Anda di halaman 1dari 28

BAB 4

ANALISIS DAN BAHASAN

4.1 Asda Gambaran Umum Proses Pertambangan

PT. Newmont Nusa Tenggara yang diperoleh pada 1986 memang

memberikan PT Newmont Nusa Tenggara enam area kontrak karya. Dari enam area

tersebut satu area telah dikembalikan kepada pemerintah Indonesia pada tahun 2005,

satu area telah dilakukan kegiatan eksploitasi mulai tahun 2000 dan dua area masih

dalam kegiatan eksplorasi. Kegiatan pertambangan seperti yang dilakukan PT.

Newmont Nusa Tenggara terbagi atas 4 aktivitas utama yaitu eksplorasi,

pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengelolaan lingkungan hidup. Seluruh

kegiatan tersebut bersifat kegiatan yang berkesinambungan dan berlangsung dengan

jangka waktu yang panjang. Rincian Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

4.1.1. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak

dari cadangan mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan

mineralisasi. Kegiatan eksplorasi pertambangan terbagi menjadi 3 aktivitas yaitu :

1. Tahapan Eksplorasi Pendahuluan

Tahap eksplorasi pendahuluan ini hanya dibutuhkan tingkat ketelitian yang

masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan

juga berskala kecil 1:50.000 sampai 1:25.000. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan pada tahap ini adalah:

40
a. Studi Literatur

b. Survei dan Pemetaan

2. Tahapan Eksplorasi Detail

Pada tahapan ini memiliki kegiatan utama melakukan sampling dengan jarak

yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang

bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan

ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara

mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan

cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil

(<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi

lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. PT. Newmont Nusa Tenggara saat ini

telah menyelesaikan tahapan ekplorasi detail. Hasil tahapan ini sedang dalam

proses evaluasi yang akan memutuskan kelanjutan kegiatan eksplorasi PT.

Newmont Nusa Tenggara di Blok Elang.

3. Studi Kelayakan

Pada tahap ini dibuat rencana pelaksanaan kegiatan produksi (eksploitasi),

rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan

rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan

model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui

apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan

menguntungkan atau tidak. Setelah semua perhitungan biaya telah dievaluasi

oleh perusahaan dan keputusan untuk melakukan eksploitasi dibuat oleh

perusahaan, maka selesailah tahapan studi kelayakan.

41
4.1.2. Pengembangan dan Konstruksi

Kegiatan persiapan atau konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum perusahaan

melakukan aktivitas operasi penambangan. Secara umum kegiatan ini terdiri atas

pembangunan fisik tambang dan pengupasan lapisan tanah dalam rangka persiapan

lokasi tambang. Pembangunan fisik tambang antara lain, pembangunan akses jalan

tambang, pelabuhan, perkantoran, bengkel, tempat tinggal karyawan, fasilitas

komunikasi dan pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta

fasilitas pengolahan bahan galian. Kegiatan ini telah dilakukan PT. Newmont Nusa

Tenggara pada tahun 1997 sampai dengan 2000 dalam rangka mempersiapkan lokasi

tambang Batu Hijau memasuki tahapan produksi.

4.1.3. Produksi/Penambangan

Aktivitas Produksi terbagi atas 2 kegiatan utama yaitu operasional

penambangan (Mining) dan Operasional Pengolahan (Process). Kegiatan operasional

penambangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengambil batuan galian dari

lapisan tanah dengan menggunakan teknik pengeboran dan peledakan. Tambang

Batu Hijau adalah operasi tambang terbuka di mana semua mineral berharga

(tembaga, emas dan perak) ditambang dari permukaan tanah dengan menggunakan

pelbagai peralatan tambang seperti alat muat (shovel) dan truk pengangkut.

Kegiatan penambangan diawali dengan kegiatan pengeboran dan peledakan

untuk memudahkan pengambilan bijih. Dengan peledakan, batuan terlepas dari tanah

dengan diameter rata-rata 25 cm. Dengan menggunakan beberapa shovel berukuran

42
besar, batuan dimuat ke dalam truk berkapasitas maksimal 240 ton dan kemudian

diangkut menuju ke dua buah crusher (mesin penghancur). Di crusher, ukuran bijih

batuan diperkecil hingga berdiameter rata-rata kurang dari 15 cm. Bijih kemudian

diangkut ke pabrik pemrosesan mineral, sedangkan batuan berkadar lebih rendah

diangkut ke tempat penampungan, untuk menunggu giliran pemrosesan pada waktu

mendatang.

Kegiatan Pengolahan (Process) dimulai setelah batuan selesai dihancurkan

di crusher. Bijih batuan diangkut dengan ban berjalan sepanjang enam kilometer ke

pabrik pengolahan yang disebut konsentrator. Di konsentrator, mineral berharga

dipisahkan dari batuan pembawa melalui proses penggerusan dan flotasi. Bijih

batuan, setelah dicampur dengan air laut, kemudian digerus menggunakan dua

penggerus yang disebut Semi Autogenous (SAG) mill dan empat buah ball mill.

Setelah keluar dari ball mill, partikel halus yang terkandung dalam slurry kemudian

dipompa ke seperangkat tangki cyclone untuk pemisahan akhir partikel bijih.

Bubur bijih halus dari tangki cyclone dialirkan ke sejumlah tangki untuk

diambil kandungan mineral berharganya. Tangki ini disebut sel flotasi. Proses flotasi

ini tidak menggunakan bahan kimia secara berlebihan sehingga aman dan membantu

meminimalkan dampak lingkungan. Secara fisika, proses ini memisahkan mineral

berharga dari batuan pembawa dengan menggunakan gelembung udara dan reagent

dalam jumlah kecil.

