Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Radiokimia

MATERI:
ANALISIS PENGENCERAN RADIOISOTOP

Disusun oleh :

Nama : Gea Fitria


NIM : 011300383
Prodi : Teknik kimia Nuklir
Semester : IV
RekanKerja : Irianto Rizaldi
Asisten : Maria Christina P

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
Analisis Pengenceran Radioisotop

A. TUJUAN
1. Menggambarkan prinsip-prinsip metode pengenceran radioisotop dan
mengaplikasikannya dalam prosedur-prosedur analisis.
2. Menganalisis jumlah massa I dengan teknik pengenceran radioisotop dalam sampel yang
mengandung Cl- dan Br-

B. DASAR TEORI
Isotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor atom yang sama -
jumlah proton di nukleus, tetapi dengan massa atom yang berbeda karena mereka memiliki
jumlah neutron yang berbeda. Kata isotop, berarti di tempat yang sama, berasal dari fakta
bahwa seluruh isotop dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama dalam tabel periodik.
Secara bersama, isotop-isotop dari unsur-unsur membentuk suatu set nuklida. Sebuah nuklida
adalah satu jenis tertentu nukleus atom, atau lebih umum sebuah gabungan proton dan
neutron. Lebih tepat lagi untuk mengatakan bahwa sebuah unsur seperti fluorine terdiri dari
satu nuklida stabil dan bukan dia memiliki satu isotop stabil. Dalam nomenklatur ilmiah,
isotop (nuklida) dispesifikasikan berdasarkan nama unsur tertentu dan jumlah nukleon (proton
dan neutron) dalam nukleus atom (misal, helium-3, karbon-12, karbon-14, besi-57, uranium-
238). Dalam bentuk simbolik, jumlah nukleon ditandakan sebagai sebuah prefik naik-ke-atas
terhadap simbol kimia (misal, 3He, 12C, 14C, 57Fe, 238U).
Berdasarkan aktivitasnya, isotop terbagi dua yaitu isotop stabil dan isotop radioaktif.
Dalam penyimpanannya, isotop stabil biasanya diberi identitas kotak berwarna abu sebagai
penanda bahwa isotop itu stabil. Label itu harus memuat informasi lambang atom, nomor
massa, persen kelimpahan, dan massa isotopnya. Isotop radioaktif, selain alami ditemukan di
alam, ternyata juga bisa didapatkam melalui buatan.
Analisis pengenceran isotop digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dengan cara
menambahkan zat radioaktif yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan sudah diencerkan ke
dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Senyawa yang digunakan memiliki sifat yang
identik dengan senyawa yang akan dianalisis. Pada analisis pengenceran isotop, kedalam
suatu larutan yang akan dianalisis ditambahkan suatu larutan yang mengandung suatu spesi
radioaktif yang diketahui jumlahnya dan zat yang tidak diketahui. Kemudian zat tersebut di
pisahkan, lalu keradioaktifannya ditentukan. Dalam tataran analisis, analisis pengenceran
Isotop adalah teknik untuk meningkatkan presisi dan akurasi dari analisis kimia.
Metode Langsung
Penentuan senyawa stabil dengan teknik pengenceran menggunakan senyawa
radioaktif. Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah senyawa non-radioaktif atau
komponen senyawa tak bertanda (untagged contituent) dalam campuran senyawanya tidak

1
dapat dipisahkan secara konvensional. Dapat diaplikasikan untuk senyawa organik dan
anorganik.

