Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Halaman
Daftar isi 1
BAB 1 PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Metode Penulisan 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas 4
2.2 Jaminan Kesehatan Nasional 5
BAB 3 ANALISIS SITUASI 15
3.1 Gambaran umum 15
3.2 Gambaran Khusus 18
BAB 4 PEMBAHASAN 22
BAB 5 PENUTUP 27
5.1 Kesimpulan 27
5.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
(UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
sumber dana atau pembiayaan serta pengelolaan yang baik. Salah satu upaya untuk menjamin
pelayanan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia adalah dengan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). JKN resmi diterapkan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Januari 2014 menggunakan
mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS). Diharapkan nantinya seluruh masyarakat dapat terlindungi dalam sistem
asuransi tersebut. Cakupan JKN akan diperluas secara bertahap sehingga pada tahun 2019 akan
Puskesmas Lubuk Kilangan merupakan puskesmas yang telah menggunakan sistem JKN
dalam pembiayaan pelayanan kesehatannya. Dari data puskesmas didapatkan dari total seluruh
penduduk 50.032 orang di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan yang telah menjadi peserta
JKN adalah sebanyak 25.012 orang pada Desember 2017.3 Penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tentang pembiayaan puskesmas serta pengelolaan jaminan pelayanan
2
1.3.1. Tujuan Umum
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pembiayaan pelayanan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan oleh
pemerintah dan masyarakat untuk menyediakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
3
yang diperlukan oleh perseorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Biaya pelayanan
kesehatan ditinjau dari segi penyedia layanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya bagi
penyedia jasa pelayanan kesehatan dalam menyediakan berbagai upaya kesehatan dan biaya bagi
pemakai jasa pelayanan kesehatan dan memanfaatkan pelayanan tersebut. Dari segi jenis
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan maka biaya pelayanan kesehatan dibedakan menjadi
dua yaitu biaya pelayanan kedokteran yang bertujuan mengobati penyakit dan pemulihan
kesehatan penderita serta biaya pelayanan kesehatan masyarakat yang bertujuan mencegah
Pelayanan kesehatan di Puskesmas tidak akan dapat berjalan jika tidak terdapat
pembiayaan. Untuk itu, berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang menjadi tanggung jawab puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang
cukup. Sumber pendanaan di Puskesmas berdasarkan PMK No 75 tahun 2014 yaitu didapatkan
dari1:
a. dana dekonsentrasi
Dana dekonsentrasi diberikan kepada provinsi. Dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk
4
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada
3. Sumber-sumber lain yang sah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, seperti
sumber dana berasal dari masyarakat contohnya donator, Corporate Social Responsibility
(CSR).5
masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. Asuransi
kesehatan sosial atau JKN memiliki beberapa keuntungan. Pertama, memberikan manfaat yang
komprehensif dengan premi terjangkau. Kedua, asuransi kesehatan sosial menerapkan prinsip
kendali biaya dan mutu. Itu berarti peserta bisa mendapatkan pelayanan bermutu memadai
dengan biaya yang wajar dan terkendali, bukan “terserah dokter” atau terserah “rumah sakit”.
sehingga dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi
tersebar di seluruh Indonesia. Puskesmas mempunyai peran strategis dan keunggulan dalam
mendukung terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktik dokter, dan klinik swasta. Hal ini
5
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Fungsi ini mempunyai makna bahwa puskesmas bertanggung jawab terhadap kesehatan
masyarakat di wilayahnya, tidak hanya menunggu sampai masyarakat menjadi sakit (kuratif
No. 40 Tahun 2004 mengamanatkan, bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh
penduduk termasuk jaminan kesehatan melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, jaminan sosial akan
diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Khusus untuk program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut
sebagai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tujuan program Jaminan Kesehatan
Nasional adalah untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan
kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.7,8
adanya pemungutan biaya tambahan kepada masyarakat, terutama di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP). Namun, dana yang diberikan berupa Dana Kapitasi, yaitu besaran pembayaran
per-bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
6
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dan Peraturan Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2014, yaitu 7,9:
1. Kegotongroyongan
Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit.
Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk.
2. Nirlaba
Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk
mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta.
Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
4. Portabilitas
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam
7
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap
penyelenggaraan program.
6. Dana Amanah
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk
kesejahteraan peserta.
kepentingan peserta.
2.2.2. Kepesertaan
a. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan
di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.
b. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2 kelompok yaitu:
c. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak
mampu.
4) Penerima pensiun.
8
5) Bayi baru lahir dari:
c. Peserta pekerja penerima upah untuk anak keempat dan seterusnya harus didaftarkan
selambat-lambatnya 3x24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien
pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan
pasien tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai
pasien umum.
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diberikan nomor identitas tunggal oleh
Bagi peserta Askes sosial dari PT. Askes (Persero), jaminan pemeliharaan kesehatan
(JPK) dari PT. (Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum
mendapatkan nomor identitas tunggal peserta dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan), tetap dapat mengakses pelayanan dengan menggunakan identitas
Selain PBI dan pekerja, masyarakat juga dapat mendaftarkan secara mandiri ke dalam
program JKN ini dengan anggaran biaya premi sebesar Rp 25.500 per bulan per orang untuk
kelas 1; Rp 51.000 untuk kelas 2; Rp 80.000 untuk kelas 3. Pembagian kelas ini hanya
2.2.3.Fasilitas Kesehatan
terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat
9
1. Puskesmas atau yang setara,
2. Praktik Dokter,
a. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama
(RITP),
b. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan
(RITL);
kesehatan dilakukan berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan
kesehatan tingkat kedua hanya bisa diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya bisa diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan
10
permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan
fasilitas.9
Jika permasalahan kesehatan pasien sudah bisa ditangani di faskes tingkat pertama,
faskes tingkat lanjut wajib merujuk balik pasien ke faskes tingkat pertamanya, disertai dengan
jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan. Kasus medis yang menjadi kompetensi FKTP
harus diselesaikan secara tuntas di FKTP, kecuali terdapat keterbatasan SDM, sarana dan
prasarana di FKTP.9
Tata Cara Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) yaitu9:
a. Setiap peserta harus terdaftar pada FKTP yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
d. Jika diperlukan sesuai indikasi medis peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di
11
d. Pelayanan alat kesehatan, seperti kaca mata, protesa gigi, alat bantu dengar, protesa alat gerak,
korset tulang belakang, collar neck, dan alat kesehatan lainnya yang diberikan sesuai ketentuan
tertentu.
2.2.7 Pendanaan
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
BPJS Kesehatan akan membayar Puskesmas dengan sistem kapitasi. Untuk Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA
CBG’s. Puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga disatu
pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap
Besaran dana yang didapatkan suatu pelayanan kesehatan berupa kapitasi dan non
kapitasi10.
a. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar di muka oleh BPJS
Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan
b. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP
12
Berdasarkan PERMENKES No. 52 Tahun 2016, tarif kapitasi di FKTP adalah sebagai
berikut10:
a. puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah) sampai
b. rumah sakit Kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan yang
setara sebesar Rp8.000,00 (delapan ribu rupiah) sampai dengan Rp10.000,00 (sepuluh ribu
rupiah); dan
Besaran tarif kapitasi yang diterima oleh FKTP ditentukan melalui proses seleksi dan
kredensial yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup pelayanan, dan komitmen pelayanan. Berdasarkan
hal tersebut, besar kapitasi bagi puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara yakni10:
a. kapitasi sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah) per peserta per bulan apabila tidak memiliki
b. kapitasi sebesar Rp3.500,00 (tiga ribu lima ratus rupiah) per peserta per bulan apabila
c. kapitasi sebesar Rp4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah) per peserta per bulan apabila
d. kapitasi sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) per peserta per bulan apabila memiliki 1 (satu)
e. kapitasi sebesar Rp5.500,00 (lima ribu lima ratus rupiah) per peserta per bulan apabila
