Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KIMIA ANORGANIK

LANJUTAN II
MAKALAH BENTONIT

GROUP B

 Dian Pratiwi 140822001


 Risma Tarigan 140822002
 Nova Kristina Sianturi 140822003
 Sartika Sari 140822008
 Herry Hermawan 140822009
 Gibson Sinaga 140822010
 Putri Rizky 140822018
 Ayu Shilvya Yona S. 140822035
 Hari Mulyadi Falah 140822037
 Yusventina Situmorang 130822035
 Echohadi Simbolon 130822006
 Farman M. Nababan 130822039
 Irviandi Winata 1308220
 Imelda 1308220
 Renal B. Napitupulu 130822036
BENTONIT

Pengertian
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari
penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain.

 Penyusun
Mineral bentonit memiliki diameter kurang dari 2mikrometer yang terdiri dari berbagai
macam phyllosilicate yang mengandung silika, aluminium oksida dan hidroksida yang mengikat air.
Struktur bentonit terdiri dari 3 layer yang tersusun dari 2 layer silika tetrahedral dan satu sentral
oktahedral. Diantara lapisan octahedral dan tetrahedral terdapat kation monovalent maupun
bivalent, seperti Na+, Ca+ dan Mg2+.
Montmorilonit merupakan penyusun terbesar bentonit yaitu sebesar 85%. Rumus kimia
bentonit adalah (Mg, Ca) xAl2O3. ySiO2. nH2O dengan nilai n sekitar 8 dan x,y adalah nilai
perbandingan antara Al2O3 dan SiO2. Penyusun lainnya yaitu campuran kristobalit, feldspar,
kalsit, gypsum, kaolinit, plagioklas, illit.

 Struktur

Gambar. Bentonit
 Ciri-ciri Bentonit di alam
- warna : abu-abu, coklat muda agak putih, putih kekuningan
- kilap : lilin
- bila diraba agak licin seperti sabun,
- bila kering membentuk rekah-rekah, bila basah membentuk masa bubur.

Sejarah
Bentonit dalam ilmu mineralogi tergolong ke dalam kelompok besar tanah lempung.
Nama bentonit pertama kali digunakan di tahun 1890 untuk mengidentifikasi mineral bersifat
plastis yang ditemukan di Fort Benton, Wyoming, Amerika Serikat.

Bentonit terbentuk dari transformasi hidrotermal abu vulkanik, yang mayoritas


komponennya tergolong ke dalam kelas mineral smektit (struktur lembaran), yaitu montmorillonit.
Mineral lain yang tergolong ke dalam smektit adalah hektorit, saponit, beidelit dan nontronit.
Selain montmorillonit, komponen yang umumnya ditemukan dalam bentonit adalah
kaolin, felspar, kristoballit, illit, kuarsa, dan kalsit.

Smektit adalah mineral yang terdiri dari tiga lapis struktur aluminium silikat hidrat, yaitu
dua lembar silika tetrahedral dan satu lembar alumina oktahedral. Pada montmorillonit, lembaran
yang berbentuk tetrahedral merupakan kombinasi dari silika tetrahedron yang terdiri dari atom Si
dikelilingi oleh ion oksigen pada keempat ujung-ujungnya, sedangkan untuk lembaran yang
berbentuk oktahedral, merupakan kombinasi dari alumina oktahedron. Alumina oktahedron
terdiri dari atom Al yang dikelilingi oleh hidroksi (dapat berupa ion aluminium, magnesium, besi
dan atom lainnya).

