Anda di halaman 1dari 114

RENCANA PEMBANGUNAN

PITA LEBAR INDONESIA


(Draft Desember 2013)
© Pemerintah Republik Indonesia, 2014

disusun oleh:
Sub Tim Kerja ICT, Tim Kerja Konektivitas
Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI)

Sekretariat Indonesia Broadband Plan:


Direktorat Energi, Telekomunikasi, dan Informatika
Kementerian PPN/BAPPENAS
Lantai 4, Jl. Taman Suropati No.2, Menteng, Jakarta 10310
Telp : (021) 314 9664
Fax : (021) 391 2422
Email : broadband.plan@bappenas.go.id
mtayyiba@bappenas.go.id

2
DAFTAR ISI

BAGIAN PERTAMA: DOKUMEN KEBIJAKAN


I Broadband dan Pembangunan ... 7
1. Peran Broadband dalam Pembangunan ... 8
2. Relevansi Broadband dalam Pembangunan Nasional ... 11
3. Broadband Indonesia Saat Ini ... 18

II Konsep Pembangunan Broadband Indonesia ... 35


4. Latar Belakang ... 36
5. Proses Penyusunan ... 37
6. Kerangka Disain Indonesia Broadband Plan ... 43
7. Tahapan Pengembangan ... 46
3
8. Target Pembangunan ... 47
9. Kebijakan Utama ... 53
10. Strategi Utama ... 54
11. Upaya Akselerasi ... 63

BAGIAN KEDUA: RENCANA IMPLEMENTASI


III Program Flagships ... 73

12. Palapa Ring ... 75


13. Shared Duct ... 81
14. Rural Terrestrial Broadband Piloting ... 83
15. Jaringan dan Pusat Data Pemerintah ... 84
16. Reformasi USO ... 86
4
17. Program Literasi Digital Nasional ... 89

IV Indikasi Rencana Implementasi Sektor Prioritas ... 93


18. e-Government ... 97
19. e-Pendidikan ... 99
20. e-Kesehatan ... 101
21. e-Logistik ... 103
22. e-Pengadaan ... 105

V Penutup ... 109


Daftar Singkatan ... 112
Daftar Istilah ... 113
5
INDONESIA BROADBAND PLAN
Connect • Innovate • Transform

BAGIAN PERTAMA
DOKUMEN KEBIJAKAN
6
I. BROADBAND DAN PEMBANGUNAN

7
1. PERAN BROADBAND DALAM
PEMBANGUNAN
UN Conference on Sustainable Development (Rio+20), Juni 2012
“We recognize that information and communication technology (ICT) is facilitating the flow of
information between governments and the public. In this regard, it is essential to work toward
improved access to ICT, especially broadband network and services, and bridge the digital divide,
recognizing the contribution of international cooperation in this regard.”

Peranan Broadband dalam Pembangunan


Global:
 Penambahan 10% penetrasi broadband memicu pertumbuhan ekonomi sebesar
1,38% di negara berkembang dan 1,12% di negara maju (sumber: the World Bank)
 Penambahan 10% akses broadband dalam setahun berkorelasi dengan peningkatan
1,5% produktivitas tenaga kerja dalam lima tahun (sumber: Booz & Company)
Indonesia:
 Peningkatan 1% penetrasi broadband rumah tangga mengurangi pertumbuhan
pengangguran 8,6% poin (sumber: Katz et al)
 Pengembangan mobile broadband di pita 700 MHz diperkirakan akan meningkatkan
produktivitas sebesar 0,4% di industri jasa dan 0,2% di manufakturing dengan total
penambahan lapangan kerja sebanyak 327.000 (sumber: GSMA, Boston Consulting)

8
Peranan Broadband dalam Pembangunan (lanjutan)
 Keterlibatan masyarakat dalam ekonomi global semakin bergantung kepada
kemampuan penggunaan teknologi dalam dunia digital (sumber: Broadband
Commission)
 Kualitas pendidikan dan ketersediaan akses internet di Indonesia mempunyai
korelasi sebesar 0,71 (sumber: Pustekkom, Kemendikbud)

Saat ini terdapat kesenjangan antara pengguna internet laki-laki dan perempuan.
Penambahan 600 juta perempuan online akan meningkatkan Produk Domestik
Bruto (PDB) global sebesar US$ 12-18 miliar (sumber: Broadband Commission)
Penggunaan broadband dapat mengurangi emisi lingkungan (Green House Gas/GHG
emission) hingga 25%. Teknologi mobile mengurangi GHG hingga 2% pada tahun
2020. Konsumsi energi e-commerce lebih hemat 30% dibandingkan retail
tradisional. Teleconferencing dan telecomputing dapat menggantikan keperluan
transportasi. ICT berpotensi menghemat emisi CO2 hingga 7,8 Gigatons pada tahun
2020. Penggunaan koran online berpotensi menghemat 57,4 juta ton emisi CO2
dalam sepuluh tahun ke depan (sumber: Broadband Commission)

Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


di bawah Program Global Pulse yang melibatkan riset dari Pemerintah, PBB, dan
dunia usaha memanfaatkan big data dan metode analisa waktu sesaat (real-time)
untuk pengawasan pembangunan sosial dan penyusunan program pembangunan

9
 ICT, khususnya broadband, semakin berperan penting dalam pembangunan. Broadband
harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pembangunan nasional.
 Untuk mendorong pemanfaatan broadband, dunia internasional menetapkan berbagai
target sebagai berikut.
Target tahun 2015:
 Semua negara harus sudah memiliki Target untuk ICT antara lain:
rencana pembangunan broadband  Pembangunan ASEAN Broadband
atau strategi untuk memasukkan Corridor pada 2014;
broadband sebagai bagian dari
 Percepatan penggelaran internet
universal access;
broadband ke sekolah pada 2015;
 40% rumah tangga terjangkau
 Reformasi kebijakan kewajiban
layanan broadband ;
pelayanan universal (universal
 Harga layanan broadband harus service obligation) untuk
terjangkau (affordable) yaitu kurang mengakomodasi pembangunan
dari 5% pendapatan bulanan; broadband pada 2015.
 Pengguna internet di negara
berkembang mencapai 50%.
ASEAN Masterplan
Broadband Commission
on Connectivity
10
2. RELEVANSI BROADBAND DALAM
PEMBANGUNAN NASIONAL
MP3EI :
Arah Pembangunan
Transformasi Visi Daya Saing Bangsa
Nasional
2025
Daya saing Indonesia meningkat RPJMN 2015-2019
MP3EI bertujuan untuk dalam delapan tahun terakhir difokuskan kepada
mentransformasikan yaitu dari peringkat ke-57 pembangunan kompetitif
Indonesia ke peringkat (2006/07) menjadi ke-38 perekonomian yang
(2013/14) (sumber: World berbasis sumber daya alam
ke-12 dunia tahun 2025
Economic Forum). yang tersedia, sumber daya
dengan PDB sebesar
Sebagai negara dalam kelompok
US$ 4,0-4,5 triliun. manusia yang berkualitas,
yang digerakkan oleh efisiensi
Transformasi tersebut serta kemampuan ilmu
(efficiency-driven), ICT Indonesia
tidak dapat dilakukan pengetahuan dan
belum secara optimal
tanpa dukungan ICT berkontribusi kepada peningkatan teknologi.
khususnya broadband. daya saing bangsa. Pengguna Penggunaan broadband di
internet dan fixed broadband tiga platform ini akan
termasuk yang terendah. meningkatkan
Untuk itu, akselerasi kedayagunaan dan
pembangunan broadband sangat ketepatgunaan proses dan
diperlukan. hasil pembangunan.
11
Agenda Konektivitas MP3EI

Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah:


1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan pertumbuhan
berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter-modal supply chains systems.
2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).
3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan) melalui
peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam
rangka pemerataan pembangunan.
12
AGENDA ICT DALAM MENDUKUNG KONEKTIVITAS
STRATEGI
NASIONAL DI MP3EI
Mendukung Konektivitas
Pembangunan Ekonomi (dalam/antar
1. Mempercepat penyelesaian pembangunan jaringan
infrastruktur baru pulau/KE, internasional)
backbone serat optik Palapa Ring wilayah timur Indonesia
(Asset Creation)
Mendukung pembangunan
2. Pengaturan pemanfaatan ICT Fund infrastruktur ICT
Optimalisasi Mendukung Konektivitas
3. Mengintegrasikan sistem komunikasi dan informasi
(Value Creation) Pemerintah (antar
instansi pemerintah
instansi pemerintah)

13
Pengem-
bangan
Wilayah
LOCALLY INTEGRATED, GLOBALLY CONNECTED:
STRATEGI ICT
Dalam Pulau/Koridor Ekonomi
 Pembangunan jaringan ekstension backbone hingga ke pusat Sistem
pertumbuhan dan pusat kegiatan utama Konektivitas Transpor-
 Pemerataan akses infrastruktur TIK hingga ke pusat ICT Nasional tasi
pertumbuhan dan pusat kegiatan utama beserta penguatan Nasional
jaringan backhaul
 Pengembangan jaringan broadband terutama fixed
broadband
 Pengalokasian spektrum frekuensi radio yang memadai
 Implementasi infrastructure sharing termasuk untuk Sistem
infrastruktur pasif dengan operator non telekomunikasi Logistik
 Penggunaan green technology equipment untuk mendukung Nasional
penyediaan listrik di wilayah non komersial
 Pembangunan Nusantara Internet Exchange di pusat-pusat
Internasional
pertumbuhan
 Membuka link/international gateway baru untuk
Antar Pulau/Koridor Ekonomi layanan telekomunikasi ke luar negeri sebagai
 Pengintegrasian multi moda backbone (serat optik, satelit, alternatif link yang ada
microwave)  Pembangunan international internet exchange di pusat
 Penguatan infrastruktur backbone serat optik pertumbuhan
 Penerapan TIK untuk memfasilitasi perdagangan dan
pengembangan sistem inaportnet pada pelabuhan regional Sumber: MP3EI, 2011
14
Daya Saing Nasional
12 Pilar Daya Saing
Tahap 1: Tahap 2: Tahap 3:
Factor-Driven Economies Efficiency-Driven Economies Innovation-Driven Economies

 Institutions  Higher Education and Training


 Goods Market Efficiency
 Infrastructure
 Labor Market Efficiency  Business Sophistication
 Macroeconomic Environment
 Financial Market Development  Innovation
 Health and Primary  Technological Readiness
Education  Market Size

Peringkat
Negara Tahapan Pengembangan
2010-2011 2011-2012 2012-2013
Singapura 3/139 2/142 2/144 Tahap 3
Malaysia 26 21 25 Transisi Tahap 2 ke 3
Brunei 28 28 28 Transisi Tahap 1 ke 2
Thailand 38 39 38 Tahap 2
Indonesia 44 46 50 Tahap 2
Philipina 85 75 65 Transisi Tahap 1 ke 2
Vietnam 59 65 75 Tahap 1
Kamboja 109 97 85 Tahap 1
15 Sumber: World Economic Forum, 2012
Mobile BB Fixed BB
Kamboja #85
Mobile Subs Fixed Line
Philipina #65
Indonesia #50
Brunei #28
Thailand
#38
Malaysia #25
Vietnam #75
Singapura
#2
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Sumber: The Global Competitiveness Report 2012-2013, World Economic Forum

 Infrastruktur ICT belum berkontribusi secara optimal terhadap peningkatan daya saing nasional.
Walaupun Indonesia berada pada posisi ke-50 dan termasuk dalam kelompok efficiency-driven
dengan kompetensi kompetisi yang lebih maju, subindeks terkait ICT justru tergolong rendah.
 Dengan densitas fixed line dan seluler masing-masing mencapai 15,9% dan 97,7%, serta densitas
fixed dan mobile broadband masing-masing mencapai 1,1% dan 22,2%, di tingkat ASEAN fixed line
dan mobile broadband Indonesia termasuk tiga teratas, sedangkan fixed broadband dan seluler
berada pada tiga terbawah.
 Di tingkat global, ICT Indonesia berada pada kelompok peringkat 78-99 dari 144 negara, kecuali
mobile broadband yang berada pada peringkat ke 43.
16
Arah Pembangunan Nasional

RPJMN-1 RPJMN-2
(2004-2009) (2010-2014) RPJMN-3 RPJMN-4
(2015-2019) (2020-2025)

Memantapkan Mewujudkan
Memantapkan pembangunan masyarakat
Menata kembali secara Indonesia yang
penataan
NKRI, menyeluruh mandiri, maju, adil
kembali NKRI,
membangun dengan dan makmur
meningkatkan
Indonesia yang menekankan melalui
kualitas SDM,
aman dan damai, pembangunan percepatan
membangun pembangunan di
yang adil dan keunggulan
kemampuan segala bidang
demokratis, kompetitif
iptek, perekonomian dengan struktur
dengan tingkat
memperkuat yang berbasis SDA perekonomian
kesejahteraan
daya saing yang tersedia, yang kokoh
yang lebih baik
perekonomian SDM yang berlandaskan
berkualitas, serta keunggulan
kemampuan iptek kompetitif

17
3. BROADBAND INDONESIA SAAT INI
Beberapa milestone regulasi telekomunikasi
UU No. 36 Tahun 1999 Restrukturisasi industri 2009-2012:
Restrukturisasi regulator
tentang Telekomunikasi: dalam penyelenggaraan Teledensitas
ICT (Kem. Komunikasi dan
menghapuskan bentuk jaringan tetap melalui meningkat
Informatika) dilakukan
monopoli; memisahkan terminasi dini hak signifikan karena
fungsi operasi dari peran eksklusivitas PT Telkom
untuk mengantisipasi
ketatnya kompetisi
pemerintah; dan PT Indosat dan konvergensi. Regulasi IPTV
di nirkabel. Hal ini
menghilangkan joint & dimulainya kompetisi merupakan pengaturan
didukung oleh
cross ownership terbatas (duopoli) pertama layanan konvergen
kebijakan penataan
Restrukturisasi Sektor Kompetisi Terbatas spektrum yang
(Menghapus Monopoli)
Konvergensi dimulai sejak 2006.
(Duopoli)

