
Jambi
4. Pengambilan data awal dan survei awal di SMA N 9 Kota Jambi
5. Penyusunan proposal
6. Seminar proposal
7. Pelaksanaan penelitian
8. Penyusunan KTI
9. Ujian KTI
10. Pengumpulan KTI
37
38
38
39
2. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010) analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Setelah
semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data melalui
beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan data responden dan
memastikan semua jawaban terisi. Setelah itu mengklasifikasi data dengan
menggunakan teknik komputerisasi SPSS, yaitu menggunakan analisis
univariat dan analisis bivariat. Metode statistik untuk analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
39
40
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap varibel penelitian. Pada penelitian
ini, adapun data dengan metode analisis univariat digunakan untuk
menganalisa variabel independen yaitu pengetahuan tentang HIV/AIDS
dan variabel dependen adalah stigma terhadap ODHA.
b. Analisa Bivariat
Suatu proses untuk menganalis hubungan antara variabel untuk
melihat hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan
tentang HIV/AIDS dan variabel dependen yaitu stigma terhadap
ODHA. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Uji Chi-
Square digunakan untuk menganalisa hubungan kategori dengan
kategori. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan stigma
terhadap ODHA digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05):
1) Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti ada hubungan pengetahuan
tentang HIV/AIDS dengan stigma terhadap ODHA pada siswa kelas
XI SMA N 9 Kota Jambi tahun 2017.
2) Apabila p > 0,05 = Ho diterima atau gagal menolak Ha, berarti tidak
ada hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma
terhadap ODHA pada siswa kelas XI SMA N 9 Kota Jambi tahun
2017.
40
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Kualitas Data
Sumber penelitian ini diperoleh melalui hasil pembagian kuesioner
langsung terhadap siswa SMA N 9 Kota Jambi sebanyak 73 responden
untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dengan
Stigma Terhadap Orang dengan HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI SMA
N 9 Kota Jambi Tahun 2017”. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti dan dibantu oleh dua orang teman mahasiswi DIII Akademi
Kebidanan Jakarta Mitra Sejahtera serta dibantu oleh Guru Bimbingan
Konseling SMA N 9 Kota Jambi sebagai fasilitator antara peneliti
dengan siswa SMA N 9 Kota Jambi. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 20 Juli 2017.
41
42
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI SMA N 9
Kota Jambi Tahun 2017 (n=73)
Benar Salah
No Pernyataan
f % f %
1 HIV adalah virus yang menyerang 67 91,8 6 8,2
sistem kekebalan tubuh
2 AIDS merupakan istilah yang menunjukkan 19 26,0 54 74,0
yang sudah terinfeksi HIV
3 AIDS Mmelemahkan dan merusak sistem 61 83,6 12 16,4
pertahanan tubuh
4 HIV muncul setelah terinfeksi AIDS 20 27,4 53 72,6
5 Virus HIV terdapat dam darah,cairan 63 86,3 10 13,7
vagina, air mani, dan air susu ibu
6 Dengan menghindari hubungan seksual 46 63,0 27 37,0
sebelum nikah dapat mencegah penularan
7 Memakai jarum suntik secara bergantian 27 37,0 46 63,0
oleh pecandu narkoba dapat menularkan
8 Saling setia pada pasangan dapat 43 58,9 30 41,1
mengurangi resiko tertular HIV
9 Hubungan seks tidak aman, jarum suntik 62 84,9 11 15,1
bergantian,transfusi darah dapat
menularkan
10 Virus HIV dapat menularkan dari ibu 8 11,0 65 89,0
hamil ke bayi dalam kandungannya
42
43
Tebel 4.2
Distribusi frekuensi pengetahuan tentang HIV/AIDS pada
siswa kelas XI SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017
43
44
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Stigma
terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI
SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017
(n=73)
No Pernyataan SS S TS STS
f % f % f % f %
1 Menghindari hubungan 23 31,5 50 68,5 0 0 0 0
seks sebelum menikah
dapat mencegah
penularan HIV/AIDS
2 Orang dengan HIV 10 13,7 63 86,3 0 0 0 0
tidak terlihat
menyeramkan dan
menakutkan
3 Seorang anak positif 0 0 48 65,8 25 34,2 0 0
HIV layak memperoleh
kesempatan pendidikan
4 HIV/AIDS adalah 2 2,6 62 84,9 9 12,3 0 0
hukuman bagi
perilaku menyimpang
44
45
Tebel 4.4
Distribusi Fekuensi Stigma terhadap Orang dengan
HIV/AIDS Siswa Kelas XI SMA N 9 Kota Jambi
Tahun 2017
c. Analisis Bivariat
1) Analisis Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS
dengan stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS
Analisis hubungan pengetahuan responden tentang
HIV/AIDS dengan stigma terhadap orang dengan
HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
45
46
Tebel 4.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada Siswa Kelas
XI SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017
Stigma
Total
Kurang Tinggi Rendah
Baik F 43 14 57
Pengetahuan
% 36,7 20,3 57,0
F 4 12 16
Baik
% 10,3 5,7 16,0
F 47 26 73
Total
% 47,0 26,0 100,0
D. Pembahasan
1. Gambaran Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI
SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa secara umum
pengetahuan siswa kelas XI SMA N 9 Kota Jambi tentang HIV/AIDS
berada dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 57 responden (78,1%)
dan sebanyak 16 responden (21,9%) berada pada kategori baik. Kesalahan
dalam menjawab instrumen pengetahuan tentang HIV/AIDS terbanyak
pada pernyataan virus HIV dapat menularkan dari ibu hamil ke bayi dalam
kandungannya, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang benar.
