Anda di halaman 1dari 4

[Type the document title]

Interferon
Interferon dapat digunakan pada pasien interferon tidak boleh diberikan pada pasien
dengan karakteristik: dengan karakteristik:
- Pasien muda yang telah memenuhi indikasi 1. Pasien sirosis dekompensata.
terapi, tanpa penyakit penyerta, dan memiliki 2. Pasien dengan gangguan psikiatri.
biaya yang mencukupi. 3. Pasien yang sedang hamil.
- Pada pasien yang diketahui terinfeksi VHB 4. Pasien dengan penyakit autoimun aktif.
genotip A atau B, mengingat penelitian yang
ada telah membuktikan bahwa terapi
interferon akan memberikan efektivitas yang
lebih baik pada infeksi VHB dari genotip
tersebut.

Lamivudin dapat dipertimbangkan untuk Sebaliknya, lamivudin tidak boleh diberikan pada
digunakan pada: pasien dengan karakteristik:
1. Pasien naif dengan DNA VHB <2 x 108 1. Pasien yang sudah resisten terhadap
IU/mL, status HBeAg positif, ALT >2x lamivudin, telbivudin, atau entecavir.
batas atas normal.
2. Lamivudin dapat diteruskan bila pada
minggu ke-4 pasien mencapai DNA VHB < 2
x 103 IU/mL, serta pada minggu ke-24
mencapai DNA VHB <2 x 102 IU/mL
Adefovir Dipivoxil
Adefovir dapat diberikan pada keadaan Sebaliknya, adefovir tidak disarankan pada
sebagai berikut: pasien:
1. Pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif, 1. Hepatitis B kronik dengan gangguan
dengan DNA VHB rendah, dan ALT ginjal.
tinggi. 2. Pasien hepatitis B yang resisten terhadap
2. Pasien dengan riwayat gagal terapi dengan adefovir.
pemberian analog nukleosida. 3. Pasien dalam pengobatan adefovir yang
tidak menunjukkan respon pada minggu ke-
24 (bila hal ini terjadi, ganti strategi terapi
dengan menambahkan atau mengganti ke
analog nukleos(t)ida lain. Keterangan lebih
jelas dapat ditemukan di bagian kegagalan
terapi).
Entecavir
Dapat disimpulkan entecavir dapat diberikan Entecavir tidak disarankan untuk diberikan
pada keadaan sebagai berikut : pada keadaan sebagai berikut:
1. Pasien hepatitis B naif. 1. Pasien hepatitis B yang resisten
2. Pasien dengan hepatitis B kronik dan terhadap entecavir.
sirosis.

[Type text] Page 1


[Type the document title]

Telbivudin
Telbivudin dapat digunakan pada: Sebaliknya, telbivudin tidak boleh diberikan pada
1. Pasien naif dengan DNA VHB <2 x 108 pasien dengan karakteristik:
IU/mL, status HBeAg positif, ALT >2x 1. Pasien yang sudah resisten terhadap
batas atas normal. lamivudin, telbivudin, atau entecavir.
2. Telbivudin juga dapat diteruskan bila pada
minggu ke-24 mencapai DNA VHB tak
terdeteksi.
Tenofovir Disoproxil Fumarate
Dapat disimpulkan tenofovir dapat diberikan Tenofovir tidak disarankan untuk diberikan
pada keadaan sebagai berikut : pada keadaan sebagai berikut:
1. Pasien hepatitis B naif. 1. Pasien hepatitis B yang resisten tenofovir.
2. Pasien dengan hepatitis B kronik dan 2. Pasien hepatitis B dengan gangguan ginjal.
sirosis.

[Type text] Page 2


[Type the document title]

Kegagalan terapi:

- Respon virologis parsial


o Pastikan adanya kepatuhan obat
o Lamivudin dan telbivudin  minggu respon virologis parsial pada minggu ke 24
merupakan indikasi pengganti terapi ke obat lain
o DNA VHB tidak < 103kopi/mL (200 IH/mL) pada minggu ke 24
o Adefovir  biasa pada minggu ke 48
- Virologic breaktrough dan resistensi
o Resistensi dibagi atas resistensi genotip atau resistensi fenotip. Resistensi fenotip
biasanya bisa dinilai dari adanya kenaikan kembali DNA VHB atau ALT
sementara resistensi genotip diketahui dengan melakukan pemeriksaan
laboratoris, yakni pemeriksaan DNA VHB direct sequencing yang dapat menilai
seluruh kemungkinan resistensi.

Resistensi lamivudin  penambahan adefovir, penggantian terapi ke entecavir atau tenofovir.

Resistensi adefovir  penambahan lamivudin atau telbivudin, penggantian ke entecavir, atau


tenofovir

Resistensi lamivudin dan adefovir penggantian ke tenofovir dengan atau tanpa tambahan
entecavir

Telbivudin  penambahan adefovir, penambahan tenofovir, atau penggantian ke tenofovir.


Entecavir  penggantian ke tenofovir

resistensi tenofovir penambahan lamivudin, telbivudin, atau entecavir.

Terapi pada sirosis hepatis kompensata

Terapi dengan interferon maupun analog nukleos(t)ida pada sirosis kompensata menunjukkan
penurunan risiko menjadi sirosis dekompensasi atau KHS dan peningkatan kesintasan pada
kelompok terapi. IFN dan Peg-IFN terbukti aman dan efektif digunakan pada pasien hepatitis
B dengan sirosis kompensata.
Terapi pada sirosis hepatis dekompensata

Terapi pada pasien dengan sirosis harus dimulai sedini mungkin. Interferon tidak dapat
diberikan pada kondisi sirosis dekompensata. Lamivudin atau telbivudin dapat digunakan
pada pasien naif dengan sirosis dekompensata. Entecavir dan tenofovir efektif terhadap
pasien naif maupun pasien dengan resisiten lamivudin. Pemantauan fungsi renal dan asidosis
laktat dianjurkan pada pasien dengan skor MELD>20.

[Type text] Page 3


[Type the document title]

ANTIVIRUS

 Lamivudin
- Lamivudin menghambat enzim reverse transkiptase yang berfungsi dalam transkipsi
balik dari RNA menjadi DNA yang terjadi dalam replikasi VHB
- Menghambat produksi VHB baru dan mencegah terjadinya infeksi hepatosit sehat
yang belum terinfeksi, tapi tidak mempengaruhi sel yang telah terinfeksi
- Obat dihentikan  titer DNA VHB akan balik seperti semula karena sel yang telah
terinfeksi akan memproduksi virus baru lagi
- Dapat terjadi kekebalan pada lamivudin (biasanya muncul setelah terapi 6 bulan) 
ganti dengan analog nukleosid lain (adefovir dan enticavir)
- Kekurangan: sering timbul kekambuhan
- Kelebihan: keamanan, toleransi pasien, harga murah
 Adefovir dipivoksil
- Menghambat enzim reverse transcriptase
- Dipakai jika kebal dengan lamivudin
- Dosis: 10mg/ hari
- Efek samping: toksisitas pada ginjal apabila dosis > 30mg/ hari
- Kekurangan: mahal, kurang data mengenai khasiat
- Keuntungan: jarang terjadi kekebalan (baik untuk penyakit hati kronis yang parah),
 Analog nukleosida lain
- Famciclovir dan emtericitabine (FTC)

Indikasi terapi anti virus:

- Hep B kronis dengan ALT ≥ 2x nilai normal tertinggi, dengan DNA positif

[Type text] Page 4

Anda mungkin juga menyukai