1999 2002 2009 2010 2012


4,1% 9,0% 86,1% 109,4% 134,6%
Pembangunan di awal
Kenaikan teledensitas
liberalisasi masih selama periode 1999-2002
bertumpu kepada PSTN Pemerataan Akses (USO) Broadband
disebabkan bertambahnya
(kabel) pengguna layanan seluler. Penyediaan jasa akses Roll out jaringan broadband
Pada tahun 2002 jumlah telekomunikasi dan internet sudah dimulai sebelum tahun
pengguna seluler lebih di wilayah non komersial 2010 oleh PT Telkom.
banyak dari PSTN dimulai melalui Program Kepastian dukungan
Universal Service Obligation pendanaan dari Pemerintah
(USO) yang dananya sudah melalui Dana USO diberikan
Keterangan: Tingkat penetrasi total akses dikumpulkan sejak 2006 pada tahun 2012

18
Kelemahan dan Kekuatan

pertumbuhan kontribusi
1,1% terhadap populasi (fixed) Di tingkat global, sektor ICT terhadap PDB
dan 22,2% (wireless) (Sumber: broadband nasional secara konsisten double digit
World Economic Forum, 2012)
masih tertinggal populasi ke-4 terbesar dunia,
pertumbuhan ekonomi yang
Baru 69,6% kab/kota terjangkau relatif stabil, masyarakat
jaringan backbone serat optik, pengguna ICT terbesar dunia:
belum menjangkau Maluku dan facebook (#4), twitter (#5)
Papua (Sumber: PT Telkom, bonus demografi dengan
2012) proporsi penduduk muda (usia
10-24 tahun sebagai teknologi
adaptor) lebih dari 20% dari
Sekitar 7,4% PDB/kapita, total penduduk
sedangkan di negara maju
konektivitas bagi negara
kurang dari 3% (Sumber:
kepulauan terkadang sulit
Kominfo 2012, Intel Corp 2011)
diwujudkan melalui
pembangunan infrastruktur
fisik, tetapi dimungkinkan
melalui infrastruktur

- +
komunikasi (virtual)

19
Permasalahan
Keterbatasan infrastruktur broadband dan Pemanfaatan broadband yang belum
mahalnya layanan berkualitas
Permasalahan: Permasalahan:
 Terlalu bergantungnya pembangunan  Belum mengakarnya e-leadership di tingkat
infrastruktur broadband kepada pasar nasional. Pengalaman internasional
padahal dukungan pendanaan Pemerintah menunjukkan bahwa pengembangan ICT di
sangat diperlukan untuk mempercepat roll out tahap awal memerlukan pendekatan top down
terutama di wilayah non komersial dari pimpinan tertinggi negara
 Tingginya regulatory cost yang disebabkan  Masih kurang efektifnya koordinasi dan sinergi
oleh tidak harmonisnya regulasi pusat/daerah, multi sektor untuk menjamin harmonisasi
tingginya retribusi daerah, lamanya proses kebijakan/program dan penggunaan sumber
perijinan terutama di daerah, dan tidak adanya daya dan pendanaan secara efisien
kepastian hukum yang melindungi investasi  Belum optimalnya pengembangan industri,
jangka panjang aplikasi, dan konten ICT dalam negeri
 Belum efektifnya pengelolaan spektrum  Kurangnya dukungan untuk pengembangan
frekuensi sebagai moda akses utama inovasi dan insentif untuk menjaga tidak
broadband sehingga terjadi krisis spektrum larinya SDM ICT berkualitas ke luar negeri
 Belum optimalnya dukungan infrastruktur lain (brain drain)
seperti ketersediaan listrik sehingga investasi
penyelenggara telekomunikasi menjadi lebih
besar

20
Peta Kesiapan ICT (e-Readiness)
INDEKS KOMPOSIT ICT PURA KOMPONEN INDEKS KOMPOSIT ICT PURA
5.00

4.50
PAPUA - MALUKU
4.00

3.50
2.90
3.00
SULAWESI
2.50 2.22 2.30
2.18
2.07
1.92
2.00

1.50 KALIMANTAN
1.00

0.50

0.00 BALI - NUSATENGGARA


A

U
A

I
RA

ES
ER

UK
TA
GA

AW
JA
AT

AN

AL
G

L
M

-M
LIM
EN

SU
SU

AT

A
KA

PU
US

PA
-N

JAWA
LI
BA

Readiness
5.00 SUMATERA
4.00
3.00
2.00
1.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Impact 0.00 Capability
BALI -
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI PAPUA - MALUKU
NUSATENGGARA
Impact 2.67 3.16 2.43 2.74 2.56 2.38
Usability 1.82 2.56 1.85 1.88 1.64 1.52
Usability
Capability 2.45 3.16 2.48 2.58 2.40 2.25

25% 40% 20% 15% Readiness 2.20 2.99 2.21 2.28 1.98 1.81
Readiness Capability Usability Impact INDEX
2.26 2.56 1.89 2.69 2.37 Sumber: ICT Pura, Kemkominfo dan Detiknas, 2012
21
 Indeks agregat ICT Pura baru mencapai 2,37 dari skala 5,0.
 Dimensi Usability yang menggambarkan peranan Pemerintah dalam mengelola ICT di
daerahnya merupakan indeks dengan nilai terendah (1,89).
 Dimensi Readiness yang terkait dengan ketersediaan infrastruktur mempunyai indeks
terendah kedua (2,26).
 Dimensi Capability yang terkait dengan kemampuan komunitas dalam menggunakan ICT
memiliki indeks tertinggi kedua (2,56).
 Dimensi Impact yang terkait dengan manfaat ICT yang dirasakan oleh masyarakat
memiliki indeks tertinggi (2,69).
 Dari rincian hasil pemetaan per Koridor Ekonomi (KE) MP3EI, Jawa dan
Kalimantan masing-masing merupakan KE dengan indeks tertinggi pertama dan
kedua. KE Papua Maluku perlu mendapat dukungan dan perhatian yang lebih besar
agar dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan ICT.
Keterangan:
ICT Pura merupakan pemetaan kondisi dan kesiapan ICT di 165 kab/kota Indonesia pada tahun 2011 yang dilakukan
oleh Kementerian Kominfo dan Dewan TIK Nasional. Dimensi yang dipetakan adalah ICT Use (Intensity), ICT Readiness
(Infrastructure), ICT Capability (Skills), dan ICT Impact (Outcomes). Penilaian diberikan dalam skala 0 – 5.

22
Infrastruktur Jaringan Backbone

Jumlah Jumlah Kabupaten/Kota


Koridor Ekonomi Jumlah Provinsi %
Kabupaten/Kota Dijangkau Serat Optik (2012)
Sumatera 10 151 109 72,2
Jawa 6 118 117 99,2
Kalimantan 4 55 39 70,9
Sulawesi 7 82 53 64,6
Bali – Nusa Tenggara 3 40 28 70,0
Maluku - Papua 3 51 0 0,0
Total 33 497 346 69,6
Sumber: Kementerian Kominfo, PT Telkom, 2013
23
Infrastruktur Akses
Layanan Unit 2004 2009 2010 2014*
Telephone
Fixed Line Unit 8.703.218 8.423.973 8.429.180 8.429.180
Mobile Line Unit 32.009.688 190.062.615 200.636.587 222.853.663
Total Line Unit 40.712.906 198.486.588 209.065.767 307.145.463
Teledensitas /100 orang 18,82 86,06 89,79 > 100

Internet
Pelanggan Orang 1.087.428 2.000.000 2.700.000 7.000.000
Pengguna Orang 11.226.143 30.000.000 45.000.000 130.000.000
Broadband
Pelanggan Orang 84.900 4.520.000 7.290.000 17.000.000
Sumber: Mastel, ICT Outlook 2012
* perkiraan

24
 Akses broadband Indonesia
sebagian besar berbentuk
nirkabel sehingga sangat
bergantung kepada spektrum
frekuensi.
 Dengan tingginya pertumbuhan
komunikasi data dan
menurunnya komunikasi suara,
kebutuhan akan spektrum
semakin meningkat sedangkan
pertumbuhan pendapatan
operator seluler mengalami
penurunan.

Sumber: AT Kearney & GSMA, 2011

 Saat ini Indonesia sudah mengalami krisis


spektrum. Krisis mencapai 16 MHz pada tahun
2013 dan diperkirakan mencapai 157 MHz pada
tahun 2016.

Sumber: Denny Setiawan, 2013


25
Sumber: ITU, 2012

 Indikasi perbandingan wilayah regional dan internasional menunjukkan terdapat perbedaan


kecepatan akses.
 Kualitas broadband Indonesia yang berdasar kepada kecepatan unduh (download) berada pada
peringkat rendah bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti India, Malaysia,
Vietnam, dan hanya lebih tinggi dari Laos dan Philipina.
26
Harga Bandwidth

Kisaran harga layanan penyediaan internet per bulan (dalam juta Rupiah)

KE KE KE Bali KE Maluku
Teknologi KE Jawa KE Sulawesi
Sumatera Kalimantan Nusra Papua
512 kbps
VSAT 8,9 – 41,6 1,6 – 41,6 25,0 – 42,0 17,0 – 42,0 25,0 – 42,0 18,0 – 42,0
Serat Optik 0,6 – 25,5 0,6 – 13,2 2,0 – 12,0 2,0 – 9,0 0,6 – 9,0 1,6 – 5,0
Nirkabel 2,0 – 70,6 0,6 – 13,0 5,0 – 11,0 2,0 – 11,0 1,5 – 11,0 -
1 Mbps
VSAT 26,4 – 63,3 2,4 – 63,3 34,0 – 63,5 34,0 – 63,5 25,0 – 63,5 24,0 – 66,0
Serat Optik 0,9 – 27,5 0,9 – 27,5 3,0 – 38,0 3,0 – 28,0 0,9 – 27,5 2,6 – 9,2
Nirkabel 1,4 – 73,9 0,7 – 15,4 6,5 – 16,5 2,0 – 16,0 1,4 – 15,5 -

Sumber: e-katalog LKPP, 2013


27
KE KE KE Bali KE Maluku
Teknologi KE Jawa KE Sulawesi
Sumatera Kalimantan Nusra Papua
2 Mbps
VSAT 39,6 – 184,4 3,8 – 103,3 53,5 – 103,5 53,5 – 118 34,0 – 103,5 48,0 – 118,0
Serat Optik 1,4 – 36,7 1,4 – 25,0 5,0 – 36,0 5,0 – 25,0 1,4 – 25,0 5,0 – 14,0
Nirkabel 2,0 – 79,8 1,3 – 20,0 9,0 – 20,5 3,0 – 20,0 2,6 – 19,5 -

 Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 adalah Rp 30,89 juta* (angka sangat
sementara) atau sekitar Rp 2,57 juta per bulan.
 Harga koneksi 512 kbps sebesar Rp 600 ribu atau setara dengan 23% pendapatan per
bulan jauh lebih tinggi dibandingkan besaran pengeluaran rata-rata rumah tangga per
bulan untuk pendidikan (Rp 24.679*), kesehatan (Rp 19.588*), dan listrik (Rp 90.000 –
Rp 110.000).
* sumber: BPS, 2013

28
Utilisasi
1. Beragamnya intensitas penggunaan ICT 2. Belum memadainya infrastruktur ICT
oleh sektor (koneksi) untuk mendukung kinerja sektor

 Sebagian besar digunakan untuk kegiatan  Koneksi 384 kbps – 512 kbps/sekolah tidak
pendukung (administrasi dan koneksi antar mendukung pengembangan materi belajar
kantor), hanya beberapa yang menjadi bagian berbasis multi-media secara optimal.
dari proses bisnis utama sektor (core business).  Infrastruktur informasi kesehatan (SIKNAS)
 Di sektor pendidikan, ICT digunakan dalam sebesar 128 kbps menghubungkan 465 kab/kota
proses belajar mengajar. Penggunaan broadband tidak memungkinkan untuk tele-diagnostics.
untuk distance learning di sekolah publik belum
dimungkinkan karena regulasi baru mengatur
penggunaannya untuk Universitas Terbuka.
3. Banyaknya infrastruktur yang tidak
 Di sektor pengadaan, ICT menjadi instrumen digunakan secara optimal
utama dalam pengadaan secara elektronik yaitu
dalam bentuk e-tendering dan e-purchasing.  Banyak instansi pemerintah pusat dan daerah
Pembagiaan aplikasi secara gratis dan adanya yang memiliki pusat data (data center), namun
program pemberdayaan (knowledge sharing dan tingkat utilisasinya kurang dari 50% sehingga
training of trainers) merupakan kunci sukses pembangunan data center sangat tidak efisien
adopsi Layanan Pengadaan Secara Elektronik dan menjadi cost center.
(LPSE).  Belum ada pemetaan infrastuktur eksisting yang
 Di birokrasi, implementasi e-government masih berpotensi digunakan bersama seperti jaringan
dalam tahap digitalisasi, belum sampai tahap sistem komunikasi dan informasi, infrastruktur
transformasi proses bisnis. komputasi awan (cloud) dan big data.
29
Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah
 Kementerian/Lembaga diwajibkan mengadakan pengadaan barang/jasa
secara elektronik pada tahun 2012 sebesar 75% (pemerintah pusat) dan 40%
(pemda) dan meningkat menjadi 100% sejak 2013.
 Saat ini tersedia 534 Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang melayani 731
instansi di seluruh Indonesia.
 Pada tahun 2012, sebanyak 90.420 paket dilelang secara elektronik dengan
nilai sekitar Rp 148 Triliun dan penghematan sebesar Rp 13 Triliun.

Pendidikan
 Penggunaan ICT untuk pendidikan meliputi penyediaan koneksi internet untuk
kegiatan administrasi dan belajar mengajar, serta pengembangan aplikasi dan
materi ajar.
 Penggelaran jaringan ICT pendidikan nasional dimulai sejak 2006. Hingga
tahun 2011 baru menjangkau 23.017 dari 234.833 sekolah (9,8%).

Layanan untuk Masyarakat, antara lain: e-KTP, e-passport, pajak online


Layanan untuk Bisnis, antara lain: National Single Window, e-perizinan

30
E-Government
 Indeks e-government nasional tahun 2012 baru mencapai 2,3 dari skala 4,0
dengan rincian indeks Kementerian/Lembaga mencapai 2,5 sedangkan indeks
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota masing-masing mencapai 2,2.
 Indeks ditargetkan meningkat menjadi 2,7 pada tahun 2013. Adapun sasaran
RPJMN 2010-2014 adalah 3,0 pada akhir tahun 2014.
 Perencanaan dan kebijakan merupakan dua dimensi dengan nilai terendah
baik di tingkat pusat maupun daerah (provinsi dan kab/kota).

