Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUGAS BESAR

MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

SIMULASI DAN PERMODELAN REAKTOR CSTR PADA REAKSI


PEMBENTUKAN ASETAL DEHIDE DENGAN PROSES HIDROGENASI ASAM
ASETAT PADA KONDISI NON-ADIABATIS MENGGUNAKAN SOFTWARE
SCILAB 5.5.2

Oleh:

Afriyanti NIM : 21030115120002

Iqbal Adib Nu’man NIM : 21030115140179

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2017
Reaktor CSTR

HALAMAN PENGESAHAN

Jenis Reaktor : SIMULASI DAN PERMODELAN REAKTOR CSTR PADA


REAKSIPEMBENTUKAN ASETALDEHIDE DENGAN
PROSES HIDROGENASI ASAM ASETAT PADA KONDISI
NON-ADIABATISMENGGUNAKAN SOFTWARE SCILAB
5.5.2

Kelompok : 7/Kamis Siang

Anggota : 1. Afriyanti NIM. 21030115120002


2. Iqbal Adib Nu’man NIM. 21030115140179

Semarang, 4 November 2017


Mengesahkan,
Asisten

Iksan Hariyanto
NIM. 21030114130168

Model dan Komputasi ii

Proses
Reaktor CSTR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat,dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Tugas Besar Mata Kuliah Model
dan Komputasi Proses dengan judul “Simulasi Dan Permodelan Reaktor CSTR Pada
Reaksi Pembentukan Asetal Dehide Dengan Proses Hidrogenasi Asam Asetat Pada
Kondisi Non-Adiabatis Menggunakan Software Scilab 5.5.2” dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar.

Penyusunan laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan, kerjasama dan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam penyusunan laporan ini ucapan terimakasih jugadiberikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Setia Budi Sasongko, DEA selaku dosen pengampu mata
kuliah Model dan Komputasi Proses.
2. Teguh Riyanto selaku coordinator asisten Laboratorium Komputasi Proses
Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Iksan Hariyanto sebagai koordinator asisten Laboratorium Komputasi
Proses Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
4. Teman-teman angkatan 2015 Teknik Kimia Universitas Diponegoro.

Peyusun menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan bahkan


kesalahan dalam penyusunan laporan tugas besar ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menuju kesempurnaan
penyusunan laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, 3 November 2017

Penyusun

Model dan Komputasi iii

Proses
Reaktor CSTR

DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ vi

INTISARI ........................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 8

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 8

1.1Rumusan Masalah ......................................................................................................... 9

1.2Tujuan ........................................................................................................................... 9

1.3Manfaat ....................................................................................................................... 10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 11

2.1 Dasar Teori ................................................................................................................ 11

2.1.1 Reaktor ................................................................................................................ 11

2.1.2Jenis Reaktor ........................................................................................................ 11

2.1.3Jenis Reaksi .......................................................................................................... 18

2.2 Studi Kasus ................................................................................................................ 22

2.2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk ................................................................... 22

2.2.2 Pembuatan Produk dari Bahan Baku ................................................................... 23

2.2.3Deskripsi Proses ................................................................................................... 25

2.2.4 Kondisi Operasi ................................................................................................... 26

2.2.5 Tinjauan Termodinamika .................................................................................... 26

2.2.6 Tinjauan Kinetika ................................................................................................ 29

2.2.7 Kasus yang akan dirancang ................................................................................. 30

Model dan Komputasi iv

Proses
Reaktor CSTR

DAFTAR TABEL

Model dan Komputasi v

Proses
Reaktor CSTR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Reaktor Batchm ................................................................................. 10

Gambar 2.2 Continous stirred tank reaktor ....................................................................... 11

Gambar 2.3 Tubular Reaktor ............................................................................................. 12

Gambar 2.4 Reaktor Tangki .............................................................................................. 13

Gambar 2.5 Reaktor Pipa................................................................................................... 13

Gambar 2.6 Reaktor isotermal ........................................................................................... 14

Gambar 2.7 Reaktor adiabatis ........................................................................................... 14

Gambar 2.8 Reaktor non-adiabatis..................................................................................... 14

Model dan Komputasi vi

Proses
Reaktor CSTR

INTISARI

Model dan Komputasi vii

Proses
Reaktor CSTR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam industri kimia, berbagai hal perlu diperhatikan dalam
keberjalanannya. Salah satunya mengenai reaktor. Reaktor merupakan tempat
di mana batasan reaksi kimia terjadi (Davis, 2003). Di mana di dalam reaktor,
terjadi reaksi utama proses kimia. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan
berubah ke bentuk bahan lainnya. Perlu diketahui bahwa ada begitu banyak
jenis reaksi kimia, sehingga dalam perancangan diperlukan jenis reaktor yang
berbeda-beda pula. Jenis reaktor dipilih berdasarkan kondisi reaksi yang
terjadi.
Dalam perancangan, sering dijumpai berbabagai permasalahan, hal ini
dapat disebabkan oleh banyak hal. Maka perlu adanya sesuatu yang dapat
mengatur atau mengelola untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini dapat
berupa sistem yang dapat menyelesaikan berbagai masalah. Dalam studi
bidang tertentu, tidak perlu keseluruhan detail sistem dipelajari, dapat
dilakukan penyederhanaan model. Selanjutnya, dalam melakukan pemodelan
perlu dibuat analisa dan desain untuk membuat sistem penyelesaian. Sistem
yang dibuat juga perlu dibuat semudah mungkin. Saat ini, metode yang cukup
berkembang dan memiliki dampak yang baik yaitu menggunakan metode
digital. Maka salah satu langkah yang dapat dilakukan ialah menerapkan
metode saat ini untuk menyelesaikan masalah. Dan salah satu yang dapat
digunakan untuk membuat sistem penyelesaian adalah membuat sistem
berbasis digital. Sistem yang dapat dibuat dapat bermacam-macam, salah
satunya adalah sistem komputasi atau sistem hitung untuk mempermudah
perhitungan dalam menyelesaikan masalah.
Pada perancangan reaktor, ada banyak aspek yang ditinjau. Salah
satunyapersamaan reaksi yang terjadi dalam suatu reaktor (Mazzoti, 2015).
Mengingat pentingnya pemahaman mengenai bagaimana suatu reaksi terjadi
di dalam reaktor, maka perlu analisa yang mendalam mengenai aspek yang
terukur dalam suatu reaktor. Untuk memudahkannya dapat dilakukan berbagai

