`Pada awalnya, mereka berdua sangat baik hati pada
Bawang Putih. Namun, lama kelamaan Bawang Merah dan Ibunya mulai memperlihatkan sifat asli mereka. Ternyata mereka jahat dan selalu menindas Bawang Putih. Bawang Putih disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sedangkan mereka hanya bersantai-santai.
Ayah Bawang Putih sama sekali tidak mengetahui hal ini.
Karena ia selalu pergi berdagang keluar kota berbulan- bulan. Jika ayahnya pulang Bawang Putih tidak berani mengadukan perbuatan Ibu dan saudara tirinya. Nasib Bawang putih benar-benar sangat malang. Setelah ibunya meninggal, kini ayahnya pun meninggal karena sakit. Bawah Putih sangat sedih. Karena ia menjadi yatim piatu dan yang membuat ia sangat sedih. Bawang Putih harus tinggal bersama ibu dan saudari tirinya. Suatu hari, ibu tirinya menyuruh Bawang Putih mencuci baju di sungai. ‘’ Bawang Putih, cucilah baju- baju kotor ini! Dan berhati-hatilah jangan sampai baju kesayanganku rusak atau hanyut disungai.’’ Perintah ibu tirinya.
‘’ Baik bu.’’ Jawab Bawang Putih.
Bawang Putih pergi menuju sungai, ketika sedang mencuci.
Tanpa sadar, salah satu baju ibunya hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih sangat panik dan takut, karena baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya.
Bawang Putih akhirnya kembali kerumah dan melapor
kepada ibu tirinya. Ibunya sangat marah. ‘’ Dasar bodoh! Baju kesayanganku itu harganya sangat mahal. Apakah kau mampu untuk menggantinya? Cepat cari dan jangan pulang sebelum kau temukan bajuku!’’ Bawang Putih sangat sedih dan ia berjalan menyusuri aliran sungai. Ia lalu bertemu dengan seorang pemburu yang sedang minum di pinggir sungai. Ia bertanya kepada pemburu itu, ‘’ Permisi, apakah paman melihat sehelai baju yang hanyut.’’
‘’ Ya, aku melihatnya. Baju itu hanyut ke arah sana.’’ Ujar si
pemburu.
Bawah Putih berjalan menuju arah yang di tunjuk si
pemburu. Namun, baju ibunya tidak juga ketemu. Bawang Putih sudah hampir menyerah karena hari sudah mulai gelap. Ketika ia akan pulang , dari kejauhan ia melihat sebuah rumah. Bawang Putih berjalan kerumah itu dan mengetuk pintu. Keluarlah seorang nenek penghuni rumah. ‘’ Ada apa gadis cantik?’’ Tanya nenek itu.
‘’ Aku sedang mencari baju ibuku yang hanyut. Apakah
nenek melihatnya?” Tanya Bawang Putih.
‘’ Kebetulan tadi ketika aku sedang mengambil air di sungai.
Aku menemukan sehelai baju. Mungkin saja itu baju mulik ibumu.’’ Kata nenek itu.
Ketika Bawang Putih melihat baju itu. Ternyata benar baju
itu milik ibunya.. ia sangat berterima kasih kepada nenek itu. Karena hari sudah malam, nenek itu menyuruh Bawang Putih menginap, dan bahkan tinggal di rumahnya selama lima hari.
Selama tinggal dirumah nenek itu. Bawang Putih sangat
rajin. Nenek sangat senang kepadanya. Pada hari kelima ketika Bawang Putih akan pulang. Nenek itu memberikan hadiah kepada Bawang Putih karena sudah membantunya bekerja membersihkan rumah.
‘’ Bawang Putih, ini ada dua buah labu. Pilihlah salah satu.’’ Kata nenek itu.
Bawang Putih memilih labu yang kecil karena ia takut tidak
kuat membawa yang besar. Setelah mengucapkan terima kasih, ia langsung bergegas pulang.
Setibanya ia dirumah. Bawang Putih membelah labu itu. Ia
langsung terkejut karena di dalamnya berisi intan permata dan berlian sangat banyak. Ia menceritakan kejadian itu kepada ibunya sekaligus pertemuanya dengan nenek itu.
Mendengar cerita Bawang Putih, ibu tirinya langsung
menyuruh Bawang Merah pergi kerumah nenek itu. Sebelum Bawang Merah pergi ibunya berpesan ‘’ Bawang Merah, pilihlah labu yang sangat besar. Di dalamnya pasti akan lebih banyak intan berlian.’’
Bawang Merah pergi kerumah nenek itu tinggal dan tinggal
selama lima hari. Namun, sifat Bawang Merah sangat berbeda dengan Bawang Putih. Bawang Merah sangat malas. Ia tidak pernah membantu pekerjaan nenek. Kerjaannya hanya makan dan tidur. Akhirnya karena merasa kesal, setelah lima hari nenek menyuruh Bawang Merah pulang tanpa memberi hadiah labu.
Bawang Merah bertanya dengan ketus. ‘’ Hei nenek tua,
bukankan seharusnya engkau memberiku labu?’’
Nenek itu kemudian memberikan labu yang besar kepada
Bawang Merah. Maka tanpa mengucapkan terima kasih, Bawang Merah langsung bergegas pulang. Ia sangat senang karena mendapatkan labu yang lebih besar dari Bawang Putih.
Setelah sampai dirumah, Bawang merah dan ibunya segera
mengusir Bawang putih dari rumah. Tidak lupa mereka mengunci pintu dan jendela dari dalam. Hal ini agar tidak ada orang lain yang tahu isi dari labi besar yang dibawa Bawang Merah. Bersama ibunya, ia langsung membelah labu besar itu. Dan tebayang dalam benak mereka intan permata yang berlimpah.
Namun ternyata, yang keluar dari labu tersebut bukanlahh
intan permata seperti yang meraka bayangkan. Melainkan ratusan dan puluhan kelabang, kalajengking dan ular berbisa.
Ratusan ekor binatang berbisa itu menyerang ibu dan
Bawang Merah. Mereka pun mati digigit oleh binatang- binatang berbisa itu akibat terlalu tamak.
Setelah kematian ibu dan saudara tirinya. Bawang putih
hidup sebatang kara.
Walaupun demikian, karena Bawang Putih anak yang rajin
dan baik, dia sangat disayangi oleh masyarakat disekitarnya. Dia pun dapat hidup berbahagia. Nantikan lanjutan kisah Bawang Putih diartikel kami selanjutnya.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih
adalah Jangan terlalu tamak dan serakah. Setiap orang sudah memiliki rezekinya masing-masing. Orang yang terlalu serakah akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya. Selalu berbuat baik lah dalam setiap tingkah laku, maka kita akan mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.