Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
sangat ditentukan oleh tersedianya data dan informasi dengan dukungan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Unsur utama dalam manajemen kesehatan tersebut adalah informasi kesehatan.
Dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah di bidang kesehatan, kualitas dari
informasi kesehatan nasional dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sangat
ditentukan dari Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
Penataan kembali dan pengembangan lebih lanjut merupakan sesuatu yang sangat
penting, disamping untuk kepentingan nasional juga merupakan sebuah sarana pemantauan
dan evaluasi dari pembangunan di daerah.
Dengan berlakunya Sistem Kesehatan Nasional tersebut, dilaksanakan pengumpulan
data dan pengolahan data yang dibukukan dalam sebuah Profil Kesehatan Kabupaten
Semarang Tahun 2015.
Sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan ini berasal dari berbagai program di
lingkungan Dinas Kesehatan maupun lintas sektoral terkait yaitu Dispendukcapil, RSUD
Ungaran, RSUD Ambarawa, RS Bina Kasih dan RS Ken Saras serta UPTD Puskesmas.
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang adalah gambaran situasi kesehatan di
Kabupaten Semarang yang diterbitkan setahun sekali. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang
menyajikan data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan
kesehatan. Data yang ada ditampilkan secara sederhana dalam bentuk tabel dan grafik,
dimana data yang disajikan mengacu pada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008.
2
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Semarang dan 92
tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.
3
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SEMARANG
Kabupaten Semarang adalah salah satu Kabupaten otonom di Propinsi Jawa Tengah
secara geografis terletak pada posisi 110º 14’ 54,75” - 110º 39” 3” Bujur Timur dan 7º 3 ’57 “ - 7º
30 ’0 “ Lintang Selatan, dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kota Semarang dan Kabupaten Demak
2. Sebelah Timur : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang
4. Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal
5. Bagian Tengah : Terletak Kotamadia Salatiga
Luas wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 hektar atau sekitar 2,92% dari
luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif wilayah Kabupaten Semarang terdiri dari 19
Kecamatan yang terdiri dari 208 desa dan 27 Kelurahan.
Kabupaten Semarang diuntungkan secara geografis mengingat posisinya yang
strategis terletak di jalur-jalur penghubung segitiga pusat perkembangan wilayah Jogjakarta,
Solo dan Semarang (Joglosemar). Posisi strategis tersebut merupakan kekuatan yang dapat
dijadikan sebagai modal pembangunan daerah.
Berdasarkan data dari Dispendukcapil Kabupaten Semarang, pada akhir tahun 2015 ,
jumlah penduduk Kabupaten Semarang adalah 996.346 jiwa, dengan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki sebesar 499.066 jiwa dan perempuan sebesar 497.280 jiwa. Dari data yang
tersedia, dapat dilihat bahwa setiap tahun jumlah penduduk mengalami peningkatan.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan menghasilkan perhitungan
rasio jenis kelamin, yang didapat hasil rata-rata rasio jenis kelamin di Kabupaten Semarang
tahun 2015 adalah sebesar 100,36. Sedangkan perbandingan antara jumlah penduduk usia
produktif (usia 15 – 64 ) tahun dengan usia non-produktif (usia 0 – 14 dan 65 + ) tahun
menghasilkan Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) sebesar 41,99.
Peningkatan jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk di
Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 2010 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
4
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga dan Kepadatan Penduduk Kabupaten
Semarang Tahun 2010 - 2015
TAHUN KK KEPADATAN PENDUDUK PER KM2
2010 263.547 969
2011 274.832 988
2012 287.306 993
2013 335.036 1.035
2014 317.431 1.041
2015 315.472 1.048
Sumber : - BPS Kabupaten Semarang Tahun 2010 – 2012
- Dispendukcapil Kabupaten Semarang Tahun 2013 – 2015
5
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. ANGKA KEMATIAN
1). Angka Kematian Neonatal
Kematian Neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 0 – 28 hari.
Angka Kematian Neonatal di Kabupaten Semarang tahun 2015 sebesar 9,27 per 1.000 KH
(131 kasus), dengan penyebab tertinggi adalah kelahiran dengan Berat Bayi Lahir
Rendah/BBLR (62), asfiksia (33), tetanus (1) dan penyebab lainnya antara lain infeksi,
kelainan kongenital dan lain-lain sebanyak (35).
Angka Kematian Neonatal tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan tahun 2014
(8,15 per 1.000 KH). Berbagai upaya yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain
dengan adanya orientasi kunjungan neonatal, yang dilanjutkan dengan implementasi
kunjungan neonatal bagi bidan, sosialisasi tata laksana neonatal bagi dokter serta
sosialisasi tata laksana asfiksia dan BBLR. Dari pelaksanaan kegiatan diatas hasilnya
belum optimal dalam menurunkan Angka Kematian Neonatal.
