Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain
jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah
di jangkau karena terorganisir dengan baik. Masalah kesehatan yang dialami peserta didik sangat
kompleks dan bervariasi. Masalah kesehatan pada peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya
terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan pada peserta didik Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya lebih banyak terkait dengan
perilaku berisiko diantaranya kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan
melakukan hubungan seksual di luar nikah.
Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 menyebutkan bahwa 14% peserta didik SMP dan
SMA mulai merokok dibawah usia 14 tahun dan 64% mulai merokok pada usia 15-19 tahun. Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 memperlihatkan bahwa remaja yang minum
alkohol < 14 tahun sebanyak 24,4% dan pada usia 15-19 tahun sebanyak 29,2%. Selain itu
berdasarkan Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada
usia >15 tahun sebesar 8,7 %, untuk prevalensi kurang aktifitas fisik pada usia 10-14 tahun sebesar
66,9% dan pada usia 15-24 tahun sebesar 52%. Adapun untuk masalah gizi, SKRT tahun 2001
menunjukkan bahwa peserta didik SMP dan SMA usia 15-19 tahun mempunyai Indek Masa Tubuh
(IMT) < 18,5 (gizi kurang atau kurus) sebesar 25,3% dan anemia sebesar 26,5%.

Melihat permasalahan yang ada, pelayanan Kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya
peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya preventif antara lain kegiatan
penjaringan (skrining) kesehatan peserta didik. Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memilah anak yang sehat dan tidak sehat, serta
dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
memenuhi upaya-upaya pelayanan kesehatan dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik.
2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan
sekolah.
3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
program pembinaan peserta didik.

Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan SPM
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

30
6. Surat Keputusan Bersama 4 Menteri Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan Kabupaten/Kota

Sasaran
Sasaran penjaringan kesehatan adalah peserta didik di kelas I SMP/MTs, dan kelas I SMA/SMK/MA
negeri dan swasta setingkat.

30
BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL

2.1 Kebijakan Operasional Penjaringan Kesehatan Peserta Didik

1. Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar kesehatan
sebagai urusan wajib pemerintah daerah.
2. Penjaringan dilakukan 1 tahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas 1
SMP / MTs, dan SMA/SMK/MA negeri dan swasta.

2.2 Strategi Operasional Penjaringan Kesehatan Peserta Didik

1. Pendanaan kegiatan penjaringan kesehatan peserta didik dibiayai oleh anggaran


Kabupaten / Kota.
2. Kegiatan penjaringan kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi
persyaratan standar minimal pelayanan bidang kesehatan dalam program UKS.
3. Penjaringan kesehatan peserta didik dilakukan oleh suatu Tim Penjaringan Kesehatan di
bawah koordinasi puskesmas. Tim tersebut terdiri atas tenaga kesehatan puskesmas, guru
dan kader kesehatan remaja dari sekolah yang bersangkutan. Puskesmas sebagai
organisasi fungsional kesehatan di tingkat pelayanan dasar bertanggung jawab dalam
pelaksanaan penjaringan kesehatan peserta didik di wilayah kerjanya.

30
BAB III

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PENJARINGAN KESEHATAN

3.1 Persiapan Penjaringan kesehatan

1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menugaskan kepada Puskesmas untuk melaksanakan


kegiatan penjaringan kesehatan peserta didik di wilayah kerjanya.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan lintas sektoral terkait (Dinas
Pendidikan dan Kandepag) untuk memberikan informasi dan sosialisasi kepada sekolah-
sekolah, untuk menghasilkan :
a. Kesepakatan tentang penjaringan kesehatan anak sekolah.
b. Inventarisasi tenaga, sarana termasuk dana yang ada untuk kebutuhan pelaksanaan
penjaringan kesehatan peserta didik.
c. Identifikasi kebutuhan operasional dalam kegiatan penjaringan kesehatan peserta didik.
d. Persiapan pelaksanaan penjaringan kesehatan meliputi kesiapan puskesmas, jumlah
sekolah, dan jumlah peserta didik di tiap wilayah kerja puskesmas.
3. Pimpinan puskesmas mengadakan pertemuan dengan unsur Tim Pembina UKS Kecamatan
lainnya dan kepala sekolah serta unsur lain yang dipandang perlu untuk menghasilkan:
a. Inventarisasi data tentang jumlah sekolah, penyebaran sekolah serta jumlah
peserta didik di kelas I
b. Rencana kerja penjaringan kesehatan, yang mencakup jadual kerja, tenaga
pelaksana, kegiatan pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan penjaringan kesehatan
menurut sekolah sasaran.

3.2 Pelaksanaan Penjaringan kesehatan

Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pengisian kuisioner oleh
peserta didik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang oleh tenaga kesehatan bersama-sama
kader kesehatan remaja dan guru di sekolah. Rangkaian pemeriksaan tersebut seharusnya
dilaksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi wilayah setempat.

Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :


3.2.1 Pengisian Kuesioner Kesehatan
1. Keadaan Kesehatan Umum
a. Riwayat kesehatan
b. Informasi kesehatan keluarga
c. Riwayat imunisasi
d. Gaya hidup
2. Kesehatan intelegensia
3. Kesehatan mental remaja
4. Kesehatan reproduksi
5. Bahan edukasi dan konseling
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan keadaan umum
2. Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
3. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
4. Penilaian status gizi
5. Pengukuran kebugaran jasmani

30
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang/Laboratorik
1. Pemeriksaan Hb
2. Pemeriksaan feses/tinja

Adapun prosedur masing-masing kegiatan pemeriksaan di atas sebagai berikut :

3.2.1 Pengisian Kuesioner Penjaringan Kesehatan

1. Keadaan Kesehatan Umum

Kesehatan pada peserta didik dapat dilihat dari riwayat kesehatan secara umum, kebiasaan
makan, riwayat kesehatan keluarga dan kesehatan reproduksi.

