Anda di halaman 1dari 8

Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar

memiliki arti dan fungsi penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai
manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya baik
sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan
penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan mengatur
iklim global.
Dalam pengelolaan hutan, sudah saatnya didorong untuk mempertimbangkan
manfaat, fungsi dan untung-rugi apabila akan dilakukan kegiatan eksploitasi hutan.
Berapa banyak nilai dari fungsi yang hilang akibat kegiatan penebangan hutan pada
kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis seperti pada kawasan hutan di
daerah hulu DAS, sehingga pertimbangan- pertimbangan tersebut dapat dijadikan
sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan
pengelolaan hutan di Indonesia.

Akibat banyaknya lahan yang beralih fungsi yang tadinya merupakan kawasan
resapan menjadi kawasan pertanian dan pemukiman akan menyebabkan
terganggunya daur air kawasan. Dalam abad 21 mendatang semakin
dirasakan akan adanya keterbatasan alam dalam menyediakan air bagi
kehidupan. Jumlah pasokan air wilayah yang berasal dari hujan relatif tetap, mulai
dirasakan tidak mengimbangi tingkat kebutuhan.
Kelimpahan sumberdaya air yang dimiliki Indonesia tidak menjamin
melimpahnya ketersediaan air wilayah pada dimensi tempat dan dimensi
waktu. Variasi iklim serta kerentanan sistem sumberdaya air terhadap
perubahan iklim akan memperparah status krisis air yaitu dengan
meningkatnya frekuensi banjir dan panjangnya kekeringan, sehingga
ketersediaan air semakin tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan air
untuk berbagai penggunaan.
Di samping itu dengan dipacunya pertumbuhan ekonomi, permintaan akan
sumberdaya air baik kuantitas maupun kualitasnya semakin meningkat pula dan di
tempat- tempat tertentu melebihi ketersediaannya. Hal ini menyebabkan
sumberdaya air dapat menjadii barang yang langka.
Fungsi Hutan
Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisinya yang
beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar
bagi kehidupan manusia antara lain peredaman terhadap banjir, erosi dan
sedimentasi serta pengendalian daur hidrologis.
Fungsi hutan dalam pengendalian daur hidrologis dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :
· Evapotranspirasi
· Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
b. Menambah uap air diatmosfir
c. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.
d. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :
· Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan
· Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan.
e. Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan karakteristik fisik tanah untuk
memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan dinamika bahan organik
ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.
Fungsi kawasan hutan sebagai pengendali daur hidrologi dapat dilihat dari dua sudut
pandangan yaitu menyediakan air dengan konsep panen air (water harvesting) dan
dengan konsep penghasilan air (water yield).
Jumlah air yang dapat dipanen tergantung pada jumlah aliran permukaan (run off)
yang dapat digunakan, sedang jumlah air yang dapat dihasilkan bergantung pada
debit air tanah. Kedua tujuan tersebut memerlukan perlakuan yang berbeda.
Untuk meningkatkan panenan air, infiltrasi dan perkolasi harus dikendalikan, sedang
untuk meningkatkan penghasilan air, infiltrasi dan perkolasi justru yang harus
ditingkatkan. Konsep penghasil air menjadi azas pengembangan sumber air di
kawasan beriklim basah, karena konsep panen air akan membawa resiko besar,
berupa peningkatan erosi dan juga akan banyak memboroskan lahan untuk
