Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

JENIS DAN PENSKALAAN INSTRUMEN PENELITIAN

DISUSUN OLEH :
DEVI AFRIANI (17726251016)
ERLIN EVELINE (17726151009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya
sehingga makalah metode penelitian pendidikan yang berjudul “Jenis dan Penskalaan
Instrumen Penelitian” dapat diselesaikan. Makalah ini membahas tentang jenis dan
penskalaan instrumen. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas mata
kuliah metode penelitian pendidikan pada program studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana dan untuk memahami jenis serta penskalaan insturmen penelitian.
Pada penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada orang yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentu saja masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Akhirnya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 2

A. Skala Pengukuran ........................................................................... 2


1. Pengertian Skala Pengukuran ................................................... 2
2. Jenis Skala Pengukuran ............................................................ 2
3. Skala Sikap ............................................................................... 5
B. Instrumen Penelitian....................................................................... 13
1. Pengertian Instrumen Penelitian .............................................. 13
2. Jenis Instrumen Penelitian........................................................ 13
3. Cara Menyusun Instrumen Penelitian ...................................... 19
C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 21
1. Pengujian Validitas Instrumen ................................................. 22
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ............................................. 23

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 26

A. Simpulan ........................................................................................ 26
B. Saran ............................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian dilakukan dengan tujuan menyelesaikan masalah manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Penelitian diawali dengan merumuskan masalah. Rumusan
masalah tersebut kemudian dijawab untuk memperoleh penyelesaian masalah
dalam penelitian.
Untuk menjawab rumusan masalah, maka peneliti memerlukan data yang
dapat dianalisis. Data dapat diperoleh melalui instrumen penelitian yang
dikembangkan oleh peneliti. Karena itu, peneliti perlu mengetahui jenis, skala,
dan cara mengembangkan instrumen penelitian.
Jenis, skala, dan pengembangan instrumen penelitian perlu dipahami agar
instrumen layak digunakan saat penelitian dan menghasilkan data hasil penelitian
yang valid dan reliabel.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan skala dan instrumen penelitian?
2. Apa saja skala instrumen penelitian?
3. Apa saja jenis instrumen penelitian?
4. Bagaimana mengembangkan instrumen penelitian?
5. Bagaimana pengujian validitas dan reliabilitas instrumen?

C. Tujuan
1. Memahami definisi skala dan jenis instrument penelitian.
2. Mengetahui skala instrumen penelitian.
3. Mengetahui jenis instrumen penelitian.
4. Mengetahui cara mengembangkan instrumen penelitian.
5. Mengetahui cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Skala Pengukuran
1. Pengertian skala pengukuran
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami skala pengukuran. Skala
pengukuran merupakan kesepakatan untuk menentukan panjang pendek
suatu interval (jarak) yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur dapat
menghasilkan data kuantitatif dalam pengukuran saat penelitian (Sugiyono,
2016). Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur
karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka. Skala berbeda
dengan tes, kalau tes ada jawaban salah atau benar, sedang skala tidak ada
jawaban salah atau benar, tetapi jawaban atau respon responden terletak
dalam suatu rentang (skala) (Nana Syaodih, 2015). Mahmud dalam
Sudaryono (2013) mendefisinikan skala sebagai alat yang disusun dan
digunakan oleh peneliti untuk mengubah respon tentang suatu variabel yang
bersifat kualitatif menjadi data kuantitatif. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa skala merupakan alat ukur yang menghasilkan data
kuantitatif dalam suatu pengukuran.

2. Jenis Skala Pengukuran


Dalam kehidupan sehari-hari kita dikatakan melakukan pengukuran
jika kita menggunakan beberapa ukuran untuk menentukan berat badan,
tinggi badan, atau beberapa fitur lain dari objek fisik. Kita juga mengukur
jika kita menilai seberapa baik kita menyukai sebuah lagu, sebuah lukisan
atau kepribadian teman kita. Dengan demikian, kita, mengukur benda fisik
sekaligus konsep abstrak. Pengukuran adalah sesuatu yang relatif rumit dan
menuntut, khususnya bila menyangkut fenomena kualitatif atau abstrak.
Dalam suatu penelitian, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai

2
variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan
digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang
digunakan untuk penelitian juga lima. Karena instrumen penelitian akan
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala
(Sugiyono, 2012:133). Skala pada instrument penelitian itu akan
menghasilkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Klasifikasi skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah:
(a) skala nominal; (b) skala ordinal; (c) skala interval; dan (d) skala rasio.
a. Skala Nominal
Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut
jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk
mebedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Menurut
sunyoto (dalam sudaryono, 2013:47) mengatakan, adapun ciri-ciri skala
nominal antara lain : posisi data setara, dan tidak dapat dilakukan operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian. Contoh data skala nominal adalah :
 Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
 Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
 Golongan Darah : dibedakan atas Gol. O, A, B, AB
 Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
 Suku Bangsa : dapat dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
b. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking,
diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau
sebaliknya. Jadi skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan
seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau kuantitas dari
karakteristik yang dimilikinya (kusaeri & suprananto, 2012). Pada skala

3
ordinal dimungkinkan untuk melakukan perhitungan atau kuantifikasi
variabel-variabel yang diuji sehingga dapat memberikan informasi yang
lebih substansial dibandingkan dengan skala nominal.
Contoh data skala ordinal
 Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
 Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
 Sikap (yang diukur dengan Skala Likert) : Setuju, Ragu – ragu,
Tidak Setuju. Dsb.
c. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu
berupa interval yang tepat. Dengan demikian peneliti dapat melihat
besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek dan
lainnya. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu
data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.
Contoh skala interval :
 Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 36℃jelas
lebih panas daripada suhu 24℃. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa
suhu 36℃1½ kali lebih panas daripada suhu 24℃.
Alasannya : Penentuan skala 0℃ Tidak Absolut (=0℃tidak berarti
Tidak Ada Suhu/Temperatur sama sekali).
 Tingkat Kecerdasan,
 Jarak.
d. Skala Rasio
Skala rasio memiliki nilai nol mutlak dalam pengukurannya. Nilai
absolut nol ini terjadi pada saat suatu karakteristik yang sedang diukur
tidak ada. Skala rasio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol
mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Dengan demikian data berskala

4
rasio adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran dimana jarak
dua titik pada skala sudah diketahui.
Contoh skala rasio :
 Tinggi Badan : sebagai Skala Rasio, tinggi badan 180 cm dapat
dikatakan mempunyai selisih 60 cm terhadap tinggi badan 120 cm,
hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 cm adalah 1½
kali dari tinggi badan 120 cm.
 Berat Badan

(Sudaryono, 2013: 47-49)

3. Skala Sikap
Dalam penelitian pendidikan, skala yang dibuat pada umumnya
terbatas hanya cocok untuk satu poopulasi tertentu. Seperti halnya
persyaratan instrumen dalam pembuatan skala yang baik, peneliti sebaiknya
juga harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Ada beberapa macam jenis skala yang dapat diterapkan dalam
penelitian pendidikan khususnya maupun pendidikan tingkah laku pada
umumnya. Beberapa skala tersebut, yaitu 1) skala Likert, 2) Skala Thurstone,
3) Skala Guttman, 4) Skala Simentris, dan 5) Skala Rating
a. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang
di inginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan
pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan,
misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Skala ukur tersebut pada umumnya ditempatkan berdampingan dengan
pertanyaan atau pernyataan yang telah direncanakan, dengan tujuan agar
responden lebih mudah mengecek maupun memberikan pilihan jawaban
yang sesuai dengan pertimbangan mereka.

5
Dalam perencanaan penelitian item-item pertanyaan atau
pernyataan pada umumnya telah dikelompokkan menurut variabel yang
hendak menjadi perhatian peneliti. Dengan cara ini peneliti atau pembaca
lain dapat dengan mudah mengecek kebenaran instrumen yang dibuatnya.
Untuk penskoran kategori skala likert, jawaban diberi bobot atau
disamakan dengan nilai kuantitatif 4, 3, 2, 1, untuk empat pilihan
pernyataan positif. Dan 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan yang bersifat negatif.
Disamping itu, peneliti juga dapat menggunakan pilihan ganjil, misalnya
5, 4, 3, 2, 1 atau pilihan genap seperti 4, 3, 2, 1 (Sukardi, 2013: 147).
Dengan demikian skala likert berupa angka yang menyatakan jawaban
suatu pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif maupun negatif.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh bentuk checklist :

Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda


dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.