memiliki paling sedikit 2 (dua) orang dokter, tetapi tidak memiliki dokter gigi; dan
13
f. kapitasi sebesar Rp6.000,00 (enam ribu rupiah) per peserta per bulan apabila memiliki paling
jaminan kesehatan, dana kapitasi yang diterima dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Besaran alokasi ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan Kepala Daerah atas usulan
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan Alokasi untuk
b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target kinerja di bidang
kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi
Pembayaran klaim non Kapitasi pelayanan JKN oleh BPJS Kesehatan di FKTP milik
Pemerintah Daerah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Besaran dana masing-masing klaim
mengikuti aturan yang tercantum dalam Permenkes No. 52 Th 2016 tentang Standar Tarif
a. pelayanan ambulan;
14
b. pelayanan obat program rujuk balik;
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio untuk kanker leher
rahim;
f. pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai kompetensi
dan kewenangannya;
BAB 3
ANALISIS SITUASI
15
3.1.1 Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terletak di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota
Padang yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas wilayah +85,99 km2.Tujuh kelurahan tersebut
terdiri dari:
Kondisi daerah ini terdiri dari 40% dataran rendah dan 60% dataran tinggi. Curah hujan ±
471 mm/bulan dan temperatur antara 28o-30o C. Batas wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan
adalah:
16
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 20173
adalah sebanyak 50.032 jiwa dengan jumlah KK 10. 707, RT sebanyak 171 dan RW sebanyak 44
17
7 Tarantang 439 2.460 7 2
Pada tabel 3.1 tampak bahwa penyebaran penduduk di Kecamatan Lubuk Kilangan yang
paling banyak, yaitu terdapat pada kelurahan Bandar Buat dengan jumlah penduduk 14.359 jiwa
dalam 2.743 kepala keluarga. Jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelurahan Baringin
penggunaan dana di puskesmas tersebut dapat dibagi menjadi tiga sumber, yaitu dari APBD,
Dana APBD merupakan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah, dana ini ditujukan
untuk keperluan operasional puskesmas seperti untuk pembiayaan rekening listrik, telepon, air,
Mekanisme pembiayaan dari dana APBD ini adalah pembayaran tagihan awal dibayar
oleh pihak puskesmas kemudian dibuat surat pertanggungjawaban ke Pemerintah Kota (Pemko)
dalam hal ini diwakili oleh DKK agar dapat diganti. Rata-rata bantuan APBD di Puskesmas
Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan berupa inventaris puskesmas dengan cara
mengajukan rencana kegiatan anggaran (RKA) yang diserahkan lewat DKK ke pemerintah kota
Padang yang bila disetujui DPR berupa DIPA (daftar isian penggunaan anggaran) dana tersebut
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas dalam
rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional. Pemanfaatan dana BOK diprioritaskan
pada kegiatan promotif dan preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 12 Di
puskesams Lubuk Kilangan, dana BOK digunakan untuk seluruh kegiatan UKM (upaya
Kegiatan UKM tersebut diantaranya kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak,
promosi kesehatan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gizi, imunisasi, UKS
(Unit Kesehatan Sekolah), serta Unit Kesehatan Gigi Sekolah. Selain UKM yang dijadikan
prioritas, sebagian dana BOK di puskesmas Lubuk Kilangan juga digunakan untuk pembiayaan
dalam berbagai kegiatan manajemen puskesmas. Lokakarya mini, pembiayaan jasa narasumber
dalam pelatihan kader dan pertemuan lintas sektor, konsumsi dalam pelatihan dan pertemuan
tersebut, semuanya diambil dari dana BOK. Pada tahun 2017, alokasi anggaran dana BOK
puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebesar Rp447.000.000,00. Pada akhir 2017, anggaran
tersebut telah dicairkan seluruhnya untuk membiayai keperluan puskesmas yang menggunakan
dana BOK sebagai sumbernya. Pada tahun 2018, alokasi anggaran dana BOK di puskesmas
Lubuk Kilangan meningkat dibanding tahun 2017. Alokasi dana yang diajukan adalah sebesar
Rp503.000.000,00.13
petunjuk teknis setiap tahunnya dan mewajibkan puskesmas mengalokasikan penggunaan dana
minimal 60% untuk upaya kesehatan prioritas, 40% digunakan untuk program pengembangan
puskesmas dan konsumsi lokakarya mini. Jumlah anggaran BOK berbeda tiap puskesmas
19
tergantung pada jumlah penduduk, akses pelayanan daerah, dan jumlah keluarga miskin. Dana
Dana JKN meliputi tarif kapitasi dan non kapitasi yang perlu dilakukan klaim. Non
kapitasi meliputi pelayanan kebidanan (persalinan dan pasca persalinan), pemeriksaan IVA,
pelayanan keluarga berencana, protesa gigi, dan lain-lain. Dana kapitasi JKN sebanyak 60%
digunakan untuk pelayanan kesehatan, 40% digunakan untuk biaya operasional yang meliputi
alat kesehatan, bahan medis habis pakai, serta biaya operasional lainnya seperti belanja barang.