Model dan Komputasi 8

Proses
Reaktor CSTR

cara, salah satunya adalah menggunakan sistem atau tata kelola dalam
menganalisa aspek-aspeknya. Aspek yang dianalisa haruslah diukur secara
tepat dan akurat. Perhitungan menjadi hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan analisa. Dalam perhitungan, terdapat dua metode dalam
menyelesaikan permasalahan yaitu metode numeric dan metode analitik.
Metode analitik merupakan suatu metode penyelesaian model matematika
dengan menggunakan rumus-rumus aljabar yang sudah baku (Mahmoed,
2015). Sedangkan metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan
menggunakan operasi hitungan (arithmatic) yaitu operasi tambah, kurang,
kali, dan bagi. (Sudiadi dan Teguh, 2015). Sistem yang dibuat harus dapat
menyelesaikan permasalahan secara sederhana dan variatif.Maka dapat
digunakan program sistem komputasi atau sistem perhitungan untuk
menyelesaikan persamaan terukur secara numerik dalam suatu reaktor, salah
satunya adalah program scilab.

1.1 Rumusan Masalah


Pada perancangan reaktor kali ini, digunakan reaktor CSTR untuk
pemebentukan asetaldehid dengan proses hidrogenasi asam asetat pada
kondisi non adiabatik. Untuk mendapatkan hasila yang baik diperlukan
kondisi yang optimum agar produk yang dihasilkan maksimal. Dalam reaktor
CSTR terdapat berbagai aspek yang harus dianalisa. Untuk membantu dalam
penyelesaian perancangan reaktor, maka akan dibantu dengan program
komputer seperti scilab. Pada percobaan kali ini, akan ditinjau bagaimana
program komputasi scilab 5.2.2 dapat menyelesaikan permasalahan
perancangan.

1.2 Tujuan
1. Merancang reaktor CSTR dengan membuat algoritma program komputasi
untuk menyelesaikan perhitungan di dalam perancangan reaktor dan
mensimulasikan perancangan reaktor dengan program komputasi yang
telah disusun pada scilab 5.5.2.
2. Mensimulasikan algoritma persamaan permodelan dengan Scilab.

Model dan Komputasi 9

Proses
Reaktor CSTR

3. Menggunakan program scilab untuk menyelesaikan persamaan peracangan


dan mengetahui profil reaksi yang terjadi.

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat merancang reaktor CSTR dengan membuat algoritma
program komputasi untuk menyelesaikan perhitungan di dalam
perancangan reaktor dan mensimulasikan perancangan reaktor dengan
program komputasi yang telah disusun pada scilab 5.5.2
2. Mahasiswa dapat mensimulasikan algoritma persamaan permodelan
dengan Scilab
3. Mahasiswa mampu menjalankan program perancangan reaktor dengan
scilab dibuat profil sesuai variabel yang ditentukan

Model dan Komputasi 10

Proses
Reaktor CSTR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Reaktor
Reaktor merupakan alat pada industri yang digunakan untuk tempat
terjadinya proses kimia. Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis operasi,
fase reaksi, dan geometrinya (arah aliran). Berdasarkan jenis operasinya,
reaktor dibedakan menjadi reaktor batch dan reaktor kontinyu. Berdasarkan
fase reaksinya, reaktor dibedakan menjadi homogen dan heterogen.
Berdasarkan geometrinya, dibedakan menjadi stirred tank reaktor, tubular
reaktor, packed bed reaktor, dan fluidized bed reaktor (Nanda and Pharm,
2008).

2.1.2Jenis Reaktor
A. Reaktor Berdasarkan Operasi
Berdasarkan jenis operasinya, reaktor dibedakan menjadi reaktor batch dan
reaktor kontinyu.
1. Reaktor Batch
Reaktor batch merupakan tempat dimana terjadinya suatu reaksi
yang berlangsung secara sementara. Didalam reaktor batch, reaksi
berubah terhadap waktu atau reaksi batch merupakan fungsi dari waktu.
Selain itu juga diikuti dengan perubahan konsentrasi komponen,
perubahan sifat fisik dari fluida seperti konduktivitas elektrik atau
indeks bias, perubahan tekanan total pada sistem volume konstan, dan
perubahan volume pada sistem tekanan tetap. Reaktor batch pada
umumnya digunakan pada kondisi operasi isothermal dan volume
konstan karena reaktor batch dapat dengan mudah membantu
menginterpretasikan hasil reaksi (Levenspiel, 1999). Dalam hal ini,
reaktor batch memiliki keuntungan maupun kekurangan, yaitu sebagai
berikut :
Keuntungan reaktor batch:
a. Lebih murah dibanding reaktor alir

Model dan Komputasi 11

Proses
Reaktor CSTR

b. Lebih mudah pengoperasiannya


c. Lebih mudah dikontrol

Kekurangan reaktor batch


a. Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran
pada lubang pengaduk)
b. Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reaktor,
waktu reaksi)
Mekanisme dalam reaktor batch yaitu bahan baku atau reaktan
dimasukkan semua pada awal proses kedalam reaktor, kemudian
dibiarkan bereaksi pada jangan waktu tertentu. Setelah reaksi selesai,
produk dikeluarkan. Proses yang terjadi merupakan proses unsteady
state dimana komposisi berubah terhadap waktu, akan tetapi komposisi
saat berada dalam reaktor tetap konstan (Levenspiel, 1999).