Lapisan silika tersebut bermuatan sedikit negatif yang dikompensasi dengan


keberadaan kation di antara lapisannya yang dapat tertukar. Pada umumnya adalah Ca+,
Mg2+ dan/atau Na+. Inilah karakteristik penting pada bentonit yang mempengaruhi kegunaan dan
sifatnya.
Secara umum, mula-jadi endapan bentonit ada empat macam, yaitu hasil pelapukan,
hydrothermal, transformasi, dan sedimentasi.
 Endapan hasil pelapukan;
Faktor pembentukan endapan ben-tonit hasil pelapukan adalah kondisi komposisi
mineral batuan, komposisi kimia dari air, dan daya lalu air pada batuan asal. Yang terakhir ini
dapat dikemukakan sebagai : iklim, berbagai relief dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas
batuan.
Pembentukan bentonit hasil pelapukan adalah akibat reaksi antara ion-ion hidrogen (H+)
dalam air tanah dengan senyawa silikat. Ion H+ tersebut berasal dari asam karbon akibat
pembusukan zat-zat organik di dalam tanah.
Mineral penting saat pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit,
muskovit, sedikit kandungan senyawa alumina dan ferro- magnesia. Plagioklas sangat reaktif,
berjumlah banyak dan sumber utama dari kation dan silika dalam air tanah.
 Larutan hydrotermal
Larutan hydrotermal merupakan larutan bersifat asam dengan kandungan klorida,
belerang, karbon dioksida dan silika. Komposisi larutan berubah karena ada reaksi dengan batuan
gamping menjadi larutan alkali yang bersifat basa, lalu terbawa keluar dan akan tetap bertahan
selama unsur alkali dan alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal.
Pada alterasi hydrotermal relatif lemah, mineral-mineral asal menentukan hasil alterasi
tersebut. Pada alterasi sangat lemah, mineral-mineral yang kaya dengan unsur magnesium
cenderung membentuk klorit. Pada alterasi lemah, adanya unsur alkali dan alkali tanah akan
membentuk monmorilonit kecuali kalium, mika, feromagnesia dan feldspar. Monmorillonit
terjadi karena adanya unsur magnesium.
 Endapan transformasi
Endapan bentonit hasil transformasi/ devitrifikasi debu gunung api terjadi dengan
sempurna apabila debu diendapkan di dalam cekungan seperti danau atau laut. Mineral gelas
gunung api lambat laun akan mengalami devitrifikasi.
 Endapan sedimen
Monmorilonit bisa juga terjadi sebagai endapan sedimen dalam kondisi basa (alkalin).
Mineral hasil sedimentasi terbentuk dalam cekungan dan bersifat basa dan tidak berasosiasi
dengan tufa, seperti atapulgit, sepiolit, mon-morillonit, karbonat, silika pipih, fosfat laut dan
sebagainya. Lingkungan ini banyak mengandung larutan silika yang terendapkan dalam bentuk
flint, kristobalit, atau senyawa alumunium dan magnesium.
Secara umum, Ca-bentonit terjadi dari alterasi mineral dalam batuan beku dan
metamorfik yang biasanya ter-dapat dekat dengan permukaan. Hal ini disebabkan ion Na+ dalam
lempung bentonit bersifat tidak mantap dan mudah diganti oleh ion Ca+, dan juga ion H+ pada
tingkat pelapukan selanjutnya. Sebaliknya, Keberadaan Na-bentonit di daerah tropis hanya
dijumpai pada tempat dalam yang mengalami proses pelapukannya tidak berkepanjangan.
 Mineralogi
Bentonit adalah istilah lempung mon-morillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk
kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal
ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain.
Dalam keadaan awal, Na-bentonit berkemampuan tinggi untuk menyerap warna dan
dapat ditingkatkan lagi dengan melalui proses pengolahan dan pemanasan.

Klasifikasi
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan
Berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu :
 Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya
pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu.
 F uller’s earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

 Tipe Wyoming Na-bentonit – Swelling bentonite


Jenis mineral montmorilonit yang mempunyai lapisan partikel air tunggal (Single Water
Layer Particles) yang mengandung Na+ yang dapat dipertukarkan. Bentonit memiliki daya
mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa
waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi
koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion
sodium (Na+). Penggunaan yang utama adalah untuk lumpur (bor) pembilas dalam kegiatan
pemboran, pembuatan pellet biji besi, penyumbat kebocoran bendungan/kolam.

Gambar. swelling dan non swelling bentonit


 Mg, Ca-bentonit - non swelling bentonite
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap
terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap
yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7.
Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam
keadaan kering bersifat rapid slaking , berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat.
Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

Tabel. Perbedaan Komposisi Na-Bentonit dan Ca-Bentonit (%)


Komposisi kimia Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)
SiO2 61,3-61,4 62,12
Al2O3 19,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,3
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,3
Na2O 2,2 0,5
K2O 0,4 0,55
H2O 7,2 7,22