menampungnya.
Semua fungsi hutan tersebut bersifat dinamik yang akan berubah dari musim ke
musim maupun dari tahun ke tahun. Dalam keadaan hutan yang telah mantap,
perubahan fungsi hutan mungkin hanya nampak secara musiman, sesuai dengan
pola sebaran hujannya.
Fungsi hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari fungsitajuk menyimpan air
sebagai air intersepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap sebagai faktor
penting dalam daur hidrologi. Bagi daerah yang hujannya rendah dan kebutuhan air
dipenuhi dengan konsep water harvest maka para pengelola Daerah Aliran Sungai
(DAS) harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang
hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu
kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional. Dengan demikian
pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat penting dilaksanakan sesuai
frekuensi yang telah ditetapkan.
Fungsi menonjol yang ke dua yang juga sering menjadi sumber penyebab
kekawatiran masyarakat adalah evapotranspirasi. Beberapa faktor yang berperanan
terhadap besarnya evapotranspirasi antara lain adalah radiasi matahari, suhu,
kelembaban udara, kecepatan angin dan ketersediaan air di dalam tanah atau
sering disebut kelengasan tanah. Lengas tanah berperanan terhadap terjadinya
evapotranspirasiEvapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap besarnya
cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah, lapisan/tebal
tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan air.
Fungsi ketiga adalah kemampuan mengendalikan tingginya lengas tanah hutan.
Tanah mempunyai kemampuan untuk menyimpan air (lengas tanah), karena
memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara/cairan atau bersifat porous.
Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami
yaitu dengan osmosis, gravitasi atau kapasitas simpanan permanen suatu tanah
diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik layu permanen yaitu pada
kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengekstrak air dari ruang
pori tanah terhadap gaya gravitasinya. Titik layu ini sama bagi semua tanaman pada
tanah tertentu (Seyhan, 1977). Pada tingkat kelembaban titik layu ini tanaman
tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air yang tertampung di
daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan nilai penting tanah
pertanian maupun kehutanan.
Fungsi ke empat adalah dalam pengendalian aliran (hasil air). Kebanyakan
persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan dengan dimensi ruang dan
waktu. Akhir-akhir ini kita lebih sering dihadapkan pada suatu keadaan berlebihan air
pada musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Sampai saat ini masih
dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan daur air artinya hutan
yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di musim
kemarau. Kepercayaan ini didasarkan atas masih melekatnya dihati masyarakat
bukti-bukti bahwa banyak sumber-sumber air dari dalam kawasan hutan yang baik
tetap mengalir pada musim kemarau.
Dari gambaran diatas, nampak jelas bahwa fungsi hutan sebagai penyedia jasa
lingkungan melalui kemampuannya sebagai regulator air memiliki nilai arti yang
sangat penting dalam mendukung hajat hidup masyarakat disekitar hutan.
Namun fungsi tersebut sangat dibatasi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Sifat pertumbuhannya yang dinamik yang tergantung kepada waktu dan musim.
b. Nilai fungsi juga ditentukan oleh struktur hutan, luas, komposisi jenis, keadaan
pertumbuhan serta letak.
c. Nilai fungsi untuk suatu keadaan ekosistem hutan tertentu juga dibatasi oleh iklim,
keadaan geologi, geomorfologi dan karakteristik tanah.