Gambar 2.1 Skema Reaktor Batch (Strensom, 2003)

Pada reaktor batch, konsentrasi dari reaktan maupun produk dapat


diketahui dengan menggunakan neraca massa.
AB
-rA = k CA
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]-[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]+[ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 ]=[ 𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 ]
𝐴 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑑𝑁𝐴
FA0 – FA – (-rA . V) =
𝑑𝑡

Karena pada reaktor batch tidak ada umpan masuk maupun produk
keluar ketika reaksi, maka FA0 dan FA adalah 0.
𝑑𝐶𝐴 𝑑𝑉
0 – 0 – ( - rA . V) = 𝑉 + 𝐶𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
- rA.V = - 𝑉
𝑑𝑡

Model dan Komputasi 12

Proses
Reaktor CSTR

𝑑𝐶𝐴
dt = -
− 𝑟𝐴
𝑑𝐶𝐴
t = −∫
− 𝑟𝐴

2. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu terdiri dari 2 reaktor, yaitu reaktor alir berpengaduk
(continuous stirred tank reaktor) dan reaktor pipa (tubular reaktor).

a. Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (Continous Stirred Tank Reaktor)


Continous stirred tank reactor (CSTR) merupakan suatu
wadah yang umumnya berbentuk silinder dengan diameter tertentu,
dimana sekeliling reaktor bisa dibiarkan terbuka (terjadi konversi
bebas antar reaktor dengan udara sekelilingnya), bisa diisolasi
dengan bahan (isolator) tertentu, atau bisa juga dikeliingi (dialiri)
dengan cairan pendingin/pemanas untuk menyerap atau
memberikan panas dari dan kedalam reaktor. Didalam reaktor
CSTR, aliran masuk dan aliran keluar berlangsung secara terus
menerus (kontinyu). Reaktor CSTR berbeda dengan reaktor lainnya,
seperti PFR (plug flow reactor) dan PBR (packed bed reactors),
karena adanya pengaduk (stirrer) yang memungkinkan adanya
distribusi sifat fisis dan kimiawi secara merata dari zat yang
bereaksi disetiap tempat dalam reaktor (Moshi, 2000). Meskipun
penggunaan pengaduk juga digunakan untukk reaktor SBR (stirred-
batch reactor) dan SCSR (stirred contained-solids reactor) (Fogler,
2000).
Sebagai salah satu bagian proses, CSTR biasanya
digunakan sebagai salah satu bagian proses yang terintegrasi dengan
proses lainnya. Hal ini karena disamping memiliki beberapa
kelebian, CSTR juga memiliki kekurangan. Diantara
kekurangannya adalah perubahan reaktan pervolumenya relative
kecil dibandingkan reaktor lain, sehingga dibutuhkan suatu tangki
yang besar untuk menutup kekurangan ini (Ellis, 1987).

Model dan Komputasi 13

Proses
Reaktor CSTR

Kekurangan lainnya yaitu CSTR hanya bisa diterapkan untuk reaksi


dalam fase cair.

Gambar 2.2 Continous stirred tank reaktor (Fogler, 2004)

Berikut adalah neraca massa dari reaktor CSTR :


AB
-rA = k CA
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]-[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]+[ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 ]=[ 𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 ]
𝐴 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑑𝑁𝐴
FA0 – FA – (-rA . V) = 𝑑𝑡

FA0 – FA – ( - rA . V =0
FA0 – FA – (- rA.V) =0
FA0 – FA = (- rA.V)
FA0 – FA0(1-XA) = (- rA.V)
FA0 – FA0 + FA0.XA = (- rA.V)
𝐹𝐴0 . 𝑋𝐴
V =
(−𝑟𝐴)

b. Reaktor Pipa (Tubular Reaktor)


Merupakan jenis reaktor yang juga banyak digunakan pada
industri. Reaktor ini terdiri dari pipa silindris dan biasanya
dioperasikan pada kondisi steady state sama seperti CSTR. Pada
tubular reaktor, reaktan dimasukkan secara kontinyu ke dalam
reaktor (Fogler, 2004). Plug flow reactoratau reaktor alir pipa
(RAP) adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan suatu
reaktan dalam hal ini fluida danmengubahnya menjadi produk
dengan cara mengalirkan fluida tersebut

Model dan Komputasi 14

Proses
Reaktor CSTR

dalam pipa secara berkelanjutan (continuous). Biasanya reaktor ini


dipakai untuk mempelajari berbagai proses kimia yang penting
seperti perubahan kimia senyawa, reaksi termal, dan lain-lain. Di
mana katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis
dilewatkan bahan baku seperti air melewati sela-sela pasir pada
saringan. Kecepatan aliran volumetris dapat bervariasi secara
kontinyu kearah aliran sebab perubahan densitas.

Gambar 2.3 Tubular Reaktor

Berikut neraca massa dari reaktor plug flow :.


AB
-rA = k CA
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]-[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]+[ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 ]=[ 𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 ]
𝐴 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑑𝑁𝐴
FA|V - FA|V+∆V – (-rA . ∆V) =
𝑑𝑡

-∆FA = -rA . ∆V
𝑑𝐹𝐴
- 𝑑𝑉 = -rA
𝑑(𝐹𝐴0(1−𝑋𝐴))
- 𝑑𝑉
= -rA
𝐹𝐴0(𝑑𝑋𝐴)
- 𝑑𝑉
= -rA
𝑥 𝑑𝑋𝐴
V = FA0∫0 −𝑟𝐴

PFR biasanya digunakan pada :

a. Reaksi dengan skala besar


b. Reaksi cepat
c. Reaksi homogen atau heterogen
d. Produksi kontinyu

Model dan Komputasi 15

Proses
Reaktor CSTR

e. Reaksi suhu tinggi


B. Reaktor Berdasarkan Bentuk

Jenis reaktor berdasarkan bentuknya yaitu reaktor tangki dan reaktor


pipa.
a. Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna,
sehingga komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu
uniform. Dapat dipakai untuk proses batch, semi batch, dan proses
alir.

Gambar 2.4 Reaktor Tangki


b. Reaktor pipa

Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir


Pipa. Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan,
mengalir didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.

Gambar 2.5 Reaktor Pipa


C. Reaktor Berdasarkan Keadaan Operasi
Berdasarkan keadaan operasinya reaktor dibagi menjadi 3, yaitu isotermal,
adiabatis, nonadiabatis.
1. Reaktor Isotermal

Model dan Komputasi 16

Proses
Reaktor CSTR

Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,


aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.

Gambar 2.6 Reaktor isotermal


2. Reaktor adiabatis
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara
reaktor dan sekelilingnya. Jika reaksinya eksotermis, maka panas
yang terjadi karena reaksi dapat dipakai untuk menaikkan suhu
campuran di reaktor. ( K naik dan –rA besar sehingga waktu reaksi
menjadi lebih pendek).

