PENDAHULUAN
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain
jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah
di jangkau karena terorganisir dengan baik. Masalah kesehatan yang dialami peserta didik sangat
kompleks dan bervariasi. Masalah kesehatan pada peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya
terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan pada peserta didik Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya lebih banyak terkait dengan
perilaku berisiko diantaranya kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan
melakukan hubungan seksual di luar nikah.
Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 menyebutkan bahwa 14% peserta didik SMP dan
SMA mulai merokok dibawah usia 14 tahun dan 64% mulai merokok pada usia 15-19 tahun. Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 memperlihatkan bahwa remaja yang minum
alkohol < 14 tahun sebanyak 24,4% dan pada usia 15-19 tahun sebanyak 29,2%. Selain itu
berdasarkan Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada
usia >15 tahun sebesar 8,7 %, untuk prevalensi kurang aktifitas fisik pada usia 10-14 tahun sebesar
66,9% dan pada usia 15-24 tahun sebesar 52%. Adapun untuk masalah gizi, SKRT tahun 2001
menunjukkan bahwa peserta didik SMP dan SMA usia 15-19 tahun mempunyai Indek Masa Tubuh
(IMT) < 18,5 (gizi kurang atau kurus) sebesar 25,3% dan anemia sebesar 26,5%.
Melihat permasalahan yang ada, pelayanan Kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya
peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya preventif antara lain kegiatan
penjaringan (skrining) kesehatan peserta didik. Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memilah anak yang sehat dan tidak sehat, serta
dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
memenuhi upaya-upaya pelayanan kesehatan dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal.
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan SPM
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
30
6. Surat Keputusan Bersama 4 Menteri Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan Kabupaten/Kota
Sasaran
Sasaran penjaringan kesehatan adalah peserta didik di kelas I SMP/MTs, dan kelas I SMA/SMK/MA
negeri dan swasta setingkat.
30
BAB II
1. Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar kesehatan
sebagai urusan wajib pemerintah daerah.
2. Penjaringan dilakukan 1 tahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas 1
SMP / MTs, dan SMA/SMK/MA negeri dan swasta.
30
BAB III
Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pengisian kuisioner oleh
peserta didik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang oleh tenaga kesehatan bersama-sama
kader kesehatan remaja dan guru di sekolah. Rangkaian pemeriksaan tersebut seharusnya
dilaksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi wilayah setempat.
30
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang/Laboratorik
1. Pemeriksaan Hb
2. Pemeriksaan feses/tinja
Kesehatan pada peserta didik dapat dilihat dari riwayat kesehatan secara umum, kebiasaan
makan, riwayat kesehatan keluarga dan kesehatan reproduksi.
2. Kesehatan Intelegensia
Deteksi dini masalah kesehatan intelegensia remaja adalah suatu upaya pemeriksaan
awal untuk menemukan secara dini adanya potensi kesulitan belajar pada remaja, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi. Melalui penjaringan kesehatan intelegensia pada anak
sekolah lanjutan, diperoleh pemahaman tentang karakteristik remaja, potensi yang dimiliki, hal-
hal yang menghambat potensi, dan cara mengembangkan potensinya tersebut. Dengan
demikian, setelah diketahui maka dapat direncanakan upaya peningkatan kualitas kesehatan
inteligensi remaja sehingga remaja dapat mengoptimalisasikan hasil belajarnya, serta
orangtua dan guru dapat memberikan dukungan dan bimbingan sesuai dengan potensi dan
cara belajar unik yang dimiliki setiap remaja.
Deteksi dini kesehatan intelegensia dilakukan pada remaja melalui penilaian pada diri
sendiri (self rating) dengan mengisi kuisioner.
30
Untuk mengetahui skor kemampuan persepsi belajar visual, auditorik dan kinestetik,
teknik skoring pada kusioner ditetapkan dengan membuat range skor antara satu sampai
empat. Respon jawaban pertama yaitu “Tidak pernah” mempunyai skor Satu, “kadang-kadang”
mempunyai skor Dua, “Sering” mempunyai skor tiga, serta “Selalu” mempunyai skor empat.