6
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan Angka Kematian Bayi (AKB)
antara lain dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada ibu hamil Kurang
Energi Kronik (KEK) agar tidak terlahir bayi dengan kondisi BBLR. Selain itu juga
dilaksanakan sosialisasi tentang cara perawatan bayi, sosialisasi konselor menyusui bagi
dokter dan bidan, survei ASI eksklusif, sosialisasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam tata laksana BBLR
dan asfiksia serta pelatihan tata laksana neonatal bagi dokter, bidan dan perawat.
Disamping kegiatan diatas, juga dibentuk Satgas Penurunan AKI, mengoptimalkan
jejaring ibu dan bayi dan nomor telepon Call Center untuk rujukan dalam penanganan
kasus kelahiran.
7
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 5. Jumlah Kematian Bayi (AKB) di Puskesmas se Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
8
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 6. Penyebab Kematian Balita (12-59 bulan) Kabupaten Semarang Tahun 2012 - 2015
Jumlah kasus
Penyakit
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
ISPA / Pneumonia 0 1 0 3
Diare 1 1 1 1
Thalasemia 0 1 0 0
HIV / AIDS 0 1 0 0
Penyakit jantung bawaan 2 1 2 2
Muntah + kejang 0 1 0 0
Gibur + Down Syndrom 0 1 1 0
Leukemia 3 1 1 0
Kejang demam 0 1 1 2
Tenggelam 1 2 0 0
Kanker mata 0 1 0 0
Gibur + Pneumonia 0 1 0 0
Meningitis 0 3 0 4
Kanker testis 0 1 0 0
Aspirasi 1 1 0 0
Lactose intolerance 0 1 0 0
Tumor otak 1 0 0 0
Haemathomega 1 0 0 0
enchepalitis 1 0 0 0
Kelainan aesophagus 1 0 0 0
Febris 1 0 0 0
Kejang 1 0 0 0
Atresia bilier 1 0 0 0
Kecelakaan 1 0 1 0
Gizi buruk 2 0 1 0
Kecelakaan lalu lintas 0 0 1 0
Kanker lidah 0 2 0 0
Colelitiasis 0 0 0 1
Neoblastioma 0 0 0 1
KEP 0 0 0 1
Gagal ginjal 0 0 0 1
Ilius 0 0 0 1
Infeksi 0 0 0 1
Lain2
Jumlah Total 18 21 9 18
9
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menekan Angka Kematian Balita
(AKABA) antara lain dengan pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) untuk balita dan anak pra sekolah di TK dan PAUD, pelayanan balita
dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tata laksana perawatan bayi dan balita,
kajian kasus kematian balita dan Audit Maternal Perinatal (AMP), peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam tata laksana gizi buruk, pelatihan
Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatus (PPGDON), pelatihan
Asuhan Persalinan Normal (APN), pelatihan Antenatal Care (ANC) terpadu, tata laksana
neonatus dan bayi baru lahir, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan
bagi balita gizi buruk.
10
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
11
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Upaya yang telah dilakukan untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI)
anatara lain dengan melaksanakan Program Maternal and Infant Mortality Meeting (M3)
dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten, meningkatkan jejaring ibu bayi selamat
dengan memperbaiki sistem rujukan, upaya deteksi dini ibu hamil dengan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Antenatal Care (ANC)
terintegrasi, serta peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petugas dengan berbagai
pelatihan termasuk Asuhan Persalinan Normal (APN) dan Pertolongan Pertama
Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatus (PPGDON) serta optimalisasi Puskesmas
PONED (Pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergency Dasar). Selain itu juga dibentuk
Satgas Penurunan AKI, mengoptimalkan jejaring dan nomor telepon Call Center untuk
penanganan kasus kelahiran.
Sebagai bahan pembanding, pada tabel berikut dapat dilihat AKI di
Kabupaten Semarang sejak tahun 2010 – 2015. Bila dibandingkan, tampak bahwa AKI
tahun 2015 belum dapat mencapai target SPM 2015 yang sebesar 102 per 100.000 KH.
12
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 10. Angka Kematian Ibu Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
TAHUN AKI TARGET SPM 2015
13
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
B. ANGKA KESAKITAN
1). Penemuan dan Angka Kesembuhan Tuberculosis (TB)
Jumlah keseluruhan kasus TB (Case Notification Rate/CNR) di Kabupaten
Semarang sudah diatas 50 %. Namun demikian untuk penemuan kasus baru TB BTA +
masih dibawah target nasional sebesar 70 %. Informasi terakhir dari Kementerian
Kesehatan, untuk target penemuan kasus baru TB BTA + tidak dapat dijadikan target
pencapaian oleh Kabupaten / Kota. Target yang harus dicapai oleh Kabupaten / Kota
dalam kasus TB BTA + adalah CNR diatas 50 %.