Gambar 2.7 Reaktor adiabatis


3. Reaktor Non-Adiabatis
Dikatakan reaktor Non-Adiabatis apabila terdapat perpindahan
panas antara reaktor dengan sekelilingnya.

Gambar 2.8 Reaktor non-adiabatis

Model dan Komputasi 17

Proses
Reaktor CSTR

2.1.3 Jenis Reaksi


A. Reaksi Eksotermis-Endotermis

Menurut kalor atau energi yang dibutuhkkan atau dihasilkan,


reaksi kimia dapat dibedakan menjadi reaksi eksotermis dan reaksi
endotermis. Suatu reaksi dikatakan eksotermis apabila proses reaksi
tersebut menghasilkan panas atau kalor atau reaksi tersebut memiliki
ΔH yang bernilai negatif (-). Sedangkan suatu reaksi dikatakan
endotermis bila menyerap kalor atau panas atau energi dari
lingkungannya untuk proses reaksi tersebut dengan ΔH bernilai
positif(+) (Endang Widjajanti, 2004).
Contoh reaksi endotermis
CH4 + H2O  CO +3H2 ;ΔHf = + 249,825 kJ/mol
Reaksi di atas menunjukan reaksi eksoterm dimana reaksi
melepaskan kalor dari sistem menuju lingkungan, sehingga kandungan
kalor sistem menjadi berkurang.
Penentuan nilai ΔH (Enthalpi) contoh reaksi diatas
dapatdilakukan dengan menggunakan rumus ΔH = ΔHfproduk –
ΔHfreaktan
ΔHf CH4 = -74,520 kJ/mol (Smith et al., 2001)
ΔHf H2O = -285,830 kJ/mol (Smith et al., 2001)
ΔHf H2 = 0 kJ/mol (Smith et al., 2001)
ΔHf CO = - 110,525 kJ/mol (Smith et al., 2001)

ΔH = ΔHf produk – ΔHf reaktan


ΔH = [(2 x ΔHf H2)+(ΔHf)] – [(ΔHf CH4) + (ΔHf H2O)]
ΔH = [(2 x 0)+(-110,525)]kJ/mol– [(-74,520)+(-285,830)] kJ/mol
ΔH = 249,825 kJ/mol
Dengan ΔH yang bernilai positif maka contoh reaksi tersebut dapat
digolongkan ke dalam reaksi endotermis.
B. Reaksi Adiabatis - Non Adiabatis

Dalam suatu reaksi pada reaktor,


panasdapatdilepaskanmaupundiserapke dalamsebuah reaksi.Panas atau

Model dan Komputasi 18

Proses
Reaktor CSTR

energi tersebut dapat dilihat dari ΔQ atau kalor yang berpindah dalam
sebuah reaksi. Dalam perancangan reaktor ada reaksi yang adiabatik
dan non-adiabatik. Rekasi adiabatis adalah reaksi dimana tidak
terdapat perpindahan panas dari reaksi kelingkungan sekitar,
sedangkan reaksi non-adiabatik adalah reaksi dimana terdapat
perpindahan panas dari reaksi ke lingkungan (Smith, et al., 2001).

C. Reaksi Reversibel-Irreversibel

Konstanta keseimbangan ( K ) merupakan indikator dari arah


suatu reaksi. Ada 2 jenis arah reaksi dalam reaksi kimia, yaitu reaksi
irreversible dan reaksi reversible. Reaksi ini dapat dihitung
menggunakan rumus
∆𝐺°
K = exp ( )
𝑅𝑇

Dimana
∆G0298 = ∆G produk - ∆G reaktan
Reaksi irreversible adalah reaksi1 arah dimana reaksi bergerak
dari reaktan kearah produk dengan nilai K>>1, sedangkan reaksi
reversible adalah reaksi 2 arah dimana reaksi dapat bergerak dari
reaktan kearah produk dan sebaliknya dengan nilai K ≈ 1. Dalam
reaksi reversible biasanya dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan
komposisi dari senyawa yang terlibat dalam reaksi (Smith, et al., 2001).
Reaksi hidrogenasi asam asetat :
CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ CH3CHO (l)+ H2O (l)
Dalam simulasi ini reaksi yang digunakan reversible yaitu
karena memiliki harga konstanta keseimbangan sebesar 6,436 x 10-5.

D. Reaksi Monomolekuler-Bimolekuler

Berdasarkan jumlah pereaktan, reaksi kimia dibagi menjadi


reaksi unimolekuler dan reaksi bimolekuler. Didalam reaksi
unimolekuler, molekul reaktan tunggal terisomerisasi atau
terdekomposisi untuk menghasilkan satu atau lebih produk.

Model dan Komputasi 19

Proses
Reaktor CSTR

Contoh reaksi monomolekuler adalah reaksi-reaksi dekomposisi


seperti yang digambarkan berikut ini:
AC
AC + D
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi
yang sama atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah
molekul produk. Contoh reaksi bimolekuler adalah reaksi-reaksi
asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi) seperti berikut ini:
A+B AB
2A  A2
maupun reaksi pertukaran
A+B  C+D
2A C+D
Dapat dilihat pada reaksi hidrogenasi asam asetat dibawah ini:
CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ CH3CHO (l)+ H2O (l)
Berdasarkan jumlah reaktannya, reaksi tersebut merupakan reaksi
bimolekuler dengan reaktan yaitu asam asetat dan gas hidrogen.

E. Reaksi Seri-Paralel

Hamper semua reaksi yang terjadi di dalam suatu reaktor


jarang sekali hanya satu buah reaksi (single reaction). Kebanyakan
dari reaksi tersebut akan terjadi reaksi samping dimana pereaktan sisa
akan bereaksi kembali ataupun produk hasil reaksi utama akan
bereaksi dengan senyawa lain dalam reaktor seperti katalis atau
pereaktan yang berlebih. Jenis reaksi ini adalah reaksi ganda (multiple
reaction) yang akan dihasilkan produk yang diinginkan (reaksi utama)
dan produk yang tidak diinginkan (reaksi samping). Salah satu kunci
keberhasilan dari aspek ekonomi suatu industri kimia adalah terjadinya
produk yang tidak diinginkan diminimalkan sekecil mungkin selama
produk yang diinginkan terjadi (Handayani, 2013).