1. Pemanfaatan lahan dan pengelolaan tanah yang tidak tepat


Pemanfaatan lahan dan pengelolaan tanah yang tidak tepat di daerah
tangkapan air menjadi salah satu sebab terjadinya percepatan erosi dan secara
langsung dapat menurunkan produktifitas tanah, menurunkan kemampuan DAS
dalam penyediakan air sepanjang tahun serta menurunkan kualitas dan kuantitas air
yang mengalir di badan sungai.
2. Peningkatan jumlah penduduk dan alih fungsi lahan
Pertambahan penduduk yang semakin meningkat seiring dengan kebutuhan
penduduk akan ruang-ruang hunian dan ruang pekerjaan membuat beberapa areal
lahan mengalami perubahan fungsi secara dramatis.
Perubahan fungsi lahan yang tidak disertai dengan penataan tata ruang wilayah
yang baik ini, membuat kondisi hidrologis DAS berubah pula. Terutama hal ini
berkaitan dengan masalah konservasi daerah tangkapan air.
Peningkatan jumlah penduduk yang mengiringi peningkatan tingkat kebutuhan lahan
untuk penyokong kehidupan dan penghidupan penduduk mengakibatkan tekanan
terhadap lingkungan DAS dan telah banyak terbukti menciptakan lahan kritis baru.
3. Alih Fungsi sempadan dan bantaran sungai
Kebutuhan penataan Sempadan Sungai saat ini menjadi isu yang
berkembang di tingkat pengelola dan perencana pembangunan daerah. Melihat
kondisi seperti ini penataan sempadan sungai memang sudah perlu untuk dilakukan.
Hal ini menyangkut banyak hal, baik dari segi sosial kemasyarakatan maupun dari
segi hidrologi sungai itu sendiri, yang sedikit banyak akan mempengaruhi
hidromorfologi sungai.
4. Eksploitasi Bahan Tambang
Eksploitasi bahan galian tambang (golongan C dan golongan lainnya) di
sungai yang tidak terkendali mengakibatkan degradasi lingkungan sungai.
Degradasi sungai akibat penggalian bahan tambang golongan C ini akan terus
berlanjut sampai pada suatu keseimbangan, besarnya angkutan sedimen rata-rata di
hilir pengambilan galian C sama dengan besarnya angkutan sedimen rata-rata dari
bagian hulu dikurangi dengan banyaknya pengambilan galian C yang dilakukan.
Untuk menjaga kondisi morfologi sungai perlu penanganan pengambilan galian C ini
secara baik dan adil antara lain perbaikan regulasi, lokasi, sistem perijinan dan
pengawasan.
Sedangkan eksploitasi tambang golongan yang lebih tinggi mempunyai
kecenderungan mengakibatkan kerusakan lingkungan DAS dan terganggunya daur
hidrologi dalam lingkup DAS tersebut. Hal ini disebabkan oleh pada umumnya
eksploitasi dilakukan dengan open pit dengan luasan yang cukup besar, sehingga
jelas arah aliran permukaan maupun aliran bawah permukaan dalam kurun waktu
tertentu akan berpindah.

Aksi Mempertahankan Fungsi Hutan


Aksi mempertahankan fungsi hutan dilakukan dengan pelaksanaan konservasi
sumber daya air. Konservasi SDA merupakan upaya perlindungan dan pelestarian
sumber daya air, pengawetan air dan pengendalian pencemaran air dengan tujuan
untuk menjaga kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber air.
Konservasi sumberdaya air ini dilakukan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.
1. Aksi Konservasi Non Sipil Teknis
Aksi konservasi non sipil teknis dikelompokan lagi menjadi : (a) Peraturan dan
Kelembagaan, (b) konservasi vegetasi.
Aksi konservasi dari aspek Peraturan dan Kelembagaan adalah kegiatan yang
mendukung dan menunjang pelaksanaan konservasi, pengawasan, memonitoring
dan evaluasi kegiatan dan pelaksanaan konservasi, serta pemberian sangsi
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan berubah dan menurunnya
kualitas lingkungan SDA, dengan produk hukum, peraturan dan pembagian tugas
dan tanggung jawab kegiatan.
Konservasi secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa
tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan daya
rusak/energi air hujan yang jauh ke tanah, menahan/mengurangi laju erosi tanah
permukaan dan meningkatkan pengisian lengas tanah dan air tanah. Konservasi
tanah dan air secara vegetatif ini menjalankan fungsinya melalui:
a. Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran hujan
oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.
b. Pengurangan volume aliran permukaan akibat peningkatan infiltrasi oleh aktifitas
perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.
c. Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirasi, sehingga
tanah cepat lapar air.
d. Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran
permukaan oleh keberadaan batang-batang tanaman.
e. Pengurangan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volume
aliran permukaan, dan kecepatan aliran permukaan akibat meningkatnya panjang
lintasan dan kekasaran permukaan.

