Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kerja Praktek

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai Negara berkembang membutuhkan banyak energy untuk mendukung
Kegiatan industry didalamnya. Salah satu energy yang dibutuhkan adalah energy listrik.
Kebutuhan energi listrik meningkat dari tahun ketahun. Upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan energy listrik tersebut adalah program percepatan
pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW diseluruh Indonesia.
Di dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap II,
tersebutlah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). PLTP mempunyai karakteristrik
yang unik dibandingkan sistem pembangkitan listrik lainnya. Karakteristrik tersebut antara lain
PLTP tidak memiliki sistem steam generator dan salah satu energi terbarukan. Fungsi dari
steam generator Pada PLTP digantikan oleh sumur pemasok uap kering maupun sumur
pemasok uap basah. Namun, Uap yang dihasilkan oleh sumur belum bias memenuhi standar
kualitas uap 88% sehingga uap tersebut memerlukan proses lebih lanjut. Selanjutnya, PLTP
mempunyai sistem reinjeksi air yang telah keluar dari sistem pembangkitan. Air akan
diinjeksikan kembali pada sumur injeksi. Oleh karena itu PLTP dikatakan sebagai energi
terbarukan karena air yang masuk melalui sumur injeksi akan dipanaskan kembali oleh bumi
dan menghasilkan uap.
PLTP di Indonesia sendiri mempunyai prospek yang tinggi dikarenakan wilayah
Indonesia memiliki potensi sumur uap kering maupun sumur uap basah yang besar (40%
Dunia). Salah satu sumur uap kering yang sudah dimanfaatkan energinya adalah sumur di
wilayah kamojang, Garut. Uap kering tersebut dirubah energi menjadi energi listrik oleh PLTP
unit II, III, dan unit IV kamojang. PLTP unit II,III dikelola oleh PT. Indonesia Power sedangkan
PLTP unit IV dikelola oleh PT. Pertamina Geotermal Energi.
Dalam situasi kritis Energi listrik yang sedang dihadapi Indonesia khususnys dipulau
jawa, yang semakin hari dirasakan semakin berst akibat tidak seiringnya pembangunan
pembangkit Tenaga Listrik dengan pertumbuhan industri yang terjadi saat ini, maka satu dari
anak perusahaan PLN yaitu PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Kamojang
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menaikan produksinya agar memperoleh
penambahan keuntungan dan memberikan pelanyanan bagi konsumennya dengan baik.
Untuk memenuhi target produksi yang telah ditetapkan perlu adanya pemeliharaan
semua sistem dengan baik sehingga kinerja dari setiap mesin dan alat bantu lainnya dapat

Universitas Pasundan Bandung 1


Laporan Kerja Praktek

berfungsi sesuai dengan fungsinya. Tidak lepas dari semua itu juga ada pengaruh terhadap
kinerja peralatan penunjuk lainnya seperti : separator, condensor, After condenser, Main
Cooling Water Pump, Cooling Tower, Compressor dan lain-lain.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
SKS dalam menempuh jenjang pendidikan S1 di program studi Teknik Mesin. Secara garis
besar tujuan dari kerja praktek ini adalah “ (Pemeliharaan Pada Komponen After Condensor
) di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
Adapun secara lebih detail kerja praktek dan penelitian ini berjudul : Maintenance
1.2.1 Sistematika Penulisan
a) Untuk memperoleh pengalaman operasional dalam suatu industry mengenai
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan bidang yang
di ambil oleh penulis.
b) Untuk memperoleh kesempatan dalam menganalisa permasalahan yang ada
di lapangan berdasarkan teori yang di peroleh selama proses belajar.
c) Untuk memperoleh wawasan tentang dunia kerja, khususnya di PT.
Indonesia Power.
1.2.2 Bagi institusi pendidikan
a) Menjalani kerjasama antara pihak universitas dengan dunia industry.
b) Mendapatkan bahan masukan pengembangan teknis pengajaran antara link
and match dunia pendidikan dan dunia kerja.
c) Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi.
d) Membina hubungan baik dengan pihak institusi pendidikan dan siswanya.
1.2.3 Bagi perusahaan
Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan dunia
pendidikan.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek ini dihasilkan dari tanggal 01 Mei 2016 sampai dengan 31 Mei 2016 di
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang yang beralamat di Kampung Pangkalan, Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, dengan alamat perusahaan yaitu
Jalan Komplek Perumahan PLTP Kamojang Garut 44101.

