Anda di halaman 1dari 12

ISSN 1907-0799

PENAMBANGAN SISTEM TERBUKA RAMAH LINGKUNGAN DAN UPAYA REKLAMASI PASCA


TAMBANG UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS SUMBERDAYA LAHAN DAN HAYATI TANAH

Environment Friendly Open Pit Mining Systems and Reclamation Post-Mining Efforts
to Improve the Quality of Land Resources and Soil Biodiversity

Subowo G.

Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123

ABSTRAK

Penambangan sistem terbuka konvensional banyak mengubah bentang lahan dan keseimbangan ekosistem permukaan tanah,
menurunkan produktivitas tanah dan mutu lingkungan. Di lain pihak kegiatan penambangan yang baik dapat mendatangkan devisa,
menekan pencemaran, menurunkan kemiringan lahan, memperbaiki ketebalan tanah lapisan atas, menurunkan kepadatan tanah,
meningkatkan infiltrasi-perkolasi dan mengurangi erosi tanah. Pengendalian pelaksanaan penambangan terbuka dengan berorientasi
pada pelestarian sumberdaya lahan dan hayati tanah dapat diupayakan dengan: (1) penambangan dilakukan secara blok, dimulai dari
lereng paling bawah, (2) reklamasi/penimbunan lahan dilakukan secara langsung setelah selesai penambangan, (3) bentukan
permukaan lahan dengan terasering dengan lebar bangku teras datar > 5 m, beda tinggi antar bangku teras < 2 m, kemiringan tebing
±60 %, (4) kupasan tanah lapisan pucuk (topsoil) ditempatkan kembali pada lapisan atas dengan ketebalan > 20 cm dan diperkaya
dengan kapur, pupuk organik, pupuk anorganik ataupun pupuk hayati (5) biorehabilitasi dengan cacing tanah endogaesis dan
penanaman legum sebagai tanaman pionir untuk mempercepat terciptanya suksesi alami, dan (6) pemeliharaan tanaman sampai
mencapai klimaks ekosistem sesuai yang diharapkan.

Kata kunci : Penambangan terbuka, pelestarian, sumberdaya lahan, hayati tanah

ABSTRACT

Conventional open pit mining systems can changing the landscape and soil surface ecosystem balance, reducing soil
productivity and environmental quality. On the other hand the good mining activities can increase national income, reduce
pollution, decrease land slope, improve the thickness of topsoil, decrease soil density, increase infiltration- percolation and reduce
soil erosion. Good implementation control of the open pit mining with the preservation of land resources and soil biodiversity can
be achieved by: (1) mining blocks done from the bottom area, (2) reclamation carried out directly after the completion of mining, (3)
formation of land surface with a wide terrace bench >5 m, vertical-interval bench terraces <2 m, the percentage of slope ± 60%, (4)
removing the top layer of soil (topsoil) was placed back on the top layer with a thickness >20 cm and enriched with lime, organic
matter, fertilizer or biofertilizer (5) biorehabilitation with endogeic earthworms and planting of legume cover crops as pioneer
plants to accelerate the natural succession, and (6) maintenance up to a climax ecosystem as expected.

Keywords : Open pit mining, conservation, land resources, soil biodiversity

P
emerintah gencar menggali potensi per- barat, pantai selatan dan pantai utara bagian
olehan devisa dari sektor pertambangan timur, sehingga memiliki erupsi indeks >99%
sebagai akibat semakin terbatasnya (Munir, 1996). Laju pasokan mineral berlangsung
kemampuan negara untuk memperoleh intensif, sehingga Indonesia banyak memiliki
pendapatan dari sektor lainnya. Deposit bahan deposit mineral bahan tambang. Di lain pihak
galian (bahan mineral, batubara, bahan fosil, dan
laju pelapukan mineral juga berlangsung intensif,
lain-lain) banyak tersebar diberbagai daerah
dengan berbagai jenis dan kapasitas, potensial sehingga apabila tidak segera ditambang/
untuk dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri,
untuk menopang kebutuhan negara. Hal ini deposit bahan mineral ini akan cepat mengalami
penting karena Indonesia berada di kawasan pelapukan/kerusakan dan apabila dibiarkan akan
vulkanik tropika basah dengan zone penunjaman hilang terbawa aliran air yang dapat mencemari
(subduction zone) yang membujur di pantai lingkungan.