Contoh alat alat kesehatan seperti timbangan, mikrotoise, spuit, tensimeter, glukocheck dan lain-
lain. Biaya operasi lainnya digunakan untuk keperluan belanja barang seperti pembelian laptop,
Sistem JKN merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. Sistem JKN telah diterapkan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Januari 2014,
Puskesmas Lubuk Kilangan telah memasukan sistem JKN ke dalam sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan setiap bulan dan tahun. Sistem JKN diterapkan oleh Puskesmas Lubuk
Kilangan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan per kapita. Bagi pengguna BPJS yang telah
memilih Puskesmas Lubuk Kilangan sebagai FKTP, maka anggaran dana dari BPJS disalurkan
20
Anggaran dana tersebut dipergunakan untuk semua pasien yang telah menjadi anggota
BPJS. Walaupun pasien hanya berkonsultasi sampai mendapatkan tindakan emergensi maupun
non emergensi tetap di kenakan Rp. 6.000,00/peserta. Sedangkan untuk ruangan atau hal-hal
lainnya dapat berbeda-beda sesuai dengan kelas dari BPJS yang dipilih.
Tabel 3.2 Jumlah peserta jaminan kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2017
Berdasarkan tabel 3.2, data kepesertaan JKN di Puskesmas Lubuk Kilangan pada akhir
tahun 2017 sebanyak 25.012 orang peserta. Dari tabel tersebut terlihat perubahan jumlah peserta
dari bulan ke bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya kelahiran bayi, meninggalnya peserta,
peserta tidak berdomisili lagi di wilayah kerja puskesmas dan hal lainnya yang menyebabkan
masuk dan keluarnya peserta JKN seperti peserta yang mengganti FKTP-nya ke fasilitas
kesehatan lain. Dengan jumlah 25.012 peserta tersebut, maka puskesmas Lubuk Kilangan
berhak mendapatkan dana kapitasi BPJS sebesar Rp150.072.000,- yang digunakan untuk
21
BAB 4
PEMBAHASAN
Puskesmas Lubuk Kilangan menerima tiga sumber dana yang berbeda, yaitu dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Biaya Operasional Kesehatan (BOK), serta
22
Dana APBD merupakan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah (Pemko Padang) yang
ditujukan untuk keperluan rutin puskesmas dan pelayanan kesehatan warga kota Padang. Dalam
pelaksanaannya di Puskesmas, penyaluran dana dari pemerintah daerah dinilai sudah cukup baik.