Masih rendahnya penemuan kasus baru TB BTA + disebabkan antara lain
karena : (1) masih adanya stigma di masyarakat bahwa penyakit TB adalah penyakit
kutukan, sehingga masyarakat malu ketika nanti ditemukan penyakitnya, (2)
keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan, pemeriksaan dan
perawatan belum optimal, (3) jejaring penemuan kasus TB, baik internal kesehatan
maupun eksternal belum optimal, (4) dari 26 puskesmas di Kabupaten Semarang, masih
ada 2 (dua) puskesmas (Dadapayam dan Jetak) yang belum mempunyai tenaga analis
kesehatan, sedangkan kepastian diagnosa TB BTA + adalah dari hasil pemeriksaan dahak
di laboratorium.
Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mengatasi masalah diatas adalah
antara lain dengan : (1) melakukan penyuluhan kepada masyarakat bahwa penyakit TB
bukanlah penyakit kutukan dan bisa disembuhkan dengan pengbatan teratur dan
berkesinambungan, (2) melakukan pembinaan teknis kepada petugas kesehatan untuk
meningkatkan keterampilan, baik dalam hal penyuluhan, pemeriksaan maupun
perawatan pasien TB, (3) melakukan koordinasi untuk membentuk jejaring internal dan
mengusulkan kepada Kementerian Kesehatan untuk bisa mendapatkan bantuan
dukungan dari LSM sebagai mitra dalam pengendalian kasus TB, (4) mengusulkan untuk
mendapatkan tambahan tenaga analis kesehatan di puskesmas yang belum memiliki.
Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB sudah diatas target nasional
(85 %). Hal ini terkait adanya peningkatan kesadaran pasien penderita TB untuk periksa
dan menjalani pengobatan sampai dengan tuntas, karena bila pengobatan TB tidak
dilakukan secara tuntas dikuatirkan bahwa nantinya kuman akan kebal terhadap dosis
obat TB yang telah diberikan sehingga untuk memulai pengobatan kembali dibutuhkan
waktu yang lebih lama dengan dosis obat yang lebih besar, sehingga tentu saja dengan
14
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
efek samping obat yang keras. Petugas memberikan arahan kepada enderita TB bahwa
mereka harus disiplin dalam minum obat dan periksa agar tidak menularkan penyakitnya
kepada anggota keluarga yang lain juga masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
120
94.93 100 2010
100 89 87.5
83.71 80.67 2011
80 85
2012
60 2013
40 2014
20 2015
Target
0
Cure Rate TB BTA +
30
25,48 26,32 26,21 24,42 24,95
25 22,17
20 17,87 CDR BTA +
15,44
15 Linear (CDR
10 BTA +)
5
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
15
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
satu pasien butuh waktu ekitar 45 menit, sehngga sering mendapatkan keluhan dari
masyarakat akibat lamanya waktu pemeriksaan.
Untuk menangani kondisi diatas, petugas sudah sering melakukan
penyuluhan kepada masyarakat bahwa dalam pemeriksaan pneumonia masyarakat
harus lebih sabar karena pemeriksaannya harus dilakukan sesuai dengan standar. Selain
itu, petugas juga diberikan tambahan keterampilan melalui bimbingan teknis tentang
penemuan dan penanganan pneumonia.
35 32,9
30 27,5 27,6 2009
25 23,6 2010
20 2011
17,29
15,5 2012
15 13,56
2013
10 2014
5 2015
16
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
penemuan kasus ini juga berkat adanya dukungan dan kerjasama dengan LSM (PKBI)
dan Global Fund (GF).
Terhadap mereka yang sudah positif menderita HIV / AIDS juga tetap
dilakukan penyuluhan dan pendampingan agar mereka teratur minum obat seumur
hidup. Sedangkan bagi mereka dengan perilaku yang beresiko tertular HIV / AIDS juga
dilakukan penyuluhan agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
mau memeriksakan diri ke klinik VCT terdekat.
Syphilis merupakan salah satu jenis penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).
Pada tahun 2015, tidak ditemukan kasus Syphilis di Kabupaten Semarang. Namun hal ini
bukan berarti tidak ada kasus Syphilis di masyarakat, hal ini mungkin terjadi karena tidak
adanya pasien dengan keluhan yang datang berobat di fasilitas kesehatan.
