Anda di halaman 1dari 23

cover

DAFTAR ISI

Table of Contents
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

A. Latar Belakang ................................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

D. Kegunaan ......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Landasan Teori ................................................................................................ 3

1. Sektor Ekonomi............................................................................................ 3

2. Ekonomi Sektor Primer ................................................................................ 3

3. Sejarah Perkembangan Ekonomi sektor Primer di Indonesia ...................... 4

B. Pembahasan ..................................................................................................... 5

1. Kondisi Ekonomi Sektor Primer di Indonesia ............................................. 5

2. Tantangan Kedepan Sektor Ekonomi Primer di Indonesia .......................... 8

3. Peran sektor primer dalam perekonomian indonesia ................................. 16

BAB III ................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................. 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

B. Daftar Pustaka ............................................................................................ 20

ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Peran sektor primer dalam
perekonomian Indonesia ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi.

Malang, 22 Oktober 2017

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi sektor primer merupakan pengelolaan sumber daya alam
seperti pertanian, peternakan perkebunan dan lain-lain. Jumlah penduduk
Indonesia saat ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan
daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk
memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Berdasarkan pertimbangan ini,
maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian
bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era
industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin
kuat. Dengan demikian, ilmu ekonomi pertanian dapatlah diberi definisi
sebagai bagian dari ilmu umum yang mempelajari fenomena-fenomena
dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro
maupun makro. Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena
sebagian besar daerahnya berada di daerah tropik dan ada dua faktor alam
lain yang iku memberi corak petani Indonesia. Pertama, bentuknya
sebagai kepulauan dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung.
Bentuk tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu
udara yang berbeda beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah
pegunungan yang semakin tinggi, pengaruh iklim tropik makin berkurang
dan digantikan oleh semacam iklim tropsub-tropik (setengah panas) darn
iklim setengah dingin.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih
belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional.
Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan
pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa
pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara
lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap

2
pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor
nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya
pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang
besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani
kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi ekonomi sektor primer di Indonesia?
2. Bagaimana tantangan kedepan ekonomi sektor primer Indonesia?
3. Bagaimana peran sektor primer dalam perekonomian Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kondisi ekonomi sektor primer di Indonesia
2. Mengetahui tantangan kedepan ekonomi sektor primer Indonesia
3. Mengetahui peran sektor primer dalam perekonomian Indonesia
D. Kegunaan
1. Agar mengetahui peran sektor primer dalam perekonomian Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Sektor Ekonomi
Struktur perekonomian Indonesia tentang bagaimana arah
kebijakan perekonomian Indonesia merupakan isu menarik. Gagasan
mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era
industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit
jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi
pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai
dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era
globalisasi(Firmanzah, 2010).
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan
era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia,
yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah
penduduk yang sangat besar, sekarang ada 262 juta penduduk yang
tersebar dari Merauke sampai Sabang.

2. Ekonomi Sektor Primer


Ekonomi sektor primer merupakan pengelolaan sumber daya
alam seperti pertanian, peternakan perkebunan dan lain-lain. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini menjadi pertimbangan utama pemerintah
pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu
dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Berdasarkan
pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam
struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya
perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan
Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor
pertanian kita juga semakin kuat. Dengan demikian, ilmu ekonomi
pertanian dapatlah diberi definisi sebagai bagian dari ilmu umum yang

3
mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Pertanian
Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya
berada di daerah tropik dan ada dua faktor alam lain yang iku
memberi corak petani Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai
kepulauan dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung. Bentuk
tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu
udara yang berbeda beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah
pegunungan yang semakin tinggi, pengaruh iklim tropik makin
berkurang dan digantikan oleh semacam iklim tropsub-tropik
(setengah panas) darn iklim setengah dingin. (junghun-ahli iklim
1986).
3. Sejarah Perkembangan Ekonomi sektor Primer di Indonesia
Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional
hal ini ditunjukan dari banyknya penduduk atau tenaga kerja yang
hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional
yang berasal dari pertanian.
Pada abad ke-15 dan abad ke-16 bangsa-bangsa eropa banyak
datang ke Indonesia dan negara-negara lainnya untuk memperoleh
rempah-rempah dari dunia timur yang banyak diminta oleh pasaran
eropa. Indonesia yang waktu itu dikenal dengan nama netherlans india
menjadi pusat produksi bahan-bahan mentah pertanian yang penting.
Pada tahun 1930 jumlah investasi asing mencapai US $1.6 milyar,
54% diantaranya ditanam pada bidang pertanian. Pada tahun 1973,
65% dari penduduk yang masih hidup di sektor pertanian walaupun
sektor ini dalam produk domestik bruto hanya menyumbang sekitar
40% saja; ini berarti bahwa pendapatan per kapita penduduk sektor
pertanian lebih rendah, sekitar 2 /3 daripada pendapatan diluar sektor
pertanian.
Pentinya sektor pertanian dapat pula dilihat dari besarnya nilai
ekspor yang berasal dari pertanian. Pada tahun 1974, 22% dari nilai

