Anda di halaman 1dari 2

Menaker Dorong Buruh Kembali ke Pabrik

Jakarta-- Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri mendorong sudah saatnya gerakan buruh kembali
ke pabrik untuk memperbaiki pendidikan politik, memperkuat basis massa, termasuk perbaikan
organisasi di pabrik. Pasalnya banyak aktivis buruh atau serikat pekerja semangat menyampaikan
tuntutan namun lemah di pabriknya sendiri.

"Di jalan gagah-gagah tuntutan hebat, begitu habis menuntut macam-macam pulang ke rumah
kontrakkan sambil menangis meras keringat. Itu fakta, jadi buruh bertahun-tahun dijejali ekspektasi
begitu tinggi tapi progressnya begitu lamban, " kata Menaker saat memberikan sambutan dalam
peluncuran buku "Hidup dalam Dua Gerakan : Mahasiswa dan Buruh" karya Rekson Silaban, di Hotel
Kartika Chandra, Jakarta, Kamis (6/9/2016).

Menaker Hanif menyatakan dibutuhkan kesadaran entitas seluruh pergerakan untuk mengurai
persoalan lebih jernih. Secara pribadi dan Menaker, Hanif mengaku memiliki political will dan concern
ke arah tersebut. "Meski belum ketemu, road map perjuangan buruh harus ada. Ini harus dibicarakan
diantara teman-temen buruh, " katanya.

Menaker membayangkan road map ujung dari perjuangan politik buruh adalah kepemilikan saham
bersama. "Harus ke arah sana, kalau tidak, mau bicara soal upah minimum? Misalnya hadapi situasi
perlambatan ekonomi terjadi sekarang di dunia dan Indonesia.

Menaker mengingatkan selain problem ketimpangan buruh yang tak terlepas dari kehancuran basis
organisasi buruh sejak Orba berupa tindakan represif pemerintah Orba membuat gerakan buruh
hancur total dan konflik antar serikat buruh, ada problem profil angkatan kerja di Indonesia yakni 62
persen lulusan SD-SMP. Kalau menggenjot upah minimum di tingkat angkatan kerja itu saja, pasti akan
menjadi persoalan. Contohnya di Karawang dengan UMR Rp3,3juta. Pengusaha tentunya akan
memilih rekruit tenaga kerja lulusan S1 dibandingkan SD, SMP, SMA.

Lebih jauh dalam upaya mendorong buruh kembali ke pabrik, Menaker Hanif menegaskan pihaknya
ke depan juga akan mendorong manajer HRD pabrik agar bisa disertifikasi. Setelah itu baru
mendorong pimpinan serikat pekerja untuk disertifikasi.
"Karena di dalam dunia tenaga kerja ada masalah. Biasanya manajer HRD dan disnakernya benar,
serikat pekerjanya ga bener karena tidak mengerti urusan. Masalah kecil kemana2. Ketika SP dan
disnaker bener, giliran pengusaha dan manajer HRD tak bener, tak mengerti urusan. Misalnya di
Jepang, sekretaris yang cantik diminta menangani personalia, jadi tak mengerti bagaimana hubungan
industrial, bipartit dan tripartit. Akhirnya problem yang semula simpel akhirnya menjadi kompleks.

Menurut Menaker, jika semua persoalan itu bisa dijawab dengan baik oleh gerakan buruh, maka
gerakan buruh akan menjadi sebuah gerakan bukan hanya kuat secara politis, tapi juga memiliki
makna bagi buruh itu sendiri.

"Salah satu maknanya adalah saat berserikat bagi buruh, kemudian memberikan manfaat langsung
kepada mereka sehingga makin banyak buruh yang berserikat. Tapi kalau jumlahserikatnya yang
makin besar, itu artinya permainan politik hanya ada di pimpinan. Itu kalau kita mau otokritik, "
katanya.

Solusinya bikin partai pro buruh, karena nantinya buruh yang NU pasti pilih PKB dan buruh
Muhammadiyah pasti akan coblos PAN. Marhaen akan pilih PDIP. "Jadi tidak bisa identifikasi dengan
model kelas begitu. Karakter masyarakat kita masih primoerdial begitu, " ujarnya seraya menilai buku
RS memiliki kontribusi besdar bagi gerakan buruh dan aktivis dan berjanji akan mengkhatamkan buktu
itu sebagaimana mengkhatamkan Alquran.

Anda mungkin juga menyukai