Berdasarkan jenis layanan Berdasarkan operating Berdasarkan aplikasi yang


system digunakan
G2G G2E G2B G2C Windows Linux/Open Source Common Spesifik

21% 29% 35%


46%
17% 54%
65%
33%

 Sample: 45 Kementerian/Lembaga
 38% merupakan layanan publik (G2C dan G2B), sisanya untuk
Sumber : Detiknas 2012
kepentingan internal pemerintah (G2G dan G2E)
G2G: Government to Government, G2C: Government to Citizen, G2B: Government to Business, G2E: Government to Employee
31
Regulasi
ISU YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
ISU YANG MENJADI KEWENANGAN
ASPEK
PEMDA
SEKTOR ICT DI LUAR SEKTOR ICT

Infrastruktur  Kesepakatan definisi  Sewa right of way BUMN (Jasa  Pembangunan (penentuan lokasi)
broadband Marga, KAI, dsb) yang menara dilakukan tanpa
 Keterbatasan spektrum memberatkan (setara dengan nilai berkoordinasi dengan
frekuensi investasi) Kementerian Kominfo dan
 RUU Konvergensi sebagai  Sumber daya energi (listrik) yang operator
pengganti UU terbatas sehingga kebutuhan  Perijinan (galian/right of way,
Telekomunikasi belum investasi yang harus disediakan IMB menara) memerlukan waktu
mengakomodasi broadband operator ICT menjadi lebih besar yang cukup lama
secara spesifik  Keamanan infrastruktur ICT  Perijinan yang sebetulnya tidak
menghadapi aksi vandalisme diperlukan tetapi dipersyaratkan
oleh pemda (amdal, operasional)
Utilisasi dan Adopsi Program USO untuk Kebutuhan penggunaan broadband di Pemanfaatan ICT/broadband belum
pemberdayaan masyarakat sektor lain (sebagai user) belum menjadi prioritas dalam
guna peningkatan literasi diketahui secara pasti pembangunan Koridor Ekonomi
digital masih terbatas
Pendanaan Pemanfaatan Dana USO untuk Skema Kerjasama Pemerintah dan Retribusi setiap daerah yang berbeda
broadband belum optimal Swasta (KPS) selain perijinan untuk (tidak standar) dan memberatkan
pembangunan broadband belum dengan sikap pemda “take it or leave
berjalan it”
Kerangka Regulasi Peran Detiknas dalam Kelembagaan yang mengatur dan Peraturan Daerah yang bertentangan
dan Kelembagaan pembangunan broadband mengelola broadband nasional belum dengan peraturan pemerintah pusat
belum optimal ada
32
Pendanaan
 Pembangunan infrastruktur broadband hingga saat ini
Proyeksi Pendapatan, Belanja, dan Saldo Kas Dana sebagian besar dilakukan dan didanai oleh
penyelenggara telekomunikasi. Hal ini sejalan dengan UU
No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang
menghilangkan peran Pemerintah selaku agent of
development.
 Dalam rangka percepatan pembangunan broadband,
Pemerintah akan menggunakan saldo kas Dana Universal
Service Obligation (USO) untuk pembangunan serat
optik termasuk jaringan ekstension ke 51 kab/kota yang
terletak di wilayah non komersial (Proyek Palapa Ring).
Tahun Anggaran Saldo Awal Realisasi Pendapatan Belanja Saldo Akhir
 Dari proyeksi Dana USO terlihat bahwa saldo akhir tahun
2006 547.653 126 - 547.779
2007 547.779 543.214 11.286 1.079.707 2011 mencapai Rp 3,7 Triliun. Pada akhir 2015,
2008
2009
1.079.707
1.570.542
501.164
1.067.751
10.329
124.464
1.570.542
2.513.829
diproyeksikan pembayaran proyek USO selesai dan
2010 2.513.829 1.530.486 959.958 3.084.357 investasi Palapa Ring dilakukan sehingga saldo akhir
2011
2012
3.084.357
3.710.755
1.707.423
1.742.610
1.081.025
1.196.352
3.710.755
4.257.013 sebesar Rp 4,9 Triliun akan berkurang Rp 2,8 Triliiun
2013 * 4.257.013 2.020.156 1.818.156 4.459.013 menjadi Rp 2,1 Triliun. Pola pembelanjaan tersebut
2014 * 4.459.013 2.291.179 1.802.087 4.948.105
2015 * 4.948.105 1.642.138 1.642.138 4.948.105 hanya untuk infrastruktur, belum mencakup ekosistem
(dalam juta Rupiah) broadband. Dengan demikian harus ada prioritas
Catatan: penggunaan Dana USO.
PNBP BLU = Kontribusi KPU/USO + Bunga Deposito + Jasa Giro  Dana USO menjadi yang utama dalam pengembangan
Belum diperhitungkan potensi pendapatan baru (NIX, Pengelolaan
Data Mining, dll) broadband tetapi bukan sumber dana satu-satunya.
* Tahun 2013-2015 merupakan perkiraan sementara Eksplorasi sumber pendanaan lainnya krusial dilakukan.
33
Pembelajaran Dua Tahun
Implementasi MP3EI
PERENCANAAN
PENDANAAN
PEMBANGUNAN

Pembangunan broadband yang didanai oleh


Sangat terbatasnya permintaan APBN masih berorientasi belanja modal. Model
pembangunan infrastruktur ICT bisnis yang tidak berorientasi aset dan tidak
dari Koridor Ekonomi dalam membebankan pengelolaan risiko teknologi
pengembangan Kawasan Perhatian kepada Pemerintah seharusnya menjadi pilihan
Investasi (KPI). Diperkirakan utama.
karena belum adanya pemahaman
dan apresiasi yang memadai Implementasi infrastructure sharing belum
tentang potensi pemanfaatan ICT. berjalan. Pembangunan jaringan serat optik
backbone (antar pulau) dan ekstension (antar
kabupaten/kota) sangat padat modal, yaitu
sekitar 70% dari total investasi. Perlu
Perencanaan pembangunan
penggunaan infrastruktur bersama berbasis
infrastruktur ICT yang berjalan open access agar tidak duplikasi investasi.
saat ini sebagian besar merujuk
kepada rencana pembangunan Implementasi skema Kerjasama Pemerintah
penyelenggara telekomunikasi yang Swasta (KPS) untuk sektor ICT masih terbatas
belum tentu mendukung perizinan (licensing). Perlu dieksplorasi
pengembangan KPI. kemungkinan implementasi model KPS
lainnya.

34
II. KONSEP PENGEMBANGAN
BROADBAND NASIONAL

35
4. LATAR BELAKANG

 Pembangunan broadband nasional sudah dimulai namun perlu dipercepat


untuk merealisasikan potensi broadband dalam rangka peningkatan
pertumbuhan ekonomi, daya saing bangsa, serta kualitas hidup masyarakat
Indonesia.
 Pemerintah perlu segera menata ulang strategi pembangunan broadband
nasional melalui harmonisasi, sinergi, dan koordinasi lintas sektor/wilayah
untuk mendorong pembangunan dan pemanfaatan broadband. Untuk itu,
diperlukan upaya bersama, komitmen nasional yang kuat dan konsisten,
serta langkah terobosan/inovasi.
 Pemerintah berkolaborasi dengan dunia usaha menyusun Rencana
Pembangunan Pita Lebar Indonesia atau Indonesia Broadband Plan (IBP).
Indonesia Broadband Plan bertujuan untuk memberikan arah dan panduan
bagi percepatan perluasan pembangunan broadband nasional yang
komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan sumber daya secara
efisien.
36
5. PROSES PENYUSUNAN

 Penyusunan Indonesia Broadband Plan merupakan penugasan dari Tim


Kerja Konektivitas KP3EI yang disampaikan oleh Wakil Menteri PPN/Wakil
Kepala BAPPENAS selaku Ketua Tim Kerja Konektivitas dalam pertemuan
awal (kick off) tanggal 31 Juli 2012 di BAPPENAS.
 IBP disusun melalui kolaborasi antara Pemerintah dan dunia usaha yang
melibatkan:

Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian

Selaku Koordinator Selaku Koordinator Selaku Koordinator Selaku Koordinator Aspek Utilisasi
Keseluruhan dan Aspek Regulasi Aspek Infrastruktur
Koordinator Aspek
Pendanaan

37
Kick Off penyusunan IBP di Kementerian PPN/BAPPENAS tanggal 31 Juli 2012
Juli 2012 dipimpin oleh Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala BAPPENAS selaku Ketua Tim Kerja
Konektivitas, KP3EI

Diskusi awal dengan pemangku kepentingan untuk memetakan permasalahan,


Agst – Des 2012 kondisi saat ini, dan dukungan yang diperlukan dari Pemerintah

Penyusunan konsep dokumen IBP


Jan – Mei 2013

 Forum Konsultasi Publik di Jakarta tanggal


Jun – Jul 2013
20 Juni 2013 dibuka oleh Wakil Menteri
PPN/Wakil Kepala BAPPENAS
 Konsultasi publik secara daring (online)
melalui situs Kementerian PPN/BAPPENAS
sepanjang 20 Juni – 31 Juli 2013

38
Pendalaman Aspek Utilisasi dilakukan melalui diskusi dengan delapan
Agst – Okt 2013 Kementerian/Lembaga penanggung jawab lima sektor prioritas, yaitu:
 e-Government: Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri
 e-Pendidikan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 e-Kesehatan: Kementerian Kesehatan
 e-Logistik: Kementerian Perdagangan
 e-Pengadaan: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Finalisasi konsep dokumen IBP


Nov – Des 2013

Peluncuran Dokumen IBP


Jan 2014

39
Definisi Broadband

Broadband dalam dokumen Indonesia Broadband


Plan didefinisikan sebagai akses internet dengan
jaminan konektivitas selalu tersambung (always-on)
dan memiliki kemampuan tripple-play dengan
kecepatan minimal 2 Mbps (fixed) dan 1 Mbps
(mobile).

Walaupun broadband didefinisikan secara teknis,


keberhasilan pengembangan broadband tidak saja
dinilai dari penyediaan infrastruktur, tetapi juga dari
tingkat adopsi dan kualitas pemanfaatan broadband
dalam mendukung pertumbuhan pembangunan
nasional, daya saing Indonesia di tingkat global, dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

40
Alur Pikir

Broadband MP3EI
Commission
MDG’s UUD 45

Asean ICT RPJMs


Masterplan

Berisi rencana aksi dan


target yang jelas dalam
pengembangan
IBP ekosistem broadband
IBP

Setiap negara sudah Perkuatan ICT


Broadband
harus memiliki Nasional sebagai
Commission MP3EI
– G20 national broadband perkuatan
plan selambatnya konektivitas
pada tahun 2015 nasional
41
Keterkaitan IBP dengan Dokumen
Perencanaan Lain
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 -
2025
MP3EI 2011-2025

Medium Term
TermNat.
Nat.Plan
MediumPembangunan Plan
Rencana Jangka
(Pres.Regulations)
(Pres.Regulations)
Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia Broadband Plan
Arah serta Kebijakan dan Strategi
pengembangan broadband
Medium
Medium Term Nat.
Nat.Plan
Rencana Term Plan
Kerja Pemerintah Rencana pembangunan yang
(Pres.Regulations)
(Pres.Regulations)
(RKP) memerlukan dukungan anggaran
pemerintah (APBN)

 Indonesia Broadband Plan mengelaborasi rencana pembangunan broadband nasional untuk


mencapai visi pembangunan nasional sebagaimana dituangkan dalam RPJPN dan MP3EI.
 Arah pembangunan, kebijakan dan strategi IBP disusun dengan memperhatikan RPJMN dan
sebaliknya juga digunakan untuk memperkaya penyusunan RPJMN periode selanjutnya.
 Pengalokasian APBN untuk mendukung pembangunan broadband (bila diperlukan) dilakukan
melalui mekanisme RKP dan RAPBN.
42
6. KERANGKA DISAIN
Mewujudkan
VISI masyarakat
INDONESIA Indonesia yang
2025 mandiri, maju,
adil dan makmur
Mendukung transformasi
VISI Indonesia menjadi negara maju
BROADBAND melalui pengembangan dan
pemanfaatan broadband sebagai
INDONESIA meta-infrastructure
1. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan
TUJUAN peningkatan daya saing bangsa
BROADBAND 2. Mendukung peningkatan kualitas pembangunan
manusia Indonesia
INDONESIA
3. Menjaga kedaulatan bangsa

PILAR INFRA- ADOPSI DAN LEGISLASI,


STRUKTUR DAN UTILISASI REGULASI, DAN PENDANAAN
UTAMA
KEAMANAN KREATIF KELEMBAGAAN
PRINSIP
DASAR Prinsip dasar dan prasyarat pengembangan broadband nasional
43
Prinsip Dasar

1. Universal. Layanan broadband harus dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan
masyarakat.
2. Ekosistem. Pengembangan broadband nasional berorientasi kepada ekosistem yang mencakup
seluruh aspek baik penyediaan infrastruktur, utilisasi dan adopsi, maupun pengembangan sumber
daya manusia secara komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan sumber daya (spektrum,
tiang, right of way) dan pendanaan secara efisien.
3. Kolaborasi dan inklusif. Pengembangan broadband melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik
pemerintah pusat dan daerah maupun dunia usaha dan masyarakat. Pengembangan broadband
nasional juga harus mengoptimalkan potensi dalam negeri dan berorientasi kepada pemberdayaan
masyarakat agar pemanfaatan broadband memiliki arti (meaningful).
4. Inovasi. Pola pembangunan dan pendanaan yang inovatif dengan model bisnis yang berorientasi
kepada keberlanjutan (sustainable) sangat diperlukan untuk mempercepat pengembangan
broadband nasional. Tanpa adanya terobosan, Indonesia akan mengalami potential loss yang besar
karena ketidakmampuan berkompetisi dengan negara lain.
5. Intervensi Pemerintah. Pengembangan broadband nasional diharapkan masih dipimpin oleh dunia
usaha. Pemerintah akan melakukan intervensi untuk mempercepat pengembangan dalam bentuk
regulasi/deregulasi guna menekan regulatory cost dan/atau pendanaan yang bersifat fill in the gap
dan debottlenecking tanpa mengambil alih peran atau berkompetisi dengan penyelenggara.
44
Prasyarat

Pengembangan broadband Indonesia akan dilakukan secara bertahap dan


menjadi bagian yang tidak terpisah dari strategi pembangunan nasional.
Untuk merealisasikan potensi broadband, beberapa prasyarat harus
dipenuhi, yaitu adanya:
1. Kepemimpinan Pemerintah (government leadership) dalam memberikan
arah dan panduan;
2. Komitmen nasional untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan
program pengembangan broadband nasional;
3. Koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi
kebijakan, program pembangunan, dan penggunaan sumber daya secara
efisien.
4. Kerjasama Pemerintah (pusat dan daerah) dan dunia usaha sesuai
dengan tugas pokok, kewenangan, dan kapasitas masing-masing.