Pengenceran Radioisotop
Pengenceran isotop adalah pengenceran bahan target yang dilakukan dengan
menambahkan isotopnya. Pengenceran isotop digunakan untuk mengurangi cacat radiasi dan
analisis yang memanfaatkan perubahan rasio isotop. Untuk mengurangi cacat radiasi akibat
penyerapan radioisotop ke dalam tubuh, konsentrasinya diencerkan dengan menyerap isotop
stabil dan dikeluarkan dari tubuh. Misal, bila iodium radioaktif diserap ke dalam tubuh maka
setelah 24 jam sekitar 20% jumlahnya akan masuk ke dalam tiroid dan sisanya setelah
terdistribusi ke seluruh tubuh segera dikeluarkan melalui urin. Bila sebelumnya telah
menggunakan iodium stabil maka konsentrasi iodium di dalam tiroid menjadi lebih tinggi dan
waktu paro biologisnya menjadi lebih pendek.
Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat dilakukan dengan cara
menambahkan zat radioaktif yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan sudah diencerkan ke
dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Senyawa yang digunakan memiliki sifat yang
identik dengan senyawa yang akan dianalisis. Pada analisis pengenceran isotop, kedalam
suatu larutan yang akan dianalisis ditambahkan suatu larutan yang mengandung suatu spesi
radioaktif yang diketahui jumlahnya dan zat yang tidak diketahui. Kemudian zat tersebut di
pisahkan, lalu keradioaktifannya ditentukan.
Dalam tataran analisis, analisis pengenceran Isotop adalah teknik untuk meningkatkan
presisi dan akurasi dari analisis kimia. Pertama, jumlah yang diketahui dari suatu isotop
ditambahkan ke sampel. Misalnya, untuk menentukan jumlah timbal dalam sampel, diketahui
jumlah Pb-204, salah satu isotop timbal, dapat ditambahkan. Kelimpahan isotop alami dari
timah adalah 204 (1,8%), 206 (22,1%), 207 (24,2%), dan 208 (52,1%). Komposisi isotop
sampel akan sedikit berubah. Kemudian, dengan mengukur isotop masing-masing, jumlah
timbal dalam sampel asli dapat dihitung. Dalam khas kromatografi gas analisis, pengenceran
isotop dapat mengurangi kesalahan injeksi dari 5% menjadi 1%. Hal ini juga dapat digunakan
dalam spektrometri massa (biasanya disebut sebagai pengenceran isotop spektrometri massa
atau IDMS), di mana rasio isotop dapat ditentukan dengan presisi biasanya lebih baik dari
0,25%. Sebuah bentuk yang sedikit berbeda dari pengenceran isotop dapat digunakan untuk
menentukan komposisi radioaktif sampel. Misalnya dengan menambah jumlah isotop
radioaktif dalam sampel dan kemudian perubahan radioaktivitasnya diukur sehingga jumlah
isotop dalam sampel asli dapat dihitung.
Proses analisis pengenceran isotop secara umum adalah analisis campuran senyawa
berdasarkan jenis cuplikan, yaitu dengan suatu komponen yang telah diketahui aktivitas
jenisnya; penentuan kuantitatif senyawa dalam campuran yang rumit dapat dilaksanakan
dengan menambahkan senyawa bertanda dengan keaktifan jenis dan jumlah yang diketahui
dengan teliti; untuk maksud ini harus digunakan senyawa bertanda dengan sifat yang identik
dengan senyawa yang akan ditentukan; bila senyawa yang akan ditentukan dapat dipisahkan