600
400 HIV
AIDS
200 Total
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah penderita HIV / AIDS dalam 6 (enam) tahun terakhir dari tahun 2010 – 2015
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Jumlah Penderita HIV / AIDS di Kabupaten Semarang Tahun 2009-2015
TAHUN HIV AIDS
2010 30 3
2011 20 13
2012 15 16
2013 22 17
2014 63 19
2015 80 26
Sumber : Seksi P2PL
17
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
18
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupannya sehari-hari untuk dapat mengurangi
resiko penularan berbagai macam penyakit.
Angka kesembuhan penderita kusta yang mencapai 100 % menggambarkan
adanya peningkatan kesadaran penderita yang kooperatif untuk melakukan pengobatan
sampai tuntas.
Gambar 5. Jumlah Kasus AFP pada Anak Usia < 15 Tahun Tahun 2010-2015
6 6 6 6
5 5
2010
4 4 4
3,46 2011
3 2,6 2,68 2012
2,25 2013
2 1,781,77
2014
1 2015
0
Kasus AFP AFP Rate
19
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
8). Angka Kesakitan dan Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000
penduduk
Angka Kesakitan (Incidence Rate/IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) per
100.000 penduduk di Kabupaten Semarang pada tahun 2015 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. IR DBD tahun 2015 sebesar 50,6 per 100.000
penduduk dari 504 kasus ditemukan dan ditangani. Sedangkan IR DBD tahun 2014
sebesar 34,1 per 100.000 penduduk dari 337 kasus ditemukan dan ditangani.
Jumlah kasus DBD pada tahun 2015 mengalami peningkatan mengingat
bahwa pada tahu 2015 merupakan tahun siklus lima tahunan DBD yang disertai dengan
musim penghujan yang relatif panjang. Selain itu masih adanya pola pikir masyarakat
yang menganggap bahwa fogging merupakan cara untuk memberantas DBD sehingga
mengesampingkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang sebenarnya merupakan
cara yang paling efektif untuk memberantas DBD. Fogging hanya dilakukan pada
kondisi dimana terjadi ledakan jumlah nyamuk dewasa, namun tidak dapat mematikan
telur dan jentik nyamuk Aedes Agypti penyebab DBD.
20
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
2013; 30,1
2015; 50,6
60
2014; 34,1
2012; 11,6
50
40
2011; 11,5
30
20 Target; 20
10
0
Incident Rate DBD
21
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 15. Angka Kesakitan Malaria di Kabupaten Semarang Tahun 2010 -2015
TAHUN Angka Kesakitan Malaria (per 1.000 pddk)
2010 0,0054
2011 0,0043
2012 0,0032
2013 0,0041
2014 0,0010
2015 0,006022
Sumber : Seksi P2PL
22
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
23
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
b. Pemeriksaan obesitas
Data pemeriksaan obesitas tahun 2015 diperoleh dari 24 puskesmas yang
melaporkan ( puskesmas yang tidak melaporkan data obesitas adalah puskesmas
Jimbaran dan Ungaran ). Pemeriksaan obesitas dilaksanakan terhadap pengnjung
yang berusia diatas 15 tahun yang datang ke puskesmas dan jaringannya. Pada tahun
2015, terdapat 243.839 orang berusia lebih dari 15 tahun yang dilakukan pemeriksaan
obesitas, adapun hasilnya pada laki – laki sebanyak 6,43 % , sedangkan pada
perempuan sebanyak 8,21 %. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa obesitas
lebih banyak diderita oleh perempuan.
24
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
25
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN
1). Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja, yang
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat.
Bila pada tahun 2014 persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di
Kabupaten Semarang sebesar 98,2 %, maka persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1
pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 100 %. Cakupan ini sudah melampaui
target sebesar 95 %.
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan
distribusi waktu satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2 dan dua kali pada
trimester 3, yang digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap sesuai standar yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil serta
menggambarkan kemampuan manajemen serta kelangsungan program Kesehatan Ibu
dan Anak.
Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Semarang tahun
2015 sebesar 90,3 %, sedikit mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 sebesar 90 %.
Namun belum dapat mencapai target sebesar 94 %. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pemahaman tentang pentingnya pemantauan kesehatan ibu hamil pada trimester 3.
Pada kehamilan di trimester 3 biasanya keluhan mual dan lemas yang dialami oleh ibu
hamil sudah terlewati sehingga terkadang ibu hamil merasa tidak perlu lagi rutin
memeriksakan kehamilannya. Selain itu, penyebab masih kurangnya cakupan kunjungan
K-4 antara lain adalah tingginya mobilisasi ibu hamil di daerah industri. Sering kali terjadi
ibu hamil trimester 3 pulang kampung untuk melahirkan di daerah asalnya. Sistem
26
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil di desa juga masih perlu lebih
dioptimalkan.