83
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011

Sejalan dengan umur dan proses deposit lapisan bawah yang kurang subur, sebaliknya
bahan tambang, posisi timbunan bahan tambang tanah lapisan atas yang subur berada di lapisan
dapat berada di lapisan dalam, dekat permukaan bawah. Demikian juga populasi hayati tanah
ataupun terbuka di permukaan tanah. yang ada di tanah lapisan atas menjadi
Tertimbunnya bahan tambang oleh tanah terbenam, sehingga hilang/mati dan tidak
penutup dapat terjadi sebagai hasil pelapukan berfungsi sebagaimana mestinya. Daya dukung
bahan tambang itu sendiri sebagai bahan induk tanah lapisan atas pasca penambangan untuk
pembentuk tanah. Akibatnya tanah penutup pertumbuhan tanaman menjadi rendah. Hidayati
bagian atas (tanah pucuk) yang telah mengalami (2000) melaporkan bahwa tanah lapisan atas
pelapukan lanjut memiliki kesuburan fisik, kimia hasil reklamasi penambangan emas rakyat
dan biologi lebih baik dibanding tanah penutup secara terbuka di Jampang, Sukabumi terjadi
bagian di bawahnya (overburden/subsoil) yang penurunan status hara tanah, populasi mikroba
belum mengalami pelapukan lanjut. Untuk dan serangga penyubur tanah, serta merubah
penambangan yang berada di permukaan tanah iklim mikro menjadi kurang baik untuk organisme
atau dekat permukaan pada umumnya dilakukan hidup. Dariah et al. (2010) menyatakan bahwa
dengan sistem penambangan terbuka dengan umumnya perencanaan penutupan tambang
mengupas tanah penutup di atasnya. Sementara (termasuk reklamasinya) tidak terintegrasi
penambangan yang berada di lapisan dalam dengan operasi pertambangan sejak awal sampai
dilakukan dengan penambangan dalam (under- penutupan, sehingga pasca penambangan timbul
ground mining) dengan sistem pengeboran berbagai masalah. Untuk itu penanganan
kegiatan penambangan sistem terbuka hendak-
ataupun membuat terowongan bawah tanah,
nya dilakukan secara terintegrasi dengan tetap
sehingga tidak banyak mengganggu kondisi
menjaga kelestarian nilai fungsi lahan untuk
permukaan lahan.
kepentingan selanjutnya serta murah dalam
Sistem penambangan terbuka yang berada pelaksanaannya.
di permukaan tanah banyak mengubah bentang
lahan dan keseimbangan ekosistem permukaan
tanah, maka berdasarkan UU No.41/1999, Pasal KEGIATAN PENAMBANGAN SISTEM
38, Ayat 4, sistem penambangan terbuka ini TERBUKA KONVENSIONAL
dilarang dilakukan di kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009) menyatakan bahwa Penambangan dengan sistem tambang
terbuka (open pit mining) dilakukan dengan cara
kegiatan penambangan timah di Provinsi Bangka-
pengupasan tanah penutup bahan tambang.
Belitung yang dilakukan dengan cara terbuka
Tanah penutup dikeluarkan dari areal tambang
telah menimbulkan perubahan lingkungan
dan bahan tambang digali dan diangkut keluar.
dengan menurunkan produktivitas tanah dan
Setelah seluruh bahan tambang dikeluarkan,
mutu lingkungan. Di lain pihak kolong-kolong air
maka terjadi sisa lubang-lubang galian berupa
akibat kegiatan penambangan timah terbuka di
kolong-kolong. Pada perusahaan yang memiliki
Perlang, Bangka-Belitung dapat dimanfaatkan
izin kuasa penambangan (KP), kolong-kolong
sebagai kantong sumber air irigasi untuk
lubang galian ini ditimbun kembali dengan tanah
pencetakan sawah baru disekitarnya (Subardja
yang diambil dari tanah sekitar ataupun dari
et al., 2010).
tanah penutup sebelumnya. Apabila penutupan
Perubahan lingkungan pasca penambangan kembali ini dilakukan kurang tepat, maka tanah
yang terjadi, selain perubahan bentang lahan lapisan atas yang memiliki kesuburan tinggi
juga kualitas tanah hasil penimbunan setelah bercampur dengan tanah lainnya atau tertimbun
penambangan. Struktur tanah penutup rusak di bagian bawah. Sebaliknya tanah lapisan
sebagai mana sebelumnya, juga tanah lapisan bawah (subsoil) yang belum mengalami
atas bercampur ataupun terbenam di lapisan perkembangan (tidak subur) justru berada di
dalam. Tanah bagian atas digantikan tanah dari lapisan atas. Daya dukung tanah bekas sistem

84
Subowo G. : Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang

penambangan terbuka konvensional ini menjadi Proses penambangan sistem terbuka pada
rendah dan bahkan dengan struktur tanah yang prinsipnya dimulai dengan membersihkan
rusak, sehingga berpeluang mudah tererosi. permukaan tanah, kemudian mengupas tanah
Finnel (1948) dalam Greb (1985) penutup, menggali bahan tambang, dan
mendapatkan bahwa kehilangan tanah lapisan mengangkut bahan tambang ke tempat
atas beberapa sentimeter dapat menurunkan penampungan (stockyard) untuk selanjutnya
produktivitas sebesar 40% pada tanah subur, dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Alur
dan 60% pada tanah tidak subur. Munawar kegiatan penambangan selengkapnya adalah
(1999) mendapatkan bahwa tanah lapisan atas sebagai berikut :
lahan bekas penambangan batubara terbuka 1. Pembersihan lahan dari vegetasi yang
sangat heterogen dan memiliki berat isi tinggi, menutupi lapisan tanah permukaan (clearing
total pori rendah, kandungan N dan P rendah, and grubing) dilakukan dengan Buldozer dan
cadangan Ca dan Mg tinggi, dan populasi Excavator.
mikroba tanah rendah dibandingkan dengan
2. Pengupasan tanah penutup. Tanah penutup
tanah hutan di sekitarnya (Tabel 1). Ukuran pori
dikupas dan diangkut ke tempat penimbunan
tanah berperanan penting bagi kehidupan hayati
sementara, atau ditata dan disebar di area
tanah, bakteria tanah tidak mampu masuk pada
pembuangan (disposal) akhir.
ukuran pori 1-3 µm, akar tanaman tidak mampu
masuk pada pori ukuran <10 µm, akar pohon 3. Penggalian dan pengambilan bahan tambang
hanya mampu menembus pada ukuran pori (ore) dengan alat gali muat (ore getting). Ore
>150 µm (Pitty, 1979). Selain itu, pori tanah diangkut keluar melewati jalan tambang ke
juga berperan penting dalam menentukan Export Transite Ore (ETO) dan Export Final
infiltrasi-perkolasi, kelembaban dan aerasi tanah. Ore (EFO) di dekat pelabuhan.

Tabel 1. Perbandingan beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah lapisan atas (0-30 cm)
lahan bekas penambangan batubara sistem terbuka dan tanah hutan di sekitarnya
Tanah bekas tambang
No. Sifat tanah Tanah hutan
batubara
I. Sifat fisik :
1. Berat isi (g/cm3) 1,48 1,06
2. Kerapatan jenis (g/cm3) 2,12 2,20
3. Total pori (%) 30,22 51,21
4. Ketahanan tanah (kg/m2) 3,69 0,97
II. Sifat kimia :
1. Kandungan C-organik (%) 5,83*) 0,68
2. P-tersedia (ppm) 0,80 0,70
3. K-dapat tukar (cmole/kg2 ) 0,74 1,13
4. Ca-dapat tukar (cmole/kg2 ) 5,17 0,82
5. Mg-dapat tukar (cmole/kg2 ) 5,44 0,38
6. Al-dapat tukar (cmole/kg2 ) 1,24 2,62
7. KTK (cmole/kg2 ) 24,24 22,54
8. Kejenuhan basa (%) 49,71 10,68
III. Populasi mikroba :
1. Bakteri (sel/g tanah kering) 71,75 x 104 162,00 x 104
2. Fungi (sel/g tanah kering) 7,11 x 104 5,80 x 104
3. Mikoriza (spora/g tanah kering) 77,15 x 104 91,10 x 104
Keterangan : *) banyak mengandung batubara halus.
Sumber : Munawar (1999).

