Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

penghasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Nurhasanah, 2008).

Diantara tumor ganas ginekologi, kanker serviks merupakan jenis

kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari

250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut

terjadi di negara berkembang. Angka kejadian kanker serviks di berbagai

Negara adalah Asia 265.884 (54%), Europa 59.931 (12%), Amerika 14.670

(15%), Afrika 78.897 (16%), hampir 80% kasus berada di Negara

berkembang (Rasjidi, Dkk, 2007).

Di Indonesia setiap hari ditemukan 41 kasus baru dan 20 kematian

sekaligus, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker serviks setiap tahunnya.

Frekuensi relatif Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologi dan 16%

berdasarkan data rumah sakit. Departemen kesehatan RI memperkirakan

lebih banyak wanita terkena kanker serviks dengan angka kejadian berkisar

100/1000 penduduk/tahun. Masalah kanker di Indonesia sangat khas, yakni

khususnya banyak ditemukan pada stadium lanjut. Profil kesehatan 2010

1
2

menyebutkan bahwa prevelensi penyakit kanker leher rahim adalah 19,70%

per 10.000 penduduk.

RS Adnaan WD yang merupakan RS pusat di Kabupaten 50 kota

dan kota Payakumbuh terdapat 8 orang yang menderita Kanker serviks dan

4 orang meninggal dunia pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010

terdapat 7 orang yang menderita kanker serviks.

Faktor etiologi penyebab kanker serviks adalah infeksi Human

Pavilloma Virus ( HPV ), virus ini sering terdapat pada wanita yang aktif

secara seksual. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang telah diketahui yaitu

umur muda pada koitus pertama (< 15 Tahun ), banyak pasangan seksual,

kawin muda, umur muda pada kehamilan pertama, paritas tinggi, status

sosial ekonomi rendah, merokok, nutrisi, dan perubahan sistim imun. Untuk

mencegah kanker serviks dapat dilakukan dalam bentuk skrining yang

dinamakan dengan pap smear dan skrining ini sangat efektif. Skrining

adalah upaya untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang tidak

dikenal dengan memakai alat uji (Sutomo, 2010).

Pemeriksaan apusan pap smear saat ini merupakan suatu keharusan

bagi wanita sebagai sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.

Pemeriksaan ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap wanita yang telah

menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun. Pemeriksaan ini harus

dilaksanakan secara berkala minimal satu tahun sekali, walaupun wanita itu

tidak mempunyai keluhan pada organ saluran genitalia, karena kanker

serviks pada stadium dini biasanya tanpa keluhan dan dengan mata biasa

tidak mungkin dapat terdeteksi. Pemeriksaan menemukan kanker serviks


3

dini atau lesi pra kanker yang belum menimbulkan gejala klinis, sehingga

dapat dilakukan terapi dengan tuntas (Lestadi, 2009).

Berdasarkan data WHO 2008 terdapat hanya 5% wanita di negara-

negara berkembang, termasuk Indonesia yang mendapatkan pelayanan pap

smear. Sedangkan di negara-negara maju, hampir 70% wanita melakukan

pemeriksaan pap smear. Adapun salah satu masalah tidak banyaknya wanita

Indonesia yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah karena

ketidaktauan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini umumnya

disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan

penduduk Indonesia mengenai pemeriksaan pap smear (Soepardiman,

2002). Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah pada tahun 2008 tentang

karakteristik pemeriksaan pap smear di RSUZA Banda Aceh dari 88

responden 63 PUS kategori baik dan 25 orang kategori kurang. Sedangkan

dari 88 PUS hanya 25 orang PUS yang melakukan pemeriksaan pap smear.

Pada tahun 2008 dilakukan pemeriksaan pap smear secara massal

bagi pegawai negri yang dilaksanakan di RSUD SULIKI dimana didapatkan

yang melakukan pemeriksaan sebanyak 47 orang. Dari 47 orang 25 orang

menderita cervicitis kronis ringan, CIN I dan CIN II sebanyak 2 orang,

cervicitis kronis berat sebanyak 2 orang, vaginitis 1 orang, peradangan 1

orang, mikro polip 1 orang dan dalam keadaan normal sebanyak 11 orang.