4
ekspor keseluruhan berasal dari hasil-hasil pertanian yaitu karet, kayu,
kopi, minyak kelapa sawit, tembakau, teh, lada, rotan, dan serat tali
keras. Sebelumnya nilai ekspor hasil-hasil ini masih merupakan 53%
dari nilain ekspor total.
B. Pembahasan
1. Kondisi Ekonomi Sektor Primer di Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan
strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor
ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius
dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi,
kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi
sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak
terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada
kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat
banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk
kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini
masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari
tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan
nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari
keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari
mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan
penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan
beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar,
besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk
Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya
dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan
di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada
kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih
banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan
petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.

5
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa
kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan
kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya
usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi
oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c)
penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi
oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha
dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya
involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap
kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian
yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-
pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan
petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-
permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia
seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan
non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya
penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat
musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan
kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani,
menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya
penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya
pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya
dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun
juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan
tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi
yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping
itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan
tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu,
pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi

6
namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta
pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah
kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita dapat
menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat
menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.
Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam mengembangkan
pertanian pada masa yang akan datang, yaitu :
a. Optimalisasi program pertanian organik secara
menyeluruh di Indonesia serta menuntut pemanfaatan
lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah
lingkungan.
b. Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan
kepada petani, berupa program insentif usaha tani,
program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan
jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta
pengembangan industrialisasi yang berbasis
pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses
terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.
c. Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan
teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks
kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-
hasil penelitian ilmuwan lokal.
d. Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.
e. Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi
maupun institusi pertanian dan perkebunan sesuai
dengan bidang keilmuannya masing-masing.
f. Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang
terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam
bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa pelatihan dan
pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill,
entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, program
pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda melalui

7
kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor
pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang
pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta
program-program lain yang bertujuan untuk menggali
potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang
pertanian serta melahirkan generasi muda yang
mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan
kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian
Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan cinta
pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.
g. Membrantas mafia-mafia pertanian.

Dari program diatas kesejahteraan petani dan keluargnya


merupakan tujuan lama yang menjadi prioritas dalam melakukan
program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu
golongan saja namun diarahkan untuk mencapau pondasi yang kuat
pada pembangunan nasional.

2. Tantangan Kedepan Sektor Ekonomi Primer di Indonesia


Sektor pertanian memiliki kontribusi dan peran yang cukup
strategis dalam pembangunan, namun dalam perjalanannya memiliki
beberapa tantangan dalam mengembangkan dan membangun sektor
pertanian. Kita sering mendengar terutama ketika berada dalam
perkuliahan bahwa faktor yang menjadi tantangan untuk membangun
sector pertanian ini adalah faktor SDM. Akan tetapi dalam realitasnya,
tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian tidak sesempit itu.
Adapun beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi dalam
pembangunan sektor pertanian adalah sebagai berikut :
a. Pertanian Tidak Ditempatkan sebagai Sektor Prioritas
Salah satu penyebab tidak optimalnya pembangunan sektor
pertanian yang sampai saat ini masih merupakan tumpuan

8
hidup masyarakat Indonesia adalah karena pemerintah
terlalu sering menempatkan sektor ini bukan sebagai sektor
prioritas. Melainkan sektor pertanian pada umumnya hanya
ditempatkan sebagai sektor pendukung. Menurut Gadang, S.
T., Dimas (2010) pembangunan nasional dalam tiga dekade
terakhir ini lebih memprioritaskan sektor manufaktur.
Sementara itu, di banyak negara sektor pertanian justru
ditempatkan sebagai prasyarat bagi pembangunan sektor
industri dan jasa.