Konservasi secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara, antara lain :


a. Reboisasi, peningkatan kerapatan tegakan tanaman dan penutupan areal terbuka.
b. Penutupan kembali/penanaman tegakan baru pada daerah sempadan sungai.
c. Penggalakan hutan kemasyarakatan dan GN-RHL, GN-KPA.
d. Peningkatan peran dan kesadaran masyarakat di sekitar kawasan hutan dalam
pemeliharaan, pelestarian, dan pengawasan.
e. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Peraturan mengenai pengelolaan
hutan, batas-batas dan penebangan hutan ilegal.
1) Pembuatan/Pembentukan Terasering
Membentuk kemiringan lereng dengan pembentukan teras dibuat melintang
atau memotong kemiringan, berfungsi menangkap aliran permukaan dan
mengarahkan ke outlet yang stabil dengan kecepatan yang tidak erosif.
Pembuatan atau pembentukan lahan dengan sistem terasering dilakukan di
kawasan DAS Hulu dan Tenga pada tingkat hutan non lindung dan lahan budidaya
dengan kemiringan lebih besar 6%. Kegiatan ini dilaksanakan dan berada di
wewenang Dinas Pertanian dan Dinas Kehutanan.
2) Pembangunan Reservoir (Tampungan Air)
Pembangunan reservoir dilaksanakan akibat dari faktor ketersediaan air
dalam kuantitas dan waktu tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, sehingga fungsi
dari reservoir adalah upaya konservasi SDA dari aspek Perlindungan dan
Pelestarian Sumber Air serta Pengawetan Air, sesuai dengan salah satu tujuan
konservasi SDA adalah menjaga kontinuitas air sepanjang tahun.
Fungsi ikutan dari pembangunan reservoir jika diterapkan pada badan sungai adalah
dapat mereduksi puncak banjir, sehingga daya rusak banjir dapat dikurangi dan
diminimalkan, bahkan jika mungkin dapat ditiadakan.
Fungsi ikutan lainnya adalah dengan tereduksinya debit banjir dapat mengurangi
energi atau kecepatan aliran sehingga daya rusak air terhadap kestabilan tebing
sungai dan kawasan sempadan sungai, sehingga kondisi lingkungan SDA dapt
terlindungi dan terjaga.
Reservoir sebagai aksi konservasi pada DAS Brang Biji berupa :
§ Kolam tampungan air
§ Bendungan
3) Pembuatan Sand Pocket/Ground Sill
Pembuatan Sand Pocket/groundsill, untuk mengurangi kecepatan aliran,
mengurangi laju erosi dan menangkap sedimen sehingga dapat memperbaiki
kemiringan (gradien) sungai. Konstruksi ini direncanakan disemua anak sungai
dengan gradien lebih besar dari 15%, berskala kecil, sedang dan besar.
4) Pembuatan Check Dam
Pembuatan sengkedan, dimaksudkan untuk menghambat kecepatan aliran
dan menangkap sedimen sehingga dapat memperbaiki kemiringan (gradien) sungai.
Bangunan ini juga dapat didesain dan difungsikan sebagai bangunan pelindung
bangunan existing seperti dari kemungkinan hantaman material besar (batu) yang
terbawa aliran.
5) Pembuatan Perkuatan Tebing dan Capturing Sumber Air
Bangunan ini berfungsi untuk menghindari kerusakan daerah resapan DAS
dan mata air dari kerusakan akibat erosi atau kelongsoran.
6) Pembuatan Sumur Resapan
Merupakan sistem penampungan pembuangan air hujan berfungsi
menyimpan air hujan dan pengisian air tanah serta mengurangi aliran permukaan.
Untuk daerah dekat pantai (kota Sumbawa Besar dan sekitarnya) pengisian air
tanah dapat mencegah/mengurangi infiltrasi air laut ke daratan.
NAMA KELOMPOK : ALUN WITANTI
HIJRAH S.OTJI

TUGAS : PENGELOLAAN HUTAN

OLEH :

HJ. NURIYATI S.PD

Anda mungkin juga menyukai