Biaya Operasional Kesehatan (BOK) merupakan dana bantuan operasional yang diprioritaskan
pada kegiatan promotif dan preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seperti
Posyandu, Unit Kesehatan Sekolah, Unit Kesehatan Gigi Sekolah, Promosi Kesehatan dan lain-
lain di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Dana yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan puskesmas dan luasnya cakupan kerja puskesmas. Dana ini diberikan oleh pemerintah
pusat secara rutin. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan harus tercantum jelas berapa target
yang akan dicapai serta adanya laporan setelah kegiatan tersebut selesai.
peningkatan dari tahun sebelumnya, yakni 447.000.000,- pada tahun 2017 menjadi 503.000.000,-
pada tahun 2018. Penambahan dana BOK diberikan sesuai dengan program yang akan
dilaksanakan oleh puskesmas dalam satu periode. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan harus
tercantum jelas berapa target yang akan dicapai serta adanya laporan setelah kegiatan tersebut
selesai, biaya operasional dapat diganti oleh Dinas Kesehatan Kota dengan menyerahkan surat
Sumber dana lainnya berupa dana dari JKN yang meliputi tarif kapitasi dan non kapitasi
(sistem klaim). Dana kapitasi puskesmas Lubuk Kilangan adalah 6.000,- rupiah/peserta.
Anggaran tersebut sesuai dengan ketetapan standar tarif pelayanan kesehatan dimana kapitasi
Rp. 6.000,- diberikan bagi FKTP yang memiliki paling sedikit 2 orang dokter dan memiliki
dokter gigi. Dalam hal ini, puskesmas Lubuk Kilangan memiliki 2 orang dokter dan 2 orang
23
dokter gigi, sehingga puskesmas Lubuk Kilangan layak mendapatkan anggaran kapitasi Rp.
6.000,-/peserta.
Dana kapitasi tersebut digunakan dengan proporsi 60% jasa pelayanan kesehatan dan
sisanya untuk biaya operasional lainnya (untuk pembelian obat, alat kesehatan, dan lain-lain).
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 Tahun 2016 pasal 3 yang
menyatakan jasa pelayanan kesehatan di FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari total
penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan.
Dana non kapitasi meliputi pelayanan kebidanan (persalinan dan pasca persalinan),
pelayanan keluarga berencana, protesa gigi, dan lain-lain. Dana ini akan cair apabila pihak
puskesmas melakukan klaim sesuai jenis tindakan yang telah dilakukan kepada pasien. Klaim
tersebut diajukan kepada BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Apabila dana telah cair, maka
Penyaluran dana kapitasi sejak Juni 2014 adalah secara langsung dari BPJS ke Puskesmas
Lubuk Kilangan rutin setiap bulannya. Namun sejak tahun 2016, penyaluran dana dari BPJS
disalurkan melalui Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Hal ini sesuai dengan PMK No. 28
tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional yang
menyatakan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan dana FKTP BLUD baik kapitasi dan non-
kapitasi sepenuhnya berdasarkan ketentuan BLUD. Dalam hal ini, puskesmas Lubuk Kilangan
selaku FKTP BLUD melaporkan apa saja yang dibutuhkan ke BLUD yang selanjutnya akan
dikonfirmasi dan penyediaannya tergantung BLUD. Seperti halnya dana non kapitasi, maka dana
kapitasi yang sesuai jumlah penduduk terdaftar di FKTP puskesmas Lubuk Kilangan akan
dicairkan oleh BLUD kepada puskesmas setiap bulan melalui rekening puskesmas.
24
Puskesmas Lubuk Kilangan telah membuat laporan dan evaluasi pada setiap pengeluaran
yang berasal dari tiga sumber dana di atas. Laporan tersebut nantinya akan
dipertanggungjawabkan oleh Kepala Puskesmas kepada berbagai pihak terkait. Dana yang
berasal dari Pemda dan BOK akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota, untuk selanjutnya
secara berjenjang akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan ke pusat. Sementara dana
Sistem JKN diselenggarakan oleh BPJS dan telah diterapkan di seluruh Indonesia sejak
tanggal 1 Januari 2014 dan juga sudah dilaksanakan di puskesmas Lubuk Kilangan. Jumlah
peserta JKN berubah-ubah setiap bulannya. Hal ini diduga dikarenakan banyaknya peserta yang
mengajukan perpindahan karena kesalahan alamat pendaftaran atau memang berniat berpindah
ke/dari dokter keluarga/klinik. Selain itu adanya penambahan dan pengurangan peseta yang
terjadi karena kelahiran dan kematian yang terjadi setiap bulannya. Ketidakstabilan jumlah
peserta ini mungkin dinilai wajar dan tidak mengganggu kinerja Puskesmas.