45
7. TAHAPAN PENGEMBANGAN

Visi RPJPN
TARGET 2014 2025:
100% wilayah USO dijangkau RPJMN 2020-2025: Masyarakat
layanan telepon dan internet
TRANSFORMASI Indonesia yang
 88% kab/kota dijangkau mandiri, maju,
layanan broadband adil, dan
 Tingkat penetrasi broadband:
30% populasi
makmur
Tingkat penetrasi TV digital: 35%
populasi RPJMN 2015-2019: INOVASI
Indeks e-government nasional: 3,0
dari 4,0  Menyelesaikan penggelaran broadband ke
kabupaten/kota, sekolah, dan fasilitas publik;
 Upgrade fasilitas USO menjadi broadband;
RPJMN 2010-2014:  Menyelesaikan migrasi ke TV digital dan memanfaatkan
digital dividend;
KONEKTIVITAS  Mempercepat adopsi broadband untuk e-government, e-
pendidikan, e-kesehatan, e-logistik, dan e-pengadaan
Menutup blank spot  Mengintegrasikan fasilitas data dan informasi pemerintah;
 Menyelesaikan agenda digital literacy/digital inclusion.

46
8. TARGET PEMBANGUNAN

2013 2019
Infrastruktur Urban:
Fixed broadband :
71% rumah tangga (20Mbps),
Infrastruktur 100% gedung (1 Gbps), dan 30% populasi;
Fixed broadband : Mobile broadband :
15% rumah tangga (1Mbps) , 30% 100% populasi (1 Mbps)
gedung (100 Mbps), dan 5% populasi;
Infrastruktur Rural:
Mobile broadband : Fixed broadband :
12% populasi (512 kbps) 49% rumah tangga (10Mbps) dan 6% populasi;
Mobile broadband :
52% populasi (1 Mbps)
Utilisasi/Adopsi:
 Harga layanan kurang dari 5% rata-rata pendapatan bulanan
 Sektor Prioritas: e-Government; e-pendidikan; e-kesehatan; e-logistik, e-pengadaan
Pengguna/Penerima Manfaat: Masyarakat Indonesia
potential captive market: 4,5 juta PNS, 50 juta pelajar, 3 juta pendidik, 60 juta rumah tangga
47
Target Infrastruktur: Kecepatan

Jaringan Akses 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

URBAN

Fixed Rumah 1 Mbps 3 Mbps 3 Mbps 3 Mbps 5 Mbps 10 Mbps 20 Mbps

Gedung 100 Mbps 100 Mbps 384 Mbps 512 Mbps 1 Gbps 1 Gbps 1 Gbps

Mobile 128 kbps 512 kbps 512 kbps 1 Mbps 1 Mbps 1 Mbps 1 Mbps

RURAL

Fixed Rumah 1 Mbps 1 Mbps 2 Mbps 2 Mbps 3 Mbps 5 Mbps 10 Mbps

Mobile 128 kbps 128 kbps 256 kbps 512 kbps 512 kbps 1 Mbps 1 Mbps

Daerah urban diklasifikasikan sebagai daerah dengan kepadatan penduduk lebih dari 2.500 penduduk
per km2, sedangkan daerah rural sebagai daerah dengan kepadatan penduduk kurang dari 2.500
penduduk per km2.

48
Target Infrastruktur: Penetrasi
Akses Urban
Penetrasi Akses
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Broadband (Urban)
Perumahan 31% 38% 42% 49% 53% 60% 71%
Fixed thdp populasi 13% 16% 18% 21% 23% 25% 30%
Mobile 82% 93% 100% 100% 100% 100% 100%
Gedung 30% 40% 70% 85% 100% 100% 100%
Sekolah 20% 40% 60% 85% 100% 100% 100%
Hotel 40% 55% 65% 80% 100% 100% 100%
Rumah Sakit 50% 50% 80% 95% 100% 100% 100%
Puskesmas 20% 30% 65% 80% 100% 100% 100%
Dinas Pemda 50% 75% 85% 90% 100% 100% 100%
Kantor Polisi 40% 55% 65% 80% 100% 100% 100%
Ruang Publik 35% 50% 75% 85% 100% 100% 100%

49
Target Infrastruktur: Penetrasi
Akses Rural
Penetrasi Akses
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Broadband (Rural)
Perumahan 21% 26% 29% 34% 37% 41% 49%
Fixed thdp populasi 2% 3% 3% 4% 4% 5% 6%
Mobile 24% 27% 31% 35% 40% 45% 52%
Gedung 15% 20% 35% 50% 70% 75% 80%
Sekolah 15% 25% 40% 50% 70% 100% 100%
Hotel 30% 50% 65% 80% 80% 100% 100%
Rumah Sakit 30% 40% 60% 75% 80% 100% 100%
Puskesmas 10% 20% 30% 45% 50% 100% 100%
Dinas Pemda 30% 45% 65% 80% 90% 100% 100%
Kantor Polisi 30% 40% 55% 70% 80% 90% 100%
Ruang Publik 20% 40% 60% 75% 80% 100% 100%

50
Target Infrastruktur: Penetrasi
Backbone dan Backhaul
Jaringan Backbone 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kab/Kota (optik) 40% 75% 85% 100% 100% 100% 100%
Kota daerah rural
30% 50% 75% 85% 100% 100% 100%
(optik)

Jaringan Backhaul 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019


Urban
Link Serat Optik 50% 75% 80% 85% 100% 100% 100%
Link Gelombang
75% 40% 30% 25% 15% 10% 5%
Mikro
Rural
Link Serat Optik 30% 45% 60% 70% 80% 100% 100%
Link Gelombang
75% 70% 60% 50% 45% 40% 30%
Mikro
51
Target Utilisasi
 Selain memberikan koneksi yang lebih cepat dan berkualitas kepada masyarakat luas,
pembangunan broadband nasional juga diarahkan untuk mendukung pengembangan lima
sektor prioritas, yaitu e-government (back office pemerintah), e-pendidikan, e-kesehatan,
e-logistik, dan e-pengadaan.
 Berdasarkan diskusi dengan Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab atas
pengembangan lima sektor prioritas, telah didapat gambaran umum rencana kebutuhan
broadband, namun belum terpetakan secara rinci.
 Rencana penggunaan/kebutuhan broadband merupakan bagian dari rencana
pembangunan sektor. Formulasi kebijakan dan rencana pembangunan sektor hingga tahun
2019 secara formal baru akan dilakukan dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) yang akan dilakukan tahun 2014. Oleh karena itu,
penyusunan rincian kebutuhan broadband akan dilakukan secara bersamaan dengan
proses penyusunan RPJMN dan Renstra K/L.
 Indikasi rencana penggunaan/kebutuhan broadband di lima sektor prioritas dapat dilihat
pada Bagian IV.
 Untuk meningkatkan adopsi layanan broadband oleh masyarakat luas, keterjangkauan
(affordability) layanan menjadi penting. Harga layanan broadband ditargetkan paling
tinggi 5% dari rata-rata pendapatan bulanan.
52
9. KEBIJAKAN UTAMA
Infrastruktur:
Percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur broadband untuk
memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan layanan dengan
berorientasi locally integrated, globally connected

Pemanfaatan:
Perluasan adopsi dan peningkatan kualitas utilisasi broadband baik di sektor
pemerintahan, ekonomi, pertahanan dan keamanan, maupun sosial budaya

Kerangka Regulasi:
Regulasi (sektor dan lintas sektor) yang memfasilitasi pengembangan pasar
dan menekan regulatory cost sehingga memungkinkan dunia usaha untuk
menjadi aktor utama dalam pengembangan broadband nasional

Pendanaan:
Pendanaan pemerintah digunakan untuk akselerasi, fungsi fill in the gap, dan
debottlenecking pembangunan broadband tanpa mengambil alih peran atau
berkompetisi dengan penyelenggara
53
10. STRATEGI UTAMA
PEMBANGUNAN BROADBAND NASIONAL
1. Aspek Supply/Infrastruktur: 2. Aspek Demand/Utilisasi dan Adopsi:
Isu: availability, accessibility, affordability Isu: awareness dan ability
 Kompetisi dalam penyelenggaraan fixed  Literasi digital (e-literacy)
broadband  Aggregating demand, antara lain:
 Optimalisasi pemanfaatan spektrum  e-government
 Optimalisasi pemanfaatan right of ways  e-pendidikan
 Infrastructure sharing  e-kesehatan
 Teknologi netral  e-logistik
 Open access  e-pengadaan
 Keamanan jaringan dan sistem  Green ICT dan Green with ICT
didukung oleh:
3. Aspek Pendanaan
 Optimalisasi penggunaan Dana USO dan PNBP sektor ICT
 Kerjasama pemerintah dan swasta (public private partnership)
 Perencanaan dan pendanaan ICT dalam APBN yang lebih efisien dan efektif

4. Aspek Kerangka Regulasi dan Kelembagaan


 Kebijakan dan kerangka regulasi untuk menciptakan iklim investasi dan berusaha yang kondusif
 Kelembagaan pengawas dan pelaksana implementasi Indonesia Broadband Plan

54
Kebijakan dan Strategi Infrastruktur
1. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (Universal
Service Obligation) menjadi broadband-ready
 Menyusun ulang definisi dan ruang lingkup Universal Service Obligation (USO) untuk
mengakomodasi broadband
 Melakukan reformulasi kebijakan penggunaan Dana USO yang lebih berorientasi kepada
ekosistem broadband (tidak hanya untuk penyediaan infrastruktur dan tidak hanya pada
daerah perdesaan)
 Memperkuat kelembagaan pengelola Dana USO

2. Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan


orbit satelit sebagai sumber daya terbatas
 Melakukan spectrum refarming (penataan ulang) alokasi frekuensi seefisien dan
seoptimal mungkin dengan prinsip netralitas teknologi
 Optimalisasi frekuensi dan jaringan infrastruktur nirkabel (wireless) instansi
Pemerintah eksisting dengan implementasi konsep government radio network (GRN)
 Konsolidasi infrastruktur dan spektrum bagi penyelenggara jaringan bergerak seluler,
fixed wireless access (FWA), dan broadband wireless access (BWA) maupun lembaga
penyiaran dengan memperhatikan kebijakan dan regulasi kompetisi yang fair
55
2. Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit
satelit sebagai sumber daya terbatas (lanjutan)
 Memastikan migrasi TV analog ke digital sesuai jadwal yang telah ditetapkan
 Mempercepat ketersediaan spektrum di sub-1 GHz termasuk alokasi frekuensi digital
dividend yang memadai untuk mempercepat distribusi broadband
 Mendorong penggunaan spektrum frekuensi secara dinamis dan fleksibel: spectrum
sharing, spectrum consolidation, mobile virtual network operator (MVNO)
 Memfasilitasi netralitas teknologi agar industri dapat menggunakan teknologi nirkabel
yang paling efisien dengan ekosistem yang mendukung dan memperhatikan efisiensi
spektrum
 Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit nasional termasuk frekuensi
maupun slot orbit, mendorong kerjasama dengan industri satelit global, dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan efisiensi spektrum

56
3. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband

 Mendorong pembangunan dan penggunaan bersama infrastruktur pasif seperti dark


fiber, duct, tiang, menara, right of way
 Mendorong peran aktif Pemerintah Daerah dan BUMD dalam pembangunan
infrastruktur pasif yang dikoordinasikan dengan penyelenggara telekomunikasi
 Memastikan tidak terjadinya perilaku monopoli
 Memastikan open access
 Mendorong pemanfaatan teknologi netral
 Mendorong terjadinya kompetisi
 Mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (renewable energy) sebagai
sumber energi terutama di daerah yang belum dialiri listrik PT PLN

57
4. Mendorong dunia usaha sebagai aktor utama dalam
pembangunan broadband
 Menciptakan iklim berusaha yang kondusif melalui pengaturan yang jelas, konsisten,
berkelanjutan (tidak disruptive), dan transparan termasuk berkemampuan untuk
mengantisipasi perkembangan teknologi baru
 Mengoptimalkan bauran teknologi (technology mix) serta multi moda backbone dan
akses yang memungkinkan penggunaan berbagai teknologi baik berbasis fixed maupun
spektrum termasuk satelit
 Menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dengan memperhatikan
ketepatan pengelolaan risiko
 Menyederhanakan perizinan
 Memberikan insentif untuk mendorong pembangunan infrastruktur broadband ke
daerah marginal
 Pemerintah tidak melaksanakan fungsi operasi untuk keperluan komersial

58
5. Membangun infrastruktur broadband di daerah perbatasan
negara
 Membangun jaringan broadband sebagai sabuk pengaman informasi di daerah
perbatasan negara melalui kerjasama dengan penyedia right of way sektor lain seperti
jalan, tiang listrik
 Membangun hub/simpul sebagai opsi gateway internasional