Saat era modern ini, semestinya pemerintah Indonesia lebih


memberikan dukungan bagi sektor pertanian agar dapat
berkembang lebih cepat. Hal ini dikarenakan sektor
pertanian memiliki berbagai kelebihan seperti mampu
menjadi penyedia pangan nasional, memberi kontribusi
besar terhadap PDB, mampu menyerap tenaga kerja terbesar
di Indonesia, memiliki potensi lahan yang luas dan sumber
daya alam yang besar serta beragam. Bentuk dukungan yang
dapat diberikan oleh pemerintah bisa berupa kemudahan
akses pembiayaan bagi pelaku sektor ini, pembangunan
infrastruktur pendukung pertanian, dan lainnya. Dengan
dukungan pemerintah maka diharapkan komoditas pertanian
akan mempunyai keunggulan daya saing dan kemandirian
produk sehingga pada gilirannya akan membuat produk
pertanian Indonesia mampu bersaing baik di pasar domestik
maupun pasar internasional.

b. Adanya Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Hijau

Menurut Blanford (2011), pertumbuhan produktivitas di


sektor pertanian telah memainkan peran utama dalam
pertumbuhan ekonomi di negara-negara OECD (Economic
Co-operation and Development). Laju pertumbuhan

9
produktivitas faktor total di sektor ini telah melampaui
sektor lainnya. Bahkan buruh dari kegiatan pertanian telah
memacu ekspansi ekonomi dan pertumbuhan lapangan kerja
di sektor-sektor lainnya. Pertanian akan terus menjadi
sumber signifikan dari pekerjaan dan pendapatan di banyak
negara non-OECD dan akan memainkan peranan penting
dalam pembangunan ekonomi masa depan di negara-negara
tersebut.

Namun demikian, sektor pertanian dianggap akan


menghadapi tantangan yang cukup besar dalam menerapkan
strategi pertumbuhan hijau. Kondisi ini dikarenakan dengan
asumsi pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi serta
jumlah populasi dunia dan pendapatan warga dunia yang
semakin tinggi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap
tingginya permintaan terhadap berbagai jenis makanan dan
bahan baku pertanian di seluruh dunia. Padahal sumber daya
alam akan semakin langka, terutama tanah dan air yang
kedua jenis barang ini justru menjadi andalan sektor
pertanian.

Ekspansi besar yang tidak diantisipasi dalam permintaan


untuk produk-produknya dapat menyebabkan peningkatan
kontribusi negatif sektor pertanian terhadap kualitas
lingkungan global. Misalnya, hilangnya keanekaragaman
hayati melalui penggundulan padang rumput dan hutan,
adanya tekanan berkelanjutan pada pasokan air yang
semakin langka atau naiknya pencemaran air oleh bahan
kimia dan kotoran hewan. Kontribusi negatif tersebut bisa
terus terjadi jika model pembangunan sektor pertanian terus
menggunakan the source exploitation model.

10
Pembangunan sektor pertanian ke depan hendaknya juga
disinergikan dengan kualitas lingkungan alam. Misalnya
dengan meminimalisir penggunaan pupuk dan pestisida yang
menganduk zat kimia anorganik dan dialihkan ke
penggunaan pupuk dan pestisida organic agar hasil tanaman
pangan yang dikonsumsi oleh manusia tetap aman dan tidak
merusak lingkungan. Hal ini harus menjadi pertimbangan
pelaku pertanian meskipun sebenarnya penggunaan pupuk
dan pestisida organik biasanya menghasilkan produksi
pangan yang rendah. Inilah tantangan bagi pemerintah
khususnya Kementerian Pertanian untuk memikirkan
terobosan solusi terhadap masalah ini, yaitu bagaimana agar
produksi pangan tetap terjaga secara kuantitas dan kualitas
lingkungan tetap baik.

c. Adanya Dampak Negatif dari Otonomi Daerah

Memberlakuan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah (otonomi daerah) akan
berpengaruh terhadap pembangunan di sektor pertanian. Hal
tersebut dikarenakan dengan berlakunya otonomi daerah
dapat menyebabkan pemerintah daerah sebagai penanggung
jawab utama terhadap produksi pertanian khususnya pangan,
sangat mengandalkan program-program pembangunan
pertanian dan kebijakan yang dilaksanakan di tiap-tiap
daerah dengan mempertimbangkan keunggulan dan
karakteristik dari daerah-daerah tersebut.