Bila dari hasil pengisian kuesioner kesehatan :

a. Riwayat kesehatan, ditemukan jawaban :


‘Ya’ pada nomor 1, 2,3 dan 4, maka dirujuk ke puskesmas.
‘Ya’ pada nomor 5, 6, 7 dan 8 perlu mendapat perhatian guru pembina UKS/ guru BK.
b. Informasi kesehatan keluarga, ditemukan jawaban :
‘Ya’ satu atau lebih, maka perlu mendapat perhatian guru pembina UKS/guru BK.
c. Riwayat imunisasi, ditemukan jawaban :
‘Tidak’ pada nomor 2, 3, 4 dan 5 maka dirujuk ke puskesmas.
d. Gaya hidup, ditemukan jawaban :
‘tidak pernah’ untuk pertanyaan 1; ‘selalu’ atau ‘kadang-kadang’ untuk pertanyaan 3 atau
4 maka perlu mendapat perhatian guru pembina UKS/ guru BK

2. Kesehatan Intelegensia

Deteksi dini masalah kesehatan intelegensia remaja adalah suatu upaya pemeriksaan
awal untuk menemukan secara dini adanya potensi kesulitan belajar pada remaja, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi. Melalui penjaringan kesehatan intelegensia pada anak
sekolah lanjutan, diperoleh pemahaman tentang karakteristik remaja, potensi yang dimiliki, hal-
hal yang menghambat potensi, dan cara mengembangkan potensinya tersebut. Dengan
demikian, setelah diketahui maka dapat direncanakan upaya peningkatan kualitas kesehatan
inteligensi remaja sehingga remaja dapat mengoptimalisasikan hasil belajarnya, serta
orangtua dan guru dapat memberikan dukungan dan bimbingan sesuai dengan potensi dan
cara belajar unik yang dimiliki setiap remaja.
Deteksi dini kesehatan intelegensia dilakukan pada remaja melalui penilaian pada diri
sendiri (self rating) dengan mengisi kuisioner.

KISI-KISI SOAL KUESIONER


Tidak Kadang-
Sering Selalu
Kemampuan pernah kadang
Nomor soal
Belajar
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Visual (8 soal) Soal 1 sampai 8 (8 soal)

Auditorik (8 soal) Soal 9 sampai 16

Kinestetik (8 soal) Soal 17 sampai 24

30
Untuk mengetahui skor kemampuan persepsi belajar visual, auditorik dan kinestetik,
teknik skoring pada kusioner ditetapkan dengan membuat range skor antara satu sampai
empat. Respon jawaban pertama yaitu “Tidak pernah” mempunyai skor Satu, “kadang-kadang”
mempunyai skor Dua, “Sering” mempunyai skor tiga, serta “Selalu” mempunyai skor empat.
Hasil jawaban setiap kemampuan diberikan skor dan dijumlahkan (setiap kelompok 8 nomor
soal), skor minimal 8 dan maksimal 32.

Cara Interpretasi berlaku untuk masing-masing kemampuan belajar (visual, auditorik dan
kinestetik):
- Jumlah skor 8 – 13 = Terbatas
- Jumlah skor 14 – 19 = Belum Optimal
- Jumlah skor 20 – 25 = Cukup Optimal
- Jumlah skor 26 – 32 = Optimal

Contoh Interpretasi
- Si ‘A’ kemampuan belajar Visual, pada pernyataan nomor 1-8 memperoleh skor total 26,
maka kemampuan belajar Visualnya hasilnya Optimal
- Si ‘A’ kemampuan belajar Auditorik (pernyataan nomor 9-16) memperoleh skor total 21,
maka kemampuan belajar Auditoriknya hasilnya Cukup Optimal
- Si ‘A’ kemampuan belajar Kinestetik (pernyataan nomor 17-24) memperoleh skor total
10, maka kemampuan belajar Kinestetiknya hasilnya Terbatas

Potensi gangguan kesulitan belajar dapat diketahui dengan melihat adanya hasil ‘kurang’
pada tiga kemampuan persepsi belajar
Tidak ada hasil ‘terbatas’ pada tiga kemampuan = Tidak ada potensi gangguan kesulitan
belajar
Ada Satu kemampuan hasilnya ‘terbatas’ = Ada potensi kesulitan belajar Kecil
Ada Dua kemampuan hasilnya ‘terbatas’ = Ada potensi kesulitan belajar Sedang
Ada Tiga kemampuan hasilnya ‘terbatas’ = Ada potensi kesulitan belajar Cukup Kuat

Kesimpulan :
Kemampuan belajar Visual = Terbatas – Belum Optimal – Cukup Optimal - Optimal
Kemampuan belajar Auditorik = Terbatas – Belum Optimal – Cukup Optimal - Optimal
Kemampuan belajar Kinestetik = Terbatas – Belum Optimal – Cukup Optimal - Optimal

Potensi Kesulitan Belajar = Ada - Tidak ada


Jika Ada potensi kesulitan = Kecil - Sedang - Cukup Kuat

Tindak lanjut
- Bila ditemukan adanya potensi kesulitan belajar kecil dan sedang, dilakukan konseling
oleh guru BK
- Bila ditemukan adanya potensi kesulitan belajar cukup kuat, dirujuk pada tenaga
kesehatan, psikolog, neurolog/ dokter ahli saraf atau psikiater/ dokter ahli jiwa.

30
JAWABAN
No PERNYATAAN Tidak Kadang-
Sering Selalu
pernah kadang
1 Saya lebih suka mengingat sesuatu dengan membayangkannya di
kepala dari pada mengucapkan berulang-ulang.
2 Saya lebih memilih memperoleh informasi dari suatu bagan atau
papan tulis.
3 Saya mengikuti instruksi tertulis lebih baik daripada lisan.
4 Saya bisa mengerjakan grafik, bagan dan poster dengan baik.
5 Saya dapat menyelesaikan teka-teki potongan gambar / bongkar
pasang gambar (puzzles) dengan baik
6 Saya suka mengoleksi barang.
7 Saya suka mencatat dan membuat daftar apa yang ingin saya
ingat.
8 Saya dapat dengan mudah mengikuti petunjuk di peta.
9 Saya lebih suka mengikuti petunjuk lisan daripada tertulis.
10 Saya lebih suka mendengar seseorang berbicara daripada
membacanya di buku.
11 Saya sering membutuhkan penjelasan tentang suatu diagram
atau peta.
12 Saya lebih suka mendengarkan daripada membaca.
13 Saya senang berdiskusi membicarakan suatu hal.
14 Saya suka mendengarkan irama musik untuk mempelajari
sesuatu.
15 Saya suka berbicara pada diri sendiri saat sedang sendiri.
16 Saya lebih suka mendengarkan musik daripada mengamati suatu
karya seni.
17 Saya suka bergerak-gerak untuk mengingat sesuatu (mengetuk-
ngetuk pena, menggoyang-goyang tungkai).
18 Saya lebih suka bekerja dengan tangan saya dalam membuat atau
memperbaiki sesuatu.
19 Saya suka berdiri atau berjalan-jalan saat belajar atau
mengerjakan sesuatu.
20
Saya berbicara cepat & memakai tangan untuk
mengkomunikasikan maksud saya.
21 Saya aktif bergerak ketika belajar.
22 Saya terampil berolah raga.
23
Saya akan mengawasi penampilan & bahasa tubuh seseorang
untuk mengerti maksud pikirannya.
24
Saya harus terlibat dahulu dalam suatu aktivitas agar bisa belajar
melakukannya.