Terdapat dua jenis reagent yang ditambahkan dalam proses flotasi di tangki.

Jenis pertama akan mengikat mineral berharga, sedangkan jenis kedua berfungsi

untuk menstabilkan gelembung yang terbentuk oleh proses pengadukan.


43
Saat gelembung udara naik, mineral berharga atau konsentrat akan ikut

terangkat ke permukaan. Lapisan gelembung ini diselimuti oleh mineral berharga

yang berbentuk seperti pasir. Lapisan yang terapung di permukaan sel flotasi inilah

yang disebut konsentrat.

Tabel 4.1 jenis reagen yag digunakan dalam proses pengapungan PT. NNT

Volume per
Jenis Reagen pemakaian
ton bijih
Untuk mengontrol kadar
Kapur 1,5 - 2,5 kg
pH sampai dengan 8,5
Pemgumpul utama (MBT mercaptobenzo-thiazole +
DTP dthiophosphate) 3 – 4 gram Proses pengapungan

Pengumpul sekunder (amylxanthate) 5 – 10 gram Proses pengapungan

Menstabilisasi
Frother (campuran dari ikatan alcohol dan glycol
15 - 20 gram gelembung udara di
methyl ether)
flotation cells
Sumber : www.ptnnt.co.id

Dari sel flotasi, konsentrat dikirim ke tangki penghilangan kadar garam yang

disebut CCD (counter-current decantation). Di dalam tangki ini air laut dibuang dan

konsentrat dikentalkan dengan cara mengalirkan air tawar secara berlawanan arah.

Air tawar menggantikan air laut dan konsentrat mengendap di dasar tangki.

Konsentrat kemudian mengalir melalui pipa sepanjang 17,6 km menuju ke

fasilitas filtrasi atau penyaringan di Benete. Konsentrat cair ini ditampung dalam

tangki besar dan diaduk terus menerus untuk menghindari terjadinya pengendapan.

Konsentrat kemudian disaring untuk membuang kandungan air dalam konsentrat

sampai dengan 91%, menggunakan udara bertekanan.

Setelah proses penyaringan selesai, konsentrat berbentuk bubuk batuan

halus atau pasir akan disimpan perusahaan di dalam gudang. Konsentrat berikutnya

44
menunggu proses pengapalan yang bertujuan mengirim konsentrat tembaga ke pabrik

peleburan di Jawa Timur, India, Eropa, dan kawasan lainnya. Pemuatan konsentrat

ke kapal (pengapalan) menggunakan fasilitas ban berjalan. Konsentrat akhirnya

dikapalkan ke sejumlah pabrik peleburan dalam negeri maupun ke luar negeri untuk

menjalani proses pemisahan dan pengambilan logam berharga, yaitu tembaga, emas

dan perak.

Sumber : www.ptnnt.co.id

Gambar 4.1 Proses pengolahan batuan galian menjadi konsentrat.

4.1.4. Pengelolaan lingkungan hidup

Aktivitas Pengelolaan lingkungan hidup adalah semua kegiatan yang

diperlukan dalam rangka menjaga, memelihara, memperbaiki, meningkatkan, dan

mengembalikan kondisi daerah pertambangan selama proses ekplorasi, konstruksi,

produksi, dan penutupan tambang. Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup di PT.

Newmont Nusa Tenggara saat ini terdiri dari 2 aktivitas penting, yaitu proses

reklamasi dan pengelolaan waste (sampah) sisa proses pengolahan konsentrat

tembaga.

45
Proses reklamasi di PT. Newmont Nusa Tenggara adalah menggantikan

wilayah alam yang telah dimanfaatkan dan dirusak dalam proses penambangan

dengan wilayah alam baru pada wilayah yang hampir berdekatan dengan waktu yang

tidak jauh berbeda dengan proses eksploitasi. Hal ini dimaksudkan, agar pada akhir

kegiatan eksploitasi penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara tidak perlu

menghabiskan waktu yang lebih panjang dalam proses reklamasi menutup cekungan

agar kondisi alam kembali menjadi seperti sebelum eksploitasi terjadi. Dalam proses

reklamasi, PT. Newmont Nusa Tenggara harus membangun bukit yang baru. Dalam

membangun bukit baru ini PT. Newmont Nusa Tenggara pertama harus melakukan

kajian lingkungan untuk menentukan lokasi dan bentuk dari bukit yang baru.

Kemudian setelah kajian telah selesai, proses pembangunan pun dilakukan secara

terus menerus hingga ditutupnya lokasi tambang. Jadi, perencanaan PT. Newmont

Nusa Tenggara dalam pengelolaan lingkungan hidupnya di kegiatan reklamasi adalah

dengan membangun wilayah alam baru untuk menggantikan wilayah alam yang telah

dieksploitasi perusahaan. Sedangkan lokasi penambangan setelah eksploitasi selesasi

akan dimanfaatkan menjadi danau.

Proses pengelolaan sampah sisa dari pengelohan konsentrat tembaga PT.