Pengolahan
Hasil penggalian endapan bentonit dari tambang berupa bongkah-bongkah, (raw
material) diangkut dengan truk ke pabrik untuk diolah melalui beberapa tahapan proses, yaitu
penghancuran, pemanasan, penggilingan dan pengayakan (Gambar 2).
 Pengembangan bentonit
Bentonit mempunyai sifat menyerap sebab ukuran partikel koloidnya amat kecil dan
memiliki kapasitas permukaan ion yang tinggi.
Pengembangan bentonit disebabkan oleh adanya penggantian isomorphous pada lapisan
oktohedral (Mg oleh Al) dalam menghadapi kelebihan muatan di ujung kisi-kisinya. Adanya gaya
elektrostatis yang mengikat kristal pada jarak 4,5o dari permukaan cukup kuat untuk
mempertahanan ion di per-mukaan unit-unitnya, dan tetap men-jaga unit itu tidak saling merapat.
Bila dicampur air akan mengembang, maka jarak antara unit makin melebar dan
lapisannya membentuk serpihan, serta memiliki permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi.
 Aktivasi bentonit
Aktivasi bentonit bertujuan untuk me-naikkan daya adsorpsi dan memperoleh sifat
bentonit yang diinginkan.
Montmorillonit memiliki struktur ber-tingkat dan kapasitas pertukaran ion yang aktif di
bagian dasar. Oleh karena itu, strukturnya dapat diganti seperti struktur bagian dasar, yaitu
dengan penambahan asam agar terjadi penggantian ion-ion K+, Na+ dan Ca+2 dengan H+ dalam
ruang interlamelar, dan akan melepaskan ion-ion Al+3, Fe+3 dan Mg+2 dari kisi strukturnya
sehingga lempung lebih aktif.
Aktivasi bentonit sangat dipengaruhi oleh konsentrasi asam. Biasanya dipakai asam
sulfat. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sifat dasar, distribusi ukuran pori, keasaman,
dan nilai SiO2 atau Al2O3 dari endapan bentonit. Faktor-faktor tersebut tergantung juga pada
komposisi mineral lempung bentonit dan cara aktivasi.

Beberapa hasil aktivasi dapat diterangkan seperti di bawah ini.


1) Aktivasi dengan pemanasan
Pada proses penjernihan minyak sawit dengan bentonit sebagai absorben
o o
memperlihatkan bahwa bentonit mulai aktif menyerap warna pada suhu 80 – 130 C. Tingkat
kejernihan tidak begitu besar setelah suhu mencapai 140-150 oC, bahkan cenderung menurun.
Pada proses pemucatan minyak kedele penghilangan warna minimum pada suhu sekitar 100o C.
2) Pengaruh waktu
Pengontrolan minyak dengan tanah pemucat sangat dipengaruhi oleh waktu. Pada
kondisi suhu, tekanan, dan jumlah tanah pemucat yang sama menunjukkan bahwa hasil
penghilangan warna maksimum pada temperatur tertentu, dan cenderung menurun bila kontak
diperpanjang. Penurunan pemucatan karena daya serap lempung akan habis.
3) Pengaruh tekanan
Proses penghilangan warna dari bahan pemucat dipengaruhi juga oleh luas permukaan
tanah pemucat yang dikontakkan dengan minyak. Dengan menurunkan tekanan pori-pori tanah
pemucat sampai tekanan atmospir, bentonit akan terdeareasi, sehingga luas permukaan akan lebih
besar. Tekanan yang umum dilakukan di industri-industri adalah 5,077 mm Hg.

 Aktivasi bentonit untuk lumpur bor


Aktivasi bentonit untuk lumpur bor adalah proses merubah Ca-bentonit menjadi Na-
bentonit dengan cara penambahan senyawa alkali, yaitu sodium karbonat (NaCO3) dan sodium
hidroksida (NaOH). Dengan aktivasi ini diharapkan terjadi perubahan sifat hidrasi, dispersi,
reologi, swelling, dan sifat lainnya dari bentonit, sehingga dapat digunakan untuk lumpur bor.
Agar reaksi lebih sempurna perlu diperhatikan aspek waktu kontak, penekanan dan aspek
lainnya. Aktivasi dan proses mengubah Ca-bentonit menjadi Na-bentonit telah banyak dilakukan.

Penggunaan dan Pesifikasi

Sifat bentonit yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemanfaatannya adalah :


 Komposisi dan jenis mineral yang dikandung dalam bentonit, antara lain monmorillonit,
kaolinit, illit, kwarsa, plagioklas, kristobalit, dan lainnya.
 Komposisi kimia, yaitu unsur-unsur kimia yang terkandung antara lain, SiO2, Al2O3, CaO,
MgO, Na2O, Fe2O3 H2O dll.
 Sifat teknologi.
 Sifat pertukaran ion; sifat ini antara lain, sifat pemucatan, adhesi, sifat penyerapan dan
sifat lainnya.