3. Kesehatan Mental Remaja

30
Deteksi dini masalah kesehatan mental remaja adalah suatu upaya pemeriksaan awal untuk
menemukan secara dini adanya masalah kesehatan mental pada remaja, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila masalah kesehatan mental remaja terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang remaja.
Deteksi dini dilakukan pada remaja melalui penilaian pada diri sendiri (self rating) dengan mengisi
kuisioner.

Deteksi dini masalah mental dilaksanakan setiap 6 bulan sekali bersamaan dengan penjaringan
dan pemeriksaan berkala.

A. Alat yang digunakan


Kuesioner Masalah Kesehatan Mental Remaja yang terdiri dari 29 pernyataan yang harus
dijawab sendiri oleh remaja yang bersangkutan.

B. Tujuan
Untuk mendeteksi secara dini adanya masalah kesehatan mental pada remaja.

C. Cara melakukan :
 Soal dibagikan kepada setiap peserta didik.
 Peserta didik mengisi jawaban sesuai dengan kondisi yang dialaminya dalam
enam bulan terakhir.
 Tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang diharapkan adalah jawaban
sejujurnya yang sesuai dengan kondisi yang dialami/dilakukan peserta didik dalam enam
bulan terakhir.

D. Matriks/ kisi-kisi instrumen yang digunakan:


1. Domain masalah Perilaku dan agresifitas :
- Perilaku menentang
- Perilaku antisosial
- Perilaku hiperaktivitas dan inatensi
2. Domain masalah emosional
- Cemas
- Sedih
- Frustrasi
- Rasa bersalah
- Mudah tersinggung
- Fobia
- Ide bunuh diri
- Psikosomatis
3. Domain masalah dengan teman sebaya :
- Mau menang sendiri
- Diintimidasi oleh anak lain
- Cenderung menyendiri
- Terisolir
- Diskomunikasi
4. Domain masalah intrapersonal :
- Citra diri
- Percaya diri
5. Domain masalah dengan zat (Napza) :
- Merokok
- Alkohol

30
- Narkotika, Psikotropik dan Zat Adiktif lainnya

E. Cara Menilai
Penilaian dari hasil jawaban yang diberikan peserta didik :
 Tidak Pernah : Tidak melakukan sama sekali, nilainya 0
 Jarang/kadang-kadang : Lebih banyak tidak melakukan daripada melakukan, nilainya 1
 Sering : Lebih banyak melakukan daripada tidak melakukan, nilainya 2
Seluruh nilai jawaban peserta didik dijumlahkan.

F. Interpretasi
Hasil penjumlahan nilai, jika :
 Jumlah nilai < 27 : Tidak ada masalah
 Jumlah nilai > 27. : Ada masalah, perlu dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit setempat untuk
ditangani oleh psikolog/dokter umum/psikiater

JAWABAN
No PERNYATAAN Tidak Kadang-
Sering
pernah kadang
1 Saya mudah marah sampai kehilangan kendali
2 Saya tidak biasa melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain
3 Saya menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang saya lakukan
4 Saya membuat orang lain jengkel
Saya dituduh mengambil barang yang bukan milik saya dari rumah,
5 sekolah atau dari mana saja

6 Saya dituduh berbohong untuk tujuan tertentu dan berlaku curang.


7 Saya suka menyiksa binatang
Saya memaksa orang lain melakukan sesuatu yang saya
8 kehendaki
Saya ditegur karena melakukan pelanggaran atau sesuatu yang
9 tidak layak

10 Saya gelisah, sulit duduk diam


11 Perhatian saya mudah teralih, sulit konsentrasi
12 Saya bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu
13 Saya tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai
14 Saya khawatir terhadap banyak hal
Saya merasa gugup dalam situasi baru, mudah kehilangan rasa
15 percaya diri

16 Saya sedih, merasa tidak bahagia atau mudah menangis


17 Saya mudah menyerah/ patah semangat
18 Saya cenderung menyalahkan diri sendiri
19 Saya mudah tersinggung
20 Saya takut berlebihan terhadap sesuatu (objek)
21 Saya pernah putus asa dan berpikir untuk mengakhiri hidup
22 Saya mengalami sakit kepala, sakit perut, mual atau diare
23 Saya tidak mau mengalah dengan orang lain
24 Saya dipermainkan atau dikerjain/diperdayai oleh anak lain
25 Saya lebih senang menyendiri daripada bersama teman-teman

30
26 Saya merasa teman-teman menjauhi saya
27 Saya sulit mengemukakan pendapat
28 Saya tidak puas dengan penampilan diri saya
29 Saya mudah kehilangan rasa percaya diri

4. Kesehatan Reproduksi

Deteksi dini masalah reproduksi remaja adalah suatu upaya agar peserta didik dapat mengenal dan
memahami organ reproduksinya sendiri sebagai langkah awal bila ditemukan kelainan. Pengenalan
organ reproduksi bagi remaja berkaitan dengan proses tumbuh kembang peserta didik di masa
pubertas. Pemahaman organ reproduksi ini menggunakan skala Tanner yang mudah dimengerti dan
dijawab oleh siswa.

Gambar Perkembangan pubertas

Puteri
A. B

Keterangan gambar kesehatan reproduksi puteri:

Gambar Karakteristik
I A. Prepubertas, tak terdapat jaringan payudara
B. Rambut pubis tidak ada
II A. Pembesaran areola dan timbulnya breast-bud
B. Timbul rambut halus di pubis
III A. Pembesaran areola dan payudara sebagai satu gunung
B. Rambut pubis menjadi ikal disekitar pubis

30
IV A. Timbul tonjolan ke 2 diatas bukit pertama
B. Rambut pubis menyebar ke lateral dan atas
V A. Payudara dewasa dengan single-contour
B. Distribusi rambut pubis dewasa

Putera

Keterangan gambar kesehatan reproduksi putera :

Gambar Karakteristik
I Prepubertas, diameter panjang testes < 2.5 cm
Tidak ada rambut pubis
II Diameter panjang testes > 2.5 cm, skrotum menipis dan berwarna merah
Timbul rambut pubis terutama di pangkal penis
III Terjadi pembesaran penis, testis lebih besar
Rambut pubis lebih tebal, jadi ikal dan terutama di mons pubis
IV Penis dan testis menjadi lebih besar, skrotum menjadi lebih hitam
Rambut pubis dewasa tetapi belum sampai ke paha
V Genitalia ukuran dan bentuk dewasa
Rambut pubis sampai ke medial paha

Langkah yang harus dilakukan berdasarkan hasil pengisian kuesioner:

a. Kesehatan reproduksi peserta didik puteri:


1. Untuk pertanyaan nomor 1, bila ditemukan jawaban < 8 tahun atau > 15 tahun, dirujuk ke
puskesmas.
2. Untuk pertanyaan nomor 2, bila ditemukan jawaban ‘tidak’ dirujuk ke puskesmas.
3. Untuk pertanyaan nomor 3, 4 dan 5, bila ditemukan jawaban ‘ya’, dirujuk ke puskesmas.
4. Bila pada gambar, peserta didik melingkari gambar A. 1 dan atau B.1 dan usia anak > 13
tahun, maka dirujuk ke puskesmas.
b. Kesehatan reproduksi peserta didik putera
1. Untuk pertanyaan nomor 1, bila ditemukan jawaban ‘tidak pernah’ dan usia > 14 tahun,
maka perlu mendapat perhatian guru pembina UKS/ guru BK.
2. Untuk pertanyaan 2 dan 3, bila ditemukan jawaban ‘ya’, maka dirujuk ke puskesmas.
3. Bila pada gambar, peserta didik melingkari gambar 1 dan usia anak > 14 tahun, maka perlu
dirujuk ke puskesmas.