Total jumlah peserta JKN terakhir pada Desember 2017 di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan adalah 25.012 orang atau sekitar 49,9 % dari total 50.032 orang di Kecamatan
Lubuk Kilangan. Jumlah ini dinilai masih jauh dari target pemerintah yaitu seluruh penduduk
Indonesia telah menjadi peserta JKN pada tahun 2019. Namun pencapaian ini sulit dinilai oleh
pihak Puskesmas, mengingat adanya kemungkinan peserta JKN di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan yang sudah terdaftar kependudukannya di wilayah Lubuk Kilangan namun lebih
penduduk yang berada sedikit diatas batas miskin, sehingga tidak bisa dimasukan ke dalam PBI
dan juga tidak mampu mendaftarkan semua anggota keluarga sebagai non-PBI. Selain itu dari
jumlah 25.012 orang tersebut juga bukan hanya terdiri dari penduduk wilayah Lubuk Kilangan
25
saja, akan tetapi ada penduduk yang bertempat tinggal di luar wilayah Lubuk Kilangan namum
kepesertaan JKN ini sulit dinilai oleh pihak puskesmas. Data detail mengenai hal tersebut hanya
Selain itu, karena sistem JKN cenderung baru, masyarakat masih banyak yang belum
mengetahui tentang sistem JKN. Puskesmas sendiri sudah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai JKN seperti di meja administrasi atau secara langsung kepada pasien yang
ingin bertanya. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang lebih luas lagi kepada masyarakat,
mengingat target pemerintah pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah 100% tercover
oleh asuransi kesehatan JKN ini. Sosialisasi dapat dilakukan di luar gedung seperti di posyandu
ketika kegiatan UKM imunisasi sedang berlangsung. Di waktu tersebut, petugas puskesmas
dapat memberikan informasi mengenai JKN sekaligus meluruskan persepsi bahwa puskesmas
bukan hanya sarana untuk berobat saja, tetapi juga berperan dalam kegiatan promotif dan
preventif.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
26
1. Sistem pembiayaan kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan berasal dari tiga sumber dana
2. Penggunaan dana di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan sesuai dengan sasaran dari setiap
3. Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional dinilai relatif berjalan lancar namun masih ada
beberapa kendala.
meliputi masih rendahnya peserta JKN yang terdaftar di puskesmas dibandingkan dengan
jumlah penduduk Lubuk Kilangan, masih banyaknya masyarakat yang berobat ke puskesmas
Lubuk Kilangan walaupun puskesmas bukan FKTP tempat mereka terdaftar, serta masih
5.2 Saran
Kilangan baik yang terdaftar di puskesmas Lubuk Kilangan maupun yang terdaftar di FKTP
lain.
terutama di luar gedung, sehingga masyarakat dapat berobat ke FKTP tempat mereka
terdaftar.
3. Peningkatan kunjungan peserta sehat dengan menambah kegiatan promotif preventif serta
sosialisasi kepada masyarakat bahwa berkunjung ke puskesmas tidak hanya untuk berobat
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. PMK No 75 tahun 2014 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2014
28
3. Puskesmas Lubuk Kilangan. Laporan Tahun 2017. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan.
2017.
4. Budi HS. Hubungan antara Sistem Pembiayaan dengan Kualitas Pelayanan di Puskesmas
Slogohimo Wonogiri. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2010.
9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. PMK No. 28 Th 2014 ttg Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan. 2014.
10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. PMK No. 52 Th 2016 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaran Program Jaminan Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan. 2016.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. PMK No. 21 Th 2016 ttg Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Pertama Milik Pemerintah Daerah.
Jakarta : Kementerian Kesehatan. 2016.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. PMK No. 71 Th 2016 ttg Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2017.
Jakarta : Kementerian Kesehatan. 2016.
13. Puskesmas Lubuk Kilangan. Laporan Tahunan BOK 2017. Padang: Puskesmas Lubuk
Kilangan. 2017.
29