PENGUKURAN POROSITAS
16
pengendapan lempung yang memiliki porositas yang sangat
kecil.
5. Ukuran butiran batuan atau grain size
Jika ukuran butirnya semakin besar maka porositasnya semakin
besar pula.
6. Komposisi mineral pembentuk batuan
Jika komposisi mineralnya rounded maka porositasnya semakin
besar.
7. Pemilahan
Jika pemilahan butirannya well sorted maka porositasnya
semakin kecil.
8. Sementasi
Semakin batuan tersebut tersemenkan kuat, maka porositasnya
semakin kecil.
9. Kompaksi dan pemampatan
Jika batuan reservoir semakin terkompaksi dan memampat,
maka porositasnya semakin kecil.
Berdasarkan struktur pori, porositas dibagi menjadi Porositas antar butiran
(intergranular dan intragranular porosity) dan Porositas rekahan (fracture
porosity).
Menurut proses geologinya, porositas diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu Porositas Primer dan Porositas Sekunder.
a. Porositas Primer merupakan porositas yang terjadi bersamaan
atau segera setelah proses pengendapan batuan. Jenis batuan
sedimen yang mempunyai porositas primer adalah batuan
konglomerat, batu pasir dan karbonat.
b. Porositas Sekunder adalah porositas yang terjadi setelah proses
pengendapan batuan (batuan sedimen terbentuk), antara lain
akibat aksi pelarutan air tanah atau akibat rekahan.
17
Berdasarkan jenis aliran dilihat dari sudut teknik reservoirnya,
porositas dibagi menjadi 2, yaitu Porositas Absolut dan Porositas Efektif.
a. Porositas Absolut
Porositas absolut adalah perbandingan antara volume seluruh
pori (pori-pori total) terhadap volume total batuan (bulk
volume) yang dinyatakan dalam persen, jika dirumuskan :
Vp Vp
∅abs = × 100% atau ∅abs = × 100%
Vb Vg + Vp
atau
Vb − Vg
∅abs = × 100%
Vb
b. Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori
yang saling berhubungan terhadap volume total batuan (bulk
volume) yang dinyatakan dalam persen, jika dirumuskan :
18
f = densitas formasi, gr/cc
Connec ted or
Effec tive
Porosity
Total
Porosity
Isolated or
Non-Effec tive
Porosity
Gambar 2.1 Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan Porositas Absolut Batuan
1. Ekspansi Gas
2. Metode Saturation
19
Berat air dalam ruang pori-pori =
20
Porositas efektif ( ) =
90 o
o
90
90 o
90 o
90 o
o
90
Unit cell kubus mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r, dimana r
adalah jari-jari lingkaran, sehingga:
Volume total (bulk) = (2r)3 = 8r3
4r 3
Volume butiran =
3
Vb Vg
Porositas = x 100%
Vb
21
4
8r 3 r 3
= 3 x100%
3
8r
= 1 x100%
2(3)
= 47,6%
0 5% Jelek sekali
5 – 10% Jelek
10 – 15% Sedang
15 – 20% Baik
> 20% Sangat bagus
Di dalam formasi batuan reservoir minyak dan gas bumi tersusun atas
berbagai macam mineral (material) dengan ukuran butir yang sangat
bervariasi, oleh karenanya harga porositas dari suatu lapisan ke lapisan
yang lain akan selalu bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan harga
porositas bervariasi adalah :
22
2. Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar
butir yang tergantung pada proses sedimentasi dari batuannya.
Umumnya jika batuan tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar
butir akan sama besar. Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat
batuan diendapkan.
3. Derajat Sementasi dan Kompaksi
Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori
batuan akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat.
Sedangkan sementasi pada batuan akan menutup pori-pori batuan
tersebut.
Adapun gambaran dari berbagai faktor tersebut di atas dapat
dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanz dengan alat
sieve analysis sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut :
23
2.3 Peralatan Dan Bahan
2.3.1 Alat
1. Timbangan & anak timbangan
2. Vacuum pump & Vacuum desicator
3. Beaker glass ceper
4. Porometer
2.3.2 Bahan
1. Core (Inti Batuan)
2. Kerosin
24
Gambar 2.8Core (inti batuan)
25
6. Perhitungan :
3𝑊 −𝑊
2
Volume Bulk = 𝐵𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑠𝑜𝑖𝑛
𝑊 −𝑊
1 2
Volume Butir = 𝐵𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑠𝑜𝑖𝑛
𝑊3 − 𝑊1
Volume Pori =
𝐵𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑠𝑜𝑖𝑛
Porositas efektif ( )=
26
6. Putar handwheel searah jarum jam sampai pressure gauge
menunjukkan suatu harga tertentu.
7. Putar lagi handwheel berlawanan dengan arah jarum jam
sampai jarum jam pada pressure gauge menunjukkan
angka nol pertama kali.
8. Buka valve dan penutup piknometer, lihat kedudukan
mercury, jika kedudukan mercury ada pada silinder maka
ulangi lagi langkah 2 sampai 8.
Jika kedudukan mercury ada pada ruang
piknometer, turunkan permukaan mercury sampai pada
batas bawah piknometer (jika ada yang menempel pada
dinding harus dibersihkan) dengan memutar handwheel
berlawanan dengan arah jarum jam.
27
9. Putar handwheel sampai mercury untuk pertama kali
muncul pada valve piknometer. Catat volume scale dan
dial handwheel (miring kanan), misalnya 38,2 cc.