5. Bahan edukasi dan konseling

Jawaban peserta didik pada bagian ini merupakan bahan untuk edukasi dan konseling baik individu
maupun kelompok. Selain itu, jawaban tersebut mungkin merupakan masalah yang dialami oleh
peserta didik sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari guru pembina UKS/guru BK.

30
3.2.2 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Penilaian keadaan umum dimaksudkan untuk menilai keadaan fisik secara umum, yang
meliputi hygiene perorangan serta tanda-tanda kelainan gizi.

Pengukuran Tekanan Darah dan Denyut Nadi


a. Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah (sistolik dan diastolik) dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan tekanan darah pada peserta didik.

b. Pengukuran Denyut Nadi


Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan denyut nadi
per menit pada peserta didik.

2. Keadaan Gizi

Indeks Massa Tubuh.

Untuk menilai status gizi anak dapat dilakukan pemeriksaan secara klinis, riwayat asupan makanan,
ukuran tubuh (antropometri) dan penunjang (laboratorium). Dalam kegiatan penjaringan, penilaian
status gizi siswa dilakukan melalui pengukuran antropometri yaitu mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT).
Dengan menghitung indeks masa tubuh ini, akan diketahui status gizi siswa.

IMT adalah indeks untuk menentukan status gizi. Indeks tersebut diperoleh dengan membandingkan
berat badan (BB) dalam kilogram terhadap tinggi badan (TB) dalam meter kuadrat. Jika tidak ada
kalkulator, dapat menggunakan Tabel IMT yang tersedia.

Selanjutnya angka indeks diplot pada grafik BMI, sesuai dengan jenis kelamin (for Girls atau for Boys).
Lihat posisi “plot” tadi berada pada area mana:
- Jika berada di garis Standar Deviasi (SD) +2 sampai SD -2 maka anak tersebut berstatus gizi Normal.
- Jika berada di bawah garis SD -2 sampai SD -3, anak tersebut berstatus Kurus
- Jika berada di bawah garis SD -3 berarti status Kurus Sekali.
- Jika berada di atas garis SD +2 sampai SD +3 berarti anak tersebut berstatus ‘overweight’ atau
Gemuk.
- Jika berada di atas SD +3 berarti status Obesitas.

Anemia Gizi Besi

30
a. Pengertian. Anemia Gizi Besi (AGB) adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam
darah dibawah batas normal, sebagai akibat kekurangan asupan zat besi. Di masyarakat sering
juga disebut dengan istilah “Kurang Darah”.

b. Tanda-tanda fisik. Tanda-tanda fisik anak menderita AGB antara lain adalah : tampak pucat, tidak
bergairah, mudah lelah, seringkali disertai keluhan pusing, mata berkunang-kunang, serta
konsentrasi dan kemampuan belajar menurun.

c. Kadar Hb. Kadar Hb diukur melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Kategorisasi status anemia
sesuai dengan tabel yang ditetapkan oleh Depkes. (dipindah ke pemeriksaan labotatorik)

d. Tujuan penilaian. Tujuan penilaian AGB adalah untuk mengetahui status anemia berdasarkan
kadar Hb darah maupun tanda-tanda klinis.

30
PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM

No. Jenis P E LAK SANA


Alat / Bahan Cara Pemeriksaan Kesimpulan Hasil
Pemeriksaan KKR Guru Nakes
1. Tekanan a.Tensimeter a. Pengukuran tekanan darah yang umum dilakukan √ Normal (JNC VII):
darah b. Stetos menggunakan alat tensi meter yang dipasang pada S : ≤ 120mmHg
kop lengan kiri atas dalam keadaan duduk bersandar, berdiri D : ≤ 80 mmHg
atau berbaring.
b. Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan setelah Prehipertensi :
orang yang akan diperiksa beristirahat ±5 menit. S : 120 - 139
c. Sebaiknya lebar manset 2/3 panjang lengan atas, dan D : 80 - 89
bagian bawahnya paling sedikit 2 cm diatas daerah
lipatan lengan atas untuk mencegah kontak dengan Hipertensi Derajat 1 :
stetoskop. S : 140 - 159
d. Tangan pemeriksa meraba denyut arteri radialis pada D : 90 - 99
pergelangan tangan kiri atau kanan pasien dengan tiga
jari, balon di pompa sampai 20 mmHg di atas angka saat Hipertensi Derajat 2 :
denyut tidak teraba, kemudian dibuka perlahan-lahan S : ≥ 160
dengan kecepatan 2-3 mmHg perdenyut jantung. D : ≥ 100
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi detak
yang pertama (Korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik S = sistolik
dicatat pada saat bunyi menghilang (Korotkoff V) D = diastolik
e. Pengukuran dilakukan 2 kali dengan selang 5 menit.
f. Hasil pengukuran dicatat.

2. Denyut Nadi a. Stopwatch / a. Rabalah pergelangan tangan (arteri radialis) kiri √ < 60 : Denyut nadi melambat
jam yang atau kanan dengan tiga jari tangan pemeriksa. (jari (bradikardi)
dilengkapi telunjuk, tengah dan manis). 60 - 100 kali : normal
dengan Bila sudah terasa denyut nadi lakukan perhitungan > 100 kali : denyut nadi cepat
detik frekuensi denyutan selama 60 detik. Hasil pengukuran (takikardi)
dicatat.

30
PENILAIAN STATUS GIZI

Jenis
Alat/Bahan Cara Pelaksana Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Kader Guru Nakes
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Status Gizi - Alat pengukur berat Cara Mengukur Berat Badan Anak : V V Tentukan IMT dengan cara :
badan dengan tingkat Anak yang akan di timbang berat
ketelitian 0,1 kg. badannya tidak menggunakan alas kaki, BB (kg)
berpakaian minimal dan tanpa beban IMT =
tambahan. TB (m) x TB (m)

Timbangan Atau melihat tabel IMT pada lampiran ...


diletakkan di tempat yg rata dan ditera kemudian dibandingkan dengan grafik
pada posisi nol. Anak berdiri di atas IMT untuk melihat status gizi.
timbangan dengan posisi tegak dan tidak
bersandar.
Berat badan anak dibaca dan dicatat.

