8 Atom Berelektron Banyak
8 Atom Berelektron Banyak
VII.1 Pendahuluan
1
E = m 2c 4 p 2c 2 V 2
0
Dari persamaan di atas Paul Dirac mendapatkan sebuah partikel yang
mempunyai massa dan muatan seperti electron, harus memiliki momentum
sudut intrinsic dan momen magnetic.
6p
5d
6s
5s
4p
3d
4s
3p
3s
2p energi
2s
1s
gambar 7.1. Sub kulit atom dalam urutan pertambahan energi dan tidak
di dasarkan pada suatu skala tertentu.
Semua nilai tingkat n dan tertentu, misal (2s atau 3d) dikenal sebagai
sub kulit. Jumlah ē yang dapat ditempatkan pada setiap sub kulit adalah
2(2 +1). Faktor (2 +1) berasal dari nilai m yang berbeda untuk setiap
1
, factor 2 datang dari kedua nulai m yang berbeda untuk m s = + .
2
Kulit atomik atau sub kulit atomik yang berisi penuh jatah elektronnya
disebut tertutup. Sebuah sub kulit s ( =0) yang tertutup mengandung 2 ē,
sub kulit p ( =1) tertutup mempunyai 6 ē, d ( =0) mempunyai 10 ē dan
seterusnya.
Momentum sudut orbital total dan spin total dalam sub kulit tertutup
adalah nol. ē dalam kulit tertutup semuanya terikat kuat karena muatan inti
yang positif lebih besar dari pada muatan negative ē perisai (terhalang)
yang di dalam. Sehingga atom ini tidak menarik ē lain dan electron-
elektronnya tidak mudah terlepas, atom semacam itu bersifat kimiawi
pasif, seperti pada gas mulia.
s d
f d p
f d p s
d p s
energi d p s
p s
p s
s s
n= 1 2 3 4 5 6 7
Struktur atom atau konfigurasi dari suatu atom membantu kita untuk memahami
sifat-sifat fisika dan kimia bebagai unsur.
2. Energi ionisasi
Energi minimum yang diperlukan untuk membebaskan sebuah electron
dari atomnya. Misal atom Hidrogen (E = 13,6 eV) Helium E = 24,6 eV
untuk ē pertama dan E = 54,4 eV untuk ē kedua.
3. Resistivitas elektrik ( )
= 1,7 .10-6 Ω Cm resistivitas paling kecil bagi tembaga.
= 2 . 1017 Ω Cm resistivitas bagi belerang.
Dari sudut pandang atom, arus bergantung pada aliran ē yang relative
lemah ikatannya yang mudah dibebaskan dari atomnya dengan
mengenakan beda potensial.
4. Suseptibilitas (X)
Bila suatu bahan ditempatkan dalam suatu medan magnet dengan
intensitas B , maka bahannya termagnetisasi yang besarnya sebanding
dengan B.
Mo M =X
B
Suatu bahan yang tadinya tidak termagnetisasi, jika diberi magnet B,
maka bahan tersebut bersifat magnet, bahan ini disebut paramagnetik (X >
0) dan apabila suatu untai listrik dikenakan suatu medan magnet, maka
akan mengalir arus imbas dalam untai tersebut. Arus imbas ini
menimbulkan medan magnet yang cendrung melawan medan yang
dikenakan. Untai elektrik adalah ē yang mengorbit dan arus imbas sedikit
penambahan atau pengurangan laju ē dalam orbitnya, ini yang
menghasilkan medan B . Bahan dengan arah melawan medan B yang
dikenakan, maka (X < 0) disebut diamagnetic. Sedangkan fotomagnetik
tidak bergantung pada medan magnet B luar, sehingga X tidak
terdefinisikan.
Jz = Lz ± Sz
mj = m ± m s .
Momentum sudut L dan S berinteraksi secara magnetis seperti yang kita
lihat dalam pasal 7.2, dan sebagai hasil timbul torka terhadap masing-
masing. Jika tidak terdapat medan magnetic eksternal, momentum sudut
total J kekal baik arah maupun besarnya, dan efek torka internal hanya
menimbulkan prosesi dari L dan S di sekitar arah resultannya J. Namun
jika terdapat medan magnetic eksternal B, maka J berpresesi di sekitar
arah B, sedangkan L dfan S meneruskan berpresesi di sekitar J.
VII.6 Kopling LS
Pola yang biasa untuk semua atom, kecuali atom yang sangat berat ialah,
bahwa momentum sudut orbital Ldari berbagai electron terkopel bersama
secara listrik menjadi resultan tunggal, dan momentum sudut spin S i
terkopel bersama menjadi
Bila momentum sudut total J terbentuk oleh lebih dari satu electron
yang menyumbang momentum sudut orbital dan spin. J merupakan tetap
jumlah vector dari momentum individual. Skema ini disebut kopling LLS
(sambatm LS) yang dapat diringkas sebagai berikut:
L Li
S Si
J LS
momentum sudut L dan S berinteraksi magnetic melalui efek spin orbit
untuk membentuk momentum sudut total J .