Newmont Nusa Tenggara menggunakan proses Deep Sea Tailings Placement. Proses

ini dipilih oleh PT. Newmont Nusa Tenggara dan Pemerintah Republik Indonesia

dalam proses Analisis Dampak Lingkungan yang telah dilakukan sebelum kegiatan

eksploitasi berlangsung di tambang Batu Hijau. Empat faktor utama yang

menyebabkan terpilihnya metode ini adalah :

1. Apabila dilakukan penempatan tailing dilakukan di daratan akan

mempengaruhi 2.310 hektar hutan produktif dan tanah pertanian


46
2. Apabila penempatan tailing dilakukan di daratan dengan curah hujan

yang lebih dari 2500 milimeter akan membuat pengelolaan air sangat

sulit untuk dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara

3. Pembangunan dari saluran pembuangan tailing di sebuah area yang

rawan akan terjadinya gempa dapat mengancam keselamatan

masyarakat sekitar.

4. PT. Newmont Nusa Tenggara menempatkan tailing di laut dengan

kedalaman yang berada di bawah zona yang produktif dan

meminimalisir dampak kepada lingkungan

Dalam pelaksanaannya Deep Sea Tailings Placement terus dilakukan pengawasan

dari PT. Newmont Nusa Tanggara yang bekerja sama dengan P2O-LIPI untuk

memastikan pelaksanaannya telah sesuai dengan perencanaan di model awal dan

mengidentifikasi apabila terdapat dampak yang tejadi tetapi tidak diprediksi

sebelumnya.

4.2 Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Biaya

Eksplorasi

4.2.1 Pengakuan Biaya Eksplorasi

Saat ini, kegiatan eksplorasi PT. Newmont Nusa Tenggara hanya

berlangsung di Blok Elang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Lokasi eksplorasi ini

merupakan bagian dari kontrak karya yang diperoleh pada 1986. Kegiatan ekplorasi

47
saat ini berlangsung pada tingkat yang signifikan. Kegiatan eksplorasi telah

mencapai tahapan pengujian sampel batuan untuk melihat kandungan mineral di

dalam batuannya. Pengujian sampel batuan ini termasuk dalam tahapan eksplorasi

detail (pra kelayakan).

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pertambangan dalam kegiatan

eksplorasi pada suatu periode memiliki 2 pendekatan dalam pencatatannya. Pertama,

perusahaan dapat membebankan seluruhnya pada periode berjalan. Kedua,

perusahaan dapat menangguhkan biaya eksplorasi dan membebankan secara bertahap

pada periode berjalan dan seterusnya selama biaya yang dikeluarkan memenuhi

kriteria dan kebijakan perusahaan.

PT. Newmont Nusa Tenggara saat ini memilih pendekatan unttuk

membebankan secara keseluruhan biaya eksplorasi pada periode berjalan.

Pendekatan ini dianggap cocok oleh pihak PT. Newmont Nusa Tenggara karena

merasa bahwa biaya yang dikeluarkan selama belum ada kepastian terjadinya

kegiatan produksi penambangan yang memberikan manfaat ekonomis bagi PT.

Newmont Nusa Tenggara tidak dapat diakui sebagai aset. Karena itu PT Newmont

Nusa Tenggara mengakui seluruh biaya eksplorasi pada tanggal akrualnya (saat

terjadinya transaksi).

Namun, PT. Newmont Nusa Tenggara pada kegiatan eksplorasi pada tahun

1990-1997 di tambang Batu Hijau mengkapitalisasi biaya yang dikeluarkan menjadi

aset tetap. Hal ini dikarenakan biaya tersebut berupa pembelian peralatan yang

bersifat jangka panjang. Perusahaan melakukan metode depresiasi sesuai dengan

umur peralatan tersebut. Hal ini didapatkan dari hasil pengamatan di Fixed Asset
48
Register. Hal ini berarti PT. Newmont Nusa Tenggara mencatat biaya tersebut

sebagai aset pertambangan. Karena aset tersebut masih bisa dipakai oleh perusahaan

baik pada kegiatan eksplorasi, konstruksi, ataupun produksi. Sedangkan biaya

pengujian dan perizinan tidak ditangguhkan. Biaya tersebut antara lain biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan pengeboran dalam rangka pelaksanaan eksplorasi

detail (studi pra kelayakan), izin usaha pertambangan eksplorasi, biaya upah pekerja

eksplorasi, biaya transportasi dan logistik, dan lain-lain.

4.2.2 Pengukuran, Penyajian dan Penngungkapan Biaya Eksplorasi

PT. Newmont Nusa Tenggara dalam mengukur biaya eksplorasinya

menggunakan metode biaya. Biaya didapatkan dari jumlah cost center (pusat biaya)

eksplorasi. Nilai-nilai tersebut dicatat pada biaya perolehan sesuai dengan jumlah

yang harus dibayarkan untuk mengerjakan kegiatan eksplorasi. Aset eksplorasi yang

dikapitalisasi juga dicatat menggunakan metode biaya perolehan. Aset yang

ditangguhkan pembebanannya kemudian dibebankan pada tiap periode setelah masa

produksi dimulai dengan mendepresiasikannya dengan masa manfaat sepanjang life

of mine.

