Pekanbaru, Riau
2009
PENDAHULUAN
Sebagian besar kehamilan berlangsung normal dan tanpa perlu disertai
dengan intervensi medis. Salah satu tujuan perawatan antenatal adalah
memungkinkannya proses surveillance terhadap semua kehamilan sehingga dapat
melakukan deteksi komplikasi sedini mungkin. Di negara berkembang, banyak ibu
hamil yang tidak memperoleh perawatan antenatal yang memadai dan hal ini
dapat menyebabkan akibat yang serius.1 Asuhan antenatal penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap
demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat.2
Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa
risiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang
hamil akan mengembangkan komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya
serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia,
sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa
meningkat menjadi fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilaksanakan pada
tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita
dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Baru dalam setengah abad ini
diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu
ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi menurun.2
Pelayanan kebidanan terdiri atas pengawasan serta penanganan wanita
dalam masa hamil dan pada waktu persalinan, perawatan dan pemeriksaan wanita
sesudah persalinan, perawatan bayi, dan pemeliharaan laktasi. Dalam arti yang
lebih luas usaha-usaha dimulai lebih dahulu dengan peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan para remaja yang sebagai calon ayah dan ibu, dan dengan membantu
mereka dalam mengembanghkan sikap yang wajar terhadap kehidupan
kekeluargaan serta tempat keluarga dalam masyarakat. Termasuk pula bimbingan
mereka untuk kelak menjadi ayah dan ibu yang baik serta pengertian tentang soal-
soal yang bersangkutan dengan kesehatan reproduksi.3
1
PELAYANAN ANTENATAL CARE
Pelayanan antenatal ialah suatu upaya untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.2
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti
yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas
Puskesmas.2
2
Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.2
Ini berarti dalam ante natal care harus diusahakan agar:2
1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat
2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati
3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan metal
3
PENENTUAN USIA KEHAMILAN
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira–kira 280
hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
- Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan).
- Kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postmatur.
- Kehamilan antara 28 – 36 minggu disebut kehamilan prematur.
- Kehamilan yang terakhir ini mempengaruhi viabilitas (kelangsungan
hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda mempunyai
prognosis buruk.3
Ditinjau dari tua kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian: 3
1. Kehamilan triwulan I (antara 0 sampai 12 minggu)
2. Kehamilan triwulan II (antara 12 sampai 28 minggu)
3. Kehamilan triwulan III (antara 28 sampai 40 minggu)
Untuk menentukan usia kehamilan dapat digunakan kriteria sebagai berikut :3
1. Berdasarkan panjangnya janin ( menurut Haaese)
Dalam 5 bulan yang pertama panjangnya janin dalam cm adalah kuadrat
dari umur kehamilan dalam bulan, dan setelah bulan kelima umurnya dalam bulan
dikalikan dengan 5 (lima).
Tabel 1. Penentuan usia kemamilan menurut Haaese
Umur (bulan) Panjang (cm)
1 12 = 2
2 22 = 2
3 32 = 9
4 42 = 16
5 52 = 25
6 6 x 5 = 30
7 7x5 =35
8 8x5 = 40
9 9x5 =45
10 10x5 =100
4
tafsiran persalinan berdasarkan rumus Neagle yaitu tanggal ditambah 7 (tujuh),
bulan dikurang 3 (tiga), dan tahun ditambah 1(satu).
Contoh : Haid terakhir : 3 – 5 – 2003
(+7) (-3) (+1)
Saat persalinan tergantung pada saat ovulasi, maka karena saat ovulasi
ditentukan juga oleh lamanya siklus, maka hukum Naegele hanya berlaku untuk
siklus 28 hari
3. Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (menurut Leopold)
Tabel 2. Penentuan usia kehamilan menurut Leopold
< 12 minggu Belum dapat diraba
5
KOMPONEN YANG DI ANJURKAN PADA ASUHAN PRENATAL RUTIN
SETELAH KUNJUNGAN PERTAMA
Komponen-komponen yang dianjurkan pada asuhan prenatal rutin
setelah kunjungan pertama dapat dilihat pada table berikut :5
SURVEILANS PRENATAL
Pada setiap kunjungan ulang dilakukan langkah-langkah untuk
menentukan kesejahteraan ibu dan janinnya. Informasi tertentuyang diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu :5
Janin :
a. Bunyi jantung
b. Ukuran saat ini dan laju perubahannya
c. Jumlah cairan ketuban
d. Bagian terbawah janin dan penurunannya/ station (pada tahap lanjut
kehamilan )
e. Aktifitas
Ibu:
a. Tekanan darah saat ini dan besar perubahannya
b. Berat badan saat ini dan besar perubahanya
c. Gejala,termasuk nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri abdomen, mual
dan muntah, perdarahan, cairan dari vagina, disuria.