6. Memberikan perlindungan keamanan kepada penyelenggara


serta kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan
 Memastikan pemenuhan komitmen pembangunan penyelenggara
 Memastikan pemenuhan tingkat layanan yang diperjanjikan penyelenggara
 Memastikan terlindunginya aset strategis seperti infrastruktur serat optik dan menara
base transceiver station (BTS) dari segala bentuk gangguan (bencana, vandalisme) serta
data pengguna dari penyalahgunaan
59
Kebijakan dan Strategi Utilisasi
1. Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan
prinsip keamanan, interoperabilitas, dan cost effective
 Menetapkan Masterplan e-Government Nasional sebagai rujukan bagi pengembangan e-
government seluruh instansi pemerintah
 Melakukan moratorium pembangunan fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data oleh
instansi pemerintah untuk kemudian bermigrasi ke pusat data bersama
 Mendorong pengembangan e-government yang berbasis kemitraan baik antar instansi
pemerintah maupun dengan badan usaha
 Menerapkan prinsip penggunaan bersama (sharing):
 Membangun infrastruktur bersama yaitu jaringan komunikasi pemerintah yang aman
(secured government network) serta fasilitas pusat data (data center) dan pusat
pemulihan data (data recovery center) yang terkonsolidasi
 Menggunakan aplikasi umum yang telah ada dan terbukti berjalan baik untuk
interoperabilitas dan mempercepat roll out aplikasi
 Menyimpan aplikasi dalam repositori bersama sehingga dapat digunakan,
didistribusikan, dikustomisasi untuk kepentingan e-government
 Memastikan keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi
dalam penyelenggaraan e-government
 Memastikan adanya unit kerja di setiap instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan e-government

60
2. Pemerintah sebagai fasilitator untuk mendorong penggunaan broadband
 Mengkoordinasikan potensi demand penggunaan ICT di sektor pemerintah
 Memastikan terselenggaranya layanan publik berbasis elektronik (e-government) di seluruh
instansi pemerintah
 Memastikan penggunaan pengadaan berbasis elektronik (e-procurement) di seluruh instansi
pemerintah
 Memastikan harmonisasi kebijakan, peraturan, dan program ICT pemerintah lintas sektor
 Memfasilitasi tersedianya dukungan ICT untuk pengembangan sektor prioritas seperti
pendidikan dan kesehatan
 Memfasilitasi penyediaan akses ICT sebagai fasilitas publik

3. Mendorong tingkat literasi ICT


 Memastikan seluruh aparatur pemerintah dan siswa Indonesia paham ICT
 Memastikan terciptanya digital inclusion antara lain melalui pelatihan, sosialisasi, dan edukasi
untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat luas di bidang ICT

61
4. Mendorong inovasi
 Mendorong tumbuhnya inovasi ICT di masyarakat melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan
 Mendorong pengembangan industri ICT dalam negeri
 Mengoptimalkan penggunaan Dana USO untuk mendukung pengembangan aplikasi

5. Mendorong adopsi ICT untuk rumah tangga


 Memfasilitasi kaum muda sebagai target pengembangan adaptive capacity untuk menjadi
agen perubahan dalam komunitasnya
 Mendorong pelatihan untuk Usaha Kecil Menengah
 Menjadikan Dana USO dapat digunakan untuk program adaptive capacity masyarakat
 Mendorong pengembangan perangkat ICT hemat energi (low power consumption CPE) untuk
perdesaan

62
11. UPAYA AKSELERASI

 Untuk mengubah potensi menjadi manfaat nyata, pengembangan broadband


nasional memerlukan intervensi Pemerintah yang bersifat stimulan dan
katalisator. Hal ini menjadi sangat penting karena pengembangan broadband
nasional sebagian besar bertumpu kepada dunia usaha.
 Intervensi Pemerintah diberikan/dilakukan dengan memperhatikan:
 Pemerintah tidak mengambil alih tugas dan tidak berkompetisi dengan
penyelenggara.
 Intervensi dilakukan untuk mengakselerasi pengembangan infrastruktur, serta
meningkatkan adopsi dan kualitas pemanfaatan broadband.
 Intervensi dilakukan berdasarkan kajian menyeluruh untuk memastikan efisiensi
dan efektivitas pengalokasian sumber daya serta memperhatikan dampak yang
akan ditimbulkan terhadap pasar. Intervensi harus tidak menimbulkan kegagalan
pasar.
 Intervensi diberikan dalam bentuk regulasi dan/atau pendanaan.
 Intervensi dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan berlaku.
63
Instrumen Akselerasi: Regulasi
 Kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional dimaksudkan untuk
memastikan layanan broadband dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia dengan kualitas baik dan harga terjangkau.
 Kebijakan dan regulasi tersebut dapat bersifat sektoral (pengaturan dalam sektor ICT),
lintas sektor (pengaturan oleh sektor lain), maupun regional (pengaturan oleh pemerintah
provinsi/kabupaten/kota).
 Secara spesifik, kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional ditetapkan
untuk:
1. Menciptakan iklim berusaha yang kondusif dengan menekan regulatory cost dan
menciptakan insentif;
2. Menciptakan kompetisi, open access, mencegah terjadinya perilaku monopoli, dan
menghilangkan barrier to entry;
3. Memastikan pengalokasian dan penggunaan sumber daya (infrastruktur, spektrum
frekuensi) secara efektif dan efisien, serta memastikan tidak terjadinya pemusatan sumber
daya terbatas;
4. Memungkinkan penggunaan berbagai teknologi dengan mendorong teknologi netral;
5. Mendukung pengembangan aplikasi, konten, dan industri ICT dalam negeri serta
penggunaannya;
6. Memberikan perlindungan terhadap infrastruktur ICT dan data sebagai aset nasional;
7. Memberikan perlindungan konsumen atas keamanan data/informasi dan kualitas layanan.
64
Instrumen Akselerasi: Kelembagaan

TINGKAT IMPLEMENTASI

Infrastruktur broadband sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi ICT yang


sangat cepat dan dinamis sehingga menuntut pemilihan teknologi yang tepat dan
pembaharuan teknologi secara berkala. Oleh karena itu, pengelolaan risiko teknologi
lebih tepat dilakukan oleh penyelenggara.
 Dunia usaha/penyelenggara memimpin pembangunan infrastruktur broadband
nasional.
 Pemerintah membangun di wilayah yang tidak dibangun oleh penyelenggara.
 Pemerintah membangun fasilitas jaringan yaitu infrastruktur pasif yang dapat
diintegrasikan dengan infrastruktur sipil lainnya yang dapat berupa menara
telekomunikasi, ducting (pipa saluran media transmisi kabel), dark fiber (serat
optik yang belum digunakan untuk penyediaan layanan jaringan), serta handhole
dan manhole (lubang tempat persambungan kabel telekomunikasi di tanah)*.
Dalam hal Pemerintah tidak dapat segera menyediakan fasilitas jaringan,
penyelenggara dapat melakukannya.
* menunggu pengesahan RUU Telekomunikasi pengganti UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

65
TINGKAT PENGATURAN
 Untuk mendukung pembangunan broadband nasional, perlu dilakukan pengaturan
antara lain terkait percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan industri
ICT dalam negeri, pembinaan sumber daya manusia ICT, dan pemberdayaan
masyarakat.
 Pengaturan dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian/Lembaga) dan
pemerintah daerah (Gubernur, Walikota, Bupati) sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
 Pengaturan penyelenggaraan ICT dilakukan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab di bidang komunikasi dan informatika
 Harmonisasi peraturan daerah dilakukan oleh Kementerian yang bertanggung
jawab di bidang pembinaan pemerintah daerah
 Peningkatan pemahaman aparatur pemerintah tentang ICT dikoordinasikan
oleh Kementerian yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara dan reformasi birokrasi

66
TINGKAT KONSOLIDASI
 Pembangunan broadband nasional dapat dilakukan oleh dunia usaha dan
Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.
 Untuk mewujudkan pembangunan broadband yang efektif dengan penggunaan
sumber daya dan pendanaan yang efisien, harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan
dan program pembangunan lintas sektor harus dilakukan
 Konsolidasi rencana pembangunan infrastruktur broadband nasional yang
dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi dilakukan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab di bidang komunikasi dan informatika selaku pembina dan
regulator sektor.
 Konsolidasi kebijakan dan rencana pembangunan broadband pada tingkat nasional
dilakukan oleh Kementerian yang bertanggung jawab di bidang perencanaan
pembangunan nasional.

67
68
Instrumen Akselerasi: Pendanaan
Potensi sumber pendanaan diidentifikasi sebagai berikut.
1. Dana Pemerintah 2. Mobilisasi Dana di Luar Pemerintah
APBN dapat dialokasikan melalui: Investasi swasta/BUMN dalam bentuk:

Mata Anggaran Kem. Kerjasama Pemerintah


Di luar Mata Anggaran Investasi
Kominfo: dan Swasta (KPS):
Kementerian Kominfo: swasta/BUMN
 Rupiah Murni investasi swasta yang
Investasi Pemerintah
 Pinjaman/Hibah melalui: dimungkinkan untuk
melalui Pusat Investasi
Luar Negeri Pemerintah (BLU di Perizinan mendapatkan Dukungan
 PNBP: Non BLU dan (licensing)/PMA dan Pemerintah dalam
bawah Kementerian
BLU (Dana USO) PMDN bentuk fiskal dan/atau
Keuangan)
non fiskal
Berbasis program, kecuali
Pinjaman/Hibah Luar Negeri Berbasis proyek Berbasis program Berbasis proyek
Kunci utama: kondisi investasi dan lingkungan berusaha
Kunci utama: ketersediaan APBN
yang kondusif

Bentuk intervensi Pemerintah: anggaran dalam bentuk Bentuk intervensi Pemerintah: regulasi dan anggaran untuk
investasi penuh (belanja modal) dan subsidi KPS (bersifat leverage)
 Investasi Pemerintah dalam pengembangan broadband bukan suatu hal baru. Beberapa negara seperti
Irlandia, Jerman, Colombia, dan Brazil bahkan memasukkannya sebagai bagian dari paket stimulus
ekonomi. Negara yang memberikan dukungan anggaran baik untuk pengembangan infrastruktur maupun
demand mempunyai tingkat penetrasi broadband yang lebih tinggi.
69
 Pengalaman internasional membuktikan bahwa pembangunan broadband tidak dapat
sepenuhnya diserahkan kepada dunia usaha. Sebagai entitas bisnis, dunia usaha akan
melakukan investasi dengan mengutamakan pertimbangan bisnis. Untuk itu diperlukan
dukungan anggaran Pemerintah terutama untuk penyediaan layanan di wilayah yang tidak
layak secara bisnis.
 Sebagai salah satu bentuk intervensi, pendanaan Pemerintah dimaksudkan untuk
mempercepat pertumbuhan dan adopsi broadband. Dukungan pendanaan Pemerintah
diberikan dengan memperhatikan:
1. Kondisi dan kapasitas keuangan negara. Pemberian dukungan pendanaan diutamakan berasal
dari PNBP sektor ICT seperti Dana USO dan BHP Frekuensi.
2. Kemampuan pasar. Pembangunan broadband dilakukan melalui kolaborasi antara Pemerintah
dan dunia usaha. Dengan demikian, Pemerintah tidak mengambil alih peran dan tidak bersaing
dengan penyelenggara. Pemberian dukungan pendanaan Pemerintah harus dipastikan tidak
menimbulkan kegagalan pasar.
3. Skema pendanaan yang sesuai yaitu tepat sasaran (efektif), tanpa duplikasi investasi (efisien),
dan menjamin keberlanjutan.
4. Inovasi model bisnis dengan pengelolaan risiko yang proporsional dan tidak hanya berbasis
aset. Sesuai dengan trend global yang beralih dari belanja modal (capex) ke belanja operasional
(opex) serta memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat
cepat dan dinamis, Pemerintah harus lebih teliti dalam melakukan investasi.
70
 Strategi pendanaan adalah sebagai berikut.
OPTIMALISASI EFISIENSI MOBILISASI DANA
PEMANFAATAN APBN PEMANFAATAN APBN DI LUAR APBN
 Transformasi pengelolaan dan  Implementasi co-financing  Implementasi Proyek
penggunaan Dana USO menjadi dan infrastructure sharing Kerjasama Pemerintah
broadband-ready yang berorientasi misal: pembangunan Swasta (KPS). APBN
pengembangan ekosistem termasuk pusat data e-government digunakan sebagai Dukungan
aplikasi dan capacity building. secara terpadu; Pemerintah untuk
 Optimalisasi penggunaan BHP pembangunan duct umum meningkatkan kelayakan
Frekuensi terutama untuk yang dapat digunakan proyek.
pengembangan mobile broadband. untuk berbagai  Menciptakan kondisi
 Model bisnis yang lebih efektif dan infrastruktur (kabel investasi dan berusaha yang
efisien (tidak terpaku kepada belanja listrik, telepon, dsb); kondusif dengan menekan
modal) dengan memperhatikan penggunaan right of way regulatory cost yang
mitigasi risiko dan keberlanjutan. infrastruktur lain seperti disebabkan antara lain oleh
tiang listrik, jalan tol. tidak konsisten dan tidak
 Mendorong pergeseran pola belanja
modal (capex) menjadi belanja  Sinkronisasi APBN harmonisnya berbagai
operasional (opex). Kementerian/Lembaga peraturan termasuk
 Pembentukan ICT Fund yang bersifat untuk belanja ICT guna peraturan daerah.
jangka panjang. menghindari duplikasi.

71
INDONESIA BROADBAND PLAN
Connect • Innovate • Transform

BAGIAN KEDUA
RENCANA IMPLEMENTASI
72
III. PROGRAM FLAGSHIPS

73
PROGRAM FLAGSHIPS

Konektivitas
Konektivitas Ekonomi Enabling
Pemerintah

Proyek Palapa Ring Reformasi USO


Pembangunan serat Jaringan dan Pusat Reformasi Dana USO
optik ke 497 kab/kota Data Pemerintah untuk
(Government mengakomodasi
Shared Duct Networks and pembangunan
Pipa bersama untuk Consolidated Data ekosistem broadband
akomodasi serat optik Center) * (tidak hanya
dari berbagai Pembangunan infrastruktur)
operator jaringan komunikasi
telekomunikasi intranet Pemerintah Program Literasi
yang aman, dedicated, Digital Nasional
Rural Terrestrial dan kecepatan tinggi, Peningkatan literasi
Broadband Piloting serta consolidated ICT nasional untuk
Sebagai perpanjangan data warehouse mempercepat adopsi
Palapa Ring di dan utilisasi
wilayah USO dengan * juga merupakan program quick win broadband
solusi nirkabel pengembangan e-government nasional

74
12. PROYEK PALAPA RING
 Bertujuan untuk membangun
jaringan serat optik yang
menghubungkan seluruh
kab/kota untuk mendukung
layanan broadband.
 Dari total 497 kab/kota,
pembangunan di 51 kab/kota
yang berada di wilayah non
komersial memerlukan
dukungan anggaran
pemerintah (ICT Fund),
sedangkan pembangunan
sisanya (446 kab/kota)
dilakukan oleh PT Telkom
dengan dana korporat hingga
Sumber: Kominfo, 2012 2015.
Target RPJMN
Kegiatan Prioritas Capaian 2011 Capaian 2012 Target 2013
2014
Pembangunan jaringan serat optik (Palapa Ring)
 % Pulau besar yang terhubung dengan backbone 100% Maluku Papua Maluku Papua Maluku Papua
serat optik belum belum dimulai
terjangkau terjangkau
 % Ibukota Kab/Kota yang dilayani broadband 88% 66% 70% 83%
75
Maluku dan Papua Cable Systems yang dibangun oleh PT Telkom merupakan
bagian dari Proyek Palapa Ring. Groundbreaking Sistem Maluku dilakukan
pada Mei 2013 dan Sistem Papua pada November 2013.