Model dan Komputasi 20

Proses
Reaktor CSTR

Selain itu, penentuan reaksi utama dapat ditentukan dengan


berdasar selektivitas. Selektivitas adalah kemampuan katalis
mempercepat suatu reaksi diantara beberapa reaksi yang seharusnya
terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan
produk samping seminimal mungkin.
1. Reaksi paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari
reaktan yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi
yang berbeda pula. (Harsanti, 2007)

Contoh :
k1
A R R
k1
atau A
k2 k2
A S S

Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala industri


adalah reaksi oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang
diinginkan adalah etilen oksid sementara selama terjadi reaksi oksidasi
sebagian etilen terbakar sempurna dan dihasilkan produk yang tidak
diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida.

C2H4 + ½ O2 C2H4O

C2H4 + 3 O2 2CO2 + 2 H2O

2. Reaksi seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk
produk antara yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk
lain yang stabil (Harsanti, 2007)

Contoh :
k1 k2
A R S

Reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi antara etilen-
oksid dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin, kemudian

Model dan Komputasi 21

Proses
Reaktor CSTR

reaksi berlanjut terbentuk di-etanol-amin dan produk akhir adalah tri-


etanol-amin.
k1 EO
C2H4O + NH3 HOCH2CH2NH2
EO
(HOCH2CH2NH)2NH (HOCH2CH2)3N

2.2 Studi Kasus


2.2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
a. Asam Asetat
Wujud : Cair
Kenampakan : tak berwarna
Kemurnian : 99,88 % berat minimum
Impuritas : 0,12 % berat asam formiat
ΔH (Enthalpi) : -484,500 kJ/kmol
ΔG (Gibss) : -389,900 kJ/kmol
b. Higrogen (H2)
Wujud : Gas
Kenampakan : tak berwarna
Kemurnian : 99,9 % H2
Impuritas : 0,1 % N2
ΔH (Enthalpi) : 0 kJ/Kmol
ΔG (Gibss) : 0 kJ/Kmol
c. Asetaldehide
Wujud : Cair
Kenampakan : tak berwarna
Kemurnian : 99 % berat minimum
Impuritas : 0,35 % berat aseton
0,30 % berat etanol
0,15 % berat aair
0,15 % asam formiat
0,05 % berat asam asetat
ΔH (Enthalpi) : -235,100 kJ/kmol
ΔG (Gibss) : -168,490 kJ/kmol

Model dan Komputasi 22

Proses
Reaktor CSTR

2.2.2 Pembuatan Produk dari Bahan Baku


Pada perancangan ini akan dibuat produk asetaldehihde
dengan proses hidrogenasi asam asetat dengan menggunakan
reaktor CSTR. Selain itu, asetaldehide dapat dibuat dengan
beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:
1. Hidrasi Asetilen
Pembuatan acetaldehyde dengan proses ini
membutuhkan asam sulfat danmerkuri sulfat sebagai katalis.
C2H2 + H2O  CH3CHO + 33 kkal
Modifikasi proses ini dikembangkan oleh Chisso Proses.
Dalam proses ini suhu proses lebih rendah dan tanpa
menggunakan recycle asetilen. Proses ini menggunakan asam
sulfat yang merupakan komponen aktif dan korosif, sehingga
ketahanan alat terhadap korosi harus diperhatikan. Merkuri
selain harganya mahal juga komponennya beracun oleh karena
itu penanganan masalah dan pengaruhnya terhadap bahaya
keracunan tidak boleh diabaikan, juga penanganan terhadap
asetilen yang mempunyai relatifitas tinggi (Mc. Ketta, 1976).

2. Oksidasi Hidrokarbon Jenuh


Reaksi :
C4H10 + 3/2 O2 2 CH3CHO + H2O
Hidrokarbon, udara dan gas recycle dengan perbandingan
volume 1 : 2 : 7 dicampur dan dikompresi menjadi atmosfer.
Kemudian dipanaskan dalam furnace sampai 3700C
diumpankan ke dalam reaktor. Gas hasil reaksi didinginkan
dengan larutan dingin formaldehid dalam air dengan kadar 12 –
14 %. Pemurnian dilakukan dengan distilasi, ekstraksi
sederhana dan pemisahan secara ekstraktif azeotropik.
Proses ini tidak terlalu berkembang karena tidak terlalu
selektif dan membutuhkan sistem recovery yang kompleks dari

Model dan Komputasi 23

Proses
Reaktor CSTR

banyaknya hasil samping yang terjadi, antara lain: formaldehid,


methanol, aseton, propanol, butanol dan C5–C7 alkohol (Mc.
Ketta, 1976).
3. Oksidasi Etilen

Oksidasi Etilen fase cair berlangsung dengan satu tahap


dan dua tahap.

a. Proses Satu Tahap


Reaksi
C2H4 + ½ O2  CH3CHO + 58,2 Kkal
Reaktor yang digunakan adalah vertical keramic
line vessel yang beroperasi pada suhu 120 – 1300C dan
tekanan 3 atm. Etilen 99,5% beserta gas recycle
diumpankan ke reaktor dengan kandungan oksigen dalam
campuran dibatasi maksimal 9%. Gas hasil reaksi
dimasukkan dalam separator vessel, gas sisa dikembalikan
ke reaktor sebagian kecil dibuang sebagai axhaust gas.
Residu mengandung 8–10% asetaldehid dimasukkan dalam
kolom distilasi dan hasil bawah kolom distilasi diumpankan
dalam kolom final untuk diambil asetaldehid.
b. Proses Dua Tahap
Reaksi
2 CuCl2 + 2HCl + ½ O2 2 CuCl2+ H2O
C2H4 + 2 CuCl2 + H2O  CH3CHO + 2HCl + 2CuCl

Pada proses ini ethilen dan udara direaksikan dalam


reaktor terpisah. Rektor yang digunakan adalah plug flow
turbulen reaktor pada suhu 120 – 1300C dan tekanan 10
atm (Mc. Ketta, 1976).
4. Dari Etanol
Ada dua proses cara pembuatan asetaldehid dengan bahan baku
etanol
a. Oksidasi Etanol