Penyebab banyaknya responden yang berpengetahuan kurang baik
disebabkan ada dua faktor yaitu informasi dan pengalaman. Informasi dan
pengalaman ini didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal.
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan
tentang HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS
pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Kota Jambi Tahun 2017”, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Kota
Jambi Tahun 2017 dalam kategori kurang baik sebanyak 57 responden
(78,1%).
2. Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI SMA
N 9 Kota Jambi Tahun 2017 dalam kategori tinggi sebanyak 47
responden (64,4%).
3. Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Stigma terhadap
Orang dengan HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Kota Jambi
Tahun 2017 berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh
nilai Continuity Correction 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan
pengetahuan dengan stigma.
B. Saran
Berbagai keterbatasan dan kekurangan selama jalannya penelitian,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Responden
Diharapkan pada siswa meningkatkan pengetahuan dalam mencari
informasi tentang HIV/AIDS dengan mengikuti penyuluhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dari berbagai media baik media
cetak maupun elektronik sehingga para siswa memiliki wawasan yang
luas tentang HIV/AIDS.
52
53
2. Bagi Institusi
a. SMA N 9 Kota Jambi
Diharapkan pihak sekolah bekerjasama dengan institusi kesehatan
untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada siswanya
khususnya mengenai HIV/AIDS agar siswanya berpengetahuan baik
tentang HIV/AIDS.
b. AKBID Jakarta Mitra Sejahtera
Diharapkan institusi menambah referensi tentang HIV/AIDS di
perpustakaan sebagai bahan bacaan dan referensi.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian selanjutnya mengembangkan variabel dan
instrumen penelitian sehingga diperoleh hasil penelitian yang
bervariasi.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahwan, Zainul. 2012. Stigma dan diskriminasi HIV/AIDS pada ODHA di masyarakat
basis anggota Nahdlatul Ulama Bangil. Journal Ydharta, 6(1):1-5.
Ardhiyanti,Yulrina et al. 2015. Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta.
Deepublish.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta. Pustaka Belajar.
Dias et al. 2006. Aids related stigma and attitude toward AIDS-infected people among
adolescents. AIDS Care. 18(3): 208-214.
Harek, GM, Capitano, JP and Widaman, KF. HIV-Related Stigma and Knowledge in
The United States: Prevelence and Trends, 1991-1999, American Journal of
Public Health.
54
55
Hidayat, Aziz Alimul. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta. Salemba Medika.
Holzemer et al. 2007. A Conceptual Model of HIV/AIDS Stigma from Five African
Countries. In Press.
Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
__________. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Infodatin Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Mbonu et al. 2009. Stigma of People with HIV/AIDS in Sub-Saharan Africa: A lieratur
Review. Jurnal of Tropical Medicine. Volume 2009.
55
56
Pusat Promosi Kesehatan RI. 2012. Buku Petunjuk Penggunaan Media KIE Versi
Pekerja dan Mahasiswa “Aku Bangga Aku Tahu”. Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
__________.2013. PedomanPpembinaan dan Penyuluhan Kampanye Pencegahan HIV-
AIDS “Aku Bangga Aku Tahu”. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kebidann DII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Sing, S. 2002. Knowledge, attitude, the perceived risks of infection and sources of
information about HIV/AIDS among pregnant woman in a urban population of
Delhi. Journal Communicable Diseases. 34(1): 23-34.
Sudikono, et al. Pengetahuan HIV dan AIDS Pada Remaja di Indonesia (Analisis Data
Riskesdas 2010). Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No. 3, Agustus 2011 : 145 –
154.
56
57
Wardah, Fathiyah. 2013. Tiga Target MDG Indonesia Sulit dicapai 2015.
dalam VOA Indonesia 15 Februari 2013.
57