2
dalam keadaan murni, tetapi tidak perlu diperoleh hasil pemisahan yang kuantitatif, maka
kadar senyawa yang dimaksud dapat ditentukan dengan membandingkan keaktifan jenis
sebelum dan sesudah pemisahan. Kebalikan dari cara ini sering dinamakan kebalikan
pengenceran isotop, merupakan penambahan isotop mantap ke dalam isomer radioaktif yang
akan ditentukan kadarnya.
Secara umum kegunaan analisis pengenceran isotop adalah untuk mengurangi cacat
radiasi akibat penyerapan radioisotop ke dalam tubuh dan anlisis yang memanfaatkan
perubahan radioisotop dalam berbagai bidang aplikasi seperti bidang hidrologi, kesehatan,
geologi, biokimia dan kimia analisis yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Aplikasi analisi pengenceran isotop awalnya dilakukan oleh ahli biokimia untuk
menganalisis campuran kompleks dari senyawa organik. Hal ini dilakukan untuk memastikan
stabilitas senyawa berlabel dan ketahanan untuk pertukaran isotopik reaksi. Nitrogen-15-label
glisin misalnya, dapat digunakan untuk menentukan glisin dalam campuran asam amino yang
diperoleh dari protein. Deuterium-glisin label tidak dapat digunakan jika isotop deuterium
yang melekat pada atau amino glisin memiliki gugus karboaksil, karena di lokasi deuterium
diketahui mengalami reaksi pertukaran dengan hidrogen pada pelarut atau dalam asam amino
lainnya.. Deuterium sangat berguna dalam analisis isotop unsur di mana total hidrogen atau
konsentrasi hidrogen tukar yang diinginkan juga.
Aplikasi teknik pengenceran isotop juga telah ditemukan di geologi, ilmu nuklir, dan
ilmu material. Aplikasi ini umumnya berfokus pada sensitivitas yang sangat tinggi yang dapat
dicapai dengan teknik ini . Isotop argon, uranium, timah, thorium, strontium, dan rubidium
telah digunakan dalam penentuan umur geologi mineral dan meteorit. Untuk meminimalkan
kesalahan dalam pengukuran sensitivitas, analisis pengenceran isotop uranium telah dilakukan
ke dalam 4 bagian 10 12 dan pada Thorium untuk 8 bagian dalam 10 9.. Pada studi di geologi
dan ilmu nuklir pengenceran isotop dilakukan untuk menentuan jumlah jejak radiogenik
produk. Jika hidup dan pembusukan skema setengah dari orang tua nuklida diketahui, maka
cairan penentuan isotopik dan putri isotop orang tua memberikan dasar untuk perhitungan
usia sampel. Jika usia atau sejarah sampel diketahui, maka penentuan konsentrasi jejak isotop
memberikan informasi tentang jalur reaksi nuklir. Aplikasi pengenceran isotop dalam
berbagai bidang diantaranya:
1. Bidang Hidrologi
Dalam bidang hidrologi, banyak dijumpai masalah menyangkut dinamika air
dimana teknik perunut dengan radioisotop sangat sering berperan dalam memberikan
informasi tentang masalah yang menyangkut dinamikanya dan mengungkapkan anomali
yang terjadi. Masalah utama dalam bidang hidrologi yang sering dijumpai adalah
sebagai berikut :
a. Pengukuran Debit Air Sungai
Metode dasar dalam pengukuran debit air sungai adalah pengenceran
radiotracer. Radiotracer dalam jumlah tertentu yang tidak membahayakan
lingkungan dilepas dibagian hulu sungai dan kemudian diukur konsentrasinya di

3
bagian hilir. Besarnya perubahan kadar perunut karena pengenceran oleh aliran
(debit) air sungai dapat diketahui dengan cara mencacah langsung intensitas radiasi
dalam air sungai tersebut. Penggunaan radiotracer untuk mengukur debit air sungai
terbukti lebih sederhana dibandingkan metode pengukuan menggunakan current
meter, selain itu pengukuran juga dapat dilakukan lebih cepat dan dapat dilakukan
pada saat banjir sekalipun. Pengukuran debit air sungai antara 300-600 m3 per detik
hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, hal ini membuktikan bahwa
penggunaan radiotracer jauh lebih efektif, efisien dan ekonomis. Semakin turbulen
arus air sungai, semakin cepat dan baik hasil pengukurannya.

b. Kebocoran dan Rembesan


Masalah yang sering timbul pada suatu reservoir air, misalnya bendungan,
waduk dan lain-lain adalah adanya kekhawatiran kebocoran yang melebihi toleransi
yang keluar dari suatu reservoir. Untuk mengetahui apakah bocoran itu berasal dari
air waduk ataukah sumber lain (misalnya dari air tanah), teknik perunut radioisotop
dapat membantu memberikan jawaban yang pasti dan lebih lanjut dapat
memberikan informasi dimana lokasi daerah bocorannya.
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut harus memiliki persyaratan tertentu,
antara lain : tidak berbahaya bagi manusia atau makhluk hidup disekelilingnya,
aktivitasnya rendah, waktu paruhnya pendek, larut dalam air, tidak diserap oleh
tanah dan oleh tumbuhan.
Radioisotop dilepaskan pada tempat tertentu di reservoir yang diperkirakan
sebagai tempat terjadinya rembesan/bocoran pada dam/bendungan. Apabila terjadi
kebocoran pada bendungan tersebut maka radioisotope akan masuk mengikuti arah
bocoran. Dengan mengikuti air yang keluar dari mata air, sumur-sumur pengamat
yang terdapat di daerah downstream, maka akan dapat diketahui adanya
bocoran/rembesan dan arah dari rembesan dam tersebut.