- Alat pengukur tinggi Cara mengukur tinggi badan anak :


badan dengan tingkat - Microtoise digantungkan tegak lurus V V V
ketelitian 0,1 cm pada dinding yang rata
(microtoise) - Pada saat diukur, anak tidak boleh
memakai alas kaki dan penutup
kepala (topi dll)
- Anak berdiri membelakangi dinding
dengan pita alat ukur berada di
tengah bagian kepala
- Posisi anak tegak bebas, tidak sikap
tegap seperti tentara.
- Tangan dibiarkan tergantung bebas
menempel ke badan
- Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak
rapat.
- Kepala, tulang belikat, bokong dan
tumit menempel ke dinding.
- Anak menghadap dengan pandangan
lurus ke depan.
- Microtoise diturunkan hingga
mengenai kepala anak dengan posisi
tegak lurus pada puncak kepala.
- Hasil pengukuran dibaca dan dicatat
(tambahkan gambar dari buku merah

30
putih)

Pemeriksaan tanda-tanda klinis


Konjungtiva, bibir, lidah, dan telapak
tangan terlihat pucat

2. Pengukuran Hb - Hemoglobinometer V Anak menderita anemia gizi besi jika


(hemometer) Sahli Pemeriksaan kadar Hb dengan Metoda ditemukan tanda-tanda klinis serta gejala
- Pipet Sahli (20 µl) Sahli sesuai prosedur anemia dengan kadar Hb di bawah
dengan aspirator normal
- Batang pengaduk Kadar Hb normal :
kaca (kecil) - Anak 12-14 th : ≥12 g%
- Pipet tetes - Remaja putri ≥15 th : ≥12 g%
- Tissue - Remaja putra ≥15 th : ≥13 g%
- Larutan HCl 0,1 N
- aquadest

30
Grafik IMT Putera

30
Grafik IMT Puteri

30
2. Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengertian : Pemeriksaan gigi dan mulut secara klinis yang sederhana


Tujuan : untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan
menentukan prioritas sasaran untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program
kesehatan gigi dan mulut di sekolah
Pemeriksaan meliputi :
– Keadaan rongga mulut
– Kebersihan mulut
– Keadaan gusi
– Keadaan gigi

3. Kesehatan Indera

Pengertian
Pemeriksaan indera penglihatan dan pendengaran adalah pemeriksaan yang dilakukan
setiap awal tahun ajaran baru (penjaringan) untuk mengetahui adanya gangguan fungsi dan
kelainan organik pada mata dan telinga. Selanjutnya pada tengah tahun ajaran dilakukan
pemeriksaan ulang (berkala) untuk menilai perbaikan atas koreksi yang diberikan.

Tujuan
1. Mengetahui adanya gangguan fungsi penglihatan dan fungsi pendengaran pada anak
sekolah.
2. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila ada kelainan) melalui pengobatan/ tindakan
dalam rangka meningkatkan fungsi mata dan telinga.

Alat Bantu
1. Pemeriksaan kelainan penglihatan/kelainan organik
 Snellen Chart untuk memeriksa visus
 Penutup-1 mata (okluder)
 Pinhole (cakram berlubang)
 Senter
 Buku Ishihara untuk tes buta warna
2. Pemeriksaan Tajam Pendengaran/ kelainan organik
 Garpu tala
 Senter
 Otoskop

30
PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT

Jenis
Alat/bahan Cara Pemeriksaan Pelak-sana Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
- Lidah kotor : adanya lapisan yang tidak mudah hilang.
Pemeriksaan Rongga
1 Keadaan - Lapisan pipi sebelah dalam : Adanya lapisan berwarna coklat
Kaca Mulut Mulut dengan Kaca Perawat Gigi
Rongga Mulut kehitaman yang tidak mudah hilang.pada gigi dan gusi.
Mulut
Rahang Atas :
permukaan oklusal, a. Gigi Kotor :
permukaan gigi yang Pada permukaan gigi ada :
menghadap ke pipi, dan
- lapisan / endapan berwarna putih kekuning-kuningan
palatum
Kebersihan Kaca mulut - lapisan tipis/noda yang berwarna coklat atau hitam
2 Perawat Gigi
rongga mulut dan sonde - lapisan keras seperti kapur yg berwarna kuning
Rahang Bawah:
b. Gigi bersih :
permukaan oklusal, per
mukaan gigi yang - Tidak ada gejala-gejala seperti yang dibutir a
menghadap ke pipi, dan
lingual
- Gusi meradang :
Gusi bengkak warnanya lebih merah dan tampak mengkilap
Kaca Mulut Periksalah gusi pada
3 Keadaan gusi Perawat Gigi Gusi merah sekali kelihatannya seperti pita merah sepanjang batas gigi),
dan Sonde semua gigi
bengkak berdarah tanpa disentuh
- Gusi sehat : bila tidak ada tanda-tanda seperti diatas
a. Gigi sehat Tidak ada tanda-tanda klinik proses karies.
b. Gigi karies :
Pemeriksaan
- Permukaan berlubang pada pit atau fissure atau permukaan gigi
permukaan oklusal
Kaca Mulut yang halus dengan dasar atau dinding yng lunak
4 Keadaan gigi geraham gigi tetap Perawat Gigi
dan Sonde - Gigi dengan tambalan
dengan sonde
- Sisa Akar Gigi Susu dan atau Gigi Permanen
c. Gigi susu yang belum tanggal (persistensi)
d. Gigi berjejal

30
PEMERIKSAAN INDERA PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN

No Jenis Pemeriksaan Alat / Bahan Cara Pemeriksaan P E LAK SANA Kesimpulan Hasil
kader Guru Nakes
1 MATA a. Kartu Snellen (kartu Anamnesis (adanya gangguan V V V Kesimpulan hasil
a Kelainan refraksi/ huruf ) penglihatan)  Penglihatan jauh kabur
gangguan tajam b. Penutup 1 mata Pemeriksaan mata dengan kartu Snellen V  Memicingkan palpebra untuk
penglihatan. (okluder) dan pinhole melihat jauh
c.Pinhole (cakram  Letakkan kartu Snellen pada  Kesulitan mengikuti pelajaran
1) Rabun jauh berlubang) jarak 6 meter  Tindakan.
b. Formulir  Baris tengah setinggi garis mata Bila siswa mempunyai tajam penglihatan yang
pemeriksaan siswa yang akan diperiksa tidak normal / kurang dari 6/6, rujuk ke Balai
c. Formulir rujukan  Posisi duduk atau berdiri Kesehatan Mata Masyarakat /BKMM ( bila
 Pemeriksaan dimulai dari mata ada) atau ke RS dengan surat rujukan dari
kanan, mata kiri ditutup dengan Puskesmas untuk pemeriksaan dan
penutup mata (okluder) atau dengan penanganan lebih lanjut.
telapak tangan
 Membaca huruf mulai dari baris
atas ke bawah
 Kemudian dilakukan
pemeriksaan mata kiri dengan cara
yang sama
 Penulisan hasil pemeriksaan
tajam penglihatan mata kanan atau
mata kiri sesuai dengan angka yang
tertulis di sebelah kiri dari baris
terbawah huruf Snellen yang dapat
dibaca siswa dengan benar
 Bila tajam penglihatan kurang
dari 6/6 dilanjutkan dengan
pemeriksaan pinhole (cakram
berlubang)
 Bila tajam penglihatan lebih jelas
dengan pinhole, berarti ada kelainan
refraksi