10. Hitung volume piknometer yang terisi Core sample : (50
– 38,2) cc = b cc.
11. Hitung volume bulk dari Core sample : ( a – b ) cc = d
cc.
12. Lanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori
(Vp), yaitu dengan menutup valve piknometer.
Kemudian atur pore space scale pada angka nol. Untuk
langkah 12 ini, pada saat meletakkan pore space scale
pada angka nol, kedudukan dial handwheel tidak harus
pada angka nol. Akan tetapi perlu dicatat besarnya angka
yang ditunjukkan dial handwheel (miring kiri) setelah
pengukuran Vb. Harga tersebut harus diperhitungkan
saat mengukur Vp.
13. Putar handwheel searah jarum jam sampai ke kanan pada
pressure gauge menunjukkan angka 750 psia.
14. Catat perubahan volume pada pore space scale dan dial
handwheel (miring kiri) sebagai volume pori (Vp).
15. Hitung besarnya porositas.
28
2.5 Hasil Percobaan Dan Perhitungan
2.5.1 Penentuan Porositas dengan Metode Menimbang
1. Berat Core kering di udara (W1) = 33 gr
2. Berat Core jenuh di udara (W3) = 45,4 gr
3. Berat Core jenuh di kerosin (W2) = 17 gr
4. Densitas kerosin = 0,8 gr/cc
5. Volume bulk (Vb)
W3 W2 45,4 𝑔𝑟 − 17 𝑔𝑟
=
B.J kerosin 0,8 𝑔𝑟/𝑐𝑐
= 35,5 cc
6. Volume grain (Vg)
W1 W2 33 𝑔𝑟 − 17 𝑔𝑟
=
B.J kerosin 0,8 𝑔𝑟/𝑐𝑐
= 20 cc
7. Volume pori (Vp)
W3 W1 45,4 𝑔𝑟 − 33 𝑔𝑟
=
B.J kerosin 0,8 𝑔𝑟/𝑐𝑐
= 15,5 cc
0 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
×
100%
15,5 𝑐𝑐
= x 100 %
35,5 𝑐𝑐
= 43,661 %
29
2. Penentuan Volume Bulk
Skala awal = 57,5 cc
Skala akhir = 35,6 cc
Volume piknometer+core = (skala awal – skala akhir)
= ( 57,5 cc – 35,6 cc )
= 21,9 cc
Volume Bulk Batuan = (volume piknometer + Core) –
(volume piknometer kosong)
= ( 21,9 cc – 48,6 cc )
= |-26,7 cc|
= 26,7 cc
3. Penentuan Volume Pori
Skala awal = 5,3 cc
Skala akhir = 0,2 cc
Volume pori = ( skala awal – skala akhir )
= 5,3 cc – 0,2 cc
= 5,1 cc
eff =
Vp
× 100%
Vb
5,1
= x 100 %
26,7
= 19,10%
30
2.6 Pembahasan
Porositas yang dimiliki suatu formasi batuan reservoir dapat
dijadikan sebagai petunjuk seberapa besarnya rongga pada formasi batuan
tersebut. Di dalam percobaan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
cara menimbang dan dengan cara mercury injection pump.
Pada pengukuran porositas dengan cara menimbang diperoleh data
berat core kering diudara sebesar 33 gr, berat core jenuh diudara sebesar 45,4
gr, berat core jenuh di kerosin sebesar 17 gr dan densitas kerosin sebesar 0,8
gr/cc. Dari data-data tersebut, diperoleh sesuai dalam perhitungan besarnya
volume total batuan sebesar 35,5 cc, volume butiran sebesar 20 cc dan
volume pori sebesar 15,5 cc. Dari data volume tersebut dapat ditentukan
harga porositas sebesar 43,661% untuk metode menimbang dapat
digolongkan dalam porositas yang sangat bagus.
Pada penentuan harga porositas dengan cara mercury injection
pump dimulai dengan penentuan skala piknometer yaitu skala awal sebesar
51,8 cc dan skala akhir 3,2 cc sehingga diperoleh harga volume piknometer
kosong sebesar 48,6 cc. Dilanjutkan dengan penentuan harga volume
piknometer berisi core dengan skala awal 57,5 cc dan skala akhir 35,6 cc
diperoleh harga volume piknometer berisi core 21,9 cc. Dan diperoleh
volume bulk batuan hasil dari pengurangan volume piknometer + core
dengan volume piknometer kosong sebesar |26,7| cc. Demikian pula dengan
penentuan volume pori batuan dengan skala awal 5,3 cc dan skala akhir 0,2
cc dan diperoleh volume pori sebesar 5,1 cc.
Selanjutnya diperoleh harga porositas efektif melalui mercury
injection pump dengan perbandingan volume pori terhadap volume total
batuan sebesar 19,10% yang dikategorikan dalam porositas baik.
31
2.7 Kesimpulan
1. Praktikan dapat mengetahui apa itu porositas.
2. Praktikan dapat mengetahui berapa persen fluida yang masuk kedalam
pori-pori batuan.
3. Praktikan dapat mengetahui karakteristik porositas didalam sample
batuan.
4. Penentuan porositas dengan metode menimbang diperoleh hasil
𝜙𝑜 = 43.661 %
5. Penentuan porositas dengan metode injection pump diperoleh hasil
𝜙𝑒𝑓𝑓 = 19.10 %
32