c. Penentuan Umur Air Tanah


Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat
melacak dan mengukur ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah.
Teknik tersebut memungkinkan untuk melakukan analisis, pengelolaan dan
pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air baru. Teknik ini dapat
memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan antara air
tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya. Radioisotope yang digunakan untuk
menentukan umur air tanah ialah isotop tritium dan C-14.

d. Pengukuran Kadar Air Tanah


Banyak alat-alat konvensional yang dirancang khusus untuk mengukur
kadar air, namun jarang ada alat yang dapat melakukan pengukuran dengan teliti

4
dan cepat, dapat dilakukan di tempat, tidak merusak dan alatnya dapat dibawa-bawa
(portable). Salah satu metode yang dapat memenuhi berbagai kriteria tersebut
adalah dengan menggunakan neutron. Penggunaan neutron telah banyak
dimanfaatkan oleh para ahli di bidang teknik sipil, agronomi dan hidrologi untuk
pengukuran kadar air dalam tanah serta kepadatan tanah, aspal dan beton. Data-data
hasil pengukuran tersebut kemudian akan digunakan untuk merancang pondasi
bangunan, jalan raya, pembuatan tanggul dan lain sebagainya. Sedang dalam bidang
industri dan laboratorium, neutron dapat digunakan untuk pengukuran berbagai
hasil akhir dan penelitian.

e. Penentuan Gerakan Sedimen


Proses pendangkalan pelabuhan merupakan proses alamiah yang tidak dapat
dicegah. Jika pelabuhan dangkal, kapal-kapal besar tidak akan dapat merapat ke
dermaga, sehingga proses bongkar muat barang dapat terganggu. Sedangkan proses
pengerukan endapan memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh sebab itu,
pendangkalan pada suatu pelabuhan dan alur pelayaran merupakan masalah yang
sangat serius karena menyangkut kelangsungan pelayanan perhubungan laut. Salah
satu cara yang dapat ditempuh untuk memperkecil kecepatan pendangkalan
pelabuhan maupun alur pelayaran oleh sedimen adalah dengan mengetahui perilaku
sedimen, yaitu menentukan dari mana asal dan kemana arah gerakan sedimen
tersebut. Data mengenai arah pergerakan sedimen dapat digunakan untuk
perencanaan penentuan posisi dan arah alur pelayaran serta menentukan tempat
untuk pembuangan endapan hasil pengerukan agar tidak kembali ke tempat semula.
Semua usaha ini akan dapat mengurangi laju pendangkalan sehingga frekwensi
pengerukan bisa dikurangi dan biaya untuk pengerukan bisa dihemat.
Teknik pelaksanaan penentuan arah gerakan sedimen dilakukan dengan
menandai sedimen yang diambil di pelabuhan dengan radioisotop seperti 51Cr,
198Au dan 46Sc atau membuat endapan tiruan yang bersifat radioaktif seperti
pelapisan lumpur dengan zat radioaktif atau pasir tiruan yang diaktifkan (pasir ini
dibuat dari gelas yang mengandung radioisotop 192Ir dan 46Sc). Sedimen
radioaktif tersebut selanjutnya dilepaskan ke dasar laut di daerah yang diselidiki.
Endapan radioaktif ini nantinya akan mengikuti gerak endapan asli. Metode ini
dapat digunakan untuk mempelajari arah, kecepatan dan penyebaran lumpur
ataupun pasir yang berperan dalam proses pendangkalan pelabuhan. Pengamatan
tersebut dapat dilakukan menggunakan pemantau radiasi dari permukaan laut atau
di atas kapal. Selain itu, studi ini juga dapat dipakai untuk mengetahui efisiensi
transpot sedimen dan erosi.

5
2. Bidang Kesehatan dan Nutrisi
Aplikasi pengenceran radioisotope pada bidang kesehatan dan nutrisi adalah
mempelajari maltrunisi mikronutrien seperti besi, seng, dan vitamin A.
Prinsip metoda pengenceran isotop untuk mengetahui status vitamin A adalah
mengkonversi karoten bertanda menjadi vitamin A yang dapat dirunut dengan karoten
Karbon-13. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur efektivitas vitamin A,
penyediaan karoten, dan petunjuk fortifikasi dalam mempelajari nutrisi.