Jawaban
No. Pertanyaan
SS ST RG TS STS

1. Sekolah ini akan


menggunakan teknologi
informasi dalam pelayanan √
administrasi dan akademik

2. ….………………………..

Keterangan : SS = Sangat Setuju, ST = Setuju, RG = Ragu-ragu, TS =


Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

6
Contoh bentuk pilihan ganda :

Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda


dengan memberi tanda silang pada huruf jawaban yang tersedia.

Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda?

a. Sangat tidak setuju


b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
d. Setuju
e. Sangat setuju
Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor.
Jawaban positif diberi nilai terbesar hingga jawaban negatif diberi nilai
negatif
(Sugiyono, 2012: 135-138)

b. Skala Thurstone
Skala Thurstone dilihat dari bentuk tampilan mirip dengan skala
likert. Skala thurstone menilai sikap dengan cara merepresentasikan
statement tentang topik yang disusun dari yang tidak favorit, netral, dan
sangat tidak disenangi. Responden dalam hal ini dianjurkan untuk
memilih pernyataan item yang hampir mendekati atau cocok dengan
pilihan sikap mereka.
Salah satu contoh skala pengukuran yang dibuat dengan model
skala thurstone, di antaranya dapat dilihat sebagai berikut:
Merekrut calon dosen pendidikan fisika. Pilihlah 5 dari 10 pernyataan
yang sesuai dengan persepsi anda:

a. Saya memilih pekerjaan sebagai dosen karena pekerjaan yang mulia


dan terhormat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

7
b. Bila saya seorang mahasiswa sistem komputer, saya akan
mengusulkan agar mahasiswa sistem komputer memakai simbol-
simbol tertentu yang dapat dibanggakan.
c. Saya merasa tersanjung bila saya lebih memiliki kemampuan dalam
mengajarkan sesuatu daripada menguasai bidang studi saja.
d. Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang dosen; bila gaji hanya pas-
pasan, berangkat mengajar jalan kaki, dikampus sering berhadapan
dengan tugas yang rumit dan mahasiswa yang bandel, dll.
e. Senangnya menjadi dosen apabila berhasil mendemonstrasikan
pelajaran kepada mahasiswa yang menghadapi kesulitan di
laboratorium
f. Sebagai dosen, saya bangga karena dosenlah sebagai pewaris
ilmuwan yang mengajarkan para mahasiswa untuk dipersiapkan
menjadi manusia yang tangguh, berkualitas, kreatif, dan profesional
untuk mengisi pembangunan bangsa.
g. Semestinya gaji dosen lebih besar daripada gaji pegawai lain.
Berdasarkan pernyataan item diatas, dapat dianalisis dengan cara
sebagai berikut:
a) Peneliti memberikan kunci jawaban dan penilaian akurat
b) Memberikan nilai sesuai dengan jawaban responden dan
menghitung hasil rekapitulasi data responden
c. Skala Guttman
Skala guttman sering pula disebut sebagai teknik kumulatif.
Guttman mengembangkan teknik ini guna mengatasi problem yang
dihadapi oleh likert maupun thurstone. Miller (dalam sukardi 2013: 149)
mengatakan tujuan utama pembuatan skala model ini pada prinsipnya
adalah untuk menentukan, jika sikap yang diteliti benar-benar mencakup
satu dimensi. Dengan demikian skala guttman akan lebih mudah
menafsirkan data yang diperoleh dengan pasti.

8
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang
tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; pernah-tidak pernah”; positif-
negatif” dan lain-lain. Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju”
atau “tidak setuju”.
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda,
juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor
tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi
skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. analisa dilakukan seperti pada skala
likert. Contoh :
1. Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat kepala sekolah
disini?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Pernahkah pemilik sekolah melakukan pemeriksaan diruang kelas
anda?
a. Tidak pernah
b. Pernah
(Sugiyono, 2012:139)

d. Skala Simentris
Cara lain untuk mengukur skala sikap adalah dengan
menggunakan teknik pembeda simentris atau sering pula disebut sebagai
Semantic Differential Technique. Skala sikap tersusun dalam satu garis
kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan
garis, dan jawaban “sangat negatifnya” terletak dibagian kiri garis, atau
sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala
ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai
oleh seseorang.