b. Kelainan kongenital V V
1) Buta Warna Buku Ishihara Bila siswa tidak dapat menyebutkan satu
atau beberapa angka yang terdapat dalam
- Syarat: pemeriksa tidak buta gambar, atau tidak dapat menunjukkan alur,
maka siswa dikirim ke guru BK untuk
30
warna mendapatkan konseling
- Siswa diminta untuk
menyebutkan satu persatu angka
atau menunjuk mengikuti alur
yang tertera di buku Ishihara.
c. Radang mata V V V  Tindakan.
Senter  Bila siswa mengalami radang mata akut,
hindari penularan dengan kebersihan diri (cuci
tangan dengan sabun, tidak memakai alat
Anamnesis (mata merah, gatal, berair dan bersama seperti sapu tangan)
ada kotoran)  Rujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih
Pemeriksaan mata dengan senter lanjut

30
INTERPRETASI BUKU ISHIHARA

Nomor Lembar Orang Normal Orang dengan Orang dengan


Buku Ishihara defisiensi warna Buta warna total
merah - hijau
1 12 12 12
2 8 3 X
3 5 2 X
4 29 70 X
5 74 21 X
6 7 X X
7 45 X x
8 2 X X
9 X 2 X
10 16 X X
11 Dapat mengikuti X X
jalur
12 35 3/5 X
13 96 9/6 X
14 Dapat mengikuti Merah/ungu X
kedua jalur

X = Tidak dapat membaca angka / mengikuti jalur

30
No Jenis Pemeriksaan Alat / Bahan Cara Pemeriksaan P E LAK SANA Kesimpulan Hasil
kader Guru Nakes
2 TELINGA
a. TELINGA LUAR
1) Kelainan daun Anamnesis (kelainan bawaan atau V V V  Hasil :
telinga didapat) daun dan liang telinga ada kelainan atau tanpa
Pemeriksaan daun telinga kelainan,
Kelainan unilateral / bilateral
 Tindakan :
Rujuk ke Puskesmas atau RS (spesialis THT) untuk
tindak lanjut.

2) LIANG TELINGA Otoskop Anamnesis V  Tindakan :


- Serumen Kapas dan Pelilit Pemeriksaan telinga Serumen cair / lunak dibersihkan dengan kapas.
(kotoran telinga Kapas atau pompa Untuk serumen liat dan serumen keras padat bila
penghisap, karbol tidak dapat diangkat dirujuk ke Puskesmas
gliserin 10%

b. TELINGA TENGAH  Hasil :


1) Otitis Media Akut Senter, otoskop Anamnesis V Ditemukan tanda-tanda otitis media, diantaranya; nyeri
Pemeriksaan telinga pada telinga, riwayat batuk pilek sebelumnya, demam,
keluar sekret (cairan) dari telinga tengah atau gendang
telinga berlubang
 Tindakan :
2) Otitis Media Senter, otoskop V Rujuk ke puskesmas untuk pengobatan lebih lanjut
Supuratif Kronis
(OMSK)

C Tajam -Garpu tala(512Hz) Anamnesis (Murid kurang bereaksi V  Kesimpulan hasil :


Pendengaran terhadap suara, menarik diri/ Bila bunyi masih didengar pada penala di depan
pendiam, sulit mengikuti instruksi, liang telinga dari pada penala ditempelkan di tulang
sering memakai (intensitas hantaran udara lebih baik dari hantaran
earphone/walkman/iphod) tulang), maka disebut Rinne positif artinya telinga
yang diperiksa normal

30
Tes Rinne:
 Tindakan :
Cara Pemeriksaan dan penilaian: Pemeriksaan garpu tala

Garpu tala (penala) digetarkan, Bila intensitas hantaran udara lebih buruk dari
kemudian dasar penala ditempelkan intensitas hantaran tulang, maka disebut Rinne negatif
pada tulang di belakang telinga yang artinya pada telinga yang diperiksa terdapat tuli
diperiksa. konduktif

Jika yang diperiksa tidak mendengar


bunyi lagi, penala dipindahkan ke
depan liang telinga, kira-kira 2,5 cm
jaraknya dari liang telinga

Tes Weber :
Bila tidak ada lateralisasi (bunyi lebih jelas di salah
Cara pemeriksaan dan penilaian satu sisi telinga) berarti kedua telinga normal

Penala digetarkan, kemudian dasar Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang sakit, berarti
penala diletakkan pada garis tengah telinga tersebut menderita tuli konduktif. Sedangkan
kepala (di ubun-ubun, di dagu atau bila lateralisasi ke telinga yang sehat berarti telinga
di tengah dahi) yang sakit menderita tuli saraf

Tindak lanjut :
Rujuk siswa ke puskemas apabila pada Tes Rinne
didapatkan Rinne negatif.

Rujuk siswa ke puskesmas apabila pada Tes Weber


didapatkan lateralisasi.

Pemeriksaan Ruangan tertutup V V


Derajat Ketulian Tindak lanjut :
Rujuk siswa ke puskemas apabila terdapat ketulian
Penentuan Derajat ketulian
(WHO,1991)
 Tidak dapat mendengar sama
sekali kata yang diucapkan : Tuli
sangat berat bilateral
 Mendengar beberapa kata yang
diteriakkan pada sisi telinga
yang lebih baik : Tuli Berat
Bilateral
 Dapat mendengar kata yang
diteriakkan dari jarak 3 meter :

30
Tuli sedang bilateral
 Agak sulit mendengar, tetapi
biasanya dapat mendengar
suara dengan kekerasan normal
: Tuli ringan bilateral
 Ketulian hanya pada sisi
telinga : Tuli unilateral
 Tidak ada masalah pendengaran
: normal

30
5. Kebugaran Jasmani

A. Pengertian
Kesanggupan atau kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari, tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk
melakukan aktivitas fisik lainnya.