Hasil jawaban setiap kemampuan diberikan skor dan dijumlahkan (setiap kelompok 8 nomor
soal), skor minimal 8 dan maksimal 32.
Cara Interpretasi berlaku untuk masing-masing kemampuan belajar (visual, auditorik dan
kinestetik):
- Jumlah skor 8 – 13 = Terbatas
- Jumlah skor 14 – 19 = Belum Optimal
- Jumlah skor 20 – 25 = Cukup Optimal
- Jumlah skor 26 – 32 = Optimal
Contoh Interpretasi
- Si ‘A’ kemampuan belajar Visual, pada pernyataan nomor 1-8 memperoleh skor total 26,
maka kemampuan belajar Visualnya hasilnya Optimal
- Si ‘A’ kemampuan belajar Auditorik (pernyataan nomor 9-16) memperoleh skor total 21,
maka kemampuan belajar Auditoriknya hasilnya Cukup Optimal
- Si ‘A’ kemampuan belajar Kinestetik (pernyataan nomor 17-24) memperoleh skor total
10, maka kemampuan belajar Kinestetiknya hasilnya Terbatas
Potensi gangguan kesulitan belajar dapat diketahui dengan melihat adanya hasil ‘kurang’
pada tiga kemampuan persepsi belajar
Tidak ada hasil ‘terbatas’ pada tiga kemampuan = Tidak ada potensi gangguan kesulitan
belajar
Ada Satu kemampuan hasilnya ‘terbatas’ = Ada potensi kesulitan belajar Kecil
Ada Dua kemampuan hasilnya ‘terbatas’ = Ada potensi kesulitan belajar Sedang
Ada Tiga kemampuan hasilnya ‘terbatas’ = Ada potensi kesulitan belajar Cukup Kuat
Kesimpulan :
Kemampuan belajar Visual = Terbatas – Belum Optimal – Cukup Optimal - Optimal
Kemampuan belajar Auditorik = Terbatas – Belum Optimal – Cukup Optimal - Optimal
Kemampuan belajar Kinestetik = Terbatas – Belum Optimal – Cukup Optimal - Optimal
Tindak lanjut
- Bila ditemukan adanya potensi kesulitan belajar kecil dan sedang, dilakukan konseling
oleh guru BK
- Bila ditemukan adanya potensi kesulitan belajar cukup kuat, dirujuk pada tenaga
kesehatan, psikolog, neurolog/ dokter ahli saraf atau psikiater/ dokter ahli jiwa.
30
JAWABAN
No PERNYATAAN Tidak Kadang-
Sering Selalu
pernah kadang
1 Saya lebih suka mengingat sesuatu dengan membayangkannya di
kepala dari pada mengucapkan berulang-ulang.
2 Saya lebih memilih memperoleh informasi dari suatu bagan atau
papan tulis.
3 Saya mengikuti instruksi tertulis lebih baik daripada lisan.
4 Saya bisa mengerjakan grafik, bagan dan poster dengan baik.
5 Saya dapat menyelesaikan teka-teki potongan gambar / bongkar
pasang gambar (puzzles) dengan baik
6 Saya suka mengoleksi barang.
7 Saya suka mencatat dan membuat daftar apa yang ingin saya
ingat.
8 Saya dapat dengan mudah mengikuti petunjuk di peta.
9 Saya lebih suka mengikuti petunjuk lisan daripada tertulis.
10 Saya lebih suka mendengar seseorang berbicara daripada
membacanya di buku.
11 Saya sering membutuhkan penjelasan tentang suatu diagram
atau peta.
12 Saya lebih suka mendengarkan daripada membaca.
13 Saya senang berdiskusi membicarakan suatu hal.
14 Saya suka mendengarkan irama musik untuk mempelajari
sesuatu.
15 Saya suka berbicara pada diri sendiri saat sedang sendiri.
16 Saya lebih suka mendengarkan musik daripada mengamati suatu
karya seni.