Model dan Komputasi 24

Proses
Reaktor CSTR

Reaksi
C2H5OH + ½ O2Ag CH3CHO + H2O + 43 kkal
Campuran uap etanol dan udara dimasukkan ke
dalam reaktor fixed bed dengan katalis Ag pada suhu 350 –
500 0C tekanan 1 – 3 atm. Alkohol yang tidak bereaksi
direcycle sebagai umpan reaktor. Pada proses ini yield
asetaldehid sebesar 85 – 95 % dan konversi terhadap etanol
25 – 35 %.
b. Dehidrogenasi Etanol
Reaksi
C2H5OH + ½ O2Cu CH3CHO + H2
Etanol diuapkan dan direaksikan pada reaktor fixed
bed dengan katalis Cu pada tekanan atmosferik dan
temperatur 260 – 2900C. Asetaldehid diperoleh dengan
konversi 30–50 % dan yield 80% (Mc. Ketta, 1976).

2.2.3Deskripsi Proses
Proses pembentukan asetaldehide merupakan proses hidrogenasi
asam asetat yang berlangsung sesuai dengan reaksi :

Reaksi Utama
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O2 (l)
Asam Asetat Asetaldehide
Reaksi Samping
CH3CHO (l) + H2 (g) ↔ CH3CH2OH (l)
Asetal Dehide Etanol

Reaksi utama pembentukan asetaldehide ini bersifat endotermis dan


dilakukan pada fase gas-cair pada temperatur 300oC dan tekanan
17,2 atm dan reaksi bersifat reversible.

Model dan Komputasi 25

Proses
Reaktor CSTR

2.2.4 Kondisi Operasi


Reaksi hidrogrnasi asam asetat menjadi asetaldehide ini akan
dilakukan pada suhu 573 K dengan tekanan 17,2 atm dan
perbandingan mol 1:1 untuk reaktan dan produk yang terbentuk
(Nurwiani dan Ulfah, 2002).

2.2.5 Tinjauan Termodinamika


Reaksi hidrogrnasi asam asetat:
Reaksi utama
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O2 (l)
Reaksi Samping
CH3CHO (l) + H2 (g) ↔ CH3CH2OH (l)

Maka tinjauan termodinamikanya adalah sebagai berikut :


ΔHf 298CH3COOH = -484,500 kJ/kmol
ΔHf298 H2 = 0 kJ/kmol
ΔHf298 CH3CHO = -166,190 kJ/kmol
ΔHf298 H2O2 = -187,341 kJ/kmol
ΔHf298 CH3CH2OH = -235,100 kJ/kmol
(Smith et al., 2001)
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O2 (l)
ΔHreaksi utama = ΔHfproduk - ΔHfreaktan
= [2x(-166,190) + (-187,341) – (2x(-484,500)+0)]

= 449,279 kJ/mol

CH3CHO (l) + H2 (g) ↔ CH3CH2OH (l)

ΔHreaksi samping = ΔHfproduk - ΔHfreaktan


= [-235,100 – (-166,190+0)] kJ/mol

= -68,910 kJ/mol

ΔHtotal = ΔHreaksi utama+ ΔHreaksi samping

= 449,279 kJ/mol + (-68,910 kJ/mol)

Model dan Komputasi 26

Proses
Reaktor CSTR

= 380,369 kJ/mol

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa reaksi


secara keseluruhan berlangsung secara endotermis yang berarti
reaksi tersebut membutuhkan panas pada reaksi pembentukan
produknya. Pengaruh temperatur terhadap konstanta
kesetimbangan reaksi sesuai dengan rumus:

Untuk reaksi endotermis, maka kenaikan suhu (T) akan


menyebabkan naiknya harga K yang artinya akan membuat
konversi menjadi naik dan hal ini berlaku pula untuk sebaliknya.
Reaksi hidrogenasi dalam hal ini merupakan reaksi kesetimbangan.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan konstanta kesetimbangan
sebagai berikut :
Perubahan harga energi Gibbs dapat dihitung dari persamaan :
ΔGf = -RT lnK

ΔGf 298
ln K =− 𝑅.𝑇298

ΔGf 298CH3COOH = -389,900 kJ/kmol


ΔGf298 H2 = 0 kJ/kmol
Gf298 CH3CHO = -128,860 kJ/kmol
ΔGf298 H2O2 = -120,350 kJ/kmol
ΔGf298 CH3CH2OH = -168,490 kJ/kmol
(Smith et al., 2001)

ΔGreaksi utama = ΔGfproduk - ΔGfreaktan


= [2x(-128,860+(-120,350)-(2x(-389,900-0)] kJ/mol
= 401,73 kJ/mol
𝑑𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐺𝑓
ln K =−
𝑅.𝑇298

401,73 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
ln K = − 0,008314𝑘𝐽
.298 𝐾
𝑚𝑜𝑙 𝐾

Model dan Komputasi 27

Proses
Reaktor CSTR

K = 3,807 x 10-46

K298 −ΔH298 1 1
ln = [ - ]
𝐾573 𝑅 𝑇298 𝑇573
−449,279 kJ/mol 1 1
K = 𝑘𝐽 [ 𝑇298
- 𝑇573 ]
0.008314
𝑚𝑜𝑙 . 𝐾

K298
ln = -87,03
𝐾573
3,807 x 10−46
𝐾573
= 1,59 x 10-38

K573 = 2.383 x 10-8

ΔGreaksi samping = ΔGfproduk - ΔGfreaktan


= [-169,590-(-128,860-0)] kJ/mol
= -40,73 kJ/mol
Δ 𝐺𝑓
ln K =−
𝑅.𝑇298

−40,73 kJ/mol
ln K = − 0,008314𝑘𝐽
.298 𝐾
𝑚𝑜𝑙 𝐾

K = 1,131 x 10-7

K298 −ΔH298 1 1
ln 𝐾573 = 𝑅
[ 𝑇298
- 𝑇573 ]
−(−68,910) kJ/mol 1 1
K = 𝑘𝐽 [ - ]
0.008314 𝑇298 𝑇573
𝑚𝑜𝑙 . 𝐾

K298
ln 𝐾573 = 13,348
1,131 x 10−7
= 626903
𝐾573

K573 = 1,80 x 10-1


Berdasarkan peritungan K pada suhu opeorasi 573K,
dengan nilai K pada reaksi utama sebesar 1,131 x 10-7 dan pada
reaksi samping sebesar 1,80 x 10-13, dapat diketahui bahwa reaksi
bersifat reversible (bolak-balik).