B. Tujuan
Untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani peserta didik.

C. Butir tes
Instrumen tes kebugaran jasmani yang digunakan adalah Tes Kebugaran Jasmani
Indonesia (TKJI).
TKJI merupakan rangkaian tes yang harus dilakukan secara berurutan.
TKJI terdiri dari 5 tes, yaitu
1. Lari cepat
2. Gantung siku tekuk/Gantung angkat tubuh
3. Baring duduk
4. Loncat tegak
5. Lari jarak sedang

Persyaratan untuk mengikuti TKJI, sebagai berikut


a. Peserta dalam keadaan sehat dan siap melaksanakan tes
b. Diharapkan sudah makan sedikitnya 2 jam sebelum melakukan tes
c. Disarankan memakai pakaian dan sepatu olah raga
d. Mengerti dan memahami cara pelaksanaan tes
e. Melakukan pemanasan sebelum tes

Tes kebugaran jasmani hanya boleh diikuti oleh peserta didik yang telah selesai
menjalankan tahap penjaringan kesehatan dan dinyatakan oleh dokter tidak mempunyai
kontraindikasi untuk dites

D. Pelaksana dan waktu


TKJI dilakukan oleh guru Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dibantu oleh
kader kesehatan remaja (KKR) dan tenaga kesehatan pada pagi atau sore hari ( tidak di
bawah terik sinar matahari)
MATRIK TKJI

No JENIS ALAT/BAHAN CARA PELAKSANA KESIMPULAN


PEMERIKSAAN
Dokcil/ Guru Nakes
KKR
1 Lari cepat 1. Lintasan lari/ Pemanasan sebelum melakukan tes. V V V
30 meter (6-9 th) lapangan 1. Sikap permulaan
40 meter (10-12 th) datar. Peserta berdiri di belakang garis start
50 meter (13-15 th) 2. Stopwatch 2. Gerakan
60 meter (16-19 th) 3. Bendera/tanda - Pada aba-aba ”siap” peserta mengambil
start sikap start berdiri, siap untuk lari.
4. Peluit - Pada aba-aba ”ya” peserta lari secepat
5. Alat tulis mungkin menuju garis finish.
3. Lari masih bisa diulang apabila pelari :
- Mencuri start
- Tidak melewati garis finish
- Pelari terganggu dengan pelari yang lain
4. Pengukuran waktu
Dilakukan dari saat bendera diangkat sampai
pelari tepat melintas garis finish.
5. Pencatat hasil
Waktu yang dicatat adalah dalam satuan waktu
detik.
2 Gantung siku 1. Palang tunggal 1. Sikap permulaan V V V
tekuk/Gantung yang dapat Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan
angkat tubuh dinaikkan dan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu.
- Gantung siku diturunkan Pegangan telapak tangan menghadap ke belakang
tekuk untuk usia 6- sesuai tinggi 2. Gerakan
12 tahun putra & badan.
putri, 13-19 tahun 2. Stopwatch Untuk Gantung siku tekuk
putri. 3. Alat tulis - Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta
- Gantung angkat melompat ke atas mencapai sikap bergantung siku
tubuh utk usia 13- tekuk, dagu berada di atas palang tunggal.
19 th putra. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin.

Untuk gantung angkat tubuh


- Mengangkat tubuh dengan membengkokkan
kedua lengan, hingga dagu menyentuh atau berada di
atas palang tunggal kemudian kembali ke sikap semula

- Angkatan gagal jika peserta melakukan salah


satu gerakan yaitu mengayun, dagu tidak menyentuh
palang tunggal, pada waktu kembali ke sikap semula
tangan tidak lurus.

3. Pencatat hasil
Gantung siku tekuk
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh
peserta untuk mempertahankan sikap tersebut selama
mungkin dalam satuan detik

Gantung angkat tubuh


Gerakan gantung angkat tubuh berulang-ulang selama
60 dtk.
3 Baring duduk 1. Alas/matras yang 1. Sikap permulaan V V V
30 detik untuk 6-12 th bersih Peserta berbaring telentang dilantai, kedua lutut
60 detik untuk 13-19 2. Stopwatch ditekuk dengan sudut 90º, kedua tangan di samping
tahun 3. Alat tulis kepala menempel pada telinga.
Petugas/peserta lain membantu memegang/menekan
kedua pergelangan kaki agar tidak terangkat.
2. Gerakan
- Pada aba-aba ”ya” peserta bergerak mengambil
sikap duduk sehingga kedua sikunya menyentuh
kedua paha kemudian kembali ke sikap permulaan,
gerakan dilakukan berulang-ulang dengan cepat
tanpa istirahat selama 30 detik atau 60 detik
- Gerakan tidak dihitung jika kedua siku tidak
sampai menyentuh paha; mempergunakan sikunya
untuk membantu menolak tubuh
3. Pencatat hasil
Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan
baring duduk yang dilakukan dengan sempurna
selama waktu yang telah ditentukan.
4 Loncat tegak 1. Papan berskala 1. Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi V V V
cm warna gelap dengan serbuk kapur.
dipasang pada 2. Peserta berdiri tegak dekat dinding kaki rapat papan
dinding atau skala berada pada samping kiri atau kanan. Kemudian
tiang (bila tidak tangan yang dekat dinding diangkat lurus keatas
ada dapat telapak tangan ditempelkan pada papan berskala
menggunakan sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.
meteran kain 3. Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan
yang ditempel di lutut dan kedua lengan diayun ke belakang. Kemudian
dinding. peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk
2. Serbuk kapur papan dengan tangan yang terdekat dengan dinding
3. Alat tulis papan skala sehingga meninggalkan bekas kapur.
4. Ulangi loncatan ini sampai tiga kali berturut-turut.
5. Pencatat hasil
Raihan tegak dicatat kemudian ketiga raihan loncatan
dicatat. Raihan loncatan tertinggi dikurangi raihan
tegak.
TABEL NILAI BUTIR-BUTIR TES KEBUGARAN JASMANI

1. TABEL NILAI

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun (Putera)
Nila Gantung Siku Baring Duduk
i Lari 40 M Tekuk 30 detik Loncat Tegak Lari 600 M Nilai
5 s.d. – 6.3” 51” ke atas 23 ke atas 46 ke atas s.d. – 2’09” 5
4 6.4” – 6.9” 31” – 50” 18 – 22 38 – 45 2’20” – 2’30” 4
3 7.0” – 7.7” 15” – 30” 12 – 17 31 – 37 2’31” – 2’45” 3
2 7.8” – 8.8” 5” – 14” 4 – 11 24 – 30 2’46” – 3’44” 2
1 8.9” dst. 4” dst 0–3 < 23 3’45” dst. 1