Pada saat dilakukan pemeriksaan pap smear di puskesmas Koto Baru

Simalanggang untuk pegawai negeri hanya 75 orang yang melakukan

pemeriksaan.
4

Pada saat dilakukan survey awal selama 1 hari pada tanggal 18

Maret 2012 diperoleh data dari 10 orang wanita PUS hanya 1 orang yang

mengetahui tentang pemeriksaan pap smear dan dari 10 wanita PUS tersebut

belum ada yang melakukan pemeriksaan pap smear. Oleh sebab itu penulis

tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Pemeriksaan Pap Smear di

Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh

Kota Tahun 2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu: Apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap wanita

PUS dengan pemeriksaan pap smear di Wilayah Kerja Puskesmas Koto

Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap wanita

PUS dengan pemeriksaan pap smear.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan wanita PUS

tentang pemeriksaan pap smear.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap wanita PUS tentang

pemeriksaan pap smear.


5

3. Diketahuinya distribusi frekuensi wanita PUS yang melakukan

pemeriksaan pap smear.

4. Diketahuinya hubungan pengetahuan wanita PUS dengan

pemeriksaan pap smear.

5. Diketahuinya hubungan sikap wanita PUS dengan pemeriksaan

pap smear.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang

pemeriksaan pap smear khususnya bagi wanita PUS sehingga tumbuh

kesadaran untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.

2. Instansi penelitian

Agar petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang

pentingnya pemeriksaan pap smear kepada masyarakat dan sebagai

data atau informasi bagi Puskesmas Parik Rantang.

3. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah

referensi perpustakaan dan sebagai bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya.

4. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kesehatan

wanita khususnya tentang pemeriksaan kanker serviks secara dini

dengan metode pap smear.


6

E. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap

wanita PUS dengan pemeriksaan pap smear, penelitian akan dilakukan pada

wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh

Kota pada bulan Februari-April 2012. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh ibu pasangan usia subur (PUS) sebanyak 1186 orang dengan

pengambilan sampel secara sistematik sampling yang berjumlah 100 orang

PUS. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner, yang diteliti langsung oleh peneliti. Penelitian ini bersifat analitik

dengan pendekatan cross sectional study, dengan analisa data yang

digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat, data diolah dengan

manual.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan ( Knowledge)

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).

2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan:

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang lebih

diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak balita.

7
8

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam koteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan


9

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Aintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,

merancang, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup

gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi

terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab

mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya (

Notoatmodjo, 2007)

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo, 2005

adalah sebagai berikut


10

1) Cara Tradisional

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara ini telah dapat dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban

untuk memecahkan masalah, bahkan sampai sekarangpun

metode ini telah banyak jasanya terutama dalam

meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam

berbagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini juga

merupakan pencerminan dari upaya memperoleh

pengetahuan, walaupun pada taraf primitif.

b. Cara Kekuasaan (Otoritas)

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan

oleh orang. Tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan tersebut baik atau tidak. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama, maupun ilmu pengetahuan. Prinsip ini

adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan

oleh orang yang mempunyai otoritas. Terlebih dahulu

melengkapi atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran

sendiri.
11

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik. Bunyi pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang

lalu.

d. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari

sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya

dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

menggunakan jalan pikirnya baik melalui induksi maupun

deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu

melalui pertanyaan khusus pada yang umum dinamakan

induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan

dari pertanyaan-pertanyaan umum kepada yang khusus.

2) Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
12

disebut “Metode Penelitian Ilmiah” atau lebih populernya

disebut Metodologi Penelitian (Research Methodology).

1. Metode Ilmiah

Metode penelitian sebagai suatu untuk memperoleh

kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu

masalah. Metode ilmiah yang pertama kali dikenalkan

oleh Jhon Dewey adalah perpaduan proses berfikir

deduktif induktif guna pemecahan masalah.