17 Saya suka bergerak-gerak untuk mengingat sesuatu (mengetuk-
ngetuk pena, menggoyang-goyang tungkai).
18 Saya lebih suka bekerja dengan tangan saya dalam membuat atau
memperbaiki sesuatu.
19 Saya suka berdiri atau berjalan-jalan saat belajar atau
mengerjakan sesuatu.
20
Saya berbicara cepat & memakai tangan untuk
mengkomunikasikan maksud saya.
21 Saya aktif bergerak ketika belajar.
22 Saya terampil berolah raga.
23
Saya akan mengawasi penampilan & bahasa tubuh seseorang
untuk mengerti maksud pikirannya.
24
Saya harus terlibat dahulu dalam suatu aktivitas agar bisa belajar
melakukannya.
30
Deteksi dini masalah kesehatan mental remaja adalah suatu upaya pemeriksaan awal untuk
menemukan secara dini adanya masalah kesehatan mental pada remaja, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila masalah kesehatan mental remaja terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang remaja.
Deteksi dini dilakukan pada remaja melalui penilaian pada diri sendiri (self rating) dengan mengisi
kuisioner.
Deteksi dini masalah mental dilaksanakan setiap 6 bulan sekali bersamaan dengan penjaringan
dan pemeriksaan berkala.
B. Tujuan
Untuk mendeteksi secara dini adanya masalah kesehatan mental pada remaja.
C. Cara melakukan :
Soal dibagikan kepada setiap peserta didik.
Peserta didik mengisi jawaban sesuai dengan kondisi yang dialaminya dalam
enam bulan terakhir.
Tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang diharapkan adalah jawaban
sejujurnya yang sesuai dengan kondisi yang dialami/dilakukan peserta didik dalam enam
bulan terakhir.
30
- Narkotika, Psikotropik dan Zat Adiktif lainnya
E. Cara Menilai
Penilaian dari hasil jawaban yang diberikan peserta didik :
Tidak Pernah : Tidak melakukan sama sekali, nilainya 0
Jarang/kadang-kadang : Lebih banyak tidak melakukan daripada melakukan, nilainya 1
Sering : Lebih banyak melakukan daripada tidak melakukan, nilainya 2
Seluruh nilai jawaban peserta didik dijumlahkan.
F. Interpretasi
Hasil penjumlahan nilai, jika :
Jumlah nilai < 27 : Tidak ada masalah
Jumlah nilai > 27. : Ada masalah, perlu dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit setempat untuk
ditangani oleh psikolog/dokter umum/psikiater
JAWABAN
No PERNYATAAN Tidak Kadang-
Sering
pernah kadang
1 Saya mudah marah sampai kehilangan kendali
2 Saya tidak biasa melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain
3 Saya menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang saya lakukan
4 Saya membuat orang lain jengkel
Saya dituduh mengambil barang yang bukan milik saya dari rumah,
5 sekolah atau dari mana saja
30
26 Saya merasa teman-teman menjauhi saya
27 Saya sulit mengemukakan pendapat
28 Saya tidak puas dengan penampilan diri saya
29 Saya mudah kehilangan rasa percaya diri
4. Kesehatan Reproduksi
Deteksi dini masalah reproduksi remaja adalah suatu upaya agar peserta didik dapat mengenal dan
memahami organ reproduksinya sendiri sebagai langkah awal bila ditemukan kelainan. Pengenalan
organ reproduksi bagi remaja berkaitan dengan proses tumbuh kembang peserta didik di masa
pubertas. Pemahaman organ reproduksi ini menggunakan skala Tanner yang mudah dimengerti dan
dijawab oleh siswa.