Tabel 17. K1 & K4 Ibu Hamil di Kab. Semarang Tahun 2010 - 2015
TAHUN K1 K4 Target K4 SPM
2010 97,64% 90,70% 94 %
2011 95,90% 88,30%
2012 98,50% 89,10%
2013 99,09 % 90,70 %
2014 98,20 % 89,98 %
2015 100 % 90,3 %
Sumber : Seksi Kesga Gizi
27
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
3). Cakupan Pelayanan Nifas dan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu mulai 6
jam – 42 hari setelah melahirkan. Kunjungan nifas (KF) minimal dilakukan sebanyak 3
kali dengan ketentuan waktu kunjungan nifas pertama (KF-1) pada masa 6 jam – 3 hari
pasca persalinan, kunjungan nifas kedua (KF-2) dalam waktu 2 minggu (8-14 hari) setelah
persalinan dan kunjungan nifas ketiga (KF-3) dalam waktu 6 minggu (36-42 hari) setelah
persalinan.
Cakupan pelayanan nifas tahun 2015 sebesar 92,4 %, meningkat bila
dibandingkan cakupan pelayanan nifas tahun 2014 sebesar 85,15 %, namun masih kurang
dari target yang ditetapkan sebesar 96 %. Sedangkan cakupan pemberian Vitamin A
pada ibu nifas tahun 2015 sebesar 97,45 %, meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar
92,89 % dari target yang ditetapkan sebesar 96 %.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan capaian kunjungan nifas
antara lain dengan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan setelah melahirkan, walaupun belum dapat merubah stigma
bahwa setelah melahirkan ibu belum boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Selain itu
juga dilakukan pembinaan kepada bidan desa dalam rangka mengoptimalkan
pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil dan bidan desa bertanggung jawab
melakukan kunjungan rumah pada ibu nifas.
28
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
pemberian imunisasi TT pada WUS masih cukup rendah. Hal ini terjadi karena biasanya
WUS hanya datang ke faskes (puskesmas / bidan desa) untuk imunisasi TT pada calon
pengantin karena merupakan syarat wajib menikah pada pernikahan pertama.
Persentase cakupan imunisasi TT pada WUS di Kabupaten Semarang tahun
2015 juga menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Persentase cakupan TT-1 dan TT-2
adalah sebesar 2,7 % dan 2,4 %. Sedangkan persentase cakupan tahun 2014 adalah
sebesar 5,6 % dan 4,8 %.
Tabel 19. Pemberian Imunisasi TT Bumil di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
TAHUN TT1 TT2
2010 83,94% 79,6%
2011 79,3 % 75,9 %
2012 65,3% 63,6%
2013 42,29% 43,72%
2014 26,60% 31,80%
2015 15,7 % 19,9 %
Sumber : Seksi Kesga Gizi
29
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
30
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
KB aktif sejumlah 159.904 orang (83,2 %). Data cakupan peserta KB baru dan peserta KB
aktif ini diperoleh Badan KB dan PP Kabupaten Semarang.
Bila dibandingkan cakupan tahun 2014, cakupan tahun 2015 mengalami
penurunan pada persentase peserta KB baru, sedangkan pada peserta KB aktif tidak
menunjukan perubahan persentase. Peserta KB baru tahun 2014 sebanyak 25.513 orang
(12,6 %) dari 186.112 PUS. Sedangkan jumlah peserta KB aktif tahun 2014 sebanyak
154.788 orang (83,2 %).
31
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
2010 94,89% 95 %
2011 92,60%
2012 96,40%
2013 95,49%
2014 94,32%
2015 95,60%
32
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
pemberian ASI Eksklusif sering menemui berbagai kendala, diantaranya adalah karena
ibu bekerja sehingga tidak bisa memberikan ASI Eksklusif secara optimal, kurangnya
informasi, alasan kesibukan dan ASI yang tidak bisa keluar.
Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Semarang tahun 2015 sebesar 44,83 %,
mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yang sebesar 44,30 %. Pencapaian ini
terjadi karena sosialisasi yang berkesinambungan mengenai pemberian ASI Eksklusif,
baik melalui kegiatan sosialisasi motivator ASI maupun sosialisasi konselor menyusui.
Selain itu ada beberapa kegiatan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif seperti
kegiatan kelas ibu dan penyediaan sarana prasarana seperti ruang menyusui yang
disediakan di beberapa kantor maupun perusahaan, peningkatan penyebaran informasi
tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dukungan regulasi berupa Perda Inisiasi
Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Nomor 5 Tahun 2014, serta adanya pemantauan dan
pembinaan ke tempat penyelenggaraan kerja tentang Upaya Kesehatan Kerja / UKK.