85
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011

4. Penimbunan kembali kolong bekas galian dapat ditingkatkan, dan tingkat kepadatan tanah
dengan tanah penutup. Setiap selesai lapisan bawah dapat diatur dengan perlakuan
penambangan, tanah penutup dan tanah sisa pemadatan. Sukmana dan Abujamin (1986)
penambangan ditimbun kembali di area mendapatkan bahwa pengolahan tanah dalam
bekas galian sesuai dengan design yang pada tanah dengan tanah lapisan olah yang tipis
telah ditentukan. dapat memperbaiki kondisi fisik daerah
perakaran, meningkatkan laju infiltrasi, menurun-
5. Penanaman kembali tanaman penutup tanah.
Kegiatan penambangan terbuka pada kan ketahanan terhadap penetrasi, dan pada
prinsipnya diwajibkan untuk menutup musim hujan dapat meningkatkan pertumbuhan
kembali areal bekas tambang yang tanaman. Namun apabila penambangan terbuka
ditinggalkan agar tidak terjadi kerusakan ini tidak dilakukan dengan hati-hati, maka nilai
lingkungan yang lebih besar dan dipulihkan positif dari peluang pemulihan kualitas lahan ini
kembali kondisi ekosistemnya sekurang- tidak dapat memberikan hasil yang baik dan
kurangnya seperti kondisi sebelumnya. bahkan mungkin akan semakin memperburuk
kualitas lingkungan.
Dari kegiatan penambangan sistem terbuka
ini dihasilkan: (1) bahan organik dari tanaman Reklamasi tanah bekas penambangan yang
penutup tanah, baik berupa kayu ataupun juga menggunakan tanah bongkaran yang
dedaunan; (2) tanah penutup yang terdiri dari diawali dengan pembuatan teras bangku datar
tanah lapisan atas (tanah pucuk/topsoil) yang merupakan langkah yang tepat untuk dapat
mempunyai kesuburan fisik, kimia dan biologi mencegah kerusakan lahan akibat erosi. Agar
yang baik sebagai media pertumbuhan tanaman pemulihan lahan ini berlangsung efektif,
dan tanah bawah permukaan (subsoil/ biorehabilitasi lahan dengan pemberdayaan
overburden). Tanah subsoil umumnya berupa hayati tanah dan revegetasi dengan tanaman
bahan tanah peralihan dari bahan tambang berakar dalam yang sejalan dengan rencana
sebagai bahan induk pembentuk tanah dan peruntukan selanjutnya penting untuk segera
tanah lapisan atas yang telah berkembang. diupayakan pada tahun pertama.
Tanah subsoil ini belum mengalami
perkembangan lanjut, sehingga memiliki MASALAH PENAMBANGAN SISTEM
kesuburan kimia, fisika dan biologi rendah; (3) TERBUKA KONVENSIONAL
bahan/material tambang, yaitu bahan mineral
sebagai bahan yang dipanen untuk diangkut Pada penambangan sistem terbuka
keluar dan dimanfaatkan sebagai bahan baku nampak bahwa apabila penanganan kurang hati-
industri; dan (4) lubang bekas galian (kolong), hati permasalahan yang mungkin terjadi adalah
terdapatnya kolong-kolong bekas galian akan perubahan bentang lahan, rusaknya struktur
mengurangi luas lahan untuk budidaya ataupun tanah, dan hilangnya tanah lapisan atas. Hasil
dapat mengubah tata air dan bentang lahan. penelitian Subardja (2009) menunjukkan bahwa
lahan bekas penambangan rakyat sistem terbuka
Di antara bahan yang dihasilkan apabila
memiliki permukaan lahan tidak teratur,
dapat diatur dengan baik pada prinsipnya
kesuburan tanah rendah, dan rawan erosi,
kegiatan penambangan sistem terbuka dapat
sehingga daya dukung tanah untuk tanaman
memberikan manfaat yang tinggi bagi
rendah.
pemanfaatan permukaan lahan ke depan.
Kegiatan penambangan terbuka dapat diarahkan Lahan terdegradasi umumnya memiliki
untuk mengubah bentang lahan sesuai dengan biota berbeda dengan komunitas ekosistem
yang diharapkan, sehingga justru dapat aslinya, terjadi kecenderungan penurunan
memperbaiki kualitas lingkungan baru. Panjang keanekaragaman jenis flora, fauna dan mikroba.
dan kemiringan lereng dapat diperbaiki, Munculnya kolong-kolong bekas galian juga
ketebalan dan kesuburan tanah lapisan atas mengganggu sistem drainase dan mempersulit

86
Subowo G. : Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang

dalam pemanfaatan lahan selanjutnya. Hancur- 1. Bahan tambang yang merupakan akumulasi
nya struktur tanah timbunan juga menurunkan bahan mineral yang terkonsentrasi dapat
stabilitas tanah, merubah distribusi pori tanah dipanen dan dimanfaatkan untuk kepen-
yangberperanan penting dalam memegang air, tingan lain yang lebih berdaya guna dan
merusak saluran-saluran pori tanah yang bernilai ekonomi.
berperanan penting dalam meresapkan air ke 2. Bahan tambang yang berupa logam berat
dalam tanah, dan meningkatkan potensi dapat diangkut keluar dari lahan, sehingga
terjadinya erosi. Hilangnya/terbenamnya tanah dapat terhindar dari potensi pencemaran
lapisan atas yang subur akan menurunkan daya logam berat hasil pelapukan bagi lahan yang
dukung tanah untuk pertumbuhan tanaman. ada di bawahnya.
Barus dan Suwardjo (1986) melaporkan bahwa
hilangnya tanah lapisan atas mengakibatkan 3. Penyusutan volume permukaan lahan dapat
sifat fisik (aerasi, permeabilitas dan stabilitas menurunkan tingkat kemiringan lahan,
agregat) lebih buruk dan hasil tanaman semusim sehingga dapat memudahkan dalam penge-
lebih rendah dibandingkan dengan tanah utuh lolaan selanjutnya serta dapat mengurangi
(Tabel 2). Pemulihan kesuburan kimia maupun risiko terjadinya erosi tanah.
biologi tanah lapisan atas pasca penambangan 4. Ketebalan tanah lapisan atas dapat
memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. ditingkatkan dengan menurunnya luas
Pembentukan tanah lapisan atas setebal 2,5 cm permukaan tanah akibat penurunan
pada lereng G. Krakatau diperlukan waktu ±100 kemiringan lahan.
tahun. Untuk itu pelestarian sumberdaya lahan 5. Kepadatan tanah lapisan bawah dapat
dan hayati tanah penting diupayakan agar disesuaikan dengan target perbaikan yang
produktivitas dan kelestarian lingkungan dapat ingin dicapai, sehingga dapat meningkatkan
dijaga. daya dukung lahan untuk perkembangan
Hermawan et al. (2009) mendapatkan akar serta meningkatkan laju infiltrasi-
bahwa dampak langsung penambangan timah perkolasi, mengurangi aliran permukaan dan
secara terbuka di Bangka Belitung telah erosi tanah.
menurunkan produktivitas lada dari 2 t/ha (tahun 6. Bentang lahan dapat diatur sesuai dengan
2000) menjadi 1 t/ha (tahun 2004), kerusakan yang diharapkan, sehingga nilai fungsi lahan
hutan 60% dari luas total hutan (tahun 2007), tetap terjaga dan bahkan dapat lebih
terdapat 887 kolong dengan kedalaman 9,5 m ditingkatkan dari sebelumnya.
(tahun 1999) menjadi >1.000 kolong (tahun
2009), dan juga terjadi pendangkalan sungai. Dari gambaran ini nampak bahwa dampak
Namun apabila kegiatan penambangan sistem sistem penambangan terbuka konvensional
terbuka ini dilakukan dengan baik, pada sangat luas bagi kepentingan pemerintah
prinsipnya justru dapat diperoleh hal-hal positif, maupun masyarakat yang berada disekitar areal
antara lain : tambang yang memiliki kegiatan usaha yang