Puteri
A. B
Gambar Karakteristik
I A. Prepubertas, tak terdapat jaringan payudara
B. Rambut pubis tidak ada
II A. Pembesaran areola dan timbulnya breast-bud
B. Timbul rambut halus di pubis
III A. Pembesaran areola dan payudara sebagai satu gunung
B. Rambut pubis menjadi ikal disekitar pubis
30
IV A. Timbul tonjolan ke 2 diatas bukit pertama
B. Rambut pubis menyebar ke lateral dan atas
V A. Payudara dewasa dengan single-contour
B. Distribusi rambut pubis dewasa
Putera
Gambar Karakteristik
I Prepubertas, diameter panjang testes < 2.5 cm
Tidak ada rambut pubis
II Diameter panjang testes > 2.5 cm, skrotum menipis dan berwarna merah
Timbul rambut pubis terutama di pangkal penis
III Terjadi pembesaran penis, testis lebih besar
Rambut pubis lebih tebal, jadi ikal dan terutama di mons pubis
IV Penis dan testis menjadi lebih besar, skrotum menjadi lebih hitam
Rambut pubis dewasa tetapi belum sampai ke paha
V Genitalia ukuran dan bentuk dewasa
Rambut pubis sampai ke medial paha
Jawaban peserta didik pada bagian ini merupakan bahan untuk edukasi dan konseling baik individu
maupun kelompok. Selain itu, jawaban tersebut mungkin merupakan masalah yang dialami oleh
peserta didik sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari guru pembina UKS/guru BK.
30
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Penilaian keadaan umum dimaksudkan untuk menilai keadaan fisik secara umum, yang
meliputi hygiene perorangan serta tanda-tanda kelainan gizi.
2. Keadaan Gizi
Untuk menilai status gizi anak dapat dilakukan pemeriksaan secara klinis, riwayat asupan makanan,
ukuran tubuh (antropometri) dan penunjang (laboratorium). Dalam kegiatan penjaringan, penilaian
status gizi siswa dilakukan melalui pengukuran antropometri yaitu mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT).
Dengan menghitung indeks masa tubuh ini, akan diketahui status gizi siswa.
IMT adalah indeks untuk menentukan status gizi. Indeks tersebut diperoleh dengan membandingkan
berat badan (BB) dalam kilogram terhadap tinggi badan (TB) dalam meter kuadrat. Jika tidak ada
kalkulator, dapat menggunakan Tabel IMT yang tersedia.
Selanjutnya angka indeks diplot pada grafik BMI, sesuai dengan jenis kelamin (for Girls atau for Boys).
Lihat posisi “plot” tadi berada pada area mana:
- Jika berada di garis Standar Deviasi (SD) +2 sampai SD -2 maka anak tersebut berstatus gizi Normal.
- Jika berada di bawah garis SD -2 sampai SD -3, anak tersebut berstatus Kurus
- Jika berada di bawah garis SD -3 berarti status Kurus Sekali.
- Jika berada di atas garis SD +2 sampai SD +3 berarti anak tersebut berstatus ‘overweight’ atau
Gemuk.
- Jika berada di atas SD +3 berarti status Obesitas.
30
a. Pengertian. Anemia Gizi Besi (AGB) adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam
darah dibawah batas normal, sebagai akibat kekurangan asupan zat besi. Di masyarakat sering
juga disebut dengan istilah “Kurang Darah”.
b. Tanda-tanda fisik. Tanda-tanda fisik anak menderita AGB antara lain adalah : tampak pucat, tidak
bergairah, mudah lelah, seringkali disertai keluhan pusing, mata berkunang-kunang, serta
konsentrasi dan kemampuan belajar menurun.
c. Kadar Hb. Kadar Hb diukur melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Kategorisasi status anemia
sesuai dengan tabel yang ditetapkan oleh Depkes. (dipindah ke pemeriksaan labotatorik)
d. Tujuan penilaian. Tujuan penilaian AGB adalah untuk mengetahui status anemia berdasarkan
kadar Hb darah maupun tanda-tanda klinis.