Tabel 24. Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
Tahun Pemberian ASI Eksklusif
2010 27,61%
2011 34,40 %
2012 36,41 %
2013 36,29%
2014 44,30%
2015 44,80 %
Sumber : Seksi Kesga Gizi
33
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
34
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 27. Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Semarang tahun 2014 - 2015
2015
Antigen Realisasi 2014
Target Realisasi
BCG 103,46 % 98,10 % 101,88 %
DPT-Hb-Hib 3 105,40 % 97,90 % 102,97 %
Polio 4 102,15 % 97,60 % 102,87 %
Campak 104,79 % ≥ 98 % 102,40 %
Sumber : Seksi P3KLB
35
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
36
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 28. Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
2010 93
2011 112
2012 98
2013 85
2014 64
2015 60
Sumber : Seksi Kesga Gizi
37
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Cakupan ini sedikit menurun dibandingkan cakupan tahun 2014 yang dapat mencapai
100 %.
21). Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat di
Kabupaten Semarang khususnya untuk pelayanan tumpatan / pencabutan pada tahun
2015 mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 rasio
tumpatan / pencabutan sebesar 2,1 sedangkan pada tahun 2015 sebesar 2,0.
Kegiatan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) secara keseluruhan sudah
berjalan dengan baik,namun masih ada beberapa puskesmas yang capaian pelayanan
gigi dan mulut kepada anak SD/MI belum dapat mencapai 100 %, yaitu Puskesmas
Susukan, Banyubiru, Amarawa, Duren, Bawen, Bringin, Bergas, Pringapus, Ungaran,
Lerep dan Leyangan. Pada tahun 2015, dari 97.818 siswa, baru 65.351 siswa (66,8%) yang
diperiksa. Dari jumlah itu, 24.622 siswa perlu mendapatkan perawatan dan 74,1 % (18.256
siswa) mendapat perawatan, yang bila dibandingkan tahun lalu mengalami kenaikan dari
71,3 % menjadi 74,1 %.
Tabel 29. Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
38
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
23). Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan
Kesehatan (RS) di Kabupaten / Kota
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat
diakses masyarakat meliputi Rumah Sakit Umum baik milik pemerintah maupun swasta,
Puskesmas dan Balai Pengobatan. Kemampuan GADAR menurut Definisi Operasional
Standar Pelayanan Minimal adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi
puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan resusitas jantung paru otak (Cardio-
Pulmonary-Cerebral-Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan
atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life
Support) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS).
39
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
2). Cakupan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Gangguan Jiwa di Sarana
Pelayanan Kesehatan
Cakupan kunjungan rawat jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
(Puskesmas) dan Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit) di Kabupaten Semarang
mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar 50,78 % menjadi 49,70 % di tahun 2015, hal
ini disebabkan oleh :
40
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Pasien yang berobat ke puskesmas adalah peserta BPJS yang terdaftar sebagai
peserta di puskesmas tersebut, sedangkan peserta BPJS yang terdaftar di Klinik
Pratama atau Dokter Keluarga sudah berobat sesuai dengan fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang dipilihnya.
Promosi kesehatan yang mengutamakan paradigma sehat sudah berjalan
dengan baik.
Tabel 31. Cakupan Rawat Jalan Puskesmas se Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
41
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 32. Cakupan Rawat Inap Puskesmas se Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2015
TAHUN Cakupan Rawat Inap Target SPM
2010 3,45% (Pusk & RS) 1,5 %
2011 3,28 % (Pusk & RS)
2012 3,6 % (Pusk & RS)
2013 3,29 % (Pusk & RS)
2014 4,2 % (Pusk & RS)
2015 4,7 % (Pusk & RS)
Sumber : Seksi Yankes
42
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Turn Over Interval/TOI adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berkutnya. Untuk tahun 2015, TOI rumah sakit di Kabupaten
Semarang adalah 1,69 hari, yang berarti bahwa tempat tidur rumah sakit tidak sampai 2
(dua) hari sudah terisi kembali setelah pemakaian terakhir.
Average Length Of Stay/ALOS adalah rata-rata lama rawat (dalam satuan hari)
seorang pasien. ALOS rumah sakit di Kabupaten Semarang tahun 2015 sebesar 4,23 hari.
Hal ini dapat diartikan bahwa pasien rata-rata dirawat selama 4 – 5 hari di rumah sakit.
Dari penjelasan diatas secara keseluruhan kinerja pelayanan rumah sakit di Kabupaten
Semarang sudah cukup baik.
D. KEADAAN LINGKUNGAN
1). Persentase Rumah Sehat
Persentase rumah sehat di Kabupaten Semarang tahun 2015 sebesar 83,90 %.