VII.7 Kopling JJ
Gaya listrik yang terkopel dalam Li menjadi vector tunggal L dan Si
menjadi vector S , ini lebih kuat dari gaya spin orbit magnetic yang
mengkopel L dan S membentuk J dalam atom ringan. Gaya listrik
yang mengkopel Li menjadi L mendominasi, walaupun terdapat medan
magnet eksternal yang agak besar. Dalam kasus ini presesi J dalam
mengelilingi B lebih lambat dari pada presesi L dan S yang
mengelilingi J .
Namun, dalam atom berat muatan inti cukup besar untuk menghasilkan
interaksi spin-orbit yang orde besarnya sama dengan interaksi listrik antara
Li dan Si, dan skema kopling LLS mulai tidak berlaku. Ketakberlakuan
serupa juga terjadi dalam medan magnetic eksternal kuat (> 1T), yang
menimbulkan efek Paschen-Back dalam spectrum atomic.
Dalam batas kegagalan kopling L S , momentum sudut total Ji dari
electron masing-masing dapat dijumlahkan langsung membentuk
momentum sudut J dari keseluruhan atom itu, situasi ini dikenal sebagai
kopling j-j (sambatan j-j) karena masing-masing Ji diperikan dengan
bilangan kuantum j. maka:
Ji Li Si
J Ji
Efek yang kedua ini jelas terlihat untuk keadaan dengan n dan I kecil, dan
pertama kaliu di temukan dalam tahun 1947 dalam “pergeseran Lamb”
dari keadaan 22 S ½. Berbagai pemisdahan yang memecahkan garis
spectral Hot
(n = 3 n) menjadi tujuh komponen yang berjarak berdekatan.
Jadi dalam aproksimasi (hampiran) pertama kita harapkan, tingkat energi
natrium akan sama dengan tingkat energi hydrogen, kecuali tingkat yang
terendah yang bersesuaian dengan n = 3 alih-alih n = 1 karena prinsip
ekslusi.
ΔL = 0, ±1
ΔJ = 0, ±1 (kaidah seleksi LS)
ΔS = 0
Spektrum sinar X yang malar merupakan hasil dari kebalikan efek foto
listrik, dengan energi kinetik electron tertransformasi menjadi foton
berenergi hv. Spektrum diskritnya, dipihak lain penyebabnya adalah
transisi elektronik dalam atom yang telah diganggu oleh electron yang
datang.
Jika electron berenergi tinggi menumbuk atom dan melepaskan sebuah
elektron kulit K (electron K juga dapat dinaikkan kekeadaan kuantum
yang lebih atas yang tak terisi, tetapi perbedaan energi yang diperlukan
untuk hal itu dan perbedaan energi untuk melepaskan elektron tidak
penting, hanya 0,2 persen untuk natrium dan lebih kecil lagi untuk atom
yang lebih berat).
Spectrum sinar X yang malar, merupakan hasil dari kbalikan efek foto
listrik, dengan energi kinetic electron transformasi menjadi foton berenergi
hv. Spectrum diskritnya, dipihak lain penyebabnya ialah transisi elektronik
dalam atom yang telah diganggu oleh electron yang dating.
Kita tinjau apa yang terjadi bila electron berenergi tinggi menumbuk atom
dan melepaskan sebuah electron kulit-K. (Elektron K juga dinaikkan
kekeadaan kuantum yang lebih atas yang tak terisi, tetapi perbedaan energi
yang diperlukan untuk melepaskan electron tidak penting, hanya 0,2
persen untuk natrium, yang lebih kecil lagi untuk atom yang lebih berat).
VII.11 Contoh Soal
L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
m1 2 2 1 1 0 0 -1 -1 -2 -2
m2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- - - - -
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3. Pada tabel diatas ditunjukan keadaan-keadaan energi hidrogen (l = L).
Tentukan transisi dipol listrik yang mungkin bagi keadaan-keadaan ini
Jawab :
Transisinya harus memenuhi aturan seleksi Δl = ±1. jadi hanya pada
gambar no 2 saja yang dapat diperkenankan.
S P D
L=0 l=1 l=2
- -1,5 n
=3
- -3,4 n
=2
- -13,6 n
=1
S P D
L=0 l=1 l=2
- -1,5 n
=3
- -3,4 n
=2
- -13,6 n
=1
c hc 12,4keV.
0,62
h 20keV
5. Sebuah bahan yang tepi absorpsinya 0,15 Å disinari dengan sebuah sinar-
X 0,10 Å. Berapakah energi kinetik elektron-elektron foto yang
dipancarkan kulit K?
Jawab :
Energi ikat kulit K adalah
hc 12,4keV.
Ek 82,7 keV
K 0,15
Energi foton yang datang adalah
hc 12,4keV.
E 124keV
0,10
Energi kinetik maksimum adalah selisih antara kedua nilai ini,
Kmaks = E E K 124keV 82,7 keV 41,3keV
VII.11.1 Soal-soal