Tabel 2. Pengaruh kehilangan tanah lapisan atas terhadap sifat fisik dan produksi tanaman pada tanah
Haplortox Citayam
Sifat fisik tanah lapisan olah Produksi tanaman
No. Perlakuan Indeks stabilitas
Pori aerasi Permeabilitas Kedelai Kacang tunggak
agregat
% isi cm/jam ............... t/ha ...............
1. Tanah utuh 23,39 6,18 44,75 0,59 1,27
2. Lapisan atas hilang 18,43 4,63 36,86 0,44 0,93
Sumber: Barus dan Suwardjo (1986)

87
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011

berbasis pada sumberdaya lahan. Untuk itu perlu (vertikal/ horizontal). Penempatan blok diatur
kiranya dipertimbangkan kelayakan teknik sedemikian rupa, sehingga kegiatan penambang-
penambangan terbuka ini, sehingga dampak an dapat dilakukan secara bertahap sesuai
negatif penambangan dapat dihindari/dikurangi konsesi waktu yang telah direkomendasikan.
dan nilai manfaat positif dapat ditingkatkan.
Untuk menjamin kelestarian sumberdaya
lahan pasca penambangan, maka kegiatan
penggalian bahan tambang hendaknya dilakukan
PRINSIP DASAR PENAMBANGAN TERBUKA dengan teknik “back filling” yaitu: penimbunan
RAMAH LINGKUNGAN DAN UPAYA kembali secara langsung setelah selesai penam-
REKLAMASI PASCA TAMBANG UNTUK bangan/penggalian dan langsung dilakukan
MEMPERBAIKI KUALITAS LAHAN DAN revegetasi. Penempatan blok penambangan
HAYATI TANAH hendaknya dimulai dari lereng paling bawah,
selanjutnya bertahap pada lereng di atasnya. Hal
Sejalan dengan permasalahan yang terjadi ini penting agar pada awal penambangan risiko
pada penambangan terbuka konvensional perlu erosi tanah saat konstruksi/penggalian rendah
kiranya dilakukan antisipasi terhadap prinsip dan dapat ditahan secara setempat. Kegiatan
dasar penambangan, sehingga nilai positif dari penambangan selanjutnya dilakukan secara
setiap kegiatan penambangan dapat diperoleh bertahap pada lereng di atasnya, sehingga
dan nilai negatif dapat dihindari. Beberapa dampak peningkatan erosi saat konstruksi dapat
prinsip dasar sistem penambangan terbuka dan ditahan oleh lereng di bawahnya yang telah
antisipasi yang mungkin dapat diupayakan agar direklamasi dan revegetasi dengan kemiringan
kelestarian sumberdaya lahan dan hayati tanah lebih rendah, sehingga deposit tanah tererosi
bekas penambangan tetap terjaga dan berfungsi dapat ditampung dan tidak terbawa keluar.
secara optimal sesuai dengan kemampuannya Dengan sistem ini terjadi pemotongan panjang
dikemukakan berikut ini. lereng dan penurunan kemiringan lereng.

Pengaturan tataletak bench/blok penambangan Pengupasan tanah pucuk (topsoil)

Keberadaan deposit bahan tambang pada Sesuai dengan tahapan kegiatan penam-
prinsipnya terjadi akibat angkatan tektonik bangan yang diawali dari blok pada lereng paling
maupun deposit vulkanik, sehingga di lapangan bawah, maka kupasan tanah lapisan atas yang
deposit bahan tambang dapat menyebar ataupun merupakan tanah yang memiliki kesuburan
terkonsenrasi pada suatu tempat. Namun sesuai paling tinggi dan mampu mendukung
pertumbuhan tanaman hendaknya disimpan pada
dengan sistem pembentukan kepulauan di
tempat yang aman terhadap erosi dan
Indonesia yang berbasis aktivitas vulkanik, maka
pengeringan. Hal ini penting agar daya dukung
bentang lahan umumnya berbentuk kerucut
kimia dan biologi tanah lapisan atas ini tidak
ataupun bergelombang (berlereng). Demikian
rusak/terdegradasi. Swift et al. (1994) menyata-
juga laju pelapukan dan curah hujan yang tinggi,
kan bahwa tanah lapisan atas merupakan habitat
sehingga konsentrasi dan posisi deposit bahan
bagi bermacam-macam mikroorganisme dan
tambang cenderung beragam mengikuti posisi fauna tanah yang berperanan penting dalam
lereng. Keberadaan deposit bahan tambang pada mendukung pertumbuhan tanaman. Peranan
lereng atas umumnya lebih dangkal, sebaliknya tersebut antara lain: membantu menyediakan
pada lereng bawah lebih dalam. Untuk itu dalam hara bagi tanaman, mengatur daur hara dalam
sistem penambangan terbuka sebaiknya tanah, mensintesis dan mengurai bahan organik
dilakukan dengan sistem bench/blok. tanah, mempengaruhi ketersediaan air tanah,
Penempatan blok kegiatan penambangan dan mempengaruhi kesehatan tanaman melalui
disesuaikan dengan kualitas/kandungan bahan parasitisme, patogenitas ataupun sebagai
tambang, kapasitas/volume dan pola sebaran predator.