Persentase ini masih jauh dibawah target rumah sehat yaitu 95 %. Namun meningkat bila
dibandingkan persentase rumah sehat tahun 2014 yang sebesar 77,70 %. Belum dapat
tercapainya target disebabkan oleh masih adanya rumah yang belum memiliki jamban,
sarana air bersih dan kebersihan lingkungan pekarangan yang kurang terjaga. Kondisi ini
43
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
sangat erat dengan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memiliki sarana
sanitasi dan karena faktor ekonomi. Penyuluhan tentang sanitasi kepada masyarakat
adalah sebuah kebutuhan yang harus dilaksanakan secara terencana, teratur dan
berkesinambungan.
Tabel 33. Rumah Sehat yang diperiksa di Kab. Semarang Tahun 2010 - 2015
2010 75,03% 95 %
2011 79 %
2012 76,2 %
2013 77,53 %
2014 77,70 %
2015 83,90 %
Sumber : Seksi P2PL
2). Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak
Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang layak di Kabupaten
Semarang pada tahun 2015 masih kurang dari target. Persentase tahun 2015 sebesar
87,03 %, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 92 %, yang artinya baru 87,03 % dari
jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun 2015 yang memiliki akses air minum yang
layak dari yang ditargetkan sebesar 92 %.
Dari 87,03 % penduduk yang memiliki akses air minum yang layak, sebagian
besarnya masih menggunakan sumur gali terlindung, seperti terlihat pada tabel berikut.
44
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Tabel 34. Akses Air Bersih di Kabupaten Semarang Tahun 2010 -2015
TAHUN Ledeng Sumur Sumur Penampung Kemasan Mata Sumber
Pompa Gali an Air Hujan Air Lainnya
Tangan (SG)
(SPT)
2010 41,37% 0% 37,99% 0% 0% ? 8,65%
2011 44,2 % 0,6 % 29,2 % 0,05 % 0,02 % 0,3 % 25,7 %
2012 36,5 % 0,02 % 30,3 % 0,2 % 1,9 % 17,3 % 1,7 %
2013 35,40 % 0,01 % 33,18 % 0% 1,23 % 15,36 % 3,61 %
2014 37,17 % 1,72 % 29,95 % 0,001 % ? 12,81 % 2,8 %
2015 36,84 % 9,98 % 20,42 % 0,001 % ? 14,47 % 5,32 %
Sumber : Seksi P2PL
45
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
7). Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat, Dibina dan Diuji
Petik
Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan / TPM di Kabupaten Semarang pada
tahun 2015 meningkat menjadi 2.551 TPM dibandingkan tahun 2014 sejumlah 2.334 TPM.
Namun, pertambahan jumlah ini tidak diikuti dengan peningkatan kualitas dalam
pengelolaan makanan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi. Dari 2.551 TPM, baru
46
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
2.077 TPM (81,42 %) yang memenuhi syarat hygiene sanitasi dalam pengelolaan
makanan. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurangnya konsistensi dari pengelola makanan
untuk menjaga kebersihan dan kualitas, baik bahan makanan, hasil olahan maupun
tempat kerjanya.
Dalam rangka peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
menjaga hygiene sanitasi maka telah diadakan kegiatan kursus penjamah makanan
untuk menjamin kualitas makanan yang dikelola, sehingga dapat terhindar dari kejadian
keracunan makanan sebagai akibat dari buruknya kondisi sanitasi. Kerja sama
lintas program dan lintas sektor mutlak diperlukan untuk menunjang keberhasilan
kegiatan ini.
Kegiatan selanjutnya, diadakan pembinaan terhadap 474 TPM yang belum
memenuhi syarat hygiene sanitasi. Karena keterbatasan tenaga, pada tahun 2015 ini
baru 392 TPM yang dibina sebagai tindak lanjut
Bagi TPM yang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi (2.077 TPM) kemudian
dilakukan uji petik. Pada tahun 2015 baru 90 TPM yang diuji petik.
47
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1). Data Dasar Puskesmas
Puskesmas di Kabupaten Semarang berjumlah 26 Puskesmas yang terdiri dari
12 Puskesmas Rawat Inap dan 14 Puskesmas Rawat Jalan. Puskemas dalam pelaksanaan
tugasnya di bantu dengan adanya Puskesmas pembantu dan Polindes/PKD, dimana
jumlah di Kabupaten Semarang sebagai berikut :
48
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
49
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
pembagian kriteria, yaitu sebagai berikut. Desa Siaga Aktif Pratama (155 desa), Desa
Siaga Aktif Madya (55 desa), Desa Siaga Aktif Purnama (22 desa) dan Desa Siaga Aktif
Mandiri (3 desa).