Salah satu dampak dari kondisi ini adalah ketika sebuah


daerah yang bukan menjadi sentra produksi pangan akan
membeli barang hasil pertanian yang umumnya jauh dari
pasar dan sentra produksi dengan harga produk pertanian
yang lebih tingggi. Hal ini dikarenakan pengirimannya harus

11
melewaiti wilayah lain (antar kabupaten, antar provinsi, dan
bahkan antar pulau) sehingga membutuhkan biaya
transportasi yang tinggi. Namun demikian, kondisi ini akan
diperparah lagi dengan munculnya berbagai peraturan
daerah dan pungutan di daerah-daerah yang dilintasi produk
pertanian tersebut dengan alasan untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peraturan dan pungutan ini
juga terkadang tumpang tindih sehingga dapat
mengakibatkan biaya perdagangan produk pertanian menjadi
sangat tinggi yang pada akhirnya konsumen harus membayar
barang tersebut dengan harga yang sangat mahal.

Seharusnya ada harmonisasi dan koordinasi antara


peraturan dengan pemda, serta antara pemda dengan
pemerintah pusat terkait program pembangunan sektor
pertanian dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan disinsentif
seperti mengurangi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan lainnya bagi pemda yang
menghambat baik langsung maupun tidak langsung terhadap
produksi sektor pertanian. Sehingga implementasi dari
otonomi daerah terutama dalam hal meningkatkan PAD
tidak menghambat pertumbuhan sektor riil seperti produksi
dan perdagangan pangan.

d. Adanya Dampak Negatif dari Global Warming

Sektor pertanian mengalami dampak yang besar dari


fenomena global warming. Di antara akibat dari perubahan
iklim adalah adanya kelembaban tanah dan variasi iklim
yang sangat fluktuatif yang secara keseluruhan akan
mengancam keberhasilan produksi pangan tersebut. Dampak
langsung dari perubahan iklim di antaranya adalah terjadinya

12
penurunan produktivitas dan produksi pertanian terutama di
subsektor tanaman pangan, sedangkan dampak tidak
langsungnya adalah frekuensi dan intensitas bencana alam
(terutama banjir dan kekeringan) yang semakin meningkat.
Akibat dari bencana alam ini adalah terjadinya penurunan
produksi pertanian dan kerusakan infrastruktur pertanian
khususnya di pedesaan.

Menurunnya produktivitas pertanian di negara-negara


berkembang sebagai akibat dari perubahan iklim ini,
menurut Husen, Sunaryo (2011) diperkirakan berada pada
angka 9,00 sampai 21,00 persen, sedangkan untuk negara-
negara maju produktivitas pertanian ini akan bervariasi dari
kemungkinan terjadinya penurunan sebesar 6,00 persen
sampai terjadinya kenaikan sebesar 8,00 persen tergantung
dampak yang saling menutupi dari tambahan karbon di
udara terhadap tingkat fotosintesis.

e. Sulitnya Aksesibilitas untuk Mendapatkan Input Pertanian

Rendahnya aksesibilitas terhadap input pertanian (dalam


hal ini bibit/benih dan pupuk) menurut Pasaribu, Sahat, dkk
(2007) akan mempengaruhi proses produksi pertanian di
faktor eksternalitas seperti perubahan seperti perubahan
iklim dan curah hujan yang diinginkan. Hal tersebut
dikarenakan ketersediaan input pertanian dan bahan baku
dalam proses produksi merupakan bagian yang sangat
penting untuk menghasilkan output pertanian. Menurut
Pasaribu, Sahat, dkk (2007) kebiijakan pemerintah dalam
penyediaan bibit dan pupuk bersubsidi yang berjalan selama
ini diduga belum tepat sasaran karena berbagai sebab di
antaranya adalah adanya penyelewengan dan manipulasi dari
pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini.