9
Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya
kepemimpinan kepala sekolah.

Demokrasi 5 4 3 2 1 Otoriter
Bertanggung Jawab 5 4 3 2 1 Tidak
Bertanggung
Jawab
Memberi 5 4 3 2 1 Mendominasi
Kepercayaan
Menghargai 5 4 3 2 1 Tidak
Bawahan Menghargai
Bawahan
Keputusan Diambil 5 4 3 2 1 Keputusan
Bersama Diambil
Sendiri
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang
positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada pesepsi
responden kepada yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti
persepsi responden terhadap kepala sekolah itu sangat positif, sedangkan
bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila memberi
jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap kepala
sekolah sangat negatif.

(Sugiyono, 2012:140)

e. Skala Rating
Pada skala penilaian, si penilai memberi angka pada satu
kontinum dimana individu atau objek akan ditempatkan. Skala rating
yaitu data mentah yang dapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Responden menjawab, misalnya: ketat-longgar,

10
sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, lemah-kuat, buruk-baik, aktif-
pasif, besar-kecil, ini semua adalah merupakan contoh data kualitatif.
Dalam model skala rating responden tidak akan menjawab dari
data kualitatif yang sudah tersedia tersebut, tetapi menjawab salah satu
dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Dengan demikian, bentuk
skala rating lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja,
tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap gejala atau
fenomena lainnya.
Pembuatan dan penyusunan instrumen dengan menggunakan
skala rating yang penting harus mengartikan atau menafsirkan setiap
angka yang diberikan dalam alternatif jawaban pada setiap item
instrumen.
(Sudaryono, 2013:54-55)
Dengan demikian skala rating digunakan untuk menjelaskan setiap
angka dalam setiap item isntrumen penelitian dalam bentuk pernyataan
kualitatif.

Dilihat dari cara menggambarkannya, skala rating juga dapat


dibedakan menjadi skala grafik dan skala kategori. Skala grafik yaitu
skala rating yang memberikan kesempatan kepada para penilai dengan
secara mudah memberikan tanda check pada titik-titik yang tepat pada
garis horizontal yang menunjukkan tentang tingkah laku. Skala kategori
yaitu jenis skala rating yang didalamnya terdiri atas beberapa kategori
yang telah diatur dalam seri yang berurutan.

Contoh skala rating secara grafik:


Aspek tingkah laku Rendah Sedang Tinggi
Penampilan pribadi

Keterampilan berkomunikasi

11
Adaptasi dengan lingkungan
social
Bekerja secara kelompok

Bekerja secara mandiri


Contoh skala rating secara kategori:
Untuk item pertanyaan;
Bagaimanakah kreativitas siswa dalam proses belajar dikelas (pilih
salah satu dari kategori yang tersedia)
- Sangat Kreatif
- Kreatif
- Tidak Kreatif
- Sangat Tidak Kreatif
Untuk item pernyataan;
Kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dikelas dapat
dikelompokkan sebagai siswa
- Sangat Kreatif
- Kreatif
- Tidak Kreatif
- Sangat Tidak Kreatif
(Sukardi, 2013: 152-153)

12
B. Instrumen Penelitian
1. Pengertian Instrumen penelitian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia instrumen diartikan sebagai alat
yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau sarana penelitian (berupa
seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan suatu masalah secara
bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian,
mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012). Instrumen penelitian juga dapat
diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau
sosial (dalam hal ini variabel penelitian) yang diamati. Instrumen penelitian
biasa disebut dengan alat ukur penelitian (Sugiyono, 2016: 147-148). Dengan
demikian, instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data
penelitian secara sistematik dan ilmiah. Instrumen sangat penting dalam
penelitian. Karena itu, pengetahuan akan instrumen penelitian dan
pengembangannya diperlukan agar instrumen tersebut layak digunakan dalam
penelitian perlu dilakukan. Selanjutnya, instrumen yang diartikan sebagai alat
pengukuran merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam bentuk benda
(Sudaryono, Margono dan Rahayu, 2013: 30).