B. TENAGA KESEHATAN
1). Sumber Daya Manusia Kesehatan
Jenis ketenagaan di bidang kesehatan dibagi menjadi : tenaga medis meliputi
dokter, dokter gigi, dr/drg spesialis ; tenaga perawat & bidan ; tenaga kefarmasian
meliputi apoteker, asisten apoteker; tenaga gizi ; tenaga teknis medis meliputi analis
laboratorium, TEM dan rontgen, anestesi dan fisioterapis; tenaga sanitasi, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga administrasi umum, baik yang pegawai negeri maupun
honorer.
Sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2011, jumlah standar dokter umum di
puskesmas rawat jalan sebanyak 1 orang dan dokter gigi juga 1 orang. Untuk puskesmas
rawat inap standarnya terdapat 2 orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi.
Standar kebutuhan minimal bidan di puskesmas sebanyak 4 orang dan untuk
bidan desa jumlahnya disesuaikan dengan jumlah desa di wilayah kerja puskesmas
masing-masing.
Secara keseluruhan kebutuhan tenaga kesehatan di Kabupaten Semarang
pada tahun 2015 masih belum tercukupi. Selain kekurangan tenaga dokter, jumlah
tenaga yang belum dapat tercukupi adalah tenaga kesmas dan tenaga sanitasi, padahal
keberadaan tenaga kesehatan ini sangat mendukung upaya pemerintah untuk
meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat, baik melalui upaya kuratif maupun
promotif preventif.
50
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk dari tahun 2010 sampai dengan 2015
tampak seperti tabel di bawah ini :
Tabel 37. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk dari tahun 2010-2015
NO Jenis Tenaga Rasio Rasio 2011 Rasio 2012 Rasio 2013 Rasio 2014 Rasio 2015
Kesehatan 2010 per per per per per
per 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
100.000 penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk
penduduk
1 Dokter Spesialis 4.67 6,2 9,0 10,98 12,03 11,74
2 Dokter 13.47 13,6 12,7 12,40 11,12 10,94
3 Apoteker 1.2 0,96 1,59 2,44 1,21 2,3
4 Ahli Gizi 4.56 4,05 4,34 4,98 5,46 4,01
5 Perawat 50.19 67,32 62,06 62,02 68,02 67,65
6 Bidan 38.46 39,73 39,61 37,31 78,81 81,24
7 Ahli Kesehatan 7.17 2,3 2,3 2,5 1,01 0,50
Masyarakat
8 Ahli Sanitasi 2.61 2,7 2,0 1,9 1,92 0,40
9 Tenaga Teknisi 8.91 10,1 10,1 9,5 16,88 16,86
Medis
51
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
500
450
400
2011
350
300 2012
250 2013
200
2014
150
100 2015
50
0
Dokter
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Perawat
Rekam
Apoteker
Apoteker
Sanitarian
Analis Lab
Gizi
Radiografer
Fisioterapis
Medik
Gigi
Ass.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
1). Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten
Total anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan dan 2 (dua) rumah sakit
pemerintah baik yang bersumber dari APBD, APBD Provinsi, APBN (Dekonsentrasi, DAK
dan BOK), BPJS dan sumber pemerintah lainnya tahun 2015 sebesar Rp 348.138.313.234,-
(belanja langsung dan belanja tidak langsung).
Anggaran Belanja Kabupaten Semarang tahun 2015 sebesar
Rp 1.858.260.903.000,- . Persentase Anggaran Belanja Kesehatan terhadap APBD
Kabupaten sebesar 10,27 %, persentase ini menurun bila dibandingkan dengan tahun
2014 yang sebesar 11,97 %.
52
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
pada tahun 2014 ini mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2014 yang sebesar
Rp 215.821,98,-. Dengan meningkatnya anggaran kesehatan per kapita ini diharapkan
kualitas kesehatan penduduk Kabupaten Semarang juga dapat meningkat, sehingga
nantinya dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya.
53
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015
BAB VI
KESIMPULAN
Pencapaian hasil yang optimal tentunya perlu diwujudkan melalui kerjasama yang
baik, di lintas program maupun lintas sektor. Data yang akurat mutlak diperlukan untuk
menilai keberhasilan suatu kegiatan dan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan
kegiatan di masa yang akan datang. Untuk itu dipandang perlu adanya komitmen untuk
mendapatkan pemenuhan data satu pintu yang akurat dan dapat digunakan tepat waktu.
Semoga Profil kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2015 ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan data tentang capaian indikator kesehatan di Kabupaten
Semarang baik sektor pemerintahan, swasta maupun perorangan.
54