Model dan Komputasi 28

Proses
Reaktor CSTR

2.2.6 Tinjauan Kinetika


Tinjauan secara kinetika dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap kecepatan
reaksi. Secara kinetika, reaksi pembentukan asetaldehide
merupakan reaksi orde satu dengan persamaan kecepatan reaksi
sebagai berikut
Reaksi utama
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O2(l)
Reaksi Samping
CH3CHO (l) + H2 (g) ↔ CH3CH2OH (l)

Menurut persamaan Arhenius :


k =A e-E/RT
Dalam hubungan ini:
k =konstanta kecepatanreaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
E = faktorenergiaktivasi
R = tetapangas ideal
T =temperaturemutlak
Berdasarkan penelitian Nurwiani dan Ulfah (2002),
diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi utama (k1) dan reaksi
samping (k2) sebagai berikut :
Ea1 = -455,35 L.atm/mol = -46,13 kJ/mol
Ea3 = 1570 L.atm/mol = 159,080 kJ/mol
A1 = 5,63 x 107
A3 = 1,72 x 1027 (Purnamasari dkk, 2012)
−𝐸𝑎
k1 = A exp ( )
𝑅𝑇
46,13
k1 = = 5,63 x 107 exp ( 𝑅𝑇
)

−𝐸𝑎
k3 = A exp ( )
𝑅𝑇
−159,080
k3 =1,72 x 1027exp ( )
𝑅𝑇

Model dan Komputasi 29

Proses
Reaktor CSTR

Harga A, E, dan R tetap. Harga k dipengaruhi oleh


temperatur reaksi. Jika harga T besar maka k semakin besar. Jika T
diperbesar maka kecepatan reaksi akan membesar, jadi dipilih
temperatur reaksi setinggi mungkin dalam batas-batas yang masih
diizinkan.

2.2.7Kasus yang akan dirancang


Pada laporan ini akan dilakukan simulasi perancangan
reaksi pembentukan asetaldehide dari asam asetat dengan
menggunakan reaktor CSTR pada kondisi non-adiabatis. Reaksi
pembentukan asetaldehide dapat dilihat pada reaksi dibawah
ini :
Reaksi Utama
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O (l)
Asam Asetat Asetaldehide

Pada reaksi tersebut dijelaskan bahwa reaksi


pembentukan asetaldehide merupakan reaksi reversible,
sehingga pada hasil akhir nanti akan diperoleh juga produk
berupa air yang keluar dari reaktor. Dalam kasus ini, produk
asetaldehide bereaksi secara otomatis dengan gas hydrogen
dalam reaktor dan membentuk hasil samping berupa etanol.
Reaksi Samping
CH3CHO (l) + H2 (g) ↔ CH3CH2OH (l)
Asetal Dehide Etanol

Kondisi pembentukan asetaldehide dilakukan pada fase gas-


cair dengan temperature 300oC dan tekanan 17,2 atm dan reaksi
bersifat reversible dengan volume sebesar 40 m3. Sehingga akan
dilakukan perancangan reaktor sesuai dengan kondisi operasi agar
reaksi pembentukan asetaldehide dapat terjadi dengan bantuan
aplikasi Scilab 5.5.2 agar memudahkan perhitungan kompleks yang

Model dan Komputasi 30

Proses
Reaktor CSTR

ditemui dalam perancangan reaktor. Dengan aplikasi Scilab 5.5.2


nantinya akan digunakan untuk mengetahui konsentrasi reaktan,
konsentrasi produk serta konversi yang diperoleh pada perancangan
reaktor CSTR non-adiabatis pembentukan asetaldehide tersebut.

Model dan Komputasi 31

Proses
Reaktor CSTR

BAB III
METODOLOGI PENYELESAIAN
3.1. Permodelan Kasus
Simulasi dan perancangan reaktor yang akan dibuat adalah reaktor CSTR
(Continuous Stirred Tank Reactor), non-adiabatis dari reaksi yang bersifat
reversible, endotermis, bimolecular dan reaksi seri. Kondisi pembentukan
asetaldehide dilakukan pada fase gas-cair dengan suhu reaktor dijaga 300oC
dengan cara menambahkan panas, dan tekanan 17,2 atm dengan volume
sebesar 40 m3
Rekasi Utama :
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O (l)
Reaksi Samping :
CH3CHO (l) + H2 (g) ↔ CH3CH2OH (l)
Asumsi :
2A + B ↔ 2C + D
C+B↔E

Gambar 3.1 Permodelan reaktor CSTR dengan jaket pemanas

3.1.1. Neraca Massa


𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]-[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ]-[ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 ]=[ 𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 ]
𝐴 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑑𝑁𝐴 Commented [ss1]: Gausah dicoret ya hehe, kan ini konsepan
FA0 – FA – (-rA . V) =
𝑑𝑡 awal nerasa massa, rumusnya ya gitu
Baru ke bawahnya dikasih keterangan kenapa dNa/dt=0
𝑑𝑁𝐴
= 0, karena pada saat reaksi tidak ada akumulasi dalam reaktor CSTR
𝑑𝑡

FA0 – FA – ( - rA . V =0

Model dan Komputasi 32

Proses
Reaktor CSTR

FA0 – FA – (- rA.V) =0
FA0 – FA = (- rA.V)
FA0 – FA0(1-XA) = (- rA.V)
FA0 – FA0 + FA0.XA = (- rA.V)
𝐹𝐴0 . 𝑋𝐴
V = (−𝑟𝐴)