Tabel 4.2 Tabel Cost Center Biaya Eksplorasi

Account No Cost Pool Account Name

700000 Exploration Elang – General &Administration

705000 Exploration Batu & Other CoW

700010 Exploration Elang – Advanced Project

Sumber : Cost Report (Lampiran L7)

49
Dalam pencatatan keuangannya PT. Newmont Nusa Tenggara di bagian

costing mencatat terlebih dahulu mencatat biaya yang dikeluarkan ke dalam akun

pusat biayanya dengan jurnal :

Dr. Cost Center account US$ xxx

Cr. Account Payable US$ xxx

Pada tiap akhir periode laporan biaya yang sudah finalized dari tiap pusat biaya, akan

dilakukan jurnal penutupan biaya oleh di bagian reporting yang bertujuan menutup

akun-akun pusat biaya dan mengklasifikasikannya ke dalam akun laporan keuangan

dengan jurnal :

Dr. Exploration/Advanced Project Exp US$ xxx

Cr. Cost Center Account US$ xxx

Dalam laporan keuangan biaya ekplorasi disajikan di dalam laporan laba rugi

komprehensif. Dari tiga pusat biaya di atas PT. Newmont Nusa Tenggara

mengklasifikasikan biaya eksplorasi menjadi 2 jenis beban yaitu beban eksplorasi

dan beban proyek pendahuluan. Beban ekplorasi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam tahapan ekplorasi yang bersifat menguji nilai cadangan mineral yang

terkandung di dalam batuan galian. Sedangkan beban proyek pendahuluan adalah

biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka memulai kegiatan eksplorasi

sebelum cadangan mineral terbukti dan mendukung kegiatan utama eksplorasi seperti

akomodasi bagi para pekerja. Jika dilihat dari pembagian tersebut maka sebenarnya

beban eksplorasi adalah biaya yang memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi menjadi

aset eksplorasi dan evaluasi. Sedangkan beban proyek pendahuluan adalah biaya

yang tidak memenuhi kriteria tersebut. Maka dari itu beban proyek pendahuluan

harus dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif.


50
Dari penjelasan di atas maka PT. Newmont Nusa Tenggara memilih untuk

menyajikan kedua jenis biaya eksplorasi dalam laporan laba rugi komprehensif. Hal

ini terlihat dari gambar berikut merupakan potongan dari laporan laba rygi

komprehensif PT. Newmont Nusa Tenggara yang menunjukkan penyajian beban

eksplorasi.

Gambar 4.2 Penyajian beban eksplorasi di laporan laba rugi komprehensif

Sumber : Laporan Laba Rugi Komprehensif PT NNT 2012 (Lampiran L14)

Pada penyajiannya, kedua beban tersebut ditampilkan sebagai kelompok

beban eksplorasi. PT. Newmont Nusa Tenggara menggabungkan kedua beban

tersebut dalam penyajiannya karena kedua beban tersebut memiliki nature yang

sama. Penjelasan dari pembagian jenis biaya eksplorasi diperoleh dari keterangan

yang diberikan bagian akuntansi PT. Newmon Nusa Tenggara. Dari keterangan

pihak PT. Newmont Nusa Tenggara peneliti mendapatkan keterangan bahwa total

dari beban eksplorasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kurang lebih

USD 32.000.000 pada tahun 2012

Pengungkapan mengenai biaya eksplorasi di dalam catatan atas laporan

keuangan (notes) hanya menjelaskan mengenai kebijakan akuntansi yang dibuat

perusahaan mengenai pengeluaran yang terjadi pada aktivitas eksplorasi. Dalam

catatan atas laporan keuangan dijelaskan bahwa perusahaan baru akan melakukan

51
kapitalisasi biaya yang dikeluarkan pada tahapan eksplorasi apabila PT. Newmont

Nusa Tenggara sudah memiliki kepastian akan kegiatan eksploitasi di masa akan

datang akan mendatangkan manfaat ekonomi bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat

dari catatan nomor 2 di dalam laporan keuangan mengenai kebijakan dan estimasi

perusahaan mengenai kegiatan eksplorasi.

4.2.3 Kesesuaian dengan PSAK 64 tahun 2011

Berdasarkan PSAK 64 halaman 64.2 paragraf 05, PT. Newmont Nusa

Tenggara dapat menangguhkan biaya eksplorasi tersebut menjadi aset eksplorasi dan

evaluasi. Namun, PT. Newmont Nusa Tenggara mengambil keijakan akuntansi

secara konsisten untuk tidak menangguhkan biaya eksplorasi. Artinya, PT. Newmont

Nusa Tenggara tidak pernah mengakui aset eksplorasi dan evaluasi. PT. Newmont

Nusa Tenggara hanya menangguhkan biaya dari tahap pengembangan dan

konstruksi. Jika kita melihat dalam PSAK 64 paragraf 6, yang mengatur

pengembangan kebijakan akuntansi sehubungan dengan pengakuan aset eksplorasi

dan evaluasi yang mengacu ke PSAK 25 paragraf 10, memberi keleluasaan kepada

perusahaan untuk mengembangkan kebijakan dan estimasi akuntansi yang sesuai

dengan pertimbangan manajemen selama kebijakan dan estimasi yang dipakai

memberikan informasi yang relevan dan andal. Ini sejalan dengan tujuan laporan

keuangan yang tercantum di dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan

Keuangan. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang relevan

dengan kondisi perusahaan.

Apabila PT. Newmont Nusa Tenggara mengkapitalisasi biaya yang

dikeluarkan pada tahapan eksplorasi maka biaya yang dibebankan menjadi lebih

kecil. Akibat dari kebijakan tersebut adalah nilai laba bersih dan total aset

perusahaan akan bertambah besar. Karena biaya eksplorasi yang harus dibebankan
52
dalam laporan keuangan tidak seluruhnya. Biaya yang dibebankan dalam kelompok

beban eksplorasi adalah beban proyek pendahuluan saja. Sedangkan biaya eksplorasi

yang dapat dikapitalisasi tidak diklasifikasikan sebagai beban eksplorasi. Namun,

setiap tahun PT. Newmont Nusa Tenggara harus melakukan pengukuran ulang (uji

penurunan nilai). Apabila terdapat kerugian akibat dari penurunan nilai maka

disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif.