3. Bidang Biokimia
Aplikasi pengenceran radioisotope di bidang biokimia diantaranya adalah :
 Mempelajari pengaruh unsur hara selain unsur N, P, dan K terhadap perkembangan
tumbuhan.
 Mempelajari proses penyerapan air dan sirkulasi dalam batang tumbuhan.
 Penentuan glisin dalam campuran asam amino yang diperoleh dari protein.
 Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis berupa C-14 atau O-18 yang dapat
mengetahui asal atom oksigen (dalam CO2 dan H2O yang membentuk glukosa atau
oksigen yang terbentuk pada proses ini.
 Memacu mutasi gen tumbuhan dalam upaya mendapatkan bibit unggul.
 Isotop radioaktif seperti 3H, 14C, 32P, 35S, 86Rb, 125I dapat digunakan untuk
mengetahui aspek metabolik dalam sel, bakteri, yeast, tanaman, binatang, dan
manusia dalam mengurai sifat dasar pada materi genetik.

4. Bidang Geologi, Nuklir, dan Material


 Analisis Uranium dan Thorium dalam Limbah radioaktif dari proses daur bahan
bakar nuklir.
 Penentuan umur geologi mineral dan meteorit dengan isotop argon, uranium, timah,
thorium, stronsium, dan rubidium.
 Jalur reaksi nuklir dari penentuan konsentrasi isotop.
 Pada pertambangan minyak bumi, radioisotope membantu mencari jejak air di
dalam lapisan batuan.

5. Bidang Kimia Analitik dan Logam


Analisis logam
 Penentuan logam beracun dalam sampel lingkungan menggunakan timah,
kadmium, dan thalium
Analisis non logam
 Penentuan limbah klorida dan bromida pada salju.

6
Berikut adalah keuntungan yang dimiliki dalam analisis pengenceran isotop :
 Penggunaan luas (dari analisa unsur sampai molekul besar).
 Sangat selektif.
 Dapat menganalisis zat yang tidak stabil atau zat yang sebagian dapat terurai selama proses
pemisahan berlangsung.
 Pemisahan tidak perlu kuantitatif.
 Menghasilkan kepekaan yang tinggi.
 Meningkatkan presisi dan akurasi.

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat Kerja
 Alat pencacah GM.
 Batang pengaduk.
 Beaker Glass.
 Corong gelas.
 Ependolf 10 µL dan 100 µL.
 Erlenmeyer.
 Kertas saring Whatman
 Labu ukur.
 Kaca arloji.
 Sendok sungu.
 Neraca Analitik.

 Bahan Kerja
 Aquadest.
 Larutan KI, KCl dan KBr
 Larutan AgNO3
 Larutan NH4OH encer ( 1M )
 Larutan NH4OH pekat
 Perunut (131I) atau NaI131*

D. LANGKAH KERJA
1. Alat dan bahan kerja disiapkan dengan baik.
2. Larutan campuran KI, KCl dan KBr dibuat dengan konsentrasi 0,1 M sebanyak 2,5 mL.

7
3. Larutan I131 dimasukkan ke dalam larutan campuran KI, KCl dan KBr didalam erlenmeyer
sebanyak 1 mL dengan menggunakan pipet Ependolf.
4. Larutan sampel AgNO3 diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang telah berisi campuran KI, KCl, KBr dan larutan I131.
5. Larutan campuran pada Erlenmeyer tersebut ditambahkan dengan larutan NH4OH encer
dan pekat masing-masing 1 Ml.
6. Setelah terbentuk endapan, larutan dalam erlenmayer itu disaring menggunakan kertas
saring whatman hingga semua endapan dalam erlenmayer tersaring.
7. Endapan dengan kertas saring tersebut dicacah 3 kali menggunakan detector GM dengan
HV=760 V, t=100 detik, dan jarak=6 cm.
8. Larutan NaI131 100 µL dan latar masing-masing dicacah menggunakan detektor GM
sebanyak 3 kali.