2. Jenis Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang biasa digunakan oleh peneliti diantaranya
adalah wawancara, kuesioner, dan observasi. Tentu saja setiap instrumen yang
digunakan memiliki kelemahan dan kelebihan. Berikut penjelasan jenis-jenis
instrumen seperti yang telah disebutkan.
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data secara langsung atau lisan dari sumbernya. Teknik
wawancara digunakan apabila peneliti ingin mengetahui informasi

13
mendalam dari responden. Jumlah responden dalam wawancara biasanya
sedikit (Sudaryono, Margono dan Rahayu, 2013: 35). Teknik
pengumpulan data wawancara banyak digunakan dalam penelitian
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sebelum melaksanakan wawancara,
maka perlu dibuat instrumen wawancara yang biasa disebut pedoman
wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
kemudian ditanyakan secara lisan oleh peneliti atau pewawancara dan
responden merespon atau menjawab secara lansung. Bentuk pertanyaan
ada yang terbuka atau tertutup (Sukmadinata, 2015: 216).
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Untuk instrumen wawancara terstruktur berisi pertanyaan atau
pernyataan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan.
Responden diberi pertanyaan yang sama, dan pewawancara mencatat
jawaban dari responden. Berikut ini contoh instrumen wawancara
terstruktur.
1. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di
Kabupaten ini?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
2. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang
kesehatan di Kabupaten ini?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus.

14
Dalam wawancara terstruktur, pedoman wawancara yang digunakan
biasanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contohnya seperti: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap
kebijakan pemerintah tentang impor gula saat ini?” (Sugiyono, 2016: 188-
189).
Penggunaan instrumen wawancara memiliki keuntungan dan
kekurangan. Nasution dalam Sudaryono, Margono dan Rahayu (2013: 37-
38) menyebutkan beberapa keuntungan penggunaan instrumen
wawancara, yaitu:
(1) Memperoleh keterangan secara mendalam dari responden tentang
suatu masalah;
(2) Dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan;
(3) Peneliti dapat berusaha agar pertanyaan yang diajukan benar-benar
dapat dipahami oleh responden;
(4) Wawancara memungkinkan flesibilitas dalam cara-cara bertanya. Bila
jawaban tidak memuaskan, tidak tepat atau tidak lengkap,
pewawancara dapat mengajukan pertanyaan lain untuk mendapat
penjelasan dari yang lengkap. Dengan kata lain, peneliti dapat
mengklarifikasi jawaban siswa agar lebih jelas.

Sedangkan untuk kelemahan menggunakan teknik wawancara adalah:

(1) Kurang efisien, dilihat dari waktu, tenaga dan biaya;


(2) Sulit dalam pengolahan dan analisis data terutama untuk wawancara
tidak terstruktur;
(3) Diperlukan keahlian dalam mewawancarai oleh peneliti.

15
b. Kuesioner
Kuesioner terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pernyataan di mana
seseorang diminta untuk merespon pertanyaan tentang fakta, pendapat,
sikap, pilihan dari responden. Kuesioner dapat dianggap sebagai bentuk
wawancara tertulis. Langkah pengembangan kuesioner mengikuti pola
yang sama dengan wawancara terstruktur. Karena kuesioner berbentuk
tertulis maka instrumen harus dikembangkan dengan hati-hati agar
responden memahami setiap pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner.
Responden dianggap memiliki pengetahuan tentang hal yang akan diteliti.
Instrumen kuesioner terdiri dari sejumlah pertanyaan yang kemudian
diberikan kepada responden untuk dijawab (Singh, 2006: 191). Instrumen
ini cocok digunakan untuk jumlah responden yang besar dan dapat
menjadi instrumen penelitian yang efisien jika peneliti tahu dengan pasti
apa yang akan diukur dari variabel yang diteliti. Bentuk kuesioner dapat
berupa pertanyaan tertutup atau terbuka. Pengambilan data dengan
kuesioner dilakukan dengan memberikan secara langsung, dikirim melalui
pos atau dikirim melalui internet (Sugiyono, 2016: 193).
Dalam kuesioner, terdapat dua bentuk pertanyaan yaitu bentuk
terbuka dan bentuk tertutup. Setiap bentuk ini juga memiliki keuntungan
dan kelemahan. Bentuk terbuka menyediakan pertanyaan dengan
memberikan ruang atau tempat kosong untuk responden menulis jawaban
pertanyaannya sendiri. Instumen ini menyediakan penjelasan jawaban dari
responden namun bentuk ini sulit dalam analisis data karena perlu
merangkum terlebih dahulu jawaban responden. Jawaban responden
mungkin juga terlalu singkat atau responden menhilangkan beberapa
informasi penting ketika menjawab. Contoh bentuk pertanyaan kuesioner
terbuka sebagai berikut.
“In your opinion, what might your high school have done to prepare
you more adequately for college?”