13
Permasalahan aksesibilitas input pertanian di masa
sekarang, dalam hal ini penyediaan bibit/benih dan pupuk
ternyata jauh lebih kompleks. Ada beberapa sebab mengapa
petani tidak bisa mendapatkan barang input ini secara lancar
yaitu:

 Penyaluran subsidi pertanian dan tata niaga


pertanian yang menindas petani. Anggaran subsidi
pertanian di APBN 2013 sebesar 143,45 triliun,
sebesar 13,95 triliun dugunakan untuk subsidi
pupuk dan 129,5 triliun digunakan untuk subsidi
benih. Masalahnya adalah dana subsidi tersebut
diberikan kepada perusahaan besar yang
memproduksi pupuk dan benih secara masal.
Masalah lainnya, petani tidak mengetahui HPP
(Harga Pokok Penjualan) pupuk dan benih, selain
itu distributor tetap mengambil keuntungan yang
besar sehingga HET (Harga Eceran Tertinggi) ke
petani sangat tinggi yang pada gilirannya justru para
distributor itulah yang memperoleh keuntungan
yang sangat tinggi dan bukan petani.

 Kementerian Pertanian yang mempunyai dana


subsidi pupuk organik (kira-kira sebesar Rp 1,1
triliun pada tahun 2013), namun Kementan
Pertanian justru memberikan dananya ke
perusahaan besar bukan ke kelompok tani organik.

Kementerian Pertanian hendaknya lebih serius


mengembangkan kedaulatan pangan Indonesia, dengan
salah satu caranya adalah memberikan alokasi anggaran
pupuk dan benih tersebut langsung ke petani sehingga
penyelewengan bisa diminimalisir.

14
f. Sulitnya Aksesibilitas untuk Mendapatkan Kredit
Pembiayaan

Menurut Pasaribu, Sahat, dkk (2007), kelembagaan


keuangan yang berada di daerah seperti bank pembangunan
daerah (BPD), dan cabang-cabang bank pemerintah di
daerah serta lembaga perkreditan (BPR dan sejenisnya) yang
berada di daerah dinilai masih belum memberikan fasilitas
pelayanan pembiayaan yang memadai bagi pembangunan
sektor pertanian. Kondisi ini menambah tingkat kesulitan
bagi para pelaku di sektor pertanian dalam meningkatnya
produksi dan produktivitasnya karena tidak adanya
dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan yang ada
yang sebenarnya diharapkan dapat memback-up modal
sendiri yang terkadang tidak cukup untuk menutup
kebutuhan pendanaan yang diinginkan.

Meskipun sekarang sudah banyak program kredit sektor


pertanian yang ditawarkan oleh pemerintah baik melalui
skema subsidi bunga (seperti KKP-E, KPEN-RP, dan
KUPS) maupun skema penjaminan (KUR), namun
penyerapan pada sebagian skema kredit tersebut masih
terhitung rendah dan tidak sebanding dengan peran dan
kontribusi yang selama ini diberikan oleh sektor pertanian
kepada perekonomian negara.

Pemerintah perlu melakukan evaluasi untuk menemukan


penyebab dari sulitnya akses petani terhadap program kredit
sektor pertanian ini, apakah penyebab tersebut ada di bank
penyalur terkait dengan aspek prudentiality perbankan
tersebut dalam menyalurkan kreditnya, atau sumber
masalahnya ada pada model/skema kredit program yang
mungkin dianggap cukup rumit dalam aplikasinya, atau pada

15
aspek feasibilitas dan bankabilitas dari usaha ekonomi para
petaninya, dan aspek lainnya. Dengan evaluasi ini maka
akan ditemukan akar penyebab dari permasalahan di atas.

3. Peran sektor primer dalam perekonomian indonesia


Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki
beberapa peranan, yang juga tertuang dalam Repelita VI sebagai
berikut:
1. Mensejahterakan petani
Sektor pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan
pendapatan masyarakat petani. Mensejahterakan di sini
mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial
ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap
teknologi, modal, dan pasar.
2. Menyediakan pangan
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian
nasional adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk
Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 220 juta jiwa.
Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan
yang relatf murah, telah memungkinkan biaya hdup di
Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya
hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional.
Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup
dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan
ketahanan pangan nasional (food security) yang erta
kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk
mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat
maupun kesenjangan antar wilayah. Sebagai contoh,
mengingat pembangunan besar-besaran terjadi di perkotaan
adapun masyarakat mayoritas berdomisili di pedeaan yang