Penggunaan

 Na-bentonit (sodium bentonit)

1) Sebagai lumpur bor


Fungsi utama Na-bentonit sebagai lumpur bor adalah :
 menaikkan daya suspensi air pembilas;
 pendingin dan pelumas mata bor;
 menahan kotoran bor tidak mengendap walaupun kegiatan pemboran sedang dihentikan;
 sebagai penahan stang/tali bor yang makin berat dengan bertambahnya kedalaman atau
panjang stang bor yang digunakan;
 menahan tekanan air, gas atau minyak yang keluar dari batuan yang ditembus dan
mencegah peresapan kembali, serta penguat lapisan atau penahan pada dinding lubang
bor dan mencegah terkadinya urug.
Bentonit untuk pemboran minyak dan gas bumi harus memiliki sifat mengembang sesuai
standar API yang biasa disebut RP 29, RP 13B, atau dari OCMA.

2) Pengecoran Logam
Bentonit yang dipakai pada industri pengecoran logam besi atau bukan besi adalah
bentonit alam dan sintetis yang berfungsi sebagai bahan pengikat dalam alat cetak.
Dalam dunia perdagangan, bentonit alam disebut juga bentonit Wyoming, sedangkan
bentonit sintetis disebut brekbond 2 (Inggris) dan berkonit (Italia). Sifat daya tahan terhadap panas
dari kedua jenis bentonit tersebut tidak sebaik lempung tahan api yang berupa butiran seperti
kuarsa, zircon, kromit dan lain-lain.
Jumlah bentonit yang dipakai untuk pengecoran logam antara 4 – 6 % dari berat alat
cetak. Pengecoran pada suhu dan tekanan tinggi diperlukan pengikatan yang lebih sempurna
dengan pemakaian bentonit antara 8 – 10 % dari jumlah berat alat cetak. Apabila alat cetak
mengalami keausan atau rusak, pembaharuan cukup dengan menambahkan bentonit 0,1 – 1 %
dari jumlah berat alat cetak.
Persyaratan bentonit untuk pembuatan alat cetak pengecoran logam (besi baja) biasanya
mengacu kepada syarat standar Steel Founder’s Society of America (SFSA). Syarat tersebut didasarkan
pada kandungan uap air, konsentrasi CaO, derajat pH dan batas cair. Nilai batas cair bagi
lempung bentonit atau jenis lempung lain harus lebih besar dari 600o C.

3) Pembutan pelet konsentrat besi dan logam Lain


Pemanfaatan bentonit dalam proses pembuatan pelet konsentrat bijih besi dianggap
cukup mahal. Selain itu, apabila dipakai campuran bentonit sekitar 1 % dapat terjadi kontaminasi,
kadar besi turun 0,6 % dan silika naik 0,5 %. Untuk itu, perlu ditambahkan batu gamping dan
kokas. Batu gamping (kapur tohor=CaO) atau kapur padam (Ca(OH)2) berfungsi menurunkan
suhu pembakaran dan mencegah terjadinya retak-retak, sementara kokas berfungsi untuk
mengikat kelebihan silikat dan terbentuknya silikon karbid yang dapat digunakan sebagai bahan
penggosok, pemoles atau ampelas.

4) Teknik sipil
Pemakaian bentonit dalam teknik sipil masih terbatas pada pembangunan konstruksi
beton, seperti jembatan, bendungan dan bangunan yang berhubungan langsung dengan air tanah
dan air laut. Sifat bentonit yang dimanfaatkan adalah sifat tiksotropinya.
Tujuan pemakaian Na-bentonit adalah untuk menunjang kekuatan dinding diafragma dan
tembok/fondasi yang masuk ke dalam tanah. Selain sebagai penyelubung, juga berfungsi sebagai
penahan atau pengisi lubang, celah dan pori-pori batuan atau formasi di sekitar dinding atau
tembok/fondasi. Bentonit yang digunakan 3 – 10 %.