88
Subowo G. : Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang

Tanah lapisan atas dari lereng paling selesai kegiatan penambangan secara terbuka
bawah yang umumnya lebih tebal diamankan terjadi kerusakan lahan dengan terbentuknya
sebagai penyangga pemenuhan kebutuhan tanah kolong-kolong ataupun timbunan tanah di
lapisan atas untuk penutupan pasca penam- sekitarnya. Apabila hal ini tidak segera
bangan untuk blok-blok berikutnya. Sementara direklamasi akan sangat potensial merusak
untuk tanah lapisan atas hasil kupasan pada lingkungan sekitarnya, terutama akibat erosi dan
penambangan blok berikutnya (di atasnya) dapat perubahan iklim mikro yang panas dan kering.
langsung disebarkan kembali pada bangku teras
Upaya reklamasi lahan bekas penambang-
lahan bekas tambang sebelumnya (di bawahnya)
an terbuka dilakukan dengan menutup kembali
yang telah direklamasi dengan bentukan berteras
kolong yang terbuka dengan tanah penutup
bangku sebagai penutup tanah lapisan atas.
(overburden) hasil galian dari blok tersebut.
Tanah penutup diratakan dan dipadatkan dengan
Pengupasan tanah penutup overburden (subsoil) sistem teras bangku datar dengan lebar bangku
teras >5 m, tinggi vertikal interval <2 m, dan
Kupasan tanah penutup hasil galian yang
kemiringan tebing teras ±60%. Pengaturan
berupa tanah lapisan bawah (sub soil/
bentuk lahan dengan membentuk teras bangku
overburden) dengan volume yang besar untuk
bertingkat. Jumlah bangku teras disesuaikan
sementara waktu ditempatkan di pinggiran
dengan volume tanah penutup dan ruang yang
daerah penggalian bahan tambang masing-
tersedia di areal penimbunan. Teras bangku
masing blok. Lokasi penimbunan ini hendaknya
merupakan teknik konservasi yang paling efektif
aman dari kemungkinan erosi dan mudah dalam
mencegah erosi pada tanah yang mempunyai
pengambilan untuk ditimbunkan kembali. Setelah
solum dalam dan berstruktur baik, namun
kegiatan penambangan selesai, tanah penutup
dengan biaya konstruksi lebih mahal (Haryati et
ini langsung dikembalikan sebagai tanah penutup
al., 1989). Beban biaya konstruksi ini menjadi
kolong dan diatur berteras.
lebih murah, karena dilakukan sejalan dengan
biaya untuk kegiatan penambangan itu sendiri.
Penggalian bahan tambang (ore) Dengan konstruksi ini diharapkan kapasitas
bangku teras meresapkan aliran air permukaan
Penggalian bahan tambang dilakukan
memadai dan juga pemanfaatan bangku teras
setelah tanah penutup terkupas keluar. Bentuk
untuk budidaya tanaman mudah dilakukan. Agar
galian hendaknya menyempit di bawah, bukan
reklamasi lahan ini optimal juga dilengkapi
melebar ke bawah. Hal ini penting agar
saluran pembuangan air untuk mengurangi
konstruksi tanah pasca penambangan stabil oleh
kecepatan aliran air limpasan dengan membuat
adanya pemadatan alami setelah rekonstruksi.
saluran pengelak, saluran pembuangan air, dan
Apabila terjadi penurunan permukaan tanah
dam pengendali.
pasca reklamasi secara alami, permukaan teras
turun secara serentak dan tidak banyak menga- Akibat konstruksi perataan secara
lami perubahan. Sebaliknya, apabila membentuk mekanik, kondisi tanah penutup telah mengalami
rongga-rongga di bagian bawah akan menggang- perubahan struktur. Selain memiliki kemampuan
gu/merusak bangku teras yang dihasilkan dan infiltrasi-perkolasi untuk meresapkan air per-
juga mengganggu tanaman revegetasi. mukaan meningkat juga akan mudah ditembus
oleh akar tanaman. Pengolahan tanah dalam
Reklamasi kolong bekas penambangan dapat memperbaiki kondisi fisik yang dicirikan
meningkatnya pori aerasi dan menurunnya
Reklamasi lahan merupakan upaya untuk tingkat ketahanan terhadap penetrasi (Sukmana
memperbaiki atau memulihkan kondisi lahan dan Abujamin, 1986). Setelah seluruh target
yang rusak agar dapat berfungsi kembali secara konstruksi terpenuhi dengan terbentuknya teras
optimal sesuai dengan kemampuannya. Setelah bangku datar dan sarana pengendali aliran air