Universitas Pasundan Bandung 2


Laporan Kerja Praktek

1.4 Batasan Masalah

Karena begitu banyaknya bahasan yang ada di PLTP Kamojang, untuk dapat melakukan
pembahasan yang lebih dalam, maka penulis membatasi permasalahan dalam pembuatan
Laporan Kerja Praktek ini. Penulis hanya akan membahas tentang maintenance after condenser
unit 3 di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.

1.5 Metode Pengambilan Data

Dalam Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang, digunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap alat proses yang dijadikan objek permasalahan.
2. Metode Wawancara
Metode Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab langsung kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek yang diamati.
3. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka penulis lakukan dengan membaca buku-
buku manual operasional dan buku-buku pendukung yang telah tersedia di
perpustakaan perusahaan. Data tersebut selanjutnya dibandingkan dengan keadaan
nyata yang ada di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membagi dalam 4 bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang Latar Belakang, Waktu dan Tempat Pelaksanaan,
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek, Batasan Masalah, Metode Pengumpulan
Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUWAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini membahas secara singkat tentang profil perusahaan PT. Indonesia
Power Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang
BAB III TEORI DASAR
Bab ini membahas mengenai sistem kondensasi pada after condenser
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisa dan pengolahan data
BAB V PENUTUP

Universitas Pasundan Bandung 3


Laporan Kerja Praktek

Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap materi yang penulis
tulis dalam laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi buku acuan yang digunakan dalam penulis laporan kerja praktek.
LAMPIRAN

Universitas Pasundan Bandung 4


Laporan Kerja Praktek

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Latar Belakang

Gambar 2.1 Logo Perusahaan


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

PT. Indonesia Power adalah sebuah perusahaan pembangkitan tenaga listrik yang
didirikan pada 22 Oktober 1982, memiliki 133 pembangkit yang tersebar di lokasi-lokasi
strategis di Pulau Jawa dan Bali. Unit-unit itu dikelola dan dioperasikan oleh delapan Unit
Bisnis Pembangkitan (UPJP), yaitu UPJP Suralaya, UPJP Priok, UPJP Saguling, UPJP
Kamojang, UPJP Mrica, UPJP Semarang, UPJP Perak Granti dan UPJP Bali, serta satu unit
Bisnis Jasa Pemeliharaan.

Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang berlokasi di daerah perbukitan sekitar 1500 meter
dari permukaan laut dan 42 km ke arah tenggara Kota Bandung, terdiri dari tiga Unit Bisnis
Pembangkit, yaitu unit PLTP Kamojang, Darajat dan unit PLTP Gunung Salak. Unit bisnis ini
mengelola dan mengoperasikan tujuh Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Sejarah berdirinya UPJP Kamojang diawali dengan penemuan gas alam di Kamojang
pada tahun 1918 ketika zaman pemerintahan Belanda. Pada tahun 1926 dilakukan penggalian
lima buah sumur. Pada tahun 1971 pemerintah Indonesia bekerja sama dengan para ahli dari
New Zealand mulai mengadakan survei dan studi kelayakan pemanfaatan sumber energi panas
bumi di sekitar Kamojang untuk suatu PLTP, kemudian pada tahun 1972 Indonesia dan New
Zealand mengadakan eksplorasi di Kamojang. Kerjasama antara Indonesia dan New Zealand
dimulai dengan penandatanganan “Exchange Of Letter” yang dilakukan oleh kedua belah
pihak. Pihak Indonesia menunjuk PERTAMINA dan PLN sebagai pelaksana bidang
penyelidikan ilmiah, pengembangan lapangan panas bumi dan pembangunan fisik

Universitas Pasundan Bandung 5


Laporan Kerja Praktek

PLTP.Sedangkan pihak New Zealand diwakili oleh menetri luar negeri dan duta besar
pemerintahan New Zealand serta Geothermal Energy New Zealand (GENZL) sebagai
kontraktor. Pada bulan September 1976 dilakukan pengeboran 10 buah sumur produksi dengan
kedalaman antara 1000-1500 meter, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan fisik pada
bulan Maret 1978 dan selesai pada bulan Agustus 1978.