Apabila kita bandingkan kondisi riil yang terjadi di PT. Newmont Nusa

Tenggara dengan kemungkinan pilihan kebijakan yang digambarkan di atas maka

akan terdapat selisih untuk nilai laba bersih tahun 2012. Namun, pada tahun 2013

perusahaan harus menguji penurunan nilai dari aset eksplorasi dan evaluasi. Apabila

nantinya dari pengujian tersebut nilai aset turun, maka kerugian dari penurunan aset

akan dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif 2013. Hal ini pada akhirnya

akan membuat nilai laba ditahan perusahaan sama, baik dengan cara dibebankan

seluruhnya di tahun 2012 maupun dengan kapitalisasi aset.

Perbedaan yang signifikan dari pilihan kebijakan akuntansi ini adalah tujuan

dari dibuatnya laporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan berdasarkan

Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan adalah untuk

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berdasarkan definisi tersebut, jika kita

melihat sifat dari PT. Newmont Nusa Tenggara yang merupakan perusahaan yang

tidak terdaftar di bursa, maka pemangku kepentingan yang berpengaruh adalah

pemerintah, pemegang saham, kreditur, dan masyarakat sekitar. Pemerintah,

pemegang saham, dan kreditur mengutamakan kinerja operasional maka dari itu

selama laporan keuangan yang dibuat telah menyajikan data yang relevan dan sesuai

53
dengan standar akuntansi serta aturan pemerintah yang ada maka laporan keuangan

telah menyediakan informasi yang bermanfaat dalam proses penilaian dan evaluasi

PT. Newmont Nusa Tenggara. Informasi yang dinilai penting bagi pihak masyarakat

sekitar tambang juga didasarkan pada laporan keuangan. Hal yang spesifik dalam

laporan keuangan dan menjadi perhatian masyarakat adalah nilai dari tanggung

jawab sosial yang telah diberikan perusahaan sesuasi dengan manfaat ekonomis yang

diperoleh PT. Newmont Nusa Tenggara dari kegiatan penambangan. PT. Newmont

Nusa Tenggara telah melakukan analisis dan pelaporan dari dampak sosial perihal

keberadaan PT. Newmont Nusa Tenggara dan hubungannya dengan masyarakat

sekitar. Laporan tersebut telah dipublikasikan PT. Newmont Nusa Tenggara secara

terbuka.

Karena PT. Newmont Nusa Tenggara tidak mengutamakan investor dalam

tujuan dibuatnya laporan keuangan maka penyajian dan pengungkapan di laporan

keuangan juga dilakukan sesuai dengan yang diwajibkan untuk diungkapkan. Hal ini

disebabkan PT. Newmont Nusa Tenggara tidak memiliki kewajiban untuk

menyajikan dan mengungkapkan informasi tambahan untuk kebutuhan investor.

Oleh sebab itu, dalam menyajikan dan mengungkapkan informasi mengenani

kegiatan eksplorasi di laporan keuangannya PT. Newmont Nusa Tenggara telah

sesuai dengan PSAK 64 tahun 2011.

4.3 Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Biaya

Pengupasan Lapisan Tanah

4.3.1 Pengakuan dan Pengukuran Biaya Pengupasan Lapisan Tanah

Kegiatan pengupasan lapisan tanah di PT. Newmont Nusa Tenggara terjadi

pada 2 kegiatan, yaitu pengembangan dan produksi. Kegiatan pengembangan di PT.


54
Newmont Nusa Tenggara terjadi pada tahun 1997 sampai dengan awal tahun 2000.

Pada kegiatan pengembangan biaya pengupasan lapisan tanah diakui menjadi aset

deferred mine development cost. Aset ini kemudian akan didepresiasi tiap periode

sesuai dengan perkiraan masa manfaat tambang hingga akhir tahun 2031. Aset ini

diukur menggunakan metode biaya perolehan.

PT. Newmont Nusa Tenggara dalam kegiatan produksi (eksploitasi) juga

harus melakukan pengupasan lapisan tanah. Biaya pengupasan lapisan tanah pada

masa produksi diakui sebagai surface mining cost. Nilai biaya yang dibebankan

adalah hasil dari

Actual surface mining cost – addition/(deduction) deffered stripping asset

Atau

Dari rumus di atas nilai actual surface mining cost didapatkan dari rincian dalam

pusat biaya berikut :

1. Mine Operations

- Mining Surface – Adm./Srv. – Mine Training

- Mining Surface – Adm./Srv. – Load & Haul Adm & Gen

- Mining Surface – Loading - Gen - Ops

- Mining Surface – Hauling - Gen - Ops

- Mining Surface – Road Works – Gen - Ops

- Mining Surface – Road Works – Dozing - Ops

- Mining Surface – Road Works – Grading - Ops


55
- Mining Surface – Road Works – Dust Supression – Ops

2. Mine Maintenance

- Mining Surface – Drilling – Maintenance

- Mining Surface – Loading - Gen - Maintenance

- Mining Surface – Hauling - Gen - Maintenance

- Mining Surface – Road Works – Gen - Maintenance

- Mining Surface – Road Works – Dozing - Maintenance

- Mining Surface – Road Works – Grading - Maintenance

- Mining Surface – Road Works – Dust Supression – Maintenance

- Mining Surface – MWM – Gen - Maintenance

- Mining Surface – MWM – Dewatering - Maintenance

- Mining Surface – MWM – Phase II – Pump Sys Maintenance

3. Mine Water Management

- Mining Surface – MWM – Gen - Ops

- Mining Surface – MWM – Dewatering - Ops

- Mining Surface – MWM – Phase II – Pump Sys Ops

4. Engineering & Geology

- Mining Surface – Adm./Srv. – Engineering - Gen

- Mining Surface – Adm./Srv. – Geology - Gen

5. Civil construction

- Mining Surface – Adm./Srv. – Civil Construction - Gen

56
6. Mine operation Drill-Blast

- Mining Surface – Drill - Gen - Ops

- Mining Surface – Blast - Gen - Ops

7. Fleet Management

- Maint – W/Shop – Mobile Equip - Maint

- Maint – W/Shop – Utilities - Roads – Maint

- Maint – W/Shop – Mobile Equip w/Allocation

Total dari rincian pusat tersebut dalam proses pencatatannya akan dicatat bagian

costing dengan jurnal :