Sumber: PT Telkom, 2013


76
Demarkasi Wilayah Pembangunan

KORIDOR KAB/KOTA KAB/KOTA RENCANA PEMBANGUNAN


JUMLAH 2011 - 2015
EKONOMI/ JUMLAH PROV DENGAN BB AKAN
KAB/KOTA
PROV (2010) DIBANGUN BB TELKOM PEMERINTAH
SUMATERA 10 151 94 57 50 7

NAD 1 23 11 12 10 2

Sumut 1 33 22 11 11 -

Sumbar 1 19 13 6 5 1

Riau 1 12 7 5 4 1

Jambi 1 11 7 4 4 -

Sumsel 1 15 13 2 2 -

Bengkulu 1 10 6 4 4 -

Lampung 1 14 11 3 3 -

Kep. Babel 1 7 2 5 5 -

Kep. Riau 1 7 2 5 2 3

77
KORIDOR KAB/KOTA KAB/KOTA RENCANA PEMBANGUNAN
JUMLAH 2011 - 2015
EKONOMI/ JUMLAH PROV DENGAN BB AKAN
KAB/KOTA
PROV (2010) DIBANGUN BB TELKOM PEMERINTAH
JAWA 6 118 115 3 3 0

DKI 1 6 5 1 1 -

Jabar 1 26 25 1 1 -

Jateng 1 35 35 - - -

Banten 1 8 8 - - -

Jatim 1 38 38 - - -

DIY 1 5 4 1 1 -

KALIMANTAN 4 55 35 20 18 2

Kalbar 1 14 7 7 7 -

Kalteng 1 14 8 6 6 -

Kalsel 1 13 11 2 2 -

Kaltim 1 14 9 5 3 2

78
KORIDOR KAB/KOTA KAB/KOTA RENCANA PEMBANGUNAN
JUMLAH 2011 - 2015
EKONOMI/ JUMLAH PROV DENGAN BB AKAN
KAB/KOTA
PROV (2010) DIBANGUN BB TELKOM PEMERINTAH
SULAWESI 6 73 48 25 20 5

Sulut 1 15 9 6 3 3

Sulteng 1 11 4 7 6 1

Sulsel 1 24 22 2 2 -

Sultra 1 12 3 9 8 1

Gorontalo 1 6 6 - - -

Sulbar 1 5 4 1 1 0

BALI NUSRA 3 40 9 31 29 2

Bali 1 9 9 - - -

NTB 1 10 - 10 10 -

NTT 1 21 - 21 19 2

79
KORIDOR KAB/KOTA KAB/KOTA RENCANA PEMBANGUNAN
JUMLAH 2011 - 2015
EKONOMI/ JUMLAH PROV DENGAN BB AKAN
KAB/KOTA
PROV (2010) DIBANGUN BB TELKOM PEMERINTAH
MALUKU-
4 60 - 60 25 35
PAPUA
Maluku 1 11 - 11 8 3

Maluku Utara 1 9 - 9 7 2

Papua 1 29 - 29 5 24

Papua Barat 1 11 - 11 65 6

TOTAL
33 497 301 196 145 51
NASIONAL

Sumber: PT Telkom dan Kominfo, 2013

Melalui proyek Palapa Ring, seluruh pulau besar dijadwalkan akan sudah
terhubung dengan jaringan serat optik pada tahun 2015.

80
13. PROYEK SHARED DUCTING

 Penempatan kabel serat optik penyelenggara telekomunikasi dalam satu duct


yang digunakan secara bersama dengan tujuan:
 Efisiensi biaya dan efektivitas pengembangan layanan telekomunikasi
 Pengembangan wilayah dan menjaga estetika kota
 Percepatan pengembangan penyediaan layanan telekomunikasi melalui
tersedianya infrastruktur pasif (duct) yang cepat
 Pihak yang terlibat:
 Penyelenggara telekomunikasi
 Pemerintah Daerah Provinsi/Kota
 Pemerintah Pusat/Kementerian Komunikasi dan Informatika
 Lokasi:
 Pilot project: Kota Bandung dan Kota Cimahi
 Dalam penjajakan: DKI Jakarta
 Rencana roll out ke 7 kota lainnya

81
 Menyusun rencana rute, tarif,
jadwal, service level agreement, dan
Contoh Proyek:
standarisasi duct
 Melakukan mediasi antara pemda, Kota Bandung dan Kota Cimahi
KOMINFO
operator dan penyedia duct

PT Jabar
B2B Telematika
OPERATOR (Penyedia
duct)

 Menyusun regulasi pendukung:


PEMKO
konsep Peraturan Walikota
BANDUNG
 Melakukan mediasi antara operator
dan penyedia duct

82
14. RURAL TERRESTRIAL
BROADBAND PILOTING

 Proyek percontohan (piloting)


bertujuan untuk menyediakan
koneksi broadband nirkabel di daerah
perdesaan dengan memanfaatkan
white space yaitu area diantara dua
kanal (slot spektrum frekuensi radio)
TV yang tidak digunakan.
 Proyek ini merupakan perpanjangan
dari proyek Palapa Ring yang
menjangkau ibukota kabupaten/kota
ke daerah perdesaan.
 Proyek percontohan akan dilakukan
di wilayah USO untuk menguji konsep
Contoh Piloting TV White Space kebijakan dan formulasi regulasi
di Wilayah USO terkait spektrum frekuensi dan
pembiayaan. Hasil dari percontohan
akan digunakan untuk menyusun
rencana perluasan (scaling up).

83
15. JARINGAN DAN PUSAT DATA PEMERINTAH
(GOVERNMENT NETWORKS AND
CONSOLIDATED DATA CENTER)

Untuk mewujudkan Konektivitas Pemerintah (government connectivity), sistem


komunikasi dan informasi pemerintah perlu diperkuat yaitu melalui:
1. Pembangunan jaringan pemerintah (government networks) yang aman, dedicated, dan
berkecepatan tinggi untuk mendukung kegiatan komunikasi dan informasi (suara, data,
video) instansi pemerintah (pusat dan daerah) secara efisien. Pembangunan jaringan
pemerintah meliputi:
 Peningkatan keamanan internet pemerintah (Government Cyber Security)
 Pembangunan jaringan internet pemerintah yang digunakan secara bersama oleh instansi
pemerintah (Government Internet Exchange )
 Pengembangan aplikasi umum yang digunakan secara bersama oleh instansi pemerintah
(Government Service Bus)
2. Pembangunan pusat data yang terkonsolidasi (consolidated data center) beserta disaster
recovery bertujuan untuk:
 menekan ketidakefisienan penggunaan dan investasi gudang/pusat data pemerintah yang
saat ini tersebar;
 mewujudkan referensi data tunggal (single reference) yang dapat dipertukarkan
antarinstansi pemerintah;
 melindungi data nasional sebagai aset negara.
84
 Setiap instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib
menyediakan fasilitas pusat data dan pusat pemulihan
data (data recovery center) yang berupa sarana dan
prasarana terpusat yang berada wilayah hukum Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku.*
 Fasilitas pusat data nasional yang terintegrasi dengan
seluruh fasilitas pusat data disediakan oleh Kementerian
yang bertanggung jawab di bidang komunikasi dan
informatika.*
 Aplikasi Umum disediakan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab di bidang komunikasi dan informatika,
sedangkan Aplikasi Khusus dapat dikembangkan oleh
setiap instansi pemerintah Pusat dan Daerah sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi, bersifat open source,
memenuhi ketentuan untuk interoperabilitas, keamanan
sistem informasi, antar muka dan akses, dan hak cipta atas
aplikasi dan kode sumber yang dibangun.*
 Tim Nasional e-Government (Kemenkominfo,
KemenpanRB, dan Dewan TIK Nasional) sedang Opsi Pembangunan Pusat Data
merumuskan konsep pembangunan dan pengoperasian Menggunakan Nusantara Internet
jaringan dan pusat data pemerintah. Exchange (NIX)

* sebagaimana tercantum dalam Rancangan Peraturan Presiden tentang e-government


85
16. REFORMASI PENGELOLAAN DANA
UNIVERSAL SERVICE OBLIGATION (USO)

 Walaupun bersumber dari kontribusi penyelenggara telekomunikasi, Dana USO


diadministrasikan dalam APBN berbentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Badan
Layanan Umum (BLU). Oleh karena itu, pengalokasian dan penggunaan Dana USO
mengikuti siklus dan pengaturan APBN.
 Dana USO diharapkan menjadi sumber pendanaan utama (tetapi bukan satu-satunya)
untuk akselerasi pembangunan ekosistem broadband nasional. Walaupun bernilai cukup
besar dan dijamin selalu tersedia, Dana USO tetap terbatas (bukan bottomless). Oleh
karena itu, pengalokasiannya harus dilakukan secara tepat berdasarkan prioritas.
 Peraturan Menteri Kominfo No. 23 Tahun 2012 tentang Pemanfaatan Pembiayaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Layanan Pita Lebar memungkinkan
penggunaan sebagian Dana USO untuk penyediaan jaringan serat optik dan gelombang
mikro dalam rangka pembangunan broadband. Adapun pembangunan broadband di luar
lingkup infrastruktur belum diatur.
 Untuk mempercepat pembangunan ekosistem broadband termasuk pengembangan di luar
infrastruktur nasional perlu segera dilakukan reformasi pengelolaan dan penguatan
lembaga pengelola Dana USO.

86
 Setiap negara dapat memiliki model pengelolaan dan lembaga pengelola Dana USO yang
berbeda karena tidak ada model yang bersifat one size fits all. Beberapa prinsip yang harus
dipenuhi adalah:
 Ruang lingkup yang komprehensif
Dana USO harus dapat digunakan untuk pembangunan ekosistem broadband, tidak hanya
infrastruktur
 Perencanaan jangka menengah dan pengambilan keputusan yang cepat.
Proses perencanaan APBN dan implementasi memiliki lag time 1-2 tahun. Proses pengalokasian
APBN Tahun Anggaran X dilakukan sejak awal tahun X-1. Oleh karena itu, konsep/rencana
pembangunan harus sudah dimatangkan setidaknya pada tahun X-2. Dengan demikian, rencana
pembangunan jangka menengah penggunaan Dana USO sangat diperlukan untuk mengurangi lag
time. Dengan adanya lag time, proses birokrasi yang tidak diperlukan harus dihilangkan agar
tidak memperlama proses pengambilan keputusan.
 Dukungan dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan (multi sektor)
Perlu dukungan dan kolaborasi dari pemangku kepentingan termasuk penyelenggara
telekomunikasi karena pada prinsipnya Pemerintah tidak akan mengambil alih tugas dan tidak
berkompetisi dengan penyelenggara. Untuk itu seluruh pemangku kepentingan harus dilibatkan
sejak proses perencanaan, bukan hanya pada tahap implementasi seperti saat ini. Keterlibatan
pemangku kepentingan dilakukan melalui mekanisme formal.
 Independen dari kepentingan pihak tertentu
Walaupun seluruh pemangku kepentingan terlibat dalam dari proses perencanaan hingga
implementasi pembangunan, pengelolaan Dana USO harus terlepas dari kepentingan pihak
tertentu.
 Transparan dan adil (tidak memihak).
87
Perkembangan penggunaan Dana USO
Dimulainya Pengumpulan
Dana USO
2003-2004 2006 2009 2012 2013

Penyediaan fasilitas Proyek USO, antara lain: Proyek Palapa Ring Broadband-
Penyediaan jasa akses melalui ICT Fund :
USO oleh Rp Murni di
telekomunikasi di 33.184 pembangunan broadband Ready USO
5.354 desa senilai Rp desa dan internet di 5.748 di 51 kab/kota (sisanya
88,5 miliar kecamatan oleh PT Telkom)
Penyesuaian terkait
Skema: belanja modal Skema: belanja barang Skema: belanja modal peruntukkan
(mandat) dan
 Kontrak tahun jamak  Kominfo melalui pengelolaan Dana
 Kontrak tahun (5 tahun) USO, serta
BP3TI membangun
tunggal dengan  Aset dan O/M oleh
penguatan
penyedia jasa infrastruktur pasif
O/M yang
(Pemerintah tidak  O/M dilakukan oleh kelembagaan untuk
terbatas
mengelola risiko penyelenggara yang mendukung
 Pemerintah teknologi) dipilih melalui lelang pembangunan
mengelola risiko Status: berjalan. Realisasi dengan skema ekosistem
teknologi hingga Desember 2012:
kerjasama broadband
Status: Tidak Desa Berdering di 31.092
desa dan PLIK di 5.939 pemanfaatan nasional
berhasil
kecamatan. Status: dalam persiapan
Era Mulainya Kompetisi Era Pemerataan Akses Era Mulainya Broadband Era Akselerasi Broadband
88
17. PROGRAM LITERASI DIGITAL
NASIONAL
 Salah satu kunci keberhasilan pembangunan broadband adalah tingkat adopsi dan kualitas
penggunaan. Keduanya sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat dalam
menggunakan fasilitas broadband dan memanfaatkan informasi yang didapat untuk
peningkatan kualitas hidupnya.
 Program Literasi Digital Nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menggunakan fasilitas dan layanan broadband.
 Program ini dapat dilakukan oleh Pemerintah dan penyelenggara telekomunikasi. Program
yang dilakukan oleh Pemerintah dapat berbentuk kegiatan yang secara khusus
diperuntukkan untuk program literasi digital (seperti bimbingan teknis, pendidikan
relawan ICT) dan kegiatan yang ditumpangkan pada kegiatan lain (pendampingan pada
program pembangunan nasional di luar sektor ICT).
 Beberapa contoh program literasi digital yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika:
 Kartini Next Generation bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
 Taman Maya Budaya Indonesia akan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 I-CAKAP (Internet Cerdas Kreatif dan Produktif) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi
 Bimbingan teknis bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
89
Dukungan Pemerintah untuk Program
Flagships
Program
No Pelaksana Dukungan Pemerintah yang Diperlukan Keterangan
Flagships
INFRASTRUKTUR