89
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011

dan sedimen, selanjutnya lahan siap mendapat- resapan air dan sedimen yang terlarut dapat
kan tanah pucuk dari hasil kupasan dari blok menyumbat saluran-saluran pori yang ada.
berikutnya (di atasnya). Pada areal blok Tersumbatnya saluran pori akan menahan aliran
penambangan terakhir yang berada di lereng air dan menurunkan kapasitas tanah meresapkan
paling atas atau pada blok penambangan dengan air, sehingga meningkatkan aliran permukaan
kolong galian yang dalam, apabila penutupan dan erosi tanah. Pembentukan saluran pori tanah
kolong bekas tambang tidak dapat sempurna secara bersambungan antar lapisan tanah
(terbatasnya tanah penutup/overburden) dapat merupakan faktor penting yang perlu segera
dipertahankan sebagai kolam penampung air. diupayakan agar aliran resapan air ke dalam
Selain bermanfaat untuk menampung dan tanah menjadi lebih besar dan lancar.
menyangga penyediaan air pengairan juga dapat Haryati et al. (1995) mendapatkan bahwa
mengurangi risiko aliran permukaan dan erosi akibat konstruksi pada teknik konservasi tanah,
tanah pada lereng di bawahnya. bangunan konservasi teras bangku datar
Lapisan tanah pucuk yang berasal dari merupakan teknik konservasi tanah yang terbaik
pengupasan dari blok di atasnya langsung untuk mengurangi besarnya aliran permukaan
disebarkan pada bangku teras blok yang telah dan erosi tanah pada tahun pertama. Namun
direklamasi. Ketebalan tanah pucuk ini mulai pada tahun ke-2 pengaruh bangunan-
diusahakan >20 cm. Apabila tanah pucuk dari bangunan konservasi tersebut sudah relatif sama
blok di atasnya ini kurang dapat ditambah dan bahkan mulai tahun ke-3 teras bangku datar
dengan tanah pucuk penyangga yang berasal justru mengalami aliran permukaan lebih besar
dari tanah pucuk pada blok penambangan dibandingkan dari konstruksi konservasi yang
pertama (lereng paling bawah). Demikian juga lain. Namun untuk erosi tanah sampai tahun ke-
apabila kesuburan kimia ataupun biologi dari 4 teras bangku datar lebih rendah, dan tahun ke-
tanah pucuk ini belum mencukupi dapat 5 sudah relatif sama dengan bangunan
diperkaya dengan pemberian bahan organik, konservasi yang diuji (Tabel 3). Hal ini terjadi
pupuk, kapur ataupun pupuk hayati. Setelah karena perlakuan konstruksi teras bangku datar
blok lahan bekas penambangan ini tertutup dilakukan dengan mengupas tanah lapisan atas
lapisan atas (tanah pucuk) ini segera dilengkapi dan selanjutnya diratakan, sehingga terjadi
dengan bangunan konservasi (guludan, saluran kerusakan struktur tanah dan pemutusan
drainase, rorak, dan lain-lain) agar sumberdaya saluran-saluran kapiler/pori. Pada tahun pertama
lahan aman dan mampu mendukung untuk kapasitas pori/rongga tersedia masih mampu
kepentingan peruntukan selanjutnya. menampung aliran air yang ada. Di pihak lain
penutupan pori oleh partikel-partikel tanah halus
hasil dari konstruksi teras bangku datar
BIOREHABILITASI LAHAN BEKAS sebelumnya lebih intensif dibandingkan dengan
PENAMBANGAN TERBUKA UNTUK perlakuan lainnya, sehingga aliran permukaan
MEMPERBAIKI KUALITAS SUMBERDAYA justru mengalami peningkatan. Namun dengan
LAHAN DAN HAYATI TANAH adanya peningkatan pemadatan tanah oleh
adanya material-material halus yang menutup
Hasil kegiatan reklamasi areal bekas pori sedikit memperkuat tahanan tanah terhadap
tambang telah terbentuk teras bangku datar, gerusan aliran air permukaan pada teras bangku
sarana pengendali drainase dan sedimentasi, dan datar yang relatif masih lemah/lambat.
tanah lapisan atas dengan ketebalan dan Akibatnya erosi tanah sampai tahun ke-4 pada
kesuburan yang lebih baik. Namun struktur teras bangku datar masih lebih rendah dibanding
tanah masih mengalami kerusakan dengan bangunan konservasi yang lain. Upaya menjaga
terputusnya saluran-saluran pori antara lapisan saluran pori tanah tetap aman dan mampu
atas dan lapisan bawah, sehingga apabila terjadi menghubungkan antar lapisan merupakan
hujan dapat mengakibatkan tertahannya aliran langkah yang penting agar fungsi resapan air

90
Subowo G. : Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang

Tabel 3. Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap aliran permukaan dan erosi pada tanah
Typic Eutropepts di Ungaran
Tahap/tahun pengamatan
Konstruksi teknik
konservasi tanah Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5
(1988/89) (1989/90) (1990/91) (1991/92) (1992/93)
Teras bangku datar :
• Aliran permukaan (m3/ha) 4.918 4.102 7.258 2.946 581
• Erosi tanah (t/ha) 25,0 2,3 0,6 3,3 1,3
Teras bangku miring :
• Aliran permukaan (m3/ha) 9.812 4.175 7.340 2.403 479
• Erosi tanah (t/ha) 45,1 1,8 0,8 3,1 1,5
Teras gulud :
• Aliran permukaan (m3/ha) 8.518 3.824 3.963 1.886 512
• Erosi tanah (t/ha) 50,9 10,1 6,0 6,0 0,7
Taras kridit :
• Aliran permukaan (m3/ha) 9.311 4.292 5.989 1.791 441
• Erosi tanah (t/ha) 45,5 12,5 10,9 11,1 2,1
Pertanaman lorong :
• Aliran permukaan (m3/ha) 9.638 5.834 6.300 1.804 425
• Erosi tanah (t/ha) 100,9 37,7 23,5 9,5 1,0
Rata-rata :
• Aliran permukaan (m3/ha) 8.439 4.445 6.170 2.166 487
• Erosi tanah (t/ha) 53,5 12,9 8,4 6,6 1,3
Sumber : Haryati et al. (1995)

tetap terjaga dan selanjutnya dapat mencegah (Nelson dan Hole, 1964 dalam Fanning dan
peningkatan erosi tanah. Fanning, 1989). Inokulasi cacing tanah
endogaesis Pheretima hupiensis pada tanah
Ultisol dengan diikuti pemberian mulsa vertikal
Pemanfaatan cacing tanah endogaesis untuk
bahan organik sampai lapisan argilik dapat
biorehabilitasi lahan bekas penambangan terbuka
menurunkan kepadatan horison argilik dari 1,19
Upaya untuk membangun saluran pori g/cm3 menjadi 1,08 g/cm3 (Subowo, 2002).
tanah yang dapat menghubungkan antar lapisan Pemberian cacing tanah pada Oxic Dystropepts
tanah dapat dilakukan dengan memanfaatkan dapat meningkatkan laju infiltrasi dan K-dd, serta
cacing tanah dari kelompok endogaesis yang menurunkan Al-dd (Brata, 1999).
mampu membuat liang di dalam tanah. Enami et Selain itu, dengan tertimbunnya tanah
al. (1999) menyampaikan bahwa cacing tanah pucuk yang subur berikut bahan organik saat
memiliki manfaat besar di dalam tanah, liang- konstruksi reklamasi, maka cacing tanah akan
liang yang dihasilkan berperan sebagai saluran terdorong untuk masuk ke lapisan yang lebih
udara, air ataupun tempat menembus akar, dan dalam dengan membuat liang-liang cacing.
kascing yang dihasilkan merupakan makro- Saluran pori tanah antar lapisan dapat
agregat yang stabil. Cacing tanah endogaesis terhubungkan oleh liang-liang cacing tanah,
mampu membuat liang sampai mencapai sehingga laju dan kapasitas aliran resapan air ke
kedalaman 1 m (Richard, 1978). Liang cacing dalam tanah lapisan dalam dapat berlangsung
tanah Lumbricus terrestris berdiameter ± 0,80 baik. Adanya liang-liang cacing tanah juga dapat
cm dapat menghubungkan antara horison A mendorong berkembangnya aktivitas organisme
(lapisan atas) dan horison B (lapisan bawah) aerobik yang banyak terdapat di dalam tanah,