2. TABEL NILAI

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun (Puteri)
Gantung Siku Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 30 M Tekuk 30 detik Tegak Lari 600 M Nilai
5 s.d. – 6.7” 40” ke atas 20 ke atas 42 ke atas s.d. – 2’32” 5
4 6.8” – 7.5” 20” – 39” 14 – 19 34 – 41 2’33” – 3’54” 4
3 7.5” – 8.3” 8” – 19” 7 – 13 28 – 33 2’55” – 3’28” 3
2 8.4” – 9.6” 2” – 7” 2–6 21 – 27 3’29” – 4’22” 2
1 9.7” dst. 0” – 1” 0–1 < 20 4’23” dst. 1

3. TABEL NILAI

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 13-15 tahun (Putera)
Gantung Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 50 M Angkat Tubuh 60 detik Tegak Lari 1200 M Nilai
5 s.d. – 6.7” 16 ke atas 38 ke atas 66 ke atas s.d. – 3’04” 5
4 6.8” – 7.6” 11 – 15 28 – 37 53 - 65 3’05” – 4’53” 4
3 7.7” – 8.7” 6 – 10 19 – 27 42 - 52 3’54” – 4’46” 3
2 8.8” – 10.3” 2–5 8-18 31 - 41 4’47” – 6’04” 2
1 10.4” dst. 0–1 0–7 < 30 6’05” dst. 1

4. TABEL NILAI

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 13-15 tahun (Puteri)
Gantung siku Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 50 M tekuk 60 detik Tegak Lari 800 M Nilai
5 s.d. – 7.7” 41” ke atas 28 ke atas 50 ke atas s.d. – 3’06” 5
4 7.8” – 8.7” 22 – 40 19 - 27 39 - 49 3’07” – 3’55” 4
3 8.8” – 9.9” 10 – 21 9-18 30 - 38 3’56” – 4’58” 3
2 10.0” – 11.9” 3–0 03-8 21 - 29 4’59” – 6’40” 2
1 12.0” dst. 0–2 0-2 < 20 6’41” dst. 1

5. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 16-19 tahun (Putera)
Gantung Angkat Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 60 M Tubuh 60 detik Tegak Lari 1200 M Nilai
5 s.d. – 7.2” 19 ke atas 41 ke atas 73 ke atas s.d. – 3’14” 5
4 7.3” – 8.3” 14 – 18 30 - 40 60 - 72 3’15” – 4’25” 4
3 8.4” – 9.6” 9 – 13 21 - 29 50 - 59 4’26” – 5’12” 3
2 9.7” – 11.0” 5 – 8 10-20 39 - 49 5’13” – 6’33” 2
1 11.1” dst. 0–4 0–9 < 38 6’34” dst. 1

6. TABEL NILAI

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 16-19 tahun (Puteri)
Gantung Baring Duduk
Nilai Lari 60 M Angkat Tekuk 60 detik Loncat Tegak Lari 1000 M Nilai
5 s.d. – 8.4” 41” ke atas 28 ke atas 50 ke atas s.d. – 3’52” 5
4 8.5” – 9.8” 22” – 40” 20 – 28 39 – 49 3’53” – 4’56” 4
3 9.9” – 11.4” 10” – 21” 10 – 19 31 – 38 4’57” – 5’58” 3
2 11.5” – 13.4” 3” – 9” 3–9 23 – 30 5’59” – 7’23” 2
1 13.5” dst. 0” – 2” 0–2 22 dst. 7’24” dst. 1

Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia

No. Jumlah Nilai Klasifikasi


1 22 – 25 Baik sekali (BS)
2 18 – 21 Baik (B)
3 14 – 17 Sedang (S)
4 10-13 Kurang (K)
5 5-9 Kurang Sekali
(KS)

Jika hasil TKJI ” Kurang dan Kurang Sekali” maka :


Guru meningkatkan pembelajaran Penjasorkes
Peserta didik melakukan latihan fisik yang taratur dan terukur sesuai dengan usia

3.2.3 Pemeriksaan Laboratorium (feces) pada Penjaringan Anak Sekolah


PENGERTIAN :
Pemeriksaan feses peserta didik untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi cacing.

TUJUAN :
- Untuk menjaring peserta didik yang menderita cacingan.
- Mencegah penurunan prestasi belajar peserta didik
- Meningkatkan cakupan program cacingan terutama pada anak sekolah.

No Jenis Alat / Bahan Cara pemeriksaan Pelaksana indikator


Pemeriksaan Kader/ Pera
guru wat/l
UKS ab
1 Pemeriksaan Mikroskop - Bagikan kepada siswa pot X Dikatakan
telur cacing Pot plastic plastik atau kantong plastik untuk diisi positip bila
secara kualitatif ukuran 10-15 cc feses sebesar kelereng atau sebuku di temukan
dengan metode jari. telur cacing
pemeriksaan Sampel feses harus diperiksa pada hari dalam
Kato-Katz. yang sama, sebab jika tidak telur cacing sediaan.
tambang akan menetas menjadi larva.
Jika tidak memungkinkan feses harus
diberi formalin 5-10% sampai terendam.

Tindak Lanjut :
Bila pemeriksaan feses ditemukan > 50% positif, maka dilakukan pengobatan secara masal (mass
blanket) dan bila pemeriksaan feses ditemukan < 50% positif, maka dilakukan pengobatan secara
selektif.
BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu kegiatan penting dalam penjaringan kesehatan
peserta didik. Pencatatan dalam kegiatan penjaringan ini bertujuan untuk memperoleh data kesehatan
peserta didik berdasarkan hasil pemeriksaan yang dapat memberi petunjuk tentang kelainan yang
mempunyai indikasi mengganggu proses belajar, prevalensinya tinggi serta dapat menyebabkan cacat
fisik, mental dan sosial bahkan kematian.

Pencatatan dilakukan setelah kegiatan penjaringan dilaksanakan, data/hasil penjaringan disimpan di


sekolah sebagai data dasar dan di puskesmas untuk dilakukan tindak lanjut bagi siswa yang
memerlukan tindak lanjut tentang kesehatannya.

Puskesmas mengumpulkan dan mengelola data hasil penjaringan kesehatan dari semua sekolah untuk
mendapatkan gambaran tentang kondisi kesehatan anak yang baru masuk sekolah. Selanjutnya
puskesmas meneruskan data yang telah direkap ke dinas kesehatan kabupaten/ kota.

Dinas kesehatan kabupaten/ kota menganalisa data dari puskesmas, untuk mendapatkan gambaran
tentang kondisi kesehatan anak yang baru masuk sekolah di wilayahnya dan sebagai dasar dalam
menyusun perencanaan program kesehatan anak sekolah.
Format pencatatan dan pelaporan terlampir.

Anda mungkin juga menyukai