16
Bentuk tertutup terdiri dari pertanyaan atau pernyataan di mana
responden menjawab dengan memilih satu atau lebih pilihan seperti “ya”
atau “tidak. Hal ini memudahkan dalam menganalisis data karena jawaban
telah ditentukan peneliti. Kelemahan bentuk ini adalah responden tidak
memiliki kesempatan untuk menjelaskan mengapa memilih pilihan
jawaban pada kuesioner tersebut dan tidak dapat mengetahui jawaban
responden secara mendalam. Disamping itu, mungkin saja pilihan jawaban
tiap item tidak sesuai untuk semua responden. Contoh bentuk tertutup
adalah sebagai berikut.
If group tests are used in your school, by whom are they administered?
(a) Administrators
(b) Consellors,
(c) Psychologists,
(d) Psychometricians,
(e) Teachers, and
(f) Others

(Singh, 2006: 193).

Instrumen kuesioner memiliki keuntungan seperti mudah


disesuaikan (fleksibel) (Singh, 2006: 192), efisien segi biaya dan waktu,
dapat digunakan untuk sampel yang besar, serta responden yang sulit
didatangi. Sedangkan, kelemahan kuesioner adalah hanya dapat digunakan
untuk responden yang memiliki pengetahuan, kadang-kadang waktu
pengembalian kuesioner lama oleh responden, dan terdapat kemungkinan
jawaban yang ambigu (Kothari, 2004: 101).

17
c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan mengamati kegiatan yang sedang
berlangsung. Dalam observasi instrumen yang digunakan berupa pedoman
observasi. Pedoman observasi dapat disusun dalam bentuk skala. Untuk
tiap butir kegiatan atau perilaku yang diamato telah disiapkan rentang
skala (Sukmadinata, 2015: 220-221). Observasi dapat dilakukan secara
parsipatif atau nonpartisipatif. Pada observasi partisipatif, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari kegiatan yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Kelebihan menggunakan
observasi jenis ini, peneliti memperoleh data lengkap, tajam, dan sampai
tingkat makna. Sedangkan dalam observasi nonpartisipatif peneliti tidak
terlibat pada kegiatan yang diamati dan hanya sebagai pengamat. Sebagai
contoh, pada saat pemungutan suara, peneliti dapat mengamati bagaimana
perilaku masyarakat dalam hal menggunakan hal pilihnya, interaksi
dengan petugas pemungutan dan lain-lain. Namun, observasi ini memiliki
kelemahan yaitu tidak mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai
pada tingkat makna. Makna diartikan sebagai arti dibalik sesuatu terjadi
atau sesuatu yang tidak tampak pada kegiatan (Sugiyono, 2016: 196-198).
Contoh pedoman observasi di bawah ini.

18
Sumber: Cohen, Manion dan Morrison, 2007: 401

3. Cara Menyusun Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian perlu dikembangkan dengan baik agar hasil
penelitian valid dan reliabel. Dalam menyusun instrumen penelitian, setiap
peneliti memiliki dasar teori yang berbeda-beda bergantung pada teori yang
dipakai oleh peneliti. Setelah instrumen dikembangkan, maka peneliti perlu
menguji instrumen tersebut. Pengujian instrumen penelitian apakah layak
untuk digunakan atau tidak dapat dilakukan dengan menguji validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut.
Cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan instrumen penelitian,
yaitu: (1) menetapkan variabel-variabel penelitian yang akan diteliti; (2)
mendefinisikan secara operasional variabel-variabel yang akan diteliti; (3)