5) Bahan pencuci atau pemutih


Pemakaian Na-bentonit sebagai bahan pemutih dan pencuci termasuk mahal, tetapi
memberikan hasil yang baik dan banyak dilakukan. Atas pertimbangan biaya, fungsi bentonit
banyak digantikan oleh lempung asam aktif atau fuller’s earth.
6) Penggunaan lainnya
Penggunaan Na-bentonit di bidang pertanian dan peternakan (sebagai katalis),
pembuatan cat dan lain-lain dipandang sangat mahal. Sebagai subtitusi Na-bentonit dipakai
lempung asam, fuller’s earth, pirofilit, atau talk yang lebih mudah diperoleh dan dari sisi harga lebih
murah. Walaupun demikian, penggunaan bentonit untuk tujuan tersebut masih dilakukan oleh
industri atau pengusaha tertentu.
Dalam industri pakan ternak (terutama unggas) bentonit berfungsi sebagai pengikat dengan
pembuatan sama seperti pembuatan pelet konsentrat bijih besi dan ogam lain), yaitu 1-2 % dari
berat pakan yang diolah.

 Ca-bentonit (kalsium bentonit)

Berbeda dengan Na-bentonit, Ca-ben-tonit tidak memiliki sifat mengembang yang baik
sebab tidak adanya ion Na+ di dalam kesatuan sel pada kisi kristal montmorilonit.
Pemakaian Ca-bentonit pada dasarnya sama dengan pemakaian lempung yang tergolong
fuller’s earth, antara lain untuk lumpur pemboran, pencuci dan pembersih minyak bakar, minyak
goreng, industri obat-obatan, kimia, kertas, keramik dan lainnya. Tetapi pemanfaatan yang utama
adalah untuk pembuatan sodium bentonit sintetis, dan bahan baku pembuatan lempung aktif.
Pemakaian Ca-bentonit untuk bahan pembuatan sodium bentonit lebih banyak
keuntungan daripada jenis lempung lain, kecuali lempung asam, terutama saat penggerusan,
penyaringan dan pengeringan. Ca-bentonit memiliki sifat pertukaran ion yang baik dan
menghasilkan produk sampingan yang berharga, yaitu bahan pemutih sintetis precipitated calcium
carbonate (PCC).
Biasanya, bahan yang digunakan mempunyai kelembaban sekitar 33 % dan ukuran butir 5
cm. Bahan lalu dikeringkan hingga kelembaban antara 3-10 %, selanjutnya digerus dengan ukuran
butir mencapai 90 – 100 mesh.
Selain yang diterangkan di atas terdapat lempung sejenis yang pemanfaatannya sama atau
hampir sama dengan Bentonit, yaitu atapulgit, sepiolit, dan lempung asam.

Spesifikasi Produk-produk Bentonit

 Di Industri Hilir
Di indonesia, sebagian besar penggunaan Ca-bentonit adalah di industri penjernihan
minyak kelapa sawit. Untuk menghasilkan minyak kelapa sawit bermutu tinggi diperlukan Ca-
bentonit dengan persyaratan tertentu, terutama bleaching power.
Beberapa peryaratan dan spesifikasi bentonit yang perlu diperhatikan dalam
pengunaannya di berbagai jenis industri pemakai, antara lain adalah:
a) Special Foundry Sand; Kuat tekan, kuat tarik dan deformasi.
b) Special Iron ore Pellet Test; Green drop; hijau, kering dan kuat padat pembakaran (fired compress
strengths), deformation; dan tumble determination).
c) Perdagangan Katalis dan Pemurnian Minyak; Spesifikasi material murni dengan kadar besi dan
metal berat rendah. Tes diambil dari BSCRA specification dengan persyaratan sebagai berikut :
 Moisture content (6-12 %);
 Green compressive strength;
 Dry compressive strength;
 Batas cair (sekitar 600oC);
o Life test;
o Komposisi kimia (CaO maks. 0,7 %); pH – 8,2;
 Kuat panas.
d) Farmasi dan Kosmetik; Di bidang ini, uji bentonit dibuat terhadap sifat-sifat sebagai berikut
: rupa (wujud), bentuk, brightness, residu pada 200 mesh (%), pH (dispersi 2 %), swelling (1/2 gram
dalam 10 ml air, setelah 2 jam), Batas cair, formasi gel (dengan MgO setelah 24 jam), cps viscosity
(1%, 3% dan 5 % dispersi).
e) Deproteinizing Wine, (oil, fluids); Untuk Deproteinizing wine, uji bentonit dibuat untuk mengetahui
sifat-sifat sebagai berikut: Deproteinizing power, soluble sodium, soluble lead, soluble phosphate. Harus
stabil pada panas 500o-600o C, porositas 60-70 %, area permukaan sekitar 120-140 mm/g, pH
hampir netral, rasa/bau kecil.
f) Fuller’s Earth; Fuller’s earth tidak diaktifkan secara komersial dan tidak berbaur terhadap
aktivasi dengan asam. Sedangkan atapul-git dan monmorillonite di alam kebanyakan memiliki
kemampuan menjernihkan minyak. Selain itu, mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
o Rapatan muatan : 0,45-0,75 g/ml;
o True density : 2,4 – 2,6 g/ml;
o pH : 6,5 – 7,5;
o porositas : 60 – 70 %;
o area permukaan : 120-140 mm/g;
o pori-pori berdiameter rata-rata 170 – 200 A;
o organic diserap 12-15 % bobot clay (clay akan menyerap 30-50% bobot cair
organik tanpa kehilangan sifat dan daya mengalir secara bebas).
 Spesifikasi di Pasaran
Untuk mendapatkan bahan penyerap yang bermutu baik, dapat dilihat sebagai berikut :
o perbandingan SiO2 dan Al2O3 lebih tinggi dari kaolinit, yaitu 4/1 -6/1;
o keasaman yang relatif lebih tinggi dalam air, diperlukan 10 – 150 cc, 0,1 N larutan
NaOH untuk menetralisasi 100 gram bahan penyerap dengan indikator
phenolphtalin;
o Densitas yang rendah; 0,65 – 0,80 gram/cc;
o Kandungan mineral pengotor sedikit, seperti kuarsa, garam-garam terlarut, kalsit
dan oksida besi.