91
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011

seperti fungi, bakteri ataupun fauna tanah dapat secepatnya dilakukan. Apabila jumlah
lainnya. Tiunov et al. (2001) mendapatkan tanah lapisan atas tidak memadai, sistem
bahwa pada dinding liang cacing tanah kaya pertanaman secara pot dapat dilakukan dengan
akan keragaman jenis dan jumlah biomasa dari meningkatkan dosis dan intensitas pemupukan-
Nematoda, Protozoa, Flegellata, Amoeba, dan nya. Pada tahap awal dapat dikembangkan
Mikroba, serta kandungan N dan P lebih tinggi untuk pertanaman tanaman legum penutup
dibandingkan dengan tanah di luar liang. Hal ini tanah cepat tumbuh (fast growing species)
menunjukkan bahwa adanya aktivitas cacing seperti : Calopogonium sp., Pueraria sp. (koro
tanah endogaesis dapat meningkatkan dan benguk), Centrosema sp., Kerandang, dan lain-
melindungi keanekaragaman hayati tanah. lain. Selanjutnya secara bertahap dikembangkan
Berkembangnya organisme tanah akan memper- tanaman legum berakar dalam seperti: Sengon,
cepat pemulihan struktur dan kesuburan tanah Lamtoro, dan lain-lain. ataupun tanaman berakar
yang rusak akibat penambangan. dalam lainnya sesuai target rehabilitasi yang
ingin dicapai. Untuk memperkuat bangunan teras
Kascing yang dihasilkan yang merupakan bangku yang sudah dibentuk pada bibir-bibir
makroagregat stabil dapat bertahan lebih dari 1 teras secepatnya ditanami tanaman berakar
tahun (Blancchart et al., 1991 dalam Martin, dalam agar dapat memperkuat konstruksi tebing
1991). Cacing tanah juga mampu mengangkat teras yang rawan longsor.
kembali bahan tanah subur yang ada di lapisan
Pengembangan tanaman legum sebagai
bawah dalam bentuk kascing, sehingga lebih
tanaman pionir diperlukan karena daya dukung
tahan terhadap tekanan erosi. Cacing tanah
tanah masih relatif lemah. Tanaman legum
merupakan fauna tanah yang mampu hidup
mampu memanfaatkan N2-udara hasil bersimbio-
relatif lama, ada spesies yang mampu hidup 1-
sis dengan bakteri Rhizobium, dan bahan organik
10 tahun (Coleman and Crossley, 1996).
yang dihasilkan kaya hara N yang merupakan
Peranan biorehabilitasi ini dapat berjalan terus hara makro esensial bagi tanaman dan
menerus dalam kurun waktu yang lama. merupakan faktor pembatas utama pada tanah-
Demikian juga dengan kemampuannya berkem- tanah bukaan baru di kawasan tropika. Dengan
bang biak (reproduksi) secara alami, maka kondisi ini, maka akan mampu mempercepat
sumbangan cacing tanah meningkatkan kesubur- pemulihan kesuburan tanah.
an tanah dan melindungi tanah dari tekanan
Hasil penelitian Munawar (1999) menun-
erosi berlangsung secara terus menerus sesuai
jukkan bahwa pengolahan tanah pada lahan
ketersediaan daya dukung untuk kehidupan
bekas penambangan batubara memberikan
cacing tanah tersebut.
pengaruh meningkatkan pertumbuhan diameter
Untuk memaksimalkan nilai manfaat batang tanaman legum pohon pada umur 10
cacing tanah dapat dilakukan dengan pemberian bulan setelah tanam lebih besar dibandingkan
pakan bahan organik secara vertikal sampai dengan perlakuan inokulasi endomikoriza (Tabel
tanah lapisan dalam. Jelajah cacing tanah akan 4). Hal ini disebabkan tanah awal bekas
masuk ke lapisan lebih dalam, sehingga dapat penambangan memiliki kepadatan tanah tinggi
memperkuat resapan air, menekan erosi tanah, dan populasi mikoriza pada dasarnya telah cukup
dan mendukung organisme tanah lainnya masuk tersedia (Tabel 1). Akibatnya pengolahan tanah
ke dalam tanah. yang mampu menurunkan kepadatan tanah
dapat memberikan pengaruh lebih nyata
Pemanfaatan tanaman legum sebagai tanaman dibandingkan dengan perlakuan inokulasi miko-
pionir revegetasi lahan bekas penambangan risa. Keadaan ini sejalan dengan kondisi tanah
terbuka hasil reklamasi yang miskin hara N dan memiliki
aerasi yang baik pada tanah lapisan bawah,
Untuk mempercepat upaya pemulihan sehingga pertumbuhan akar tanaman legum
kualitas lahan bekas penambangan terbuka, pohon lebih berkembang dan dukungan pasokan
penanaman tanaman penutup tanah hendaknya N tinggi.

92
Subowo G. : Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang

Tabel 4. Pertumbuhan diameter batang tanaman legum pohon setelah 10


bulan reklamasi pada lahan bekas penambangan batubara terbuka
di Bengkulu Utara
Diameter batang umur 10 bulan
No. Perlakuan
Acacia Sengon Turi Rata-rata
............................ cm .............................
I 1.1. Mikoriza 2,91 5,10 7,44 5,15
1.2. Tanpa mikoriza 2,07 4,18 7,60 4,61
II 2.1. Olah tanah 2,90 5,80 8,14 5,61
2.2. Tanpa olah tanah 2,09 3,48 6,91 4,16
Sumber : Munawar (1999)