16
merupakan sumber sektor pertanian. Maka pembangunan
pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial
ekonomi kemasyarakatan.
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Indonesia mempunyai sumber daya pertanian yang sangat
besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk,
banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era
globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung
mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas
tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan
agroindustri akan dominan. Dan jika sektor pertanian terus
ditingkatkan maka diharapkan sektor ini mampu
menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi
pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli
rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.
5. Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting
bagi Indonesia. Salah satu subsektor andalannya adalah
subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi,
teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total
produksi komoditas-komoditas tersebut adalah untuk
diekspor. Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan
secara konsisten menyumbang devisa dengan rata-rata nilai
ekspor produk primernya (belum termasuk nilai ekspor
produk olahan perkebunan) mencapai US$ 4 milyar per
tahun. Sumbangan sector pertanian terhadap pembangunan
dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari sector
ini. Karena sektor ini memilik sumbangan besar terhadap
perekonomian nasional, maka rendahnya produktivitas
pertanian akan berpengaruh terhadap produktivitas
perekonomian secara keseluruhan.

17
Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I
(Pembangunan Jangka Panjang) adalah tercapainya
swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada
masa tersebut Indonesia mampu mengekspor beras ke
beberapa negara miskin sehingga dapat menambah devisa.
Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya
pendapatan masyarakat, kualitas gizi, serta penghematan
devisa. Selain itu, swasembada pangan juga telah
meningkatkan kestabilan ekonomi nasional.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di muka, sektor pertanian
memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja. Di
tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa
angkatan kerja pada tahun itu diserap oleh subsector
pertanian primer. Lagi, subsektor perkebunan memberikan
kontribusinya dalam pembangunan nasional. Sampai tahun
2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini
diperkirakan mencapai 17 juta jiwa. Kontribusi dalam
penyediaan lapangan pekerjaannya pun mempunyai nilai
tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan
menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah
terpencil. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan
kerja subsektor perkebuna ikut mengurangi arus urbanisasi.
7. Pembentukan produk domestik bruto/peningkatan
pendapatan nasional
Berdasarkan data yang kami peroleh, subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang
mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai
tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk
domestik bruto (PDB). Dari segi nilai absolut berdasarkan
harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari
sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp

18
47,0 triliun pada tahun 2003, atau meningkat dengan laju
sekitar 11,7% per tahun. Dengan peningkatan tersebut,
kontribusi PDB subsector perkebunan terhadap PDB sector
pertanian adalah sekitar 16%. Terhadap PDB secara
nasional tanpa migas, kontribusi subsector perkebunan
adalah sekitar 2,9% atau sekitar 2,6% PDB total. Jika
menggunakan PDB dengan harga konstan tahun 1993,
pangsa subsektor perkebunan terhadap PDB sektor
pertanian adalah 17,6%, sedangkan terhadap PDB non
migas dan PDB nasional masing-masing adalah 3,0% dan
2,8%.
8. Tetap mempertahankan kelestarian sumber daya (peranan
dalam pelestarian lingkungan hidup)
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang
kaya akan beraneka ragam sumber daya pertanian secara
alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan dalam
penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal
dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya
pertanian.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sektor ekonomi di Indonesia memiliki 3 bagian yaitu primer,


sekunder dan tersier. Sedangkan sektor primer lebih berfokus pada
pemberdayaan sumber daya alam seperti pertanian, perikanan dan
perkebunan. Di Indonesia pertanian memegang peranan penting dari
keseluruhan perekonomian nasional hal ini ditunjukan dari banyaknya
penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian
atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. . Sektor ini
merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari
pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga
kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini.dalam
perjalanannya kedepan sektor primer memiliki beberapa tantangan seperti
Pertanian Tidak Ditempatkan sebagai Sektor Prioritas, adanya Tantangan
Pertumbuhan Ekonomi Hijau, terkena Dampak Negatif dari Global
Warming dan lain sebagainya. Dalam repelita VI disebutkan peranan
sektor primer seperti Mensejahterakan petani, Menyediakan pangan,
penghasil devisa paling penting dan lain sebagainya.

B. Daftar Pustaka

https://loperaufklarung.wordpress.com/2017/04/27/tantangan-
pembangunan-sektor-pertanian-indonesia/

https://danielfery18.wordpress.com/agribisnis/teknologi-terkini-
pertanian/pertanian/kondisi-pertanian-di-indonesia-saat-ini-berdasarkan-
pandangan-mahasiswa-pertanian-indonesia/
http://saeful-fachri.blogspot.co.id/2010/12/sektor-pertanian-dan-perannya
dalam.html
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian,jakarta:LP3ES,1986.

20

Anda mungkin juga menyukai