1 Palapa Ring Kemenkominfo Alokasi ICT Fund sebesar Rp 2,8 Triliun Kemenkominfo sedang
PT Telkom dengan menggunakan sebagian Dana USO memfinalisasi hasil kajian
untuk pembangunan jaringan broadband di terkait kebijakan, teknis,
51 kab/kota model kerjasama, dan hukum
2 Shared Duct Pemko Bandung  Fasilitasi pembahasan antara pemda, Pembelajaran dari proyek
Pemko Cimahi penyelenggara dan penyedia duct percontohan akan
BUMD  Rencana teknis: rute, jadwal, service level dilaksanakan di tujuh kota
Penyelenggara agreement lain.
telekomunikasi  Peraturan Menkominfo tentang formulasi
tarif dan standarisasi duct
 Peraturan Walikota tentang duct
bersama
3 Rural Terrestrial Kemenkominfo  Fasilitasi antara pelaksana proyek Evaluasi pilot akan dijadikan
Broadband Konsorsium percontohan dengan penyedia layanan dasar penetapan kebijakan
Piloting Swasta (penyedia USO dan perencanaan
perangkat keras,  Penyusunan kebijakan dan regulasi implementasi nasional untuk
perangkat lunak, berdasarkan piloting untuk scale up konektivitas nirkabel dari
penyelenggara) Palapa Ring ke pengguna.
90
Program Dukungan Pemerintah yang
No Pelaksana Keterangan
Flagships Diperlukan
4 Jaringan dan Kemenkominfo  Peraturan tentang e-government Tim Nasional e-government
Pusat Data KemenPANRB  Konsep pembangunan dan (Kemenkominfo, KemenpanRB,
Pemerintah Dewan TIK pengoperasian jaringan dan dan Dewan TIK Nasional)
(Government Nasional pusat data Pemerintah sedang menyusun Rencana
Networks and  Dukungan pendanaan sesuai Induk e-Government Nasional
Consolidated dengan skema yang ditentukan dan Peraturan Presiden tentang
Data Center) Tim Nasional e-government e-government
PENDANAAN
5 Reformasi USO Kemenkominfo Peraturan perundangan dan RUU Telekomunikasi pengganti
peraturan teknis yang UU No. 36 Tahun 1999 tentang
memungkinkan penggunaan Dana Telekomunikasi dalam proses
USO untuk pembangunan ekosistem pembahasan. RUU memuat
broadband pengaturan tentang
penggunaan Dana USO yang
lebih luas
SUMBER DAYA MANUSIA
6 Program Kementerian/ Harmonisasi kebijakan dan program Target utama adalah pemuda
Literasi Digital Lembaga pembangunan lintas sektor yang dan pelajar, rumah tangga, dan
Nasional mendukung peningkatan literasi ICT aparat pemerintah.
91
Kerangka Waktu Pelaksanaan
Program Flagships

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019


Membangun landasan
ekosistem broadband
nasional (PF 5)

Membangun infrastruktur broadband


nasional (PF 1)

Keterangan:
Mengurangi ketergantungan link
PF: Program Flagships
1. Palapa Ring internasional (PF 4)
2. Shared Duct
3. Rural Terrestrial Meningkatkan ketersediaan akses broadband nasional (PF 2 dan PF 3)
Broadband Piloting
4. Jaringan dan Pusat Data
Pemerintah Mendorong pengembangan konten (PF 6)
5. Reformasi USO
6. Program Literasi Digital
Nasional
92
IV. INDIKASI RENCANA IMPLEMENTASI
LIMA SEKTOR PRIORITAS

93
Penggunaan Broadband di Lima
Sektor Prioritas

 Diskusi dengan delapan Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab atas


pengembangan lima sektor prioritas dilakukan pada bulan Juli - September
2013. Kedelapan Kementerian/Lembaga tersebut adalah:
 Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Keuangan, Kementerian
Dalam Negeri (e-government);
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (e-pendidikan);
 Kementerian Kesehatan (e-kesehatan);
 Kementerian Perdagangan (e-logistik);
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (e-pengadaan).
 IBP bermaksud untuk mendukung dan mendorong sektor prioritas untuk
menggunakan broadband dalam program pembangunan yang menjadi bisnis
utama (core business) sektor. Dengan demikian, IBP tidak mengambil alih
tugas dan kewenangan sektor terkait dengan penetapan kebijakan sektor.

94
 Dari diskusi dengan lima sektor prioritas, terdapat beberapa isu yang selalu muncul
(common issues):
1. Adanya kebutuhan infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama (shared
infrastructure) yaitu terkait dengan:
a. data exchange: konsolidasi data, integrasi data, data warehouse/center, cloud
bersama, infrastruktur big data, platform kompatibilitas;
b. secured networks dan tanda tangan elektronik: terutama untuk mendukung
transaksi.
2. Perlunya koneksi internet yang handal dan manajemen bandwidth;
3. Perlunya kontrak tahun jamak dan framework agreement untuk layanan ICT yang
diperlukan setiap tahun;
4. Perlunya peningkatan literasi ICT pegawai pemerintah;
5. Hal lain: dukungan pemerintah daerah, ketersediaan infrastruktur pendukung
(listrik).
 Rencana penggunaan/kebutuhan broadband lima sektor prioritas masih merupakan
indikasi. Elaborasi rencana akan dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan
RPJMN dan Renstra KL 2015-2019.
95
Visi dan Misi e-Government
Nasional
 e-Government menghubungkan
VISI empat komponen yaitu Pemerintah
“Mewujudkan layanan pemerintahan yang transparan, (Government/G) dengan eksternal
responsif dan berkelanjutan”
yaitu masyarakat (Citizen/C) dan
dunia usaha (Business/B) serta
MISI internal yaitu pegawai Pemerintah
(Employee/(E).
 Pemilihan lima sektor prioritas IBP
dilakukan dengan memperhatikan
dampaknya bagi transformasi
bangsa dan peningkatan daya saing
Mempercepat
dan
nasional. Lima sektor tersebut juga
memperluas mewakili keempat komponen e-
layanan government, yaitu: e-government
pemerintah back office (G2E dan G2G), e-
Efisiensi & Koordinasi dan pendidikan dan e-kesehatan (G2C),
Efektivitas Kualitas Layanan Publik Kerjasama serta e-logistik dan e-pengadaan
Pemerintahan Antar Instansi
(G2B).
Sumber: Dewan TIK Nasional, 2013
96
18. E-GOVERNMENT
(back office Pemerintah)

Sektor Prioritas Isu Dukungan IBP

e-Government:  Petunjuk pelaksanaan e-government di tingkat  Menyediakan infrastruktur (jaringan dan pusat
Birokrasi Kementerian/Lembaga/Daerah beragam data Pemerintah) yang aman dan digunakan
 Implementasi e-government masih terbatas pada bersama oleh seluruh instansi Pemerintah
digitalisasi, belum terjadi transformasi proses  Mendorong penguatan kelembagaan pengelola ICT
bisnis di setiap instansi Pemerintah
 Terjadi tumpang tindih dan duplikasi program  Mendorong terjadinya transformasi proses bisnis
dan investasi e-government
 Masih terbatasnya SDM ICT
e-Government:  Sistem database menyambungkan 72 K/L, 171  Menyediakan koneksi berkecepatan tinggi yang
Keuangan KPPN, 29.000 satker dan 7.000 rekening bank, menghubungkan 29.000 satker untuk mendukung
didukung oleh 27 aplikasi penggunaan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat
 Mempunyai infrastruktur yang relatif aman. Bila Instansi (SAKTI) dalam rangka implementasi
pusat data Pemerintah diintegrasikan, keamanan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
sistem bersama setidaknya mempunyai tingkat (SPAN)
yang sama
e-Government:  UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah  Memperkuat hubungan Pusat dan Daerah melalui
Pemerintah Daerah Daerah menciptakan desentralisasi sehingga sulit pengembangan e-government antara lain
bagi Pemerintah Pusat untuk mengendalikan pembangunan jaringan komunikasi Pemerintah
pelaksanaan program pembangunan di daerah  Mendukung implementasi ICT Grand Design yang
 RPJMN tidak selalu dikaitkan dengan program saat ini sedang disusun oleh Kementerian Dalam
utama di daerah Negeri

97
Rencana Implementasi di Birokrasi
Kurun
Sasaran Hasil Strategi Institusi
Waktu
Jaringan aman Infrastruktur konektivitas Memastikan seluruh titik layanan 2014 – 2018 Kemenkominfo
infrastruktur e- aman pendukung G2E, G2G, G2B dan G2C Kemenkeu,
government pembaruan proses bisnis terkoneksi dengan aman Kemendagri
nasional baru layanan e- KemenPANBR
government K/L/D/sektor terkait
Pusat data e- Infrastruktur data dan Konsolidasi anggaran dan 2014 – 2018 Kemenkominfo
government sistem database aman program investasi pusat data dan Kemenkeu
yang dapat akses oleh infrastruktur ICT secara efisien Kemendagri
K/L/D K/L/D/sektor terkait
Program nasional Konten e-government Aplikasi generik dan integrasi 2014 – 2018 KemenPANBR
pengembangan terstandarisasi aplikasi G2E, G2G, G2B dan G2C Kemenkominfo
konten Kemendagri
K/L/D/sektor terkait
Pembaruan proses Layanan G2B handal Penyesuaian birokrasi dan aturan 2015 KemenPANBR
bisnis layanan dengan bisnis proses baru Kemendagri
perijinan K/L/D dan sektor
pelayan investasi
Pembaruan layanan Layanan G2C pendorong Portal layanan publik untuk 2014 - 2019 K/L/D dan sektor daya
publik online daya saing sektor program nasional utama saing, Kemendagri,
pendorong daya saing sektor Pemda, Kemenkominfo

98
Rencana Implementasi di Sektor Keuangan
Kurun
Sasaran Hasil Strategi Institusi
Waktu
Jaringan Koneksi sistem e- Memastikan seluruh titik 2014 – Kemenkeu
infrastruktur Government yang aman koneksi di luar dan di 2017 Kemenkominfo
keuangan publik dalam Kementerian Kemendagri
nasional Keuangan aman Sektor terkait
Pusat data Pusat Data SPAN dapat Regulasi yang tegas untuk 2014 – Kemenkeu
keuangan publik diakses oleh keamanan data 2017 Kemenkominfo
nasional Kementerian Keuangan, Kemendagri
Kementerian lainnya, Sektor terkait
Pemerintah Daerah, Bank Bank Indonesia
Indonesia, dan Bank
lainnya.
Program nasional Sistem informasi Standar modul didukung 2014 - 2017 Kemenkeu
pengembangan Integrasi MPN, SPAN dan oleh infrastruktur yang Kemenkominfo
konten SAKTI aman Kemendagri
Sektor terkait
Bank Indonesia

99
Rencana Implementasi di Pemerintah Daerah
Kurun
Sasaran Hasil Strategi Institusi
Waktu
Jaringan nasional e- Koneksi internal database dan Menghubungkan seluruh jaringan 2014- 2018 Kemendagri
Government nasional sistem e-Government di lokasi maya melalui e-Government, Kemenkominfo
dan lokal Kemendagri, dan antar membuat node regional dan lokal Sektor terkait dengan
Kementerian lainnya dan pemerintah daerah
pemerintah daerah
Pusat data administrasi Memonitor pencapaian Memberikan sistem informasi yang 2014 – Kemendagri
publik sasaran perkembangan dapat dipercaya untuk mendukung 2018 Kemenkominfo
nasional di tingkat lokal proses perkembangan sektor dan Sektor terkait dengan
pemerintah daerah Pemerintah Daerah
Program nasional Aplikasi sistem informasi Distribusi aplikasi secara cuma-cuma, 2015 – Kemendagri
pengembangan konten untuk G2G dan G2C e- didukung oleh infrastruktur yang aman 2018 Kemenkominfo
Government Sektor terkait dengan
Pemerintah Daerah
Regulasi e-Government Informasi yang lancar dan Formulasi ICT Grand Design untuk 2014 Kemendagri
nasional dan lokal terintegrasi untuk mendukung Kemendagri yang akan diberlakukan
pengambilan keputusan dengan Keputusan Menteri
Adaptive capacity Program pelatihan e- Menghubungkan aplikasi dan pelatihan 2014-2018 Kemendagri
untuk e-Government Government dengan berlandaskan UU No. 32 Tahun Kemenkominfo dan
2004 tentang Pemerintahan Daerah sektor terkait
(Pasal 217, 218 dan 222) Pemerintah Daerah

100
19. E-PENDIDIKAN

Isu:
 Jaringan ICT berkecepatan tinggi ke sekolah masih terbatas
 Masih fokus kepada penyediaan konektivitas, belum kegunaannya
 Memiliki kebutuhan penyimpanan data berkapasitas besar

Dukungan IBP:
 Menyediakan konektivitas berkecepatan tinggi yang memungkinkan
virtualisasi materi ajar
 Mengkonsolidasikan fasilitas pusat data

101
Rencana Implementasi e-Pendidikan
Sasaran Hasil Strategi Kurun waktu Institusi

Jaringan nasional e- Koneksi broadband Menghubungkan seluruh lokasi 2014 – 2018 Kemendikbud
Education nasional ke seluruh secara virtual melalui jaringan e- Kemenkominfo
sekolah, kantor dan Government, dan membuat node Kemendagri
universitas regional dan lokal
Statistik dan Akses yang terintegrasi Mengembangkan modul e- 20140- Kemendikbud
Database dengan penyimpanan Education dalam pusat data 02018 Kemendagri
pendidikan nasional database pelajar, sekolah nasional, membuat standar
dan guru aplikasi
Program nasional Menyempurnakan Data, konten dan layanan yang 2014 – 2018 Kemendikbud
untuk pengembangan pendidikan terintegrasi dengan jaringan sosial Kemenkominfo
pengembangan konten and program Kemendikbud Kemendagri
konten
Regulasi Anggaran Distribusi anggaran untuk Penggabungan dan restrukturisasi 2015 Kemendikbud
Nasional ICT untuk pendidikan yang merata di seluruh anggaran untuk Kemenkeu
Kemendikbud setiap wilayah pengembangan ICT di Kemendagri
Kemendikbud
Adaptive capacity Mengembangkan dan Pelatihan dan pembimbingan 2014 - 2019 Kemendikbud
Kemendikbud melaksanakan kurikulum guru, murid dan pegawai KemenpanRB
2013 dengan dukungan pemerintah di Kemendikbud Kemendagri
ICT