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan (4) kupasan tanah lapisan atas (topsoil)
pemupukan, penyulaman, pengendalian gulma, ditempatkan kembali pada lapisan atas dengan
penyiangan, serta pemberantasan hama dan ketebalan >20 cm dan diperkaya dengan kapur,
penyakit. Apabila ekosistem lahan telah pupuk organik, pupuk anorganik ataupun pupuk
mencapai kondisi keseimbangan (klimaks) dapat hayati, (5) biorehabilitasi dengan pemberdayaan
ditingkatkan nilai peruntukan lahannya dengan cacing tanah endogaesis dan penanaman
mengembangkan tanaman-tanaman pilihan yang tanaman legum sebagai tanaman pionir, dan (6)
bernilai ekonomi tinggi. Pemilihan vegetasi untuk pemeliharaan tanaman sampai mencapai klimaks
mencapai kondisi klimaks ekosistem baru ekosistem sesuai yang diharapkan.
dengan tingkat erosi rendah, produktivitas
optimum dan lingkungan lestari perlu kiranya
DAFTAR PUSTAKA
dilakukan selektif dengan jenis tanaman yang
tepat, sehingga komponen-komponen pelaku
Anonim. 1999. Undang-Undang Republik
ekosistem sebagai produsen (flora), konsumen Indonesia Nomor 41, Tahun 1999,
(fauna), maupun pengurai (mikroorganisme) tentang Kehutanan.
dapat segera terbentuk.
Barus, A. dan H. Suwardjo. 1986. Pengaruh
kehilangan lapisan atas tanah dan
tanaman penutup terhadap produktivitas
KESIMPULAN Haplorthox di Citayam. Pemberitaan
Penelitian Tanah dan Pupuk 5:37-41.
Penambangan sistem terbuka konvensional
Brata, K.R. 1999. The Introduction of
banyak mengubah bentang lahan dan
Earthworm as Biological Tillage Agent
keseimbangan ekosistem permukaan tanah,
for the Improvement of Soil Physical and
menurunkan kualitas dan produktivitas tanah Chemical Properties in Upland
dan mutu lingkungan. Untuk menghindari Agriculture. Pp 80-85. In Proc. Inter.
dampak negatif tersebut penambangan terbuka Sem. Toward Sustainable Agriculture in
harus ramah lingkungan dengan berorientasi Humid Tropics Facing 21st Century,
pada pelestarian sumberdaya lahan dan hayati Bandar Lampung Indonesia, September
tanah. Hal ini dapat diupayakan dengan: (1) 27-28.
penambangan dilakukan secara blok dengan Coleman, D.C. and D.A. Crossley, Jr. 1996.
dimulai dari lereng paling bawah, (2) reklamasi/ Fundamentals of Soil Ecology. Academic
penimbunan lahan dilakukan secara langsung Press. San Diego. New York. Boston.
setelah selesai penambangan, (3) bentukan London. Sydney. Tokyo. Toronto. Hlm
permukaan lahan dengan terasering dengan lebar 205.
bangku teras datar >5 m, beda tinggi antar Dariah, A., A. Abdurachman, dan D. Subardja.
bangku teras <2 m, kemiringan tebing ±60 %, 2010. Reklamasi Lahan Bekas

93
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011

Penambangan Untuk Perluasan Areal Munawar. 1999. Coal-mine Soil Reclamation


Pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan and Its Possible Agricultural Uses in
4(1)1-12. Bengkulu. Pros. Sem. Toward Sustain-
able Agriculture in Humid Tropics Facing
Enami, Y., H. Shirashi, and Y. Nakamura.1999.
21st Century 107-124.
Use of Soil Animals as Bioindicators of
Various Kinds of Soil Management in Munir. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah.
Northern Japan. JARQ 33:85-89. Pustaka Jaya, Jakarta. Hlm 290.
Fanning, D.S. and M.C.B. Fanning. 1989. Soil Pitty, A.F. (1979). Geography and Soil Proper-
Morphology, Genesis and Classification. ties. Methuen and Co Ltd. Pp101- 114.
John Wiley and Sons. New York/
Richard, B.N. 1978. Introduction to the Soil
Chichaster/Brisbane/Toronto/ Singapore.
Ecosystem. Longman, London and New
Hlm 365.
York. Pp 43-45.
Greb, B.W. and D.E. Smika. 1985. Topsoil
Subardja, D. 2009. Karakteristik dan Potensi
Removal on Chemical and Physical
Lahan Bekas Tambang Timah di Bangka
Properties. Pp 316-327. In Soil Erosion
Belitung untuk Pertanian. Buku I,
and Conservation (Swaify, Moldenhouer,
Semilokanas Inovasi Sumberdaya Lahan,
and Andrew Lo, edts). Soil Conservation
Hlm 189-197.
Society of America 7515, Northeast
Ankeny Road, Ankeny, Iowa, USA, Subardja, D., A. Kasno, Sutono, dan H.
Sosiawan. 2010. Identifikasi dan Karak-
Haryati, U., Haryono, dan A. Abdurachman.
terisasi Lahan Bekas Tambang Timah
1995. Pengendalian Erosi dan Aliran
untuk Pencetakan Sawah Baru di Perlang
Permukaan serta Produksi Tanaman
Bangka Tengah. Buku Panduan: Semnas
Pangan dengan Berbagai Teknik
SDL Pertanian, Bogor, 30 Nopember-1
Konservasi pada Tanah Typic Eutropepts
di Ungaran, Jawa Tengah. Pemberitaan Desember 2010. Hlm 213-216.
Penelitian Tanah dan Pupuk 13:40-50. Subowo. 2002. Pemanfaatan Cacing Tanah
Haryati, U., M. Thamrin, dan Suwardjo. 1989. (Pheretima hupiensis) untuk Meningkat-
Evaluasi Beberapa Model Teras Pada kan Produktivitas Ultisol Lahan Kering.
Tanah Latosol Gumasari. Pross. Pert. Disertasi Program Pasca Sarjana IPB.
Teknis Pen. Tanah Bid. Konservasi Hlm 95.
Tanah dan Air. Hlm 187-195. Sukmana, S. dan S. Abujamin. 1986. Pengaruh
Hermawan, A., A. Phoppy, dan M.D. Pertiwi. Pengolahan Dalam pada Eutropepts
2009. Penanganan Dampak Negatif Bekas Sawah terhadap Sifat Fisik Tanah
Penambangan Timah pada Sistem dan Hasil Tanaman Semusim. Pemberita-
Produksi Pertanian: Tinjauan teoritis an Penelitian Tanah dan Pupuk 5:42-48.
analisis ekonomi. Buku I, Semilokanas Swift, M.J., K.A. Dvorak, K. Mulongoy, M.
Inovasi Sumberdaya Lahan. Hlm 347- Musoko, N. Sanginya, and G. Tian.
362. 1994. The Role of Soil Organisms in The
Hidayati, N. 2000. Degradasi Lahan Pasca Sustainable of Tropical Cropping
Penambangan Emas dan Upaya Rekla- Systems. In Soil Science and Sustainable
masinya: Kasus Penambangan Emas di Land Management in The Tropics ( Syers
Jampang-Sukabumi. Buku I. Hlm 283- and Rimmer, Edts). Cab International in
293. Dalam Pros. Kongres Nasional HITI. Association with The British Society of
Soil Science. Hlm 155-172.
Martin, A. 1991. Short and Long-term Effects of
the Endogeic Earthworm Milsonia ano- Tiunov, A.V., M. Bonkowski, J. Alphei, and S.
mata (Omodeo) (Megascolecidae, Oligo- Scheu. 2001. Microflora, Protozoa and
chaeta) of Tropical Savana, on Soil Orga- Nematoda in Lumbricus terrestris burrow
nic Matter. Biol. Fertil. Soils 11:234- walls: a laboratory experiment. Pedobio-
238. logia 45:46-60.

94

Anda mungkin juga menyukai