6
d. Tinggi pundus dari simfisis dalam sentimeter
e. Pemeriksaan dalam ( vaginal touché ) pada kehamilan tahap lanjut sering
memberikan informasi berharga
f. Memastikan bagian terbawah janin
g. Penurunan bagian terbawah janin
h. Perkiraan klinis kapasitas paggul dan konfigursi umumnya
i. Kisistensi, pendataran, dan pembukaan servik
7
PREEKLAMPSIA
PENDAHULUAN
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda
pentig preeklampsia, dan apabila tidak terdapat proteinuria, diagnosisnya
dipertanyakan. Proteinuria didefenisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih
protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara menetap
pada sampel urin. Pada kenyataannya, preeklampsia secara klinis mulai tampak
hanya menjelang akhir suatu proses patofisiologis yang mungkin sudah dimulai 3
sampai empat bulan sebelum timbulnya hipertensi. Kriteria minimum untuk
menegakkan diagnosa preeklampsia adalah hipertensi ditambah proteinuria
minimal. Semakin parah hipertensi atau proteinurianya, semakin pasti diagnosis
preeklampsi. Demikian juga temuan laboratorium pada tes fungsi ginjal, hati dan
hematologis meningkatkan kepastian preeklampsia.4
Kombinasi proteinuria dan hipertensi selama kehamilan secara nyata
meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas peinatal. Hasil dari sebuah studi
prospektif selama 13 tahun yang dilaporkan oleh Friedman dan Neff (1976) pada
lebih dari 38.000 kehamilan, dimana hipertensi saja berkaitan dengan kematian
janin sebesar 3 kali lipat. Memburuknya hipertensi, terutama apabila disertai oleh
proteinuria, merupakan pertanda buruk. Naeye dan Friedman dalam Knuppel
(1999) menyimpulkan bahwa 70 % peningkatan kematian janin pada para wanita
di atas disebabkan infark besar pada plasenta, ukuran plasenta yang terlalu kecil,
dan solusio plasenta. Faktor lain yang menunjukkan keparahan hipertensi adalah
disfungsi jantung dengan edem paru serta pertumbuhan janin terhambat yang
nyata.6
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya, jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Dalam kepustakaan
frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10% .Insiden preeklampsia sering disebut
sekitar 5%, walaupun laporan yang ada sangat bervariasi. Insiden sangat
dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis dan karenanya juga
8
predisposisi genetik, sementara faktor lingkungan juga berperan, sebagai contoh,
Palmer dkk (1999) melaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado
meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa
wanita yang sosio ekonominya lebih maju, lebih jarang terjangkit preeklampsia,
bahkan setelah faktor ras dikontrol. Faktor risiko lain yang berkaitan dengan
preeklampsia adalah kehamilan multipel, riwayat hipertensi kronik, usia ibu lebih
dari 35 tahun, obesitas dan ibu etnis Amerika-Afrika. Hubungan antara berat
badan ibu dengan preeklampsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3 % untuk
wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 menjadi 13,3 %.7
Wanita yang mengalami preekLampsia lebih rentan mengalami penyulit
hipertensi pada kehamilan berikutnya. Umumnya semakin dini preeklampsia
didiagnosis saat hamil, semakin besar kemungkinan kekambuhannya. Wanita
multipara yang mengalami preeklampsia beresiko tinggi mengalami kekambuhan
preeklampsia pada kehamilan berikutnya dibandingkan nulipara yang mengalami
preeklampsia.7
Pada preeklampsia sering dijumpai perburukan patologis fungsi sejumlah
organ dan sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Wanita dengan
preeklampsia berat-eklampsia biasanya mengalami odem paru setelah melahirkan
dapat terjadi gangguan penglihatan pada preeklampsia berat tersendiri atau
bersama dengan kejang, walaupun jarang, keluhan nyeri kepala, perubahan fungsi
dan integritas hepar dapat terjadi. Keterlibatan hepar pada preeklampsia adalah hal
yang serius dan sering ditandai oleh tanda-tanda keterlibatan organ lain, terutama
ginjal dan otak, bersama dengan hemolisis dan trombositopenia. Keadaan ini
sering disebut sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low platelet
count).7
DEFINISI
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau
lebih dengan menggunakan fase V korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik.