19
menentukan indikator variabel yang kemudian dijabarkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan. Untuk menetapkan indikator setiap variabel
yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam dan teori
yang mendukung variabel itu. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca
berbagai referensi baik buku, jurnal, atau hasil penelitian sebelumnya yang
sejenis; (4) menentukan bentuk instrumen yang akan dikembangkan Bentuk
instrumen yang dipilih bergantung pada faktor teknik pengumpulan data
yang akan digunakan. Misalnya teknik pengumpulan data angket digunakan
bila responden dengan jumlah yang besar dapat membaca dengan baik, dan
dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia.Teknik observasi
digunakan bila objek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja,
gejala alam, dan responden kecil. Wawancara digunakan bila ingin
mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah
responden sedikit. Gabungan beberapa teknik digunakan bila ingin
mendapatkan data yang lengkap, akurat dan konsisten (Sugiyono, 2016: 149-
168).
Untuk memudahkan penyusunan instrumen dapat menggunakan kisi-
kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Contohnya sebagai
berikut.

20
Sumber: Sugiyono, 2016: 157
C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen penelitian yang telah dikembangkan selanjutnya diuji validitas
dan reliabilitasnya. Tujuan pengujian adalah untuk melihat apakah isntrumen
tersebut layak digunakan pada penelitian. Instrumen layak digunakan apabila
instrumen telah valid dan reliabel sehingga akan menghasilkan data hasil
penelitian yang valid dan reliabel juga. Syarat agar data hasil penelitian valid dan
reliabel maka instrumen harus valid dan reliabel pula (Sugiyono, 2016: 168).
1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas merupakan salah satu kunci penting penelitian yang efektif.
Dalam penelitian kuantitatif, validitas dapat ditingkatkan dengan memilih
teknik sampling, instrumen, dan analisis statistik yang tepat (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 133). Instrumen yang valid berarti instrumen

21
tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016:
168). Validitas juga mengindikasikan ketepatan instrumen (Lodico,
Spaulding dan Voegtle, 2010: 93). Instrumen yang baik harus memiliki
validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity).
Validitas dibagi menjadi dua yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Validitas internal meliputi validitas konstruk dan validitas isi.
a. Validitas Konstruk
Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur
dikatakan valid apabila cocok dengan teori-teori konstruksi yang dipakai
peneliti (Sudaryono, Margono dan Rahayu, 2013: 104). Pengujian
validitas konstruk biasanya menggunakan pendapat para ahli (expert
judgement). Instrumen yang telah dibuat berdasarkan teori yang telah
ditentukan diberikan kepada para ahli yang kemudian diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah para ahli
yang menguji minimal tiga orang. Instrumen terus diperbaiki hingga ahli
mengatakan bahwa instrumen telah layak diuji coba.
Selanjutnya, instrumen diuji coba kepada responden dengan
minimal jumlah responden adalah 30 orang. Setelah itu, data hasil uji
coba dianalisis faktor. Analisis faktor meliputi analisis korelasi antara
skor butir soal dengan skor total dan skor faktor (indikator variabel)
dengan skor total. Kriteria soal yang valid adalah memiliki nilai korelasi
sama dengan atau di atas 0.30 (Sugiyono, 2016: 172-173).

b. Validitas Isi
Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara
isi instrumen dengan program yang ada dan konsultasi ahli. Pengujian
validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi
instrumen terdiri dari variabel yang akan diteliti, indikator variabel, dan

22
nomor butir pertanyaan atau pernyataan. Pengujian validitas isi serupa
dengan cara pengujian validitas konstruk (Sugiyono, 2016: 177).
Melalui penelaahan kisi-kisi instrumen ditentukan apakah instrumen
sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten yang diteliti
sesuai standar atau kriteria tertentu. Oleh karena itu, validitas isi tidak
mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi
dipahami bahwa instrumen itu valid berdasarkan kisi-kisi instrumen
(Sudaryono, Margono dan Rahayu, 2013: 104).

c. Validitas eksternal
Validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan (mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan kriteria yang
ada dilapangan (fakta-fakta dilapangan) (Sugiyono, 2016: 177-178).