Dr. Cost Center account US$ xxx

Cr. Account Payable US$ xxx

Setelah mendapatkan nilai dari actual surface mining cost maka yang berikutnya

perlu dicari adalah addition/(deduction) deffered stripping asset mengunakan

persamaan :

Dari metode pengukuran di atas, pada tahun 2012 PT. Newmont Nusa tenggara harus

mengakui deferred stripping asset karena nilai rasio aktual jauh lebih besar

dibanding rasio rata-rata. Sedangkan untuk menghitung stripping ratio baik average

atau pun actual adalah dengan cara :

57
4.3.2 Penyajian dan Pengungkapan Biaya Pengupasan Lapisan Tanah

PT. Newmont Nusa Tenggara menyajikan informasi mengenai pengupasan

lapisan tanah di dalam laporan keuangan di dua laporan, yaitu laporan posisi keungan

dan laporan laba rugi komprehensif. Untuk biaya pengupasan tanah yang terjadi dari

pengupasan lapisan tanah awal maka PT. Newmont Nusa Tenggara menyajikan aset

deferred mine development cost dalam laporan posisi keuangan bagian aset tidak

lancar.

Dalam pembebanan ke dalam laporan keuangan maka PT. Newmont Nusa

Tenggara membebankan biaya pengupasan lapisan tanah ke dalam surface mining

cost. Surface mining cost adalah komponen dalam perhitungan cost applicable to

sales (CAS).

Jika nilai actual stripping ratio lebih besar dari average stripping ratio

maka akan diklasifikasikan sebagai Deferred Stripping Asset. Sebaliknya apabila

actual stripping ratio lebih kecil dari average stripping ratio maka akan

diklasifikasikan sebagai Advanced Stripping cost liabilities di bagian kewajiban

jangka panjang. Dalam mencatat kedua akun tersebut dalam laporan keuangan PT.

Newmont Nusa Tenggara menggunakan metode bersih.

Kemudian pada tiap akhir periode laporan biaya yang sudah finalized dari

tiap pusat biaya akan ditutup menggunakan jurnal penutupan biaya oleh bagian

reporting yang bertujuan menutup akun-akun pusat biaya dan mengklasifikasikannya

ke dalam akun laporan keuangan dengan jurnal :

58
Dr. CAS-Surface mining cost US$ xxx

Cr. Cost Center Account US$ xxx

Sedangkan pada akhir periode ada peninjauan ulang sesuai kebijakan

akuntansi di atas maka dijurnal :

Dr. Deferred Stripping Asset US$ xxx

Cr. CAS-Surface Mining cost US$ xxx

(apabila nilai rasio pengupasan aktual lebih besar dari rasio pengupasan rata-rata,

apabila yang terjadi sebaliknya maka jurnalnya dibalik)

Gambar 4.3. Laporan Laba rugi komprehensif 2012 (bagian cost applicable to sales)
Sumber : Laporan Laba rugi Komprehensif PT NNT 2012 (lampiran L14)

Gambar 4,4. Laporan posisi keuangan 2012 (bagian deffered stripping asset)
Sumber : Laporan Posisi Keuangan Komprehensif PT NNT 2012 (lampiran L13)

59
4.3.3 Kesesuaian dengan PSAK 33 (revisi 2011)

Biaya pengupasan lapisan tanah dalam PSAK 33 paragraf 6 dibedakan

menjadi dua yaitu biaya pengupasan lapisan tanah awal dan biaya pengupasan

lapisan tanah lanjutan. Biaya pengupasan tanah awal diakui sebagai beban

tangguhan. Sedangkan biaya pengupasan lapisan tanah lanjutan diakui sebagai beban

pada periode berjalan. PT. Newmont Nusa Tenggara dalam mengakui kedua jenis

biaya tersebut telah mengikuti PSAK 33. Dalam PSAK 33 paragraf 7 juga dijelaskan

tentang pengakuan biaya pengupasan lapisan tanah lanjutan ditangguhkan apabila

rasio pengupasan aktual jauh lebih besar daripada rasio pengupasan rata-rata. Revisi

PSAK 33 pada tahun 2011 menyebabkan metode perhitungan biaya pengupasan

tangguhan sedikit berubah. Hal ini menyebabkan penyesuaian terhadap nilai

Deferred stripping asset senilai hampir USD 40.000.000. Hal ini berdasarkan

keterangan dari pihak akuntansi PT. Newmont Nusa Tenggara dan jurnal yang dibuat

untuk menyesuaikannya beserta kertas kerja yang diperlihatkan oleh PT. Newmont

Nusa Tenggara. Penyesuaian ini juga menyebabkan nilai dari cost applicable to sales

(CAS) menjadi lebih kecil.