30
PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM
2. Denyut Nadi a. Stopwatch / a. Rabalah pergelangan tangan (arteri radialis) kiri √ < 60 : Denyut nadi melambat
jam yang atau kanan dengan tiga jari tangan pemeriksa. (jari (bradikardi)
dilengkapi telunjuk, tengah dan manis). 60 - 100 kali : normal
dengan Bila sudah terasa denyut nadi lakukan perhitungan > 100 kali : denyut nadi cepat
detik frekuensi denyutan selama 60 detik. Hasil pengukuran (takikardi)
dicatat.
30
PENILAIAN STATUS GIZI
Jenis
Alat/Bahan Cara Pelaksana Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Kader Guru Nakes
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Status Gizi - Alat pengukur berat Cara Mengukur Berat Badan Anak : V V Tentukan IMT dengan cara :
badan dengan tingkat Anak yang akan di timbang berat
ketelitian 0,1 kg. badannya tidak menggunakan alas kaki, BB (kg)
berpakaian minimal dan tanpa beban IMT =
tambahan. TB (m) x TB (m)
30
putih)
30
Grafik IMT Putera
30
Grafik IMT Puteri
30
2. Kesehatan Gigi dan Mulut
3. Kesehatan Indera
Pengertian
Pemeriksaan indera penglihatan dan pendengaran adalah pemeriksaan yang dilakukan
setiap awal tahun ajaran baru (penjaringan) untuk mengetahui adanya gangguan fungsi dan
kelainan organik pada mata dan telinga. Selanjutnya pada tengah tahun ajaran dilakukan
pemeriksaan ulang (berkala) untuk menilai perbaikan atas koreksi yang diberikan.
Tujuan
1. Mengetahui adanya gangguan fungsi penglihatan dan fungsi pendengaran pada anak
sekolah.
2. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila ada kelainan) melalui pengobatan/ tindakan
dalam rangka meningkatkan fungsi mata dan telinga.
Alat Bantu
1. Pemeriksaan kelainan penglihatan/kelainan organik
Snellen Chart untuk memeriksa visus
Penutup-1 mata (okluder)
Pinhole (cakram berlubang)
Senter
Buku Ishihara untuk tes buta warna
2. Pemeriksaan Tajam Pendengaran/ kelainan organik
Garpu tala
Senter
Otoskop
30
PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT
Jenis
Alat/bahan Cara Pemeriksaan Pelak-sana Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
- Lidah kotor : adanya lapisan yang tidak mudah hilang.
Pemeriksaan Rongga
1 Keadaan - Lapisan pipi sebelah dalam : Adanya lapisan berwarna coklat
Kaca Mulut Mulut dengan Kaca Perawat Gigi
Rongga Mulut kehitaman yang tidak mudah hilang.pada gigi dan gusi.
Mulut
Rahang Atas :
permukaan oklusal, a. Gigi Kotor :
permukaan gigi yang Pada permukaan gigi ada :
menghadap ke pipi, dan
- lapisan / endapan berwarna putih kekuning-kuningan
palatum
Kebersihan Kaca mulut - lapisan tipis/noda yang berwarna coklat atau hitam
2 Perawat Gigi
rongga mulut dan sonde - lapisan keras seperti kapur yg berwarna kuning
Rahang Bawah:
b. Gigi bersih :
permukaan oklusal, per
mukaan gigi yang - Tidak ada gejala-gejala seperti yang dibutir a
menghadap ke pipi, dan
lingual
- Gusi meradang :
Gusi bengkak warnanya lebih merah dan tampak mengkilap
Kaca Mulut Periksalah gusi pada
3 Keadaan gusi Perawat Gigi Gusi merah sekali kelihatannya seperti pita merah sepanjang batas gigi),
dan Sonde semua gigi
bengkak berdarah tanpa disentuh
- Gusi sehat : bila tidak ada tanda-tanda seperti diatas
a. Gigi sehat Tidak ada tanda-tanda klinik proses karies.