Laju reaksi :
k1
2A + B ↔ 2C + D
k2

C + B k3
↔E
k4

r1 = k1 . CA2 . CB
r2 = k2 . Cc2 . CD Commented [ss2]: Enak dibuat r2=-k2Ca^2Cb

r3 = k3 . Cc . CB
r4 = k4 . CE Commented [ss3]: Sama kayak atasnya

rA = -0.5(r1) + r2  rA = -0.5 k1 . CA2 . CB + k2 . Cc2 . CD


rB = (-r1)+r2 – r3 + r4  rB = - k1.CA2.CB + k2 .Cc2.CD - k3.Cc.CB + k4 .CE
rC = r1 - 0.5(r2) – r3 + r4  rC = k1.CA2.CB - 0.5k2.Cc2.CD–k3.Cc.CB + k4.CE
rD = r1 – r2  rD = k1 . CA2 . CB – k2 . Cc2 . CD
r E = r3 – r4  r E = k 3 . C c . C B – k4 . C E Commented [ss4]: Nyesuaiin aja
Commented [ss5]: Ini basuk sub bab Kinetika reaksi bukan
neraca massa

3.1.2. Kinetika Reaksi


k1
2CH3COOH (l) + H2 (g) ↔ 2CH3CHO (l)+ H2O (l)
k2
k3
CH3CHO (l) + H2 (g) ↔
k4
CH3CH2OH (l)
−𝐸𝑎
k1 = A exp ( )
𝑅𝑇
46,13
k1 = 5,63 x 107 exp ( 𝑅𝑇
)

k1 = 5,68 x 107
K1 = 2.383 x 10-8
K1 = k1/k2
k2 = k1/K1
k2 = 5,68 x 107 / 2.383 x 10-8
k2 = 2.285 x 1015

Model dan Komputasi 33

Proses
Reaktor CSTR

−𝐸𝑎
k3 = A exp ( )
𝑅𝑇
−159,080
k3 =1,72 x 1027exp ( )
𝑅𝑇

k3 = 1,66 x 1027
K3 = k3/k4
k4 = k3/K3
k4 = 1,23 x 1027 / 1,80 x 10-1
k4 = 9.23 x 1027
3.1.3. Stoikiometri

Tabel 3.1 Persamaan stoikiometri


2A + B  2C + D
M 𝐹𝐴0 𝐹𝐵0 - -
R −𝐹𝐴0𝑋𝐴 0,5 𝐹𝐴0 𝑋𝐴 𝐹𝐴0 𝑋𝐴 0,5 𝐹𝐴0 𝑋𝐴
S 𝐹𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 ) 𝐹𝐵0 𝐹𝐴0 𝑋𝐴 0,5 𝐹𝐴0 𝑋𝐴
− 0,5 𝐹𝐴0 𝑋𝐴
C + B  E
M 𝐹𝐴0 (1 − 𝑋𝑇 ) 0,5𝐹𝐴0(𝑋𝑇 . 𝑆1 ) - Commented [ss6]: Reaksi 2 konversinya kan beda sama rx 1,
jadi rx 1 konversinya Xa1 rx 2 konversinya Xa2
R 𝐹𝐴0 𝑋𝑇 (1 − 𝑆1) 0,5𝐹𝐴0 𝑋𝑇 (1 𝐹𝐴0 𝑋𝑇 (1 − 𝑆1 )
− 𝑆1)
S 𝐹𝐴0 (1 − 𝑋𝑇 𝐹𝐴0 (𝑋𝑇 . 𝑆1 ) 𝐹𝐴0 𝑋𝑇 (1 − 𝑆1 ) Commented [ss7]:

− 2𝑋𝑇 𝑆1 ) − 0,5𝐹𝐴0 𝑋𝑇
3.2.Algoritma Penyelesaian Commented [ss8]: Lah tiba2 kok ini? Sub bab lainnya?
Kombinasi persamaan sama nerpannya??
Diketahui data sebagai berikut : Stoikiometrinya juga belum selesai

Ea1 =-455,35 L.atm/mol = 46,13 kJ/mol


Ea3 = 1570 L.atm/mol = 159,080 kJ/mol
A1 = 5,63 x 107
A3 = 1,72 x 1027
T = 300oC
P = 17,2 atm
V = 40 m3
K1 = 2.383 x 10-8
K2 = 1,80 x 10-1

Model dan Komputasi 34

Proses
Reaktor CSTR

k1 = 5,68 x 107
k2 = 2.285 x 1015
k3 = 1.66 x 1027
k4 = 9.23 x 1027

rA = -0.5 k1 . CA2 . CB + k2 . Cc2 . CD


rB = - k1.CA2.CB + k2 .Cc2.CD - k3.Cc.CB + k4 .CE
rC = k1.CA2.CB - 0.5k2.Cc2.CD–k3.Cc.CB + k4.CE
rD = k1 . CA2 . CB – k2 . Cc2 . CD
rE = k3 . Cc . CB – k4 . CE

𝐹𝐴0 𝑋𝐴
V=
0.5 k1.(𝐶𝐴0 (1−𝑋𝑇 𝑆1 ))2.CB0,5𝐶𝐴0 (𝑋 .𝑆1 )−k2.( 𝐶𝐴0 (𝑋 .𝑆1 ))2.0,5 𝐶𝐴0 (𝑋 .𝑆1 )
𝑇 𝑇 𝑇

5. Masukkan persamaan-persamaan tersebut ke dalam scipad


menggunakan fungsi ode.

3.3.Logika Pemrogaman
Kalian buat skema logika pemrograman lalu jelaskan masing2 langkah

Start

Input Value :
T298, Tpemanas, Toperasi, P, R, A1,
E1, A2, E2, V0, Xawal reaksi 1, Xreaksi
2, CA0, CB0, FA0

XA, XB, XC, XD,


XE

Model dan Komputasi 35

Proses
Reaktor CSTR

3.4.Bahasa Pemrograman
Kalian tampilkan hasil scipad kalian
a. Menentukan hubungan konversi terhadap volume reactor pada
rentang konversi 0,5-0,95 dengan range 0,05 :

Model dan Komputasi 36

Proses
Reaktor CSTR

BAB IV

HASIL SIMULASI DAN ANALISA

4.1.Hasil Simulasi
Tampilkan Hasil Running program kalian (console)
4.2.Analisa Hasil
Kalian bahas hasil analisa kalian

Model dan Komputasi 37

Proses
Reaktor CSTR

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

Model dan Komputasi 38

Proses

Anda mungkin juga menyukai