Perubahan dalam perhitungan dari cara perhitungan terjadi pada angka

copper equivalent actual yang dipakai dalam perhitungan rasio pengupasan aktual.

Pada tahun 2011, angka copper quivalent actual didapatkan dari nilai historis. Nilai

historis artinya copper quivalent actual dihitung dari selisih antara estimasi copper

quivalent yang didapatkan dari cadangan terbukti saat pertama pengupasan dilakukan

dengan jumlah tembaga dan ekivalennya yang telah digali sampai pada periode

berjalan. Sedangkan pada tahun 2012, copper equivalent actual didapatkan dari

60
perhitungan ulang atas nilai cadangan terbukti yang masih dapat digali sampai

kegiatan eksploitasi selesai.

Perubahan metode yang dipakai oleh PT. Newmont Nusa Tenggara sesuai

dengan karakteristik dari pelaporan keuangan yang tercantum dalam Kerangka Dasar

Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan mengenai penyajian yang wajar. Dengan

menggunakan metode perhitungan yang baru pada 2012 PT. Newmont Nusa

Tenggara telah melakukan penilaian ulang dalam jumlah manfaat ekonomis yang

dapat diperoleh oleh perusahaan dari aktivitas pada masa akan datang. Hal ini

membuktikan bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara menyajikan laporan keuangannya

telah memenuhi karakteristik penyajian yang wajar. Hal ini juga sesuai dengan

akuntansi nilai wajar. Dalam prinsip akuntansi nilai wajar perusahaan menyajikan

informasi keuangannya berdasarkan kondisi terkini. Dengan melakukan pengukuran

berdasarkan nilai copper equivalent terkini maka PT. Newmont Nusa Tenggara telah

menyajikan informasi dengan nilai wajarnya.

4.4 Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Biaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup

4.4.1 Pengakuan dan Pengukuran Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Biaya pengelolaan lingkungan hidup terbagi atas 2 aktivitas. Pertama, biaya

lingkungan yang ditaksir dari aktivitas pra produksi dikapitalisasi menjadi aset

(beban tangguhan) dalam bentuk aset berwujud dan didpresiasikan. Setiap periode

aset tetap tersebut didepresiasikan. PT Newmont Nusa Tenggara membagi aset

tersebut menjadi 2, yaitu aset yang berasal dari kegiatan penambangan dan

61
pengolahan. Maka dari itu terdapat 2 cara depresiasi. Untuk aset yang dikaitkan

dengan penambangan dilakukan depresiasi sesuai unit activity produced sedangkan

dari aktivitas pengolahan dilakukan depresiasi menggunakan metode garis lurus dan

umur ekonomisnya sebesar umur alat pengolahan.

Kedua, biaya lingkungan yang terjadi dari aktivitas produksi yang langsung

dibebankan dalam periode berjalan. Selain itu, PT. Newmont Nusa Tenggara

melakukan penaksiran (provisi) atas biaya lingkungan yang harus dikeluarkan

perusahaan atas kegiatan operasi saat ini sebagai kewajiban.

PT. Newmont Nusa Tenggara mengkapitalisasi biaya lingkungan pra

produksi dan diklasifikasikan sebagai plant, property, and equipment dan

kewajibannya di Reclamation and closure liabilities. Perusahaan juga melakukan

provisi pada tiap periode yang terkait kewajiban yang harus dikeluarkan perusahaan

pada masa akan datang akibat dari kegiatan operasinya saat ini. Perusahaan

mengklasifikasikan sebagai Reclamation and closure liabilities. Dan membebankan

kenaikkannya di laporan laba rugi komprehensif pada akun Accretion expenses.

Untuk biaya lingkungan yang berlangsung pada periode berjalan maka diawali

dengan sistem yang sama dengan 2 biaya sebelumnya. Biaya lingkungan tersebut

dilihat dari pengadaan barang dan jasa yang dan dicatat terlebih dahulu dalam pusat

biayanya yang terdiri dari :

- Site G&A - Environment – Gen – Admin

- Site G&A - Environment – Compliance – Ops

- Site G&A - Environment – Reclamations – Ops

62
Bentuk jurnalnya adalah sebagai berikut :

Dr. Cost Center account US$ xxx

Cr. Account Payable US$ xxx

Kemudian pada tiap akhir periode laporan biaya yang sudah finalized dari

tiap pusat biaya akan ditutup menggunakan jurnal penutupan biaya oleh bagian

reporting yang bertujuan menutup akun-akun pusat biaya dan mengklasifikasikannya

ke dalam akun laporan keuangan dengan jurnal :

Dr. CAS-Overhead US$ xxx

Cr. Cost Center Account US$ xxx

Akun pusat biaya yang ditutup ke overhead adalah Site G&A - Environment

– Gen – Admin dan Site G&A - Environment – Compliance – Ops

Untuk taksiran biaya yang akan dikeluarkan pada masa akan datang akibat

dari aktivitas pra produksi dicatat sebagai aset (beban tangguhan) di dalam akun

Asset Retirement Cost (ARC). Aktivitas ini terjadi pada proses pra produksi tambang.