102
20. E-KESEHATAN

Isu:
 Tidak ada koordinasi sistem e-kesehatan, terfragmentasi pendekatan lokal
 Kualitas konektivitas rendah
 Pengelolaan data kesehatan sebagai bagian dari informasi intelijen nasional
dan sangat rahasia

Dukungan IBP:
 Menyediakan konektivitas berkecepatan tinggi sehingga memungkinkan
dilaksanakannya telediagnostik
 Mengkonsolidasikan fasilitas pusat data

103
Rencana Implementasi e-Kesehatan
Sasaran Hasil Strategi Kurun Waktu Institusi

Jaringan nasional Koneksi nasional ke seluruh Menghubungkan secara virtual seluruh 2014 - 2018 Kemenkes,
e-Health rumah sakit, klinik, fasilitas lokasi melalui jaringan e-Government, Kemenkominfo
kesehatan membuat node regional dan lokal
Database Statistik Mengintegrasi akses data Menggabungkan modul e-health dengan 2014 – 2017 Kemenkes,
Kesehatan Nasional mengenai penyakit, perawatan, pusat data nasional e-Government yang Kemendagri
yang vital data pasien aman, membuat standar aplikasi Kemenkominfo
Universal Health Distribusi pelayanan kesehatan Data dan pelayanan yang terintegrasi 2014 – 2018 Kemenkes,
Coverage (UHC, yang merata di seluruh wilayah dengan jaringan jaminan sosial dan Kemendagri,
JKN) program asuransi kesehatan Kemenkominfo
Special Treatment Pelayanan medis diperluas Aplikasi broadband untuk telemedicine 2014 – 2018 Kemenkes,
Coverage sampai daerah underserved telediagnosis, teletherapy Kemenkominfo
Program Promosi Penyempurnaan program gizi, ICT dengan broadband untuk 2014 – 2015 Kemenkes,
Kesehatan Nasional sanitasi, lingkungan kesehatan menyebarluaskan kampanye kesehatan Kemendagri,
dan maternal care masyarakat dan program pencegahan Kemenkominfo
Program Distribusi pelayanan kesehatan Mobile e-Health sebagai kelanjutan 2014 – 2018 Kemenkes,
Perawatan melalui yang merata di seluruh wilayah daerah pelayanan untuk program Kemendagri
Mobile e-Health promosi, pencegahan dan pengobatan Kemenkominfo
Regulasi Sistem Prioritas untuk promosi dan Pegawai Puskesmas dengan keahlian ICT 2014-2019 Kemenkes
Informasi pencegahan. Maternal care dan tugas untuk mempromosikan Kemendagri
Kesehatan sebagai target prioritas perilaku masyarakat untuk kesehatan Kemenpan
publik

104
21. E-LOGISTIK

Isu:
 Konsep e-logistik mulai dikembangkan oleh Tim Kerja Pengembangan Sistem
Logistik Nasional, Sub Tim Kerja Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
mengembangkan INALOG

Dukungan IBP:
 Mendukung pelaksanaan Sistem Logistik Nasional
 Mendukung integrasi INATRADE-NSW-INALOG
 Menyediakan koneksi berkecepatan tinggi untuk mendukung monitoring stok
dan harga komoditas ekspor, pelaksanaan promosi ekspor secara daring
(online), dan mendorong Pemda untuk mempermudah proses perizinan
melalui daring

105
Rencana Implementasi e-Logistik
Kurun
Sasaran Hasil Strategi Institusi
waktu
Jaringan nasional Koneksi sistem infrastruktur dan Menghubungkan seluruh lokasi secara 2014 – Kemendag, Kementrans
e-Logistik database ke setiap node dari pelayanan virtual melalui jaringan e-Government, 2019 Kemen Pertanian
logistik membuat node regional dan lokal, Kemen Perindustrian
termasuk gudang dan fasilitas logistik Pemerintah Daerah
lainnya
Pusat data nasional Distribusi barang-barang yang aman, Memberikan sistem informasi yang dapat 2014 – Kemendag, Kementrans
e-Logistik ketersediaan stok dan stabilitas harga dipercaya untuk memperkirakan 2018 Kemen Pertanian, Kemen
kapasitas produksi dan kebutuhan Perindustrian, Kemen
pemakaian Kehutanan, KemenESDM.
Kemen Kelautan dan Perikanan,
Kemenkes, Pemerintah Daerah
Program nasional Aplikasi Sistem Informasi status Distribusi aplikasi secara cuma-cuma 2014 – Kemendag, Kementrans
dalam Ketersediaan dan Permintaan dengan dukungan infrastruktur yang 2018 Kemen Pertanian
pengembangan Komoditas, dan prediksinya aman Kemen Perindustrian
konten (Monitoring Stok dan Harga), aplikasi Pemerintah Daerah
Online Export Promotion, aplikasi
Pendaftaran Perusahaa/SIUP.
Regulasi nasional Pengurangan biaya logistik untuk Bisnis model yang didukung ICT untuk 2015 Kemendag, Kementrans
e-Logistik menghindari distorsi pasar dan pelayanan logistik yang efektif, efisien Kemen Pertanian
spekulasi oleh para pedagang dan transparan Kemen Perindustrian
Pemerintah Daerah
Adaptive capacity Program pelatihan dan sosialiasi untuk Menurunkan bisnis model e-Logistik yang 2015- Kemendag, Kementrans
untuk e-Logistik e-Logistik baru menjadi program pelatihan, 2019 Kemen Pertanian
termasuk didalamnya sosialisasi Kemen Perindustrian
penggunaan e-logistik ke seluruh Pemerintah Daerah
pemangku kepentingan terkait
106
22. E-PENGADAAN

Isu:
 Pemberian aplikasi e-pengadaan secara gratis dan diterapkan secara sukarela
untuk membangun kepercayaan dan komitmen
 Kesenjangan digital antardaerah menghambat e-market place
 Memerlukan standar infrastruktur dan aplikasi

Dukungan IBP:
 Memperkuat e-market place dengan menghubungkan seluruh LPSE
 Mendorong proses rekayasa bisnis untuk mendukung e-market place

107
Rencana Implementasi e-Pengadaan
Kurun
Sasaran Hasil Strategi Institusi
waktu
Jaringan nasional e- Koneksi sistem dan Menghubungkan seluruh lokasi maya 2014 – LKPP
Procurement, e- database di setiap lokasi melalui jaringan e-Government, 2018 Kemenkominfo
Purchasing , e-Catalog Layanan Pengadaan Secara membuat node regional dan lokal
Elektronik (LPSE)
Pusat data nasional Pembentukan e-market Proses rekayasa ulang bisnis (business 2014 – LKPP
untuk e-Procurement place untuk mencegah re-engineering) sesuai dengan 2018
Korupsi, Kolusi dan Peraturan Presiden mengenai
Nepotisme pengadaan publik
Program nasional Membuat standar aplikasi Distribusi aplikasi cuma-cuma yang 2014 – LKPP
mengenai e-procurement untuk e- didukung infrastruktur yang terjamin 2018
pengembangan konten market place
Regulasi nasional e- Proses bisnis baru dalam Mengubah pola pikir dan model bisnis 2014 LKPP
Procurement procurement untuk tradisional menjadi e-Procurement
mendukung e-market place yang didukung ICT
Adaptive capacity Program pelatihan untuk Mendorong model bisnis baru untuk e- 2014 - LKPP
untuk e-market place e-market place market place menjadi materi pelatihan 2019
yang tersedia untuk publik

108
V. PENUTUP

109
 Pembangunan broadband nasional merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
meningkatkan daya saing bangsa dan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, Indonesia Broadband Plan juga menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana dan strategi pembangunan nasional.
 Pola pembangunan yang inovatif, komprehensif dan terintegrasi sangat
diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekosistem broadband
nasional dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Tanpa adanya
terobosan, Indonesia akan mengalami potential loss yang besar, tertinggal
dari negara lain.
 Dalam implementasinya, pembangunan ekosistem broadband memerlukan
komitmen nasional yang kuat dan konsisten, serta dilakukan secara
kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah serta dunia usaha, begitu
juga dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

110
 Untuk mempercepat pertumbuhan broadband, Pemerintah harus berperan
lebih dari sekedar fasilitator. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa
pengembangan broadband tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada dunia
usaha terutama dalam perekonomian global saat ini. Pemerintah harus
berperan lebih aktif sebagai stimulan dan katalisator tanpa mengambil alih
atau bersaing dengan penyelenggara.
 Sebagai bentuk akselerasi, selain melakukan regulasi/deregulasi untuk
menciptakan iklim berusaha yang kondusif terutama di sektor ICT,
Pemerintah juga akan memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan.

111
Daftar Singkatan
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara MDG Millennium Development Goals
ASEAN Association of Southeast Asian Nations MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia
BB Broadband MVNO Mobile Virtual Network Operator
BLU Badan Layanan Umum
BHP Biaya Hak Penggunaan NIX Nusantara Internet Exchange
BUMN Badan Usaha Milik Negara NIP Nomer Induk Pegawai
BUMD Badan Usaha Milik Daerah NIK Nomer Induk Kependudukan

CIO Chief Information Officer OECD Organization of Economic Cooperation and Development
CPE Customer Premises Equipment
PDB Produk Domestrik Bruto
Detiknas Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional PEMDA Pemerintah Daerah
DRC Disaster Recovery Center PHLN Pinjaman/Hibah Luar Negeri
PMA Penanaman Modal Asing
GDP Gross Domestic Product PMDN Penanaman Modal Dalan Negeri
GIDC Government Integrated Data Center PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak
GRN Government Radio Network PPP Public Private Partnership
G2B Government to Business PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
G2C Government to Citizen
G2E Government to Employee RKP Rencana Kerja Pemerintah
G2G Government to Government RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
IBP Indonesia Broadband Plan
ICT Information and Communication Technology SIMAYA Sistem Informasi Perkantoran Maya
ITU International Telecommunication Union
IP Internet Protocol TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi

KE Koridor Ekonomi UKM Usaha Kecil Menengah


KPI Kawasan Perhatian Investasi UN United Nations
KPS Kerjasama Pemerintah Swasta UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural
KP3EI Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Organization
Indonesia USO Universal Service Obligation

112
Daftar Istilah

 Backbone: Jaringan telekomunikasi utama yang menghubungkan  ICT: Information and CommunicationTechnology. Teknologi yang
beberapa node akses jaringan seperti serat optik, satelit, memfasilitasi alur informasi, seperti antara pemerintah dan
gelombang mikro masyarakat
 Broadband: Akses internet pita lebar dengan jaminan  Jaringan Backhaul: Jaringan yang menghubungkan jaringan
ketersediaan konektivitas berkecepatan tinggi dan memiliki backbone dengan jaringan akses
kualitas yang baik bagi semua pengguna  Mobile Broadband: Jaringan internet kecepatan tinggi yang
 Broadband network: Jaringan internet pita lebar bergerak
 Data Exchange: Pertukaran data antar institusi, atau antar  Palapa Ring: Proyek jaringan serat optik yang menghubungkan
perorangan pulau-pulau besar di Indonesia dan menjangkau hingga ke ibukota
 Data Warehouse: Komputer atau tempat yang berisi data-data kabupaten/kota dengan membentuk konfigurasi ring.
yang terintegrasi, terorganisasi and terstruktur, seperti data  Teknologi Cloud: Teknologi penyimpanan data secara terpadu di
perusahaan, data perpustakaan server yang diakses melalui jaringan intranet ataupun internet
 Digital Divide: Kesenjangan akses informasi, telekomunikasi dan dengan menggunakan aspek media/peranti yang berbeda namun
layanan penyiaran digital antara individu, wilayah, sektor bisnis, dapat memperoleh informasi yang sama
perkotaan dan pedesaan  Teknologi Over-the-Top: Teknologi dan layanan yang sedang
 Digital Inclusion: Program yang memastikan bahwa setiap berkembang saat ini di dunia industri media, seperti video and
individu berhak untuk mendapatkan teknologi akses untuk audio melalui internet tanpa melibatkan penyelenggara sistem
mendukung keikutsertaannya dalam dunia maya jaringan dalam mengendalikan atau mendistribusikan konten
 Duct Bersama: Penempatan kabel serat optik penyelenggara  Teknologi Smart Pipe: Teknologi yang dipergunakan oleh operator
telekomunikasi dalam satu duct (kanal) yang dapat digunakan telekomunikasi untuk mengatur layanannya dan mengendalikan
secara bersama. Dapat juga dipergunakan bersama dengan kabel alokasi bandwith dan kecepatan internet
dari institusi lain seperti kabel listrik.  USO: Universal Service Obligation adalah Kewajiban Pelayanan
 Fixed Broadband: Jaringan internet kecepatan tinggi yang tetap, Universal untuk menyediakan akses dan layanan untuk wilayah
tidak bergerak dengan keterbatasan atau ketiadaan akses telekomunikasi. Dana
 Government Single Portal: Akses mendapatkan informasi dan USO merupakan kontribusi dari penyelenggara telekomunikasi di
layanan Pemerintah melalui internet. Informasi dan layanan yang Indonesia sebesar 1,25% dari pendapatan kotor (gross revenue)
bersifat umum dari semua institusi Pemerintah dapat di akses setiap tahun.
melalui satu alamat Pemerintah.

113
Sekretariat IBP:
Direktorat Energi, Telekomunikasi, dan Informatika
Kementerian PPN/BAPPENAS
Lantai 4, Jl. Taman Suropati No.2, Menteng, Jakarta 10310
Telp: (021) 314 9664
Fax: (021) 391 2422
Email: broadband.plan@bappenas.go.id
mtayyiba@bappenas.go.id
114

Anda mungkin juga menyukai