b. Gigi karies :
Pemeriksaan
- Permukaan berlubang pada pit atau fissure atau permukaan gigi
permukaan oklusal
Kaca Mulut yang halus dengan dasar atau dinding yng lunak
4 Keadaan gigi geraham gigi tetap Perawat Gigi
dan Sonde - Gigi dengan tambalan
dengan sonde
- Sisa Akar Gigi Susu dan atau Gigi Permanen
c. Gigi susu yang belum tanggal (persistensi)
d. Gigi berjejal
30
PEMERIKSAAN INDERA PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN
No Jenis Pemeriksaan Alat / Bahan Cara Pemeriksaan P E LAK SANA Kesimpulan Hasil
kader Guru Nakes
1 MATA a. Kartu Snellen (kartu Anamnesis (adanya gangguan V V V Kesimpulan hasil
a Kelainan refraksi/ huruf ) penglihatan) Penglihatan jauh kabur
gangguan tajam b. Penutup 1 mata Pemeriksaan mata dengan kartu Snellen V Memicingkan palpebra untuk
penglihatan. (okluder) dan pinhole melihat jauh
c.Pinhole (cakram Letakkan kartu Snellen pada Kesulitan mengikuti pelajaran
1) Rabun jauh berlubang) jarak 6 meter Tindakan.
b. Formulir Baris tengah setinggi garis mata Bila siswa mempunyai tajam penglihatan yang
pemeriksaan siswa yang akan diperiksa tidak normal / kurang dari 6/6, rujuk ke Balai
c. Formulir rujukan Posisi duduk atau berdiri Kesehatan Mata Masyarakat /BKMM ( bila
Pemeriksaan dimulai dari mata ada) atau ke RS dengan surat rujukan dari
kanan, mata kiri ditutup dengan Puskesmas untuk pemeriksaan dan
penutup mata (okluder) atau dengan penanganan lebih lanjut.
telapak tangan
Membaca huruf mulai dari baris
atas ke bawah
Kemudian dilakukan
pemeriksaan mata kiri dengan cara
yang sama
Penulisan hasil pemeriksaan
tajam penglihatan mata kanan atau
mata kiri sesuai dengan angka yang
tertulis di sebelah kiri dari baris
terbawah huruf Snellen yang dapat
dibaca siswa dengan benar
Bila tajam penglihatan kurang
dari 6/6 dilanjutkan dengan
pemeriksaan pinhole (cakram
berlubang)
Bila tajam penglihatan lebih jelas
dengan pinhole, berarti ada kelainan
refraksi
b. Kelainan kongenital V V
1) Buta Warna Buku Ishihara Bila siswa tidak dapat menyebutkan satu
atau beberapa angka yang terdapat dalam
- Syarat: pemeriksa tidak buta gambar, atau tidak dapat menunjukkan alur,
maka siswa dikirim ke guru BK untuk
30
warna mendapatkan konseling
- Siswa diminta untuk
menyebutkan satu persatu angka
atau menunjuk mengikuti alur
yang tertera di buku Ishihara.
c. Radang mata V V V Tindakan.
Senter Bila siswa mengalami radang mata akut,
hindari penularan dengan kebersihan diri (cuci
tangan dengan sabun, tidak memakai alat
Anamnesis (mata merah, gatal, berair dan bersama seperti sapu tangan)
ada kotoran) Rujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih
Pemeriksaan mata dengan senter lanjut
30
INTERPRETASI BUKU ISHIHARA
30
No Jenis Pemeriksaan Alat / Bahan Cara Pemeriksaan P E LAK SANA Kesimpulan Hasil
kader Guru Nakes
2 TELINGA
a. TELINGA LUAR
1) Kelainan daun Anamnesis (kelainan bawaan atau V V V Hasil :
telinga didapat) daun dan liang telinga ada kelainan atau tanpa
Pemeriksaan daun telinga kelainan,
Kelainan unilateral / bilateral
Tindakan :
Rujuk ke Puskesmas atau RS (spesialis THT) untuk
tindak lanjut.