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Reliabilitas menunjukkan kekonsistenan skor, yang mana, sebuah
instrumen memiliki kemampuan untuk menghasilkan skor yang sama selama
pengujian diulang (Lodico, Spaulding dan Voegtle, 2010: 93). Pengujian
reliabilitas instrumen dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut.

a. Test-retest
Instrumen diuji coba beberapa kali dalam waktu yang berbeda dan
responden yang sama. Hasil uji coba dicari nilai koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan percobaan berikutnya.
b. Ekuivalen

23
Pengujian dengan cara ini dilakukan dengan membuat dua buah
instrumen yang ekuivalen. Ekuivalen artinya pertanyaan atau pernyataan
dalam instrumen memiliki arti atau maksud yang sama namun berbeda
secara bahasa. Instrumen diberikan kepada responden dan waktu yang
sama.
c. Gabungan
Teknik uji reliabilitas gabungan adalah dengan menggabungkan
dua teknik yaitu test-retest dan ekuivalen. Dua instrumen yang ekuivalen
diberikan kepada responden yang sama beberapa kali. reliabilitas
didapatkan dengan mengkorelasikan hasil uji coba dua instrumen.
d. Internal consistency
Pengujian reliabilitas test-retest, ekuivalen, dan gabungan
merupakan pengujian relibilitas eksternal. Pengujian dengan internal
consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen satu kali
kemudian data hasil uji coba dihitung dengan cara diantaranya teknik
belah dua dari Spearman Brown (Split half), Kuder Richarson 20, Kuder
Richarson 21, Anova Hoyt, dan Alpha Cronbach.
Rumus Spearman Brown.

Di mana:
= reliabilitas internal seluruh instrumen
= korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Rumus KR. 20 (Kuder Richardson

Di mana:
k = jumlah item dalam instrumen

24
= proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
= 1-
= varians total

Rumus KR. 21 (Kuder Richarson)

Di mana:
K = jumlah item dalam isntrumen
M = mean skor total
= varians total

Rumus Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)

Di mana:
= mean kuadrat antara subjek
= mean kuadrat kesalahan
= reliabilitas instrumen
(Sugiyono, 2016: 178-181).

25
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Skala merupakan alat ukur yang menghasilkan data kuantitatif dalam suatu
pengukuran. Sedangkan instrumen merupakan alat yang digunakan untuk
mengambil data penelitian secara sistematik dan ilmiah.
2. Skala pengukuran terdiri dari skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan
skala ratio. Kemudian, untuk pengukuran skala sikap terdiri dari skala likert,
skala thurstone, skala guttman, skala sementris, dan skala rating.
3. Instrumen penelitian yang biasa digunakan dalam pengambilan data berupa
wawancara, kuesioner, dan observasi.
4. Cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan instrumen penelitian: (1)
menetapkan variabel penelitian yang akan diteliti; (2) membuat definisi
operasional variabel yang akan diteliti; (3) menentukan indikator variabel
yang kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan; (4)
menentukan bentuk instrumen yang akan dikembangkan.
5. Pengujian validitas meliputi validitas internal dan eksternal. Pengujian
reliabilitas dapat dilakukan dengan test-retest, ekuivalen, gabungan, internal
consistency.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, masih banyak jenis
skala dan instrumen yang penulis belum sampaikan dalam makalah ini. Maka dari
itu, diharapkan penulisan mengenai jenis dan penskalaan instrumen penelitian ini
dapat dijelaskan lebih mendalam.

26
DAFTAR PUSTAKA

Cohen, L., Manion, L., dan Morrison, K. (2007). Research Methods in Education.
Amerika: Taylor & Francis e-Library.
Kothari, C.R. (2004). Research Methodology. New Delhi: New Age International.
Lodico, M.G., Spaulding, D.T., dan Voegtle, K.H. (2010). Method in Educational
Research. Amerika: Jossey Bass.
Singh, Y. K. (2006). Fundamental of Research Methodology and Statistics. New
Delhi: New Age International.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sudaryono, Maryono, G., dan Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.

27

Anda mungkin juga menyukai