Proses penyerapan dikenal ada dua macam, yaitu :


1) Cara kontak dilakukan dengan cara memanaskan dan mengaduk campuran minyak dan
bahan penyerap kemudian diteruskan dengan penyaringan;
2) Cara perkolasi, yaitu dengan melewatkan minyak yang dicuci pada butir-butir kasar bahan
penyerap. Persyaratan standar bentonit untuk lumpur bor harus memenuhi standar spesifikasi
dari American Petroleum Institute (API) dan Oil Companies Materials Association (OCMA).

 Spesifikasi dari API


a) Analisis ayak secara basah : 200 mesh maksimum 4 %;
b) Kandungan air (sewaktu pengiriman) maksimum 10 %;
c) Pada contoh basah 22,5 gr bentonit dalam 350 ml air murni :
 Pembacaan Fann VG Viscometer pada 600 rpm, 30 menit;
 Yield point minimum tiga kali viscositas plastis;
 Air tapisan pada 100 psi, suhu 2530 oC & waktu 30 menit maks. 13,5 ml;
 Air tapisan pada 100 psi, suhu 2530 oC & waktu 30 menit maks. 13,5 ml;
 Viscositas semu min. 15 cp;
 Viscositas plastis, min. 8,0 cp;
d) Hasil pencampuran minimum 94,02 bbl/short ton;
e) Hasil pencampuran minimum 94,02 bbl/short ton;
f) Analisis ayak secara kering: + 200 mesh;
g) Pengembangan 10-12 kali volume kering;
h) Tidak mengandung bahan-bahan magnetik dan radioaktif.
 Spesifikasi dari OCMA
a) Satu short ton bentonit menghasilkan lumpur dengan viscositas 15 cp dan volume minimum
16 m3
b) Adukan 7,5 gr bentonit dalam 100 ml air murni tidak boleh memberikan air tapisan < 15 ml.