Pada 7 Februari 1983, UPJP Kamojang diresmikan oleh Presiden Soeharto dan mulai
beroperasi membangkitkan daya listrik sebesar 30 MW (Unit I) untuk disalurkan ke Garut dan
Bandung. Pada bulan Agustus 1984, dilakukan pembangunan fisik Unit II dan Unit III dengan
kapasitas listrik masing-masing sebesar 55 MW. Pembangunan fisik Unit II dan Unit III selesai
pada tahun 1987, Unit II mulai beroperasi pada bulan Juli 1987 dan Unit III mulai beroperasi
pada bulan November 1987. Dengan demikian, saat ini UPJP Kamojang memiliki tiga PLTP
(Unit I, Unit II dan Unit III) dengan kapasitas total sebesar 140 MW.

Pembangunan PLTP di UPJP Darajat diselesaikan pada tahun 1993, diikuti dengan
pembangunan PLTP du UPJP Gunung Salak yang terdiri dari Unit I pada tahun 1994, Unit II
pada tahun 1995 dan Unit III pada tahun 1997. Pada awal operasinya Unit Gunung Salak I, II
dan III memiliki kapasitas masing-masing unit 55 MW, pada 2005 kapasitas unit ditingkatkan
(uprated) menjadi masing-masing 60 MW. Beroperasinya PLTP di UPJP Darajat dan UPJP
Gunung Salak semakin memperbesar kapasitas PLTP UPJP Kamojang yang sebelumnya hanya
berasal dari UPJP Kamojang dan sampai saat ini UPJP Kamojang telah mengoperasikan PLTP
dengan kapasitas total sebesar 375 MW. UPJP Kamojang mengelola dan mengoperasikan tujuh
Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Berikut ini adalah daftar ketujuh buah PLTP yang
beroperasi di UPJP Kamojang.

Tabel 2.1 Daftar Unit PLTP INDONESIA POWER

Tahun Awal
Unit Kapasitas Manufaktur
Operasi
Kamojang 1 55 MW MITSUBISHI 1983
Kamojang 2 55 MW MITSUBISHI 1987
Kamojang 3 55 MW MITSUBISHI 1987
MITSUBISHI/Fuji
Darajat 1 55 MW 1993
Electric
Gunung Salak 1 60 MW Ansaldo 1994
Gunung Salak 2 60 MW Ansaldo 1995
Gunung Salak 3 60 MW Ansaldo 1997

Universitas Pasundan Bandung 6


Laporan Kerja Praktek

2.2 Visi dan Misi PT. Indonesia Power

A. Visi
Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan.

B. Misi

Melakukan usaha dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dengan mengembangkan


usaha-usaha lain yang berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat,
guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan jangka panjang.

C. Motto
Trust us for power excellence

2.3 Struktur Organisasi PLTP Kamojang

Struktur organisasi PLTP Kamojang yang ada pada awalnya bernaung di bawah PT.
PLN Unit Pembangkitan Listrik Jawa-Bali (PT. PLN PJB 1). Kemudian pada tahun 2000
berubah namanya menjadi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang dengan tugas-tugas pokok
dalam manajemen adalah sebagai berikut:
a. General Manager
General manager mempunyai tugaas memimpin dan mengurus unit pembangkitan sesuai
dengan tujuan dan lapangan usahanya, dengan berusaha meningkatkan kerja unit
pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Mengevaluasi perkembangan unit pembangkitan dan lingkungan yang
mempengaruhinya serta melaksanakan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan PLTP Kamojang.

2. Menyusun rencana strategi PLTP Kamojang untuk mencapai tujuan sesuai dengan
lapangan usahanya, dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan perusahaan dan
memproses pengesahan Direksi.

3. Mengarahkan dan membina program-program operasi dan pemeliharaan unit


pembangkitan.

4. Menetapkan standar-standar prosedur pelaksanaan meliputi operasi, pemeliharaan,


logistik, anggaran keuangan dan akuntansi dengan memperhatikan ketentuan yang lebih
tinggi.

Universitas Pasundan Bandung 7


Laporan Kerja Praktek

b. Engineer (Mesin, Listrik, Kontrol dan Instrumen)

Engineer mempunyai tugas membantu GM dalam penyusunan anggaran keuangan dan


akuntansi, pembinaan, pengembangan, manajemen pengelolaan lingkungan serta
melaksanakan evaluasi dari realisasi dan pencapaian target kerjanya. Dengan membuat
suatu analisis dan masukan kepada GM. Perannya: memimpin dan mengelola bidang
masing-masing untuk mencapai target dan sasaran Unit Bisnis.

c. Manager Operasi dan Pemeliharaan

Tugas pokok dari manager operasi dan