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul akibat kehamilan dan berakhir
setelah terminasi kehamilan. Preeklampsia bukan merupakan penyakit melainkan
reaksi tubuh untuk mempertahankan kebutuhan janin.4
9
A. Preeklampsia
Kriteria minimum : 4
- TD ≥ 140/90 mmHg
- Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ + 1 pada dipstick
4,10
Kriteria diagnosis PEB :
- TD sistolik > 160-180 ; diastolik > 110 mmHg
- Proteinuria > 5 g/ 24 jam
- Oligouria (<500 ml/24 jam)
- Gangguan cerebral atau visual
- Edema pulmonum
- Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
- Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
- Trombositopenia
- PJT/Restriksi pertumbuhan/Oligohidramnion
- Kreatinin serum meningkat
B. Impending Eklamsia
Impending eklamsia adalah preeklamsia disertai gejala beberapa gejala
dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan
kenaikan tekanan darah yang progesif. Impending eklamsia ditangani sebagai
eklamsia.4,10
C. Eklampsia
Eklamsia adalah Kejang yang tidak disebabkan hal-hal lain pada seorang
wanita hamil selain preekalmpsia seperti epilepsi atau defisit neuorolgis lainnya.4
ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui walaupun diyakini
bahwa preeklampsia berhubungan erat dengan plasenta. Hipotesis yang penting
pada patogenesis preeklampsia adalah terdapatnya senyawa yang dihasilkan
jaringan uteroplasenta yang masuk kedalam sistem sirkulasi ibu dan menyebabkan
kerusakan endotel. Perubahan endotel yang terjadi dianngap sebagai penyebab
10
utama timbulnya gejala preeklampsia seperti hipertensi, proteinuria, dan aktivasi
sistem hemostasis.4,7
KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari derajat preeklamsia atau eklamsia. Yang
termasuk komplikasi antaralain atonia uteri. Sindroma HELLP (hemolysis,
elevated liver enzimes, low platelet count), ablasia retina, KID, gagal ginjal,
perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian.4
PENGELOLAAN KEHAMILAN
Pada umumnya PEB pada kehamilan < 28 minggu dan > 35 minggu
dilahirkan, sedangkan pada kehamilan antara 28-35 minggu masih kontroversi
antara ekspektatif yaitu menunda persalinan sambil diberikan pematangan paru
versus tindakan aktif untuk melahirkan tanpa memandang usia kehamilan.9,10
1. Indikasi ibu
• Kelahiran Cepat ( dalam 72 jam ) Jika ditemukan satu / lebih gejala
berikut :
12
- Hipertensi yang tidak terkontrol : Sistolik ≥ 160 mmhg atau Diastolik
≥ 110 mmhg maksimal dengan 2 kali pemberian antihipertensi yang
dianjurkan.
- Ada Eklampsia
- Trombosit < 100.000 / mm3
- SGOT / SGPT > 2 X dari nilai normal dengan nyeri epigastrium atau
kuadran atas kanan perut
- Edema paru
- Fungsi ginjal yang terganggu : Kreatinin > 1 mg%
- Solusio Plasenta
- Nyeri kepala terus menerus dan gangguan penglihatan.
• Ekspektatif Jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut :9
- Hipertensi terkontrol
- Proteinuria
- Oliguria (< 0,5 ml/kgbb/jam) yang berhasil dihilangkan setelah diberi
terapi dan dengan diet biasa.
- SGOT / SGPT < 2 X dari nilai normal.
- Tidak ada nyeri epigastrium atau kuadran atas kanan perut.
2. Indikasi Janin 9
Kelahiran Cepat ( dalam 72 jam ) Jika ditemukan satu / lebih gejala
berikut :
- Keadaan berulang dari deselerasi variabel atau lambat yang berat.
- Profil biofisik 4 atau kurang pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4
jam.
- Indeks Cairan Amnion 2 cm atau kurang
- TBA dengan USG 5th persentil atau kurang
- Reverse umbilical artery diastolic flow
Ekspektatif Jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut :
- Profil Biofisik ≥ 6.
- Indeks Cairan Amnion > 2 cm.
- TBA dengan USG > 5th persentil.
13
MANAGEMEN PREEKLAMPSIA BERAT
PREEKLAMPSIA BERAT
- Distress maternal
- Kondisi fetus yang tidak baik
- Ruptur membran
- Kehamilan 34 minggu
- MgSO4
- Persalinan
YES
IUGR berat
steroid
No YES
14
Tabel 5. Daftar obat untuk penangan hipertensi kronik dalam kehamilan7
15
DAFTAR PUSTAKA