E. DATA PENGAMATAN

Sampel Volume (mL)

Larutan KCl, KI, KBr 2,5

Larutan NaI131 1

Larutan AgNO3 1

NH4OH encer 1

NH4OH pekat 1

Pencacahan

Detektor GM

Waktu Pencacahan = 100 detik

High Voltage = 760 volt

Cacah Latar Cacah AgI Cacah NaI131

69 1228 11015

62 1254 11004

70 1224 10824

8
F. PERHITUNGAN
 Penentuan Cacahan (Rin dan Rs)
69+62+70
Rerata cacah latar = = 67
3
11015+11004+10827
Rerata cacah standar = = 10949
3
1228+1254+1224
Rerata cacah sampel = = 1235
3

Rerata cacah standar netto = Rerata cacah standar - Rerata cacah latar
= ( 10949 – 67 ) cacah
= 10882 cacah
10882 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ
Rin = = 108,82 𝑐𝑝𝑠
100 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

Rerata cacah sampel netto= Rerata cacah sampel - Rerata cacah latar
= ( 1235 - 67 ) cacah
= 1168 cacah
1168 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ
Rs = = 11,68𝑐𝑝𝑠
100 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

 Penentuan Massa Sampel (mx)


Diketahui dalam praktikum : ms = 12,69 mg
𝑅𝑖𝑛 108,82 𝑐𝑝𝑠
𝑚𝑥 = 𝑥 𝑚𝑠 = 𝑥 12.69 𝑚𝑔 = 118 mg
𝑅𝑆 11,68 𝑐𝑝𝑠

Nilai ms atau massa dari I- dalam reaksinya dengan Ag(NO)3 sebesar 12,69 mg dapat
dibuktikan secara stoikiometri dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
AgNO3 + NaI AgI* + NaNO3
1ml larutan AgNO3 (0,1 M)
Mol AgNO3 = M x V = 0,1 M x 0,001 L
= 0,0001 mol
Dengan nilai mol dari awal dari AgNO3 :
AgNO3 + NaI AgI* + NaNO3
Awal : 0,0001 mol
Reaksi: 0,0001 mol 0,0001 mol
Akhir : - 0,0001 mol

9
Menentukan massa I di dalam AgI
Massa AgI = mol AgI x Mr AgI
= 0,0001 mol x 235 gram/mol = 0,0235 gram
𝐴𝑟 𝐼
Massa I = 𝑀𝑟 𝐴𝑔𝐼 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔𝐼
127 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
= 235 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,0235 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,0127 gram =12,7 mg

Massa total I
𝐴𝑟 𝐼
Massa total I- = massa I dalam KI + Massa I* = 𝑀𝑟 𝐾𝐼 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝐼 + mx
126,9
= ( 166 𝑥 1,6636 gram) + 0,118 gram

= 1.2717 gram + 0,118 gram


=1.3898 gram
Massa I yang tidak mengendap (masih larut dengan NH4OH)
Massa I yang tidak mengendap = Massa total I – massa I dalam AgI
=1.3898 gram– 0.0127 gram
=1.3771 gram

G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menggambarkan prinsip-prinsip metode pengenceran
radioisotop dan mengaplikasikannya dalam prosedur-prosedur analisis serta menganalisis
jumlah massa I dengan teknik pengenceran radioisotop dalam sampel yang mengandung Cl-
dan Br-. Dalam praktikum ini pengenceran radioisotop yang digunakan adalah I131 dengan
sampel larutan campuran antara KI, KBr dan KCl. Jadi, dalam praktikum ini menentukan
kadar I dalam sampel dengan cara menambahkan zat radioaktif (I131) yang telah diketahui
aktivitas jenisnya. Senyawa yang digunakan memiliki sifat yang identik dengan senyawa yang
akan dianalisis. Karena pada dasarnya teori analisis pengenceran isotop, kedalam suatu
larutan yang akan dianalisis ditambahkan suatu larutan yang mengandung suatu spesi
radioaktif yang diketahui jumlahnya. Kemudian zat tersebut di pisahkan, lalu
keradioaktifannya ditentukan.
Dalam praktikum ini campuran KI, KBr dan KCl ini ditambahkan dengan larutan zat
radioaktif berupa I131 sesuai dengan prinsipnya dan terlebih dahulu dicacah sebanyak 3 kali
untuk mengetahui aktifitas awalnya. Agar I yang berada dalam larutan mengendap maka
ditambahkan AgNO3, karena pada dasarnya ketiga jenis unsur ini dalam campuran ini I- , Br-
dan Cl- akan mengendap jika ditambahkan dengan Ag+ dan terbentuklah AgI, AgBr, dan
AgCl. Karena dalam hal ini yang ingin diketahui adalah jumlah I- maka senyawa AgBr dan
AgCl harus dilarutkan kembali kedalam larutan dengan menambahkan larutan NH4OH encer