30
Tes Rinne:
Tindakan :
Cara Pemeriksaan dan penilaian: Pemeriksaan garpu tala
Garpu tala (penala) digetarkan, Bila intensitas hantaran udara lebih buruk dari
kemudian dasar penala ditempelkan intensitas hantaran tulang, maka disebut Rinne negatif
pada tulang di belakang telinga yang artinya pada telinga yang diperiksa terdapat tuli
diperiksa. konduktif
Tes Weber :
Bila tidak ada lateralisasi (bunyi lebih jelas di salah
Cara pemeriksaan dan penilaian satu sisi telinga) berarti kedua telinga normal
Penala digetarkan, kemudian dasar Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang sakit, berarti
penala diletakkan pada garis tengah telinga tersebut menderita tuli konduktif. Sedangkan
kepala (di ubun-ubun, di dagu atau bila lateralisasi ke telinga yang sehat berarti telinga
di tengah dahi) yang sakit menderita tuli saraf
Tindak lanjut :
Rujuk siswa ke puskemas apabila pada Tes Rinne
didapatkan Rinne negatif.
30
Tuli sedang bilateral
Agak sulit mendengar, tetapi
biasanya dapat mendengar
suara dengan kekerasan normal
: Tuli ringan bilateral
Ketulian hanya pada sisi
telinga : Tuli unilateral
Tidak ada masalah pendengaran
: normal
30
5. Kebugaran Jasmani
A. Pengertian
Kesanggupan atau kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari, tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk
melakukan aktivitas fisik lainnya.
B. Tujuan
Untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani peserta didik.
C. Butir tes
Instrumen tes kebugaran jasmani yang digunakan adalah Tes Kebugaran Jasmani
Indonesia (TKJI).
TKJI merupakan rangkaian tes yang harus dilakukan secara berurutan.
TKJI terdiri dari 5 tes, yaitu
1. Lari cepat
2. Gantung siku tekuk/Gantung angkat tubuh
3. Baring duduk
4. Loncat tegak
5. Lari jarak sedang
Tes kebugaran jasmani hanya boleh diikuti oleh peserta didik yang telah selesai
menjalankan tahap penjaringan kesehatan dan dinyatakan oleh dokter tidak mempunyai
kontraindikasi untuk dites
3. Pencatat hasil
Gantung siku tekuk
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh
peserta untuk mempertahankan sikap tersebut selama
mungkin dalam satuan detik
1. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun (Putera)
Nila Gantung Siku Baring Duduk
i Lari 40 M Tekuk 30 detik Loncat Tegak Lari 600 M Nilai
5 s.d. – 6.3” 51” ke atas 23 ke atas 46 ke atas s.d. – 2’09” 5
4 6.4” – 6.9” 31” – 50” 18 – 22 38 – 45 2’20” – 2’30” 4
3 7.0” – 7.7” 15” – 30” 12 – 17 31 – 37 2’31” – 2’45” 3
2 7.8” – 8.8” 5” – 14” 4 – 11 24 – 30 2’46” – 3’44” 2
1 8.9” dst. 4” dst 0–3 < 23 3’45” dst. 1
2. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun (Puteri)
Gantung Siku Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 30 M Tekuk 30 detik Tegak Lari 600 M Nilai
5 s.d. – 6.7” 40” ke atas 20 ke atas 42 ke atas s.d. – 2’32” 5
4 6.8” – 7.5” 20” – 39” 14 – 19 34 – 41 2’33” – 3’54” 4
3 7.5” – 8.3” 8” – 19” 7 – 13 28 – 33 2’55” – 3’28” 3
2 8.4” – 9.6” 2” – 7” 2–6 21 – 27 3’29” – 4’22” 2
1 9.7” dst. 0” – 1” 0–1 < 20 4’23” dst. 1
3. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 13-15 tahun (Putera)