PERKEMBANGAN DAN PROSPEK


Perkembangan Pemasokan dan Permintaan Bentonit Indonesia
Sampai saat ini, produsen Na-bentonit bukan sebagai produsen tambang tetapi hanya
sebagai pemasok saja, walaupun ada, jumlah dan kontinuitas produksi dapat dikatakan tidak pasti,
sehingga pertumbuhan tahunannya sulit untuk dievaluasi. Kebutuhan Na-bentonit di dalam
negeri dipakai dalam kegiatan pemboran menengah dan pemboran dalam.
Sebaliknya, produsen dan produksi Ca-bentonit berkembang cukup pesat. Produsen Ca-
bentonit sebagian besar berada di kota besar di P. Jawa, sesuai dengan keberadaan industri
pemakai utama bentonit.
Pemakaian bentonit oleh beberapa industri pemakai dengan alasan lebih ekonomis dan
kualitas produk akhir. Pemakaian bentonit impor oleh industri minyak sawit lebih ditekankan
kepada kemampuan bleaching yang tinggi (> 65 %), karena kemampuan bleaching bentonit
domestik dinilai masih sangat rendah (27 – 38 %), sehingga perlu aktivasi terlebih dahulu.
Dalam dunia perdagangan, Ca-ben-tonit juga dikenal dengan nama lain, seperti NKH,
Tonsil, Galleon, dan lain-lain.
Pemakai utama Ca-bentonit adalah industri minyak sawit dan minyak kelapa, kemudian
diikuti oleh industri margarine, logam untuk bangunan, dan industri mesin cor). Pada tahun 1999,
industri minyak sawit mengkonsumsi bentonit, yaitu sekitar 70 % (68.910,6 ton), kemudian
industri minyak kelapa sekitar 16 % (15.751,1 ton) dan sisanya sebesar 14% (13.782,2 ton)
dikonsumsi oleh industri margarine, pengecoran logam, mesin, sabun, kosmetika dan cat.
Kebutuhan bentonit dalam setiap jenis industri minyak goreng berlainan. Untuk minyak
goreng kelapa rata-rata dibutuhkan sekitar 2 persen dari hasil akhir, atau untuk setiap per ton
minyak goreng kelapa perlu 20 kg Ca bentonit. Sementara minyak goreng kelapa sawit
dibutuhkan lebih tinggi lagi yaitu 4 % atau untuk setiap per ton minyak goreng kelapa sawit
dibutuhkan 40 kg kalsium bentonit. Untuk industri margarine, kebutuhan Ca-bentonit
prosentasenya lebih tinggi lagi, yaitu berkisar antara 4 – 5 % dari produk akhir atau untuk setiap
ton perlu 40 – 50 kg kalsium bentonit.
Peluang Pengusahaan Mineral Bentonit
Meskipun masih ada hambatan dalam pengolahan bentonit di Indonesia, tetapi peluang
pengusahaan mineral bentonit masih tetap terbuka terutama dilihat dari potensi endapan yang
cukup besar atau dari sisi kapasitas produksi di industri hilir atau untuk ekspor.
Endapan bentonit Indonesia saat ini masih cukup tinggi (380 juta ton) dan mempunyai
prospek yang bagus baik domestik maupun ekspor, karena jenis endapan yang dimiliki
kebanyakan dari jenis bleaching clay (untuk penjernihan minyak kelapa sawit
Namun demikian, semua itu harus diikuti dengan penganekaragaman karena jelas nilai
tambah yang diperoleh hanya sedikit. Apalagi, adanya keinginan dari pihak industri yang
menginginlan bentonit yang instant tanpa harus memikirkan teknik pengolahan aktivasi. Jadi,
dalam hal ini kualitas bahan mineral masih tetap menjadi pilihan utama, terutama untuk produk
minyak goreng yang bermutu, terutama bagi golongan menengah ke atas. Untuk itu, pendirian
pabrik pengolahan bentonit rasanya perlu segera dilaksanakan.
Sementara itu, proyeksi dari Departe-men Perindustrian dan Perdagangan 1992, bahwa
kapasitas pabrik pengolahan di Indonesia pada industri kimia dasar pada akhir pelita VI adalah
sebesar dari 308.940 ton. Proyeksi tersebut didasarkan bahwa tahun 2000 proyeksi produksi
minyak sawit indonesia akan mencapai 7,9 juta ton, bahkan merencanakan sebagai produsen
minyak sawit nomor satu di dunia pada tahun 2010 dengan jumlah produksi minyak sawit
sebesar 12,3 juta ton.
Dari jumlah produksi minyak sawit tersebut apabila per satuan ton perlu 25-40 kg
bentonit diperkirakan lebih dari 300.000 ton per tahun. Namun, sampai tahun proyeksi tersebut
belum terpenuhi bahkan tidak sampai dengan 50 % dari kapasitas direncanakan. Bahkan
produksi minyak sawit Indonesia hanya mencapai sekitar 2,7 juta ton pada tahun.
Masih tersisanya kapasitas yang ada merupakan kendala karena daya produksi bentonit
dalam negeri pada 1999 masih jauh dari proyeksi. Padahal, pada saat itu, selain untuk keperluan
domestik, Indonesia merencanakan ekspor bentonit seperti ke Malaysia yang pada tahun 1993
sekurangnya 100.000 ton, karena Negara tersebut telah membutuhkan hampir 200 ribu ton per
tahun untuk pengolahan minyak sawit sebesar sekitar 6 juta ton [1]. Jadi, untuk memenuhi
konsumsi di industri kimia dasar perlu meningkatkan produksi lebih dari 200%.
Saat ini, prospek kebutuhan bentonit hanya terfokus kepada jumlah penduduk Indonesia
sebagai konsumen. Oleh karena itu, apabila pendirian pabrik pengolahan masih berupa angan-
angan, prospek pengembangan usaha bentonit ke depan diperkirakan hanya tergantung kepada
jumlah penduduk, atau peningkatan daya beli yang cukup untuk membeli produk berkualitas.
Cukup besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan potensi pasar bentonit tersendiri
di dalam negeri, dimana pada tahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah 203,4 juta orang.
Sebagai contoh adalah kebutuhan minyak goreng yang semakin besar akibat jumlah penduduk
yang makin bertambah, di lain pihak sampai saat ini minyak goreng berkualitas utama masih
terbatas dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan. Sebaliknya masyarakat pedesaan, yang berjumlah
cukup besar dan dalam kehidupan sehari-hari secara umum masih memakai minyak goreng
dengan kualitas rendah dan sering menimbulkan masalah terhadap cita rasa makanan, bahkan
kadang berakibat makanan jadi tidak sehat.
Kebutuhan minyak goreng dengan kualitas baik di masa mendatang diperkirakan akan
terus meningkat sejalan pertambahan penduduk dan apabila peningkatan pola hidup sehat
masyarakat Indonesia. Untuk menghasilkan minyak goreng dengan kualitas baik, peranan
bentonit dalam proses pengolahan minyak sangat penting. Dengan demikian kebutuhan bentonit
akan terus bertambah.
Apabila dikaitkan dengan ketersedian potensi endapan yang cukup besar, adanya
peningkatan jumlah produksi minyak kelapa sawit, serta pasar kawasan Asia Pasifik, khususnya di
ASEAN terutama (Malaysia, Thailand, dan Indonesia) peluang meningkatkan produksi bentonit
akan dapat merangsang para produsen bentonit dalam pengembangan kapasitas pabriknya, atau
pendirian produsen baru di Indonesia. Namun demikian, tentu saja harus diikuti dengan usaha
peningkatan kualitas untuk dapat bersaing dengan ekspor dari negara lain.
Saat ini saja Indonesia masih impor bentonit baik jenis kalsium maupun natrium dari
Amerika, Jepang, Australia dan bahkan ada yang berasal dari Malaysia, padahal negara disebut
terakhir ini bukan penghasil bentonit, juga potansi endapan bentonit yang dimilinya sangat sedikit
dibandingkan dengan Indonesia. 20- 48 % dari impor bentonit berupa Ca-bentonit yang
penggunaannya sebagian besar di industri minyak goreng. Pemakaian bentonit impor pada
industri tersebut lebih dikarenakan daya serap yang lebih diharapkan bisa mencapai lebih dari 4
kali dibandingkan dengan bentonit Indonesia.
Berdasarkan teori, 1 ton minyak goreng memerlukan bentonit antara 25 – 40 Kg. Jadi,
apabila dihitung, dengan produksi minyak goreng saat ini di atas 2,5 juta ton paling sedikit
konsumsi bentonit di industri minyak goreng saja mencapai antara 70 – 100.000 ton/tahun.
Sumber