10
dan pekat masing-masing 1 mL untuk melarutkan AgBr dan AgCl yang memiliki kelarutan
yang tinggi di dalam larutan NH4OH, sedangkan AgI kelarutannya rendah sehingga tidak ikut
terlarut. Prinsip stoikiometri dihunakan dalam praktikum kali ini.
Persamaan reaksi yang terjadi pada praktikum ini adalah :

AgNO3 + NaI AgI* + NaNO3

Pada reaksi diatas, karena berjalan secara stoikiometri, maka untuk mengetahui massa
AgI* dalam larutan sampel harus diketahui jumlah mol dan massa dari AgNO3. Dengan nilai
mol dari AgNO3 maka kita dapat menghitung mol dari AgI* berdasarkan prinsip koefesien
reaksi.
Dilihat dari nilai cacahannya dimana setelah terjadi pengenceran terjadi penurunan nilai
cacahan , ini berarti aktivitas dari sampel menurun atau dengan kata lain lebih rendah dari
nilai aktivitas standarnya. Dari nilai cacahan ini maka dapat diketahui massa dari I* yang
terkandung didalam sampel hasil endapan adalah sebesar 0,118 gram atau 118 mg. Sehingga,
jika dihitung jumlah I- yang terkandung didalam KI ditambah dengan I* yang terkandung
didalam sampel dihasilkan berat total dari I sebesar 1.3898 gram. Selain itu dapat diketahui
pula
Metode pengenceran radioisotop yang dilakukan ini, memiliki kemiripan dengan
metode analisis gravimetri. Hanya saja perbedaannya terletak pada penimbangan massa
endapan. Dimana pada metode analisis gravimetri, massa endapan harus diketahui massanya
dengan cara endapan yang beratnya telah konstan (dalam kering). Sedangkan untuk metode
pengenceran radioisotop ini, endapan yang telah terbentuk kemudian dicacah dengan
pencacah GM, walaupun endapan masih dalam keadaan basah karena tidak dilakukan
pemanasan untuk mengeringkan endapan. Dari data pencacahan tersebut, maka dapat
diketahui massa suatu sampel yang dianalisis dengan prinsip perhitungan Stoikiometri.

11
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai
berikut:
1. Prinsip Pengenceran Radioisotop adalah dengan cara menambahkan zat radioaktif
(perunut) yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan sudah diencerkan ke dalam zat yang
akan ditentukan kadarnya. Senyawa yang digunakan memiliki sifat yang identik dengan
senyawa yang akan dianalisis.
2. Radioisotop yang digunakan pada metode pengenceran radioisotop adalah I-131.
3. Dari nilai cacahan ini maka dapat diketahui massa dari I* yang terkandung didalam sampel
hasil endapan adalah sebesar 0,118 gram atau 118 mg. Sehingga, jika dihitung jumlah I-
yang terkandung didalam KI ditambah dengan I* yang terkandung didalam sampel
dihasilkan berat total dari I sebesar 1.3898 gram.
4. Massa suatu sampel yang dianalisis dengan prinsip perhitungan Stoikiometri.

I. DAFTAR PUSTAKA
Sugili, P. 2015.”Petunjuk Praktikum Radiokimia”. Modul. Yogyakarta: STTN-BATAN.
Svehla, G. Alih bahasa oleh Setiono, L. Pudjaatmaka, A, Hadyana. 1985. Vogel: Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi ke-V bagian 1. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka.
Tarwito. 2010. Analisis Pengenceran Radioisotop. Yogyakarta : STTN-BATAN.

Yogyakarta, 4 April 2015


Pembimbing, Praktikan,

12
Putra Sugili, S.ST Rikhi Galatia

13

Anda mungkin juga menyukai