Gantung Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 50 M Angkat Tubuh 60 detik Tegak Lari 1200 M Nilai
5 s.d. – 6.7” 16 ke atas 38 ke atas 66 ke atas s.d. – 3’04” 5
4 6.8” – 7.6” 11 – 15 28 – 37 53 - 65 3’05” – 4’53” 4
3 7.7” – 8.7” 6 – 10 19 – 27 42 - 52 3’54” – 4’46” 3
2 8.8” – 10.3” 2–5 8-18 31 - 41 4’47” – 6’04” 2
1 10.4” dst. 0–1 0–7 < 30 6’05” dst. 1
4. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 13-15 tahun (Puteri)
Gantung siku Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 50 M tekuk 60 detik Tegak Lari 800 M Nilai
5 s.d. – 7.7” 41” ke atas 28 ke atas 50 ke atas s.d. – 3’06” 5
4 7.8” – 8.7” 22 – 40 19 - 27 39 - 49 3’07” – 3’55” 4
3 8.8” – 9.9” 10 – 21 9-18 30 - 38 3’56” – 4’58” 3
2 10.0” – 11.9” 3–0 03-8 21 - 29 4’59” – 6’40” 2
1 12.0” dst. 0–2 0-2 < 20 6’41” dst. 1
5. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 16-19 tahun (Putera)
Gantung Angkat Baring Duduk Loncat
Nilai Lari 60 M Tubuh 60 detik Tegak Lari 1200 M Nilai
5 s.d. – 7.2” 19 ke atas 41 ke atas 73 ke atas s.d. – 3’14” 5
4 7.3” – 8.3” 14 – 18 30 - 40 60 - 72 3’15” – 4’25” 4
3 8.4” – 9.6” 9 – 13 21 - 29 50 - 59 4’26” – 5’12” 3
2 9.7” – 11.0” 5 – 8 10-20 39 - 49 5’13” – 6’33” 2
1 11.1” dst. 0–4 0–9 < 38 6’34” dst. 1
6. TABEL NILAI
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 16-19 tahun (Puteri)
Gantung Baring Duduk
Nilai Lari 60 M Angkat Tekuk 60 detik Loncat Tegak Lari 1000 M Nilai
5 s.d. – 8.4” 41” ke atas 28 ke atas 50 ke atas s.d. – 3’52” 5
4 8.5” – 9.8” 22” – 40” 20 – 28 39 – 49 3’53” – 4’56” 4
3 9.9” – 11.4” 10” – 21” 10 – 19 31 – 38 4’57” – 5’58” 3
2 11.5” – 13.4” 3” – 9” 3–9 23 – 30 5’59” – 7’23” 2
1 13.5” dst. 0” – 2” 0–2 22 dst. 7’24” dst. 1
TUJUAN :
- Untuk menjaring peserta didik yang menderita cacingan.
- Mencegah penurunan prestasi belajar peserta didik
- Meningkatkan cakupan program cacingan terutama pada anak sekolah.
Tindak Lanjut :
Bila pemeriksaan feses ditemukan > 50% positif, maka dilakukan pengobatan secara masal (mass
blanket) dan bila pemeriksaan feses ditemukan < 50% positif, maka dilakukan pengobatan secara
selektif.
BAB IV
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu kegiatan penting dalam penjaringan kesehatan
peserta didik. Pencatatan dalam kegiatan penjaringan ini bertujuan untuk memperoleh data kesehatan
peserta didik berdasarkan hasil pemeriksaan yang dapat memberi petunjuk tentang kelainan yang
mempunyai indikasi mengganggu proses belajar, prevalensinya tinggi serta dapat menyebabkan cacat
fisik, mental dan sosial bahkan kematian.
Puskesmas mengumpulkan dan mengelola data hasil penjaringan kesehatan dari semua sekolah untuk
mendapatkan gambaran tentang kondisi kesehatan anak yang baru masuk sekolah. Selanjutnya
puskesmas meneruskan data yang telah direkap ke dinas kesehatan kabupaten/ kota.
Dinas kesehatan kabupaten/ kota menganalisa data dari puskesmas, untuk mendapatkan gambaran
tentang kondisi kesehatan anak yang baru masuk sekolah di wilayahnya dan sebagai dasar dalam
menyusun perencanaan program kesehatan anak sekolah.
Format pencatatan dan pelaporan terlampir.