Aji, Setyo.B dan Anjar. 2009. The Role Of a Coal Gasification Fly Ash as Clay Addive in
Building Ceramic. Journal of the European Ceramic Society 26 (2006) 3783-3787.
Aziz dan Gunawan, O. 2005. Homogenisasi Ukuran Partikel Bentonit Sebagai Bahan Baku
Keramik Dengan Menggunakan Hidroksilon. Jurnal bahan galian industry, volume 1
nomer 3, Desember 2005.
https://achmadinblog.wordpress.com/2010/11/30/bentonit/

http://catatan-dealisanb.blogspot.com/2011/11/bentonit.html

http://cumanuliss.blogspot.com/2012/09/bentonit.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bentonit

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Bentonit/Ulasan.asp?xdir=Bentonit&commId=8
&comm=Bentonit

S. Apiwantrakul, et. Al., J. Polym. Sci. 95, 85 (2005)


S. Limpanart, S. Kuthon, P. Taepaiboon, P. Suphapol, T.Srikhirin, W. Udomkichecha, Y.
Boontongkong, Mater. Lett. 59, 2292 (2005).
Supeno, Minto, 2011, Kaloid Anorganik, 26-27.
Syuhada, Wijaya, R., Jayatin dan Rohman, S., 2008. Modifikasi Bentonit (Clay) Menjadi
Organoclay Dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi. Vol. 2
No. 1, Februari 2009.

Anda mungkin juga menyukai