Jhon Dewey dalam bukunya HOW WE THINK

mengatakan bahwa langkah-langkah pemecahan suatu

masalah adalah sebagai berikut :

a. Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan ini

mendorong perlunya pemecahan.

b. Merumuskan dan membatasi masalah atau kesulitan

tersebut. Di dalam hal ini diperlukan observasi untuk

mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan

masa ini.

c. Mencoba mengajukan pemecahan masalah atau

kesulitan tersebut dalam bentuk hipotesis-hipotesis.

Hipotesis ini adalah merupakan pernyataan yang

didasarkan pada suatu pemikiran atau generalisasi

untuk menjelaskan fakta tentang penyebab masalah

tersebut.
13

d. Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis

yang dirumuskan secara deduktif.

Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan

berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan melalui

penyelidikan atau penelitian.

B. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharí – hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap Belum merupakan suatu tindakan atau

aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

a. Menerima: menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan ( objek ).


14

b. Merespon ( responding ): memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah.

c. Menghargai ( valuing ): mengajak orang lain untuk megerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab ( responsible ): bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segela resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek.

C. Gambaran Umum Kanker Serviks

1. Pengertian

Kanker serviks merupakan sitologi abnormal pada serviks dan

infeksi human papilloma virus lebih sering ditemukan pada wanita

yang terinfeksi HIV, yang harus menjalani pemeriksaan apusan

serviks setidaknya setiap tahun (David, 2007).

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kanker Serviks

1. Perkawinan dalam usia muda

2. Pasangan seksual yang berganti-ganti


15

3. Jumlah kelahiran dengan jarak yang pendek dan terlalu banyak

4. Perlukaan mulut rahim yang tidak mendapat pengobatan yang

tepat

5. Higiene hubungan seksual kurang ( Manuaba, 2009).

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus yang

sudah infasi, tipe virus HPV yang dianggap berkaitan dengan kanker

serviks adalah tipe 16,18,31,35, dan 39 (Faisal, 2005).

3. Gejala Klinis Kanker Serviks:

1. O-in situ

Tetap bertahan sampai sekitar sepuluh tahun baru

mencapai stadium Early invasived. Keputihan yang sulit

sembuh, mungkin dapat disertai gatal. Terdapat perlukaan

ringan , sehingga dapat terjadi “ Kontak berdarah ” artinya

setelah hubungan seksual terjadi perdarahan. Gejala klinis ini

sangat penting dan jangan malu menyampaikan pada suami dan

mengajaknya untuk memeriksakan secara dini

2. Early invasived

Keputihan semakin banyak, kadang berbau dan bercampur

darah. Kontak berdarah semakin sering terjadi, keberadaan

tumornya masih sering terlokalisasi.

3. Stadium 1 sampai IIa

Gejala klinisnya semakin berat, keputihan terus menerus

bahkan dapat disertai darah yang bersifat intermiten. Pada akhir


16

stadium II menuju stadium III dapat disertai fistula kandung

kemih atau rektum. Akibatnya tidak terasa ketika berkemih atau

defekasi, urine atau feses selalu ikut keluar dari liang senggama.

Pengobatan operasi sangat radikal sehingga jaringan tumornya

dapat diangkat seluruhnya.

4. Stadium III-IV

Sudah terjadi metastase sehingga pengobatannya sangat

sulit dilakukan ( Manuaba, 2009 ).

D. Pasangan Usia Subur

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang saat ini hidup

bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak,

dimana umur istrinya antara 20-40 tahun dan wanita tersebut masih dalam

keadaan haid (depkes,RI, 2008). Masa ini merupakan masa terpenting bagi

wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur

dan siklus pada alat genitalia bermakna untuk memungkinkan kehamilan

(Syafrudin, 2009).