Contoh jurnalnya adalah :

Dr. Plant, Property, and Equipment - ARC US$ xxx

Cr. Reclamation and closure liabilitites US$ xxx

Setiap periode aset tetap tersebut didepresiasikan. Karena itu harus dijurnal

63
Dr. Depreciation Expense US$ xxx

Cr. Accumalated Depreciation - ARC US$ xxx

Selain itu setiap akhir periode PT. Newmont Nusa Tenggara melakukan

revaluasi atas nilai Asset Retirement Cost. Umumnya nilai Asset Retirement Cost

mengalami kenaikan maka diperlukan jurnal penyesuaian terhadapat harga perolehan

ARC:

Dr. Plant, Property, and Equipment – ARC US$ xxx

Cr. Reclamation and closure liabilitites US$ xxx

Untuk taksiran biaya lingkungan yang akan dikeluarkan akibat dari operasi

saat ini dicatat sebagai beban dan kewajiban (provisi) dengan jurnal :

Dr. Accretion expense US$ xxx

Cr. Reclamation and closure liabilities US$ xxx

Jurnal di atas dicatat setiap bulan pada nilai yang sama. Penilaian provisi

dilakukan setiap awal periode yang dilakukan oleh penilai profesional yang

memprediksi provisi yang harus dikeluarkan akibat dari operasi perusahaan satu

periode ke depan. Accretion expense berasal dari perhitungan perkiraan yang dimiliki

pihak manajemen (didapatkan dari arus kas diskonto) yang kemungkinan besar

perusahan keluarkan pada masa akan datang.

Ketika biaya yang ditaskir tersebut terealisasi pada periode berjalannya

maka akan dijurnal :

64
Dr. Reclamation and closure liabilities US$ xxx

Cr. Cost Center Account US$ xxx

Akun pusat biaya yang terkait provisi di atas adalah Site G&A -

Environment – Reclamations – Ops dan akun dari pusat biaya mining yang terjadi

pada proyek dry season dan terkait dengan kegiatan reklamasi.

Pada praktiknya PT. Newmont Nusa Tenggara mengklasifikasikan

Reclamation and closure liabilities menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka

panjang di dalam laporan posisi keuangan berdasarkan rencana kerja yang akan

dilakukan dalam periode yang ada.

Pada tiap akhir tahun PT. Newmont Nusa Tenggara akan melihat apakah

biaya aktual selama satu tahun telah sama dengan provisi yang telah diklasifikasikan

menjadi kewajiban jangka pendek. Apabila terdapat selisih kelebihan kewajiban

maka kewajiban yang tersisa tersebut akan diklasifikasi kembali menjadi kewajiban

jangka panjang dan begitu juga sebaliknya.

4.4.2 Penyajian dan Pengungkapan Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Biaya yang dibebankan langsung pada periode berjalan diklasifikasikan

menjadi overhead. Akun ini dibutuhkan dalam perhitungan cost applicable to sales

pada laporan laba rugi komprehensif. Taksiran (provisi) biaya lingkungan

terakumulasi di akun Reclamation and closure liabilitites dan disajikan di laporan

posisi keuangan dan penambahan taksiran biaya dari periode berjalan dibebankan

dalam laporan keuangan menjadi accretion expense di laporan laba rugi

65
komprehensif. Taksiran dari accretion expense yang akan dibebankan pada satu

periode ke depan dilakukan setiap akhir periode sebelumnya. Sedangkan untuk

taksiran biaya lingkungan yang harus dikeluarkan akibat dari kegiatan pra produksi

dikapitalisasi sebagai aset dan diklasifikasikan ke dalam akun ARC (Asset

Retirement Cost) yang merupakan kelompok akun dari Plant, Property, and

Equptment –net pada laporan posisi keuangan. Hasil depresiasi dari aset tetap

termasuk dalam beban depresiasi di dalam laporan keuangan. Setiap akhir periode

dilakukan revaluasi atas nilai asset retirement cost dan asset retirement obligations

(termasuk dalam reclamation and closure liabilities).

Gambar 4.5. Laporan posisi keuangan 2012 (bagian PPE dan Reclamation liablitites)
Sumber : Laporan Posisi Keuangan PT NNT 2012 (lampiran L13)

Gambar 4.6. Laporan Laba rugi komprehensif 2012 (bagian accretion expenses)
Sumber : Laporan Laba rugi Komprehensif PT NNT 2012 (lampiran L14)

66
4.4.3 Kesesuaian dengan PSAK 33 (revisi 2011)

Dalam PSAK 33 tahun 2011 biaya pengelolaan lingkungan hidup diatur

mulai dari paragraf 8 hingga paragraf 14. PSAK 33 paragraf 8 mengatur mengenai

pengakuan taksiran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada masa sebelum kegiatan

eksplorasi dimulai. Sesuai standar yang ada maka taksiran biaya diakui sebagai

beban tangguhan. Di PT. Newmont Nusa Tenggara taksiran biaya ditaksir pada masa

pra produksi yang diakui sebagai asset retirement cost dan kewajiban yang timbul

dari taksiran biaya diakui sebagai Reclamation and closure liabilities.

Taksiran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada masa produksi sesuai

PSAK 33 paragraf 9 diakui sebagai beban pada periode berjalan. PT. Newmont Nusa

Tenggara telah mengakui beban tersebut sebagai accretion expenses dan juga

mengakui kewajibannya sebagai reclamation and closure liabilities.

Dalam pengungkapan sehubungan dengan biaya pengelolaan lingkungan

hidup PT. Newmont Nusa Tenggara telah mengungkapkan kebijakan akuntansi yang

diambil dalam rangka pencatatan keuangannya. Hal tersebut tercantum dalam catatan

nomo 2 atas laporan keuangannya. Sehubungan dengan penambahan dan

pengurangan taksiran biaya pengelolaan lingkungan hidup telah diungkupakan dalam

catatan nomor 11 atas laporan keuangan PT. Newmont Nusa Tenggara.

67

Anda mungkin juga menyukai