E. Pap Smear

1. Pengertian

Pap smear adalah upaya pengambilan cairan dari vagina untuk

melihat kelainan sel di sekitar leher rahim, tes pap smear hanyalah

suatu langkah skrining bukan pengobatan (Setiati, 2009). Menurut


17

Adib pap smear adalah metode pemeriksaan sel yang di ambil dari

leher rahim, kemudian sel tersebut diperiksa di bawah mikroskop

Pap smear adalah pemeriksaan sitologi serviks yang

diperkenalkan pada tahun 1941 yang terbukti menurunkan insidens

dan frekuensi mortalitas kanker serviks dari 35000 menjadi 5000

kasus tiap tahun (Morgan, 2009).

2. Tujuan Pemeriksaan Pap smear

a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal

b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker

c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel

kanker leher rahim

d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks (Betiana, 2009).

3. Manfaat Pap Smear

A. Evaluasi sitohormonal

Penilaian hormonal pada wanita dapat dievaluasi melalui

pemeriksaan sitologi apusan pap smear yang bahan

pemeriksaannya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding

lateral vagina sepertiga bagian atas.

B. Mendiagnosis peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat

didiagnosa dengan pemeriksaan sitologi apusan pap. Baik

peradangan akut maupun kronis, sebagian besar akan memberi

gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan apusan pap

sesuai dengan organisme penyebabnya, walaupun kadang-


18

kadang adapula organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang

khas pada sediaan apusan pap.

C. Identifikasi organisme penyebab peradangan

Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme atau

kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang

bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme

penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit

diidentifikasi dengan apusan pap, tetapi beberapa macam infeksi

oleh kuman tertentu menimbulkan perubahan sel yang khas pada

sediaan apusan pap, sehingga berdasarkan perubahan yang ada

pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya.

D. Mendiagnosa kelainan prakanker ( displasia ) serviks dan kanker

serviks dini atau lanjut (karsinoma insitu atau invasif )

Manfaat sitologi apusan pap yang paling banyak dikenal

dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan untuk

mendiagnosa lesi prakanker (displasia) atau kanker serviks

(Karsinoma). Dengan kemajuan di bidang sitologi apusan pap

pada saat ini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan

kanker serviks yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang

tinggi.

E. Memantau hasil terapi

Memantau hasil terapi hormonal, memantau adanya

kekambuhan pada kasus kanker yang telah di operasi, memantau


19

hasil terapi lesi prakanker atau kanker serviks yang telah diobati

dengan elektrokauter, kriosurgeri, atau konisas ( Lestadi, 2009 ).

4. Interval Pemeriksaan Tes Pap Smear

Untuk kelompok umur resiko rendah cukup 1 kali dalam 3

tahun, umur juga merupakan pertimbangan dalam menentukan saat

skrining dimulai.

Di Negara maju dan berkembang insiden kanker meningkat

sampai umur 35 tahun, dan menetap sampai umur 60 tahun dan

sesudahnya menurun.

Atas dasar hal tersebut dan dengan mempertimbangkan cost-

effective maka WHO menyarankan:

1. Skrining pada setiap wanita sekali dalam hidupnya pada

wanita berumur 35-40 tahun

2. Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 tahun pada

wanita berumur 35-55 tahun

3. Kalau fasilitas tersedia lebih, maka lakukan setiap 5 tahun

pada wanita berumur 35-55 tahun

4. Ideal atau jadwal optimal, setiap 3 tahun pada wanita

berumur 25-60 tahun

American College of Obstetricians and Gynecologist sekarang

merekomendasikan pemeriksaan pada wanita yang aktif secara seksual

atau sudah mencapai usia 1 tahun, untuk melakukan pemeriksaan

setiap tahun. Setelah 3 kali berturut-turut atau lebih menunjukan hasil


20

yang normal, maka tes berikutnya tergantung saran dari dokternya

masing-masing (Ramli, Dkk, 2005).

5. Bahan Apusan Pap Smear

A. Sekret vaginal

Diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga

atas, kegunaannya:

1. Untuk interpretasi status hormonal seorang wanita

dan menentukan ada atau tidaknya ovulasi dengan

pemeriksaan serial sitohormonal.

2. Menentukan maturitas dari suatu kehamilan dengan

menilai apakah kehamilan masih dalam masa

evolusi, mendeteksi aterm, term, atau sudah

postmatur.

3. Menentukan apakah suatu kehamilan muda terancam

terjadi abortus.

B. Sekret serviks

Diambil dengan mengapus seluruh permukaan porsio

serviks sekitar orifisium uteri eksternum, kegunaanya:

1. Menentukan penyebab infeksi serviks pada wanita

yang mengalami keputihan atau leukorea.

2. Mendiagnosa dan deteksi dini lesi prakanker (

displasia ) dan kanker serviks.


21

C. Sekret endoserviks

Diambil dengan permukaan mukosa endoserviks dan

daerah squamo-columnar junction, dengan spatula Ayre

modifikasi atau cytobrash, kegunaannya:

1. Mendiagnosa dan deteksi dini lesi prakanker dan

kanker serviks, karena predeteksi kanker serviks

paling sering dijumpai pada daerah squamo-

columnar junction.

2. Mendiagnosa penyakit infeksi yang terdapat di

dalam endoserviks, terutama infeksi chlamydia.

D. Sekret endometrial

Diambil dengan mengapus permukaan mokosa

endometrium dengan alat khusus yang disebut sapu

endometrium (balai endometre), kegunaannya untuk Interpretasi

sitohormonal seorang wanita, mendiagnosis penyakit

ketidakseimbangan hormonal, penyakit infeksi, tumor jinak dan

tumor ganas endometrium. Sitologi endometrium sampai saat ini

masih belum populer di Indonesia.

E. Sekret forniks posterior

Diambil dengan cara aspirasi menggunakan pipet panjang

yang terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan sebuah

pompa dari karet. Saat ini sering digunakan untuk mendeteksi

adanya kanker endometrium, apabila dokter ahli ginekologi


22

tidak mempunyai alat sapu endometrium untuk mengambil

sekret endometrium dari kavum uteri (Lestadi, 2009 ).

6. Syarat Pengambilan Bahan

1. Sekret vagina berasal dari porsio serviks

2. Pengambilan sekret harus dilaksanakan pada keadaan vagina

normal tanpa infeksi dan tanpa pengobatan lokal, paling sedikit

dalam waktu 48 jam terakhir

3. Pengambilan apusan pap dapat dilakukan setiap waktu diluar

masa haid, yaitu sesudah haid hari ketujuh sampai dengan masa

pramenstruasi

4. Apabila klien mengalami gejala pendarahan diluar masa haid

dan dicurigai penyebabnya kanker serviks, sediaan apusan pap

harus dibuat saat itu walaupun ada pendarahan

5. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai

selesai pengobatan

6. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina

(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat

melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-

kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam

7. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan

saja (Romauli, Dkk, 2009).


23

7. Alat yang Digunakan Dalam Pemeriksaan Pap Smear

1. Kaca objek.

2. Bahan fiksasi berupa cairan fiksasi alkohol 95% dalam tabung

atau bahan fiksasi kering berupa cytotrep, dryfix, dan hair spray.

3. Pensil gelas atau pensil intan ( diamond pencil )

4. Spatula ayre dari kayu model standar atau model modifikasi.

5. Lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush

6. Sapu endometrium ( balai endometre )

7. Spekulum vagina cocor bebek ( spekulum cusco )

8. Lampu sorot yang dapat digerakkan.

9. Formulir permintaan pemeriksaan sitologi apusan pap ( Lestadi,

2009).

8. Fiksasi Sediaan

Bahan sediaan sitologi apusan pap smear:

1. Alkohol 95%

2. Alkohol eter dengan perbandingan 1:1

3. Cytocrep, dry-fix, atau hair spray untuk fiksasi kering

9. Langkah-Langkah Pengambilan Apusan Pap Smear

1. Persiapan pasien

a. Melakukan informet consent

b. Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur

ginekologi dan lampu sorot

c. Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah


24

d. Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi

dengan posisi litotomi.

2. Persiapan alat

a. Menyiapkan perlengkapan atau bahan yang diperlukan

b. Menyusun perlengkapan atau bahan secara ergonomis

3. Pelaksanaan

a. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir

dengan metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan

handuk kering dan bersih

b. Menggunakan handscoon steril

c. Melakukan vulva higyene

d. Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda

infeksi

e. Memasang spekulum dalam vagina

f. Memasukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan

ujung spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari

seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan

dengan menggerakkan spatel ayre searah jarum jam,

diputar melingkar 360°

g. Ulaskan sekret yang telah diperoleh pada kaca objeck

glass secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu

tipis

h. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat


25

i. Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril

dengan menggunakan tampon tang

j. Keluarkan spekulum dari vagina secara perlahan-lahan

k. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan

l. Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung

tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%)

m. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan

metode tujuh langkah

n. Temui klien kembali

o. Mencatat hasil tindakan dalam status (Romauli, Dkk,

2009)

Prinsip fiksasi adalah memfiksasi sediaan secepat

mungkin dengan memasukkan segera sediaan kedalam

cairan fiksasi atau menyemprot dengan hair spray sewaktu

sekret masih segar dan jangan ditunggu sampai kering baru

difiksasi, karena akan tampak defek pengeringan pada

sediaan, yang dapat menyulitkan interpretasi sitologi,

terutama untuk interpretasi sitologi hormonal

a. Fiksasi basah

Fiksasi basah dibuat setelah sediaan selesai

dibuat, sewaktu sekret masih segar dimasukkan

segera kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi

selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan

dikeringkan serta dikeringkan serta dikirim dalam


26

keadaan kering terfiksasi atau dapat pula sediaan

dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi di

dalam botol.

b. Fiksasi kering

Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai

dibuat, sewaktu sekret masih segar segera disemprot

hair spray pada kaca objek yang mengandung

apusan sekret tersebut, dengan jarak kurang lebih

10-15 cm dari kaca objek, sebanyak 2 sampai 4 kali

semprotan. Kemudian keringkan sediaan dengan

membiarkannya di udara terbuka selama 5-10 menit.

Setelah kering, sediaan dikirim ke laboratorium

sitologi ( Lestadi, 2009 ).

10. Kesalahan Umum Pada Proses Pembuatan dan Pulasan Sediaan

Apusan Pap Smear

1. Apusan sekret yang tidak cukup atau tidak memadai jumlahnya

2. Sediaan mengandung sekret yang terlalu tebal dengan

penyebaran yang tidak merata diatas kaca objek

3. Apusan sekret diambil dari lokasi yang salah, misalnya dari

dinding posterior vagina yang seharusnya dari porsio serviks

4. Menggunakan kaca objek yang belum dibersihkan dari lapisan

lemaknya

5. Pengeringan sediaan di udara terbuka sebelum difiksasi atau

selama proses pulasan


27

6. Fiksasi yang kurang adekuat. Waktu fiksasi terlalu singkat atau

kadar cairan fiksasi alkohol terlalu rendah.

7. Pulasan yang tidak memadai, misalnya waktu tidak tepat,

dehidrasi kurang sempurna, atau kesalahan pada pembuatan

campuran zat warna pulasan ( Lestadi, 2009 ).

11. Hasil Bacaan Sitologi Tes Pap Smear

1. Klas 1 : Tidak tampak sel abnormal

2. Klas 2 : Adanya sel yang atipik tapi tak ada tanda-tanda

keganasan

3. Klas 3 : Adanya sel-sel yang abnormal tapi tidak

menyokong untuk keganasan

4. Klas 4 : Hasil sitologi cenderung menyokong suatu

keganasan

5. Klas 5 : Jelas ditemukan sel-sel yang menunjukan

keganasan (Nogroho, 2010).


28

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

pengetahuan dan sikap wanita PUS, sedangkan variabel dependennya yaitu

pemeriksaan pap smear. Bentuk kerangka konsepnya adalah :

Pengetahuan
Pemeriksaan Pap
Smear

Sikap

Variabel Independent Variabel Dependen

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur

Pengethuan Segala sesuatu Koesioner Wawancara Tinggi Ordinal

yang diketahui (memperoleh nilai ≥

PUS tentang mean)

pemeriksaan pap Kurang

smear (memperoleh nilai< mean

28
29

Sikap Respon atau Kuesioner Wawancara a. Positif Ordinal

tanggapan yang (X ≥ Mean)

diungkapkan b. Negatif

oleh wanita PUS (X < Mean)

tentang

pemeriksaan pap

smear

Pemeriksaan Pengambilan Kuesioner Dilihat a. Ya Nominal

Pap Smear cairan dari apakah (Jika wanita PUS

pada wanita vagina untuk wanita PUS mempunyai hasil

PUS melihat kelainan melakukan pemeriksaan pap smear)

sel di sekitar pemeriksaa b. Tidak

leher rahim yang n pap smear (Jika wanita PUS tidak

dilakukan oleh mempunyai hasil

wanita PUS pemeriksaan pap smear)

C. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan wanita PUS dengan pemeriksaan pap

smear

2. Ada hubungan sikap wanita PUS dengan pemeriksaan pap smear


30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat analitik

dengan pendekatan cross sectional. Dalam cross sectional ini variabel sebab

atau resiko dan akibat dari kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur

dan dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu bersamaan

( Notoatmojo, 2003 )

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari – April

tahun 2012.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh wanita PUS yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh Kota

(Machfoedz, 2009).

30
31

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,

2005).

Sampel dalam penelitian ini diambil dari PUS yang ada di

Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima

Puluh Kota. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

secara cluster sampling dimana sampel diambil secara gugus yaitu

mengambil 20% dari 7 nagari yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh Kota. Didapatkan 1

nagari yang menjadi sampel yang diambil secara random. Perhitungan

besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar populasi

dengan menggunakan rumus di bawah ini

N
n=
1+N (d²)

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

D = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan dalam

penelitian adalah 10%

Maka besar sampel dalam penelitian ini adaah:

N
n= 1+N (d)²

1186
n= 1+ 1186(0.1)²
32

1186
n= 1187(0,01)

n = 99,9 orang

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini yaitu 100 orang

Teknik pengambilan sampel di setiap jorong adalah

dengan cara systematic sampling (pengambilan sampel secara

acak sistematis) yaitu dilakukan dengan cara membagi jumlah

populasi dengan jumlah sampel. Hasilnya adalah interval

sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau

anggota populasi . Maka anggota populasi yang terkena sampel

adalah setiap elemen dari kelipatan interval (Notoatmodjo,

2005).

Kriteria Sampel adalah :

a. Kriteria Inklusi

1) Wanita PUS usia 20 – 40 tahun

2) Bersedia diminta menjadi responden

3) Berada ditempat sewaktu penelitian berlangsung

4) Dapat berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria Ekslusi

1) Jika responden tidak bisa ditemui dalam 2 kali

kunjungan.

2) Responden tidak bersedia diwawancarai

3) Responden mengalami gangguan bicara/

komunikasi.
33

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

peneliti dari yang sebelumnya tidak ada, dan tujuannya

disesuaikan dengan keperluan penelitian

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari data yang

telah terkumpul yaitu data dari Puskesmas Parik Rantang

(Alimul, 2009).

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengisian

kuesioner, dimulai dari peneliti memperkenalkan diri kepada

responden, menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, memberikan

penjelasan tentang cara pengisian kuesioner, kemudian memberikan

kuesioner pada responden untuk diisi.

Apabila ada responden yang tidak mengerti tentang kuesioner

maka ditanyakan langsung kepada peneliti, setelah selesai kemudian

kuesioner dikumpul dan dilakukan penghitungan.

E. Aspek Pengukuran

1. Pengukuran pengetahuan

Sebelum menentukan kategori tinggi dan rendah, terlebih dahulu

menentukan kriteria ( tolak ukur ) yang akan dijadikan penentuan


34

pengukuran pengetahuan. Kemudian masing – masing pertanyaan

diberi skor atau bila jawaban masing – masing sesuai dengan system

penilaian yaitu :

1. Skor jawaban yang salah adalah 0 ( skor minimal dari setiap

aspek jawaban di kali jumlah kuesioner )

2. Skor jawaban yang benar adalah 1 ( skor maksimal dari setiap

aspek jawaban di kali jumlah kuesioner )

Variabel pengetahuan dikategorikan menjadi:

a. Tinggi : Jika memperoleh nilai ≥ mean

b. Rendah : Jika memperoleh nilai < mean (Nurhasanah, 2008)

Rumus :

𝑋𝑖
𝑋=∑
𝑛

Keterangan : X = Nilai rata-rata

Xi = Jumlah nilai responden keseluruhan

N = Jumlah sampel

2. Pengukuran Sikap

Dalam pengukuran sikap ini, peneliti mengambil satuan skala

likert karena lebih mudah, skala likert dapat digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau

masalah yang ada di masyarakat atau dialaminya. Beberapa bentuk

jawaban pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert, salah

satunya adalah sebagai berikut :


35

1) Pernyataan positif

a. Sangat setuju ( SS ) : Nilainya 4

b. Setuju ( S ) : Nilainya 3

c. Tidak setuju ( TS ) : Nilainya 2

d. Sangat tidak setuju ( STS ) : Nilainya 1

2) Pernyataan negatif

a. Sangat setuju ( SS ) : Nilainya 1

b. Setuju ( S ) : Nilainya 2

c. Tidak setuju ( TS ) : Nilainya 3

d. Sangat tidak setuju ( STS ) : Nilainya 4

Rumus :

𝑋𝑖
𝑋=∑ 𝑛

Keterangan : X = nilai rata-rata

Xi = Jumlah nilai responden keseluruhan

N = jumlah sampel

Penilaian terhadap responden di kategorikan :

a. Positif : Apabila skor yang di peroleh responden ≥ X mean

b. Negatif: Apabila skor yang di peroleh responden < X

mean

3) Penilaian terhadap pemeriksaan pap smear

a. Ya : Bila responden melakukan pemeriksaan

b. Tidak : Bila responden tidak melakukan pemeriksaan


36

8. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Mengedit data ( editing ): Setelah kuesioner diisi oleh

responden, maka kuesioner tersebut diperiksa apakah sudah diisi

sesuai dengan petunjuk pengisian.

b. Memberi kode ( cooding ): Setelah diposisikan kelengkapan

data, dilakukan pemberian nomor pada setiap jawaban agar

memudahkan dalam mengolah data.

c. Data entry: Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

program komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Merupakan analisa yang digunakan untuk melihat

gambaran dari masing-masing variabel dari hasil penelitian.

Biasanya dalam analisis ini hanya melihat presentase data yang

dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori

yang ada.

Rumus yang digunakan adalah:

𝑋𝑖
𝑋=∑ 𝑛

Keterangan : X = nilai rata-rata

Xi = Jumlah nilai responden keseluruhan

N = jumlah sampel
37

b. Analisa Bivariat

Merupakan analisis data yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi, yang diolah

secara manual dengan uji statistik menggunakan rumus chi

square ( X² ).

Pada uji statistik digunakan batas kemaknaan ( α ) 0,05

sehingga bila terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap

wanita PUS dengan pemeriksaan pap smear (X² hitung > X²

tabel ) maka hasil hitungan tersebut secara statistik bermakna

dan bila tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap

wanita PUS dengan pemeriksaan pap smear (X² hitung < X²

tabel ) maka hasil hitungan secara statistik tidak bermakna.

Dengan rumus:

(𝑂−𝐸)²
𝑋² = ∑ 𝐸

0 = Hasil observasi

X² = Chi – square E = Expected

∑ = Jumlah total

(Nazir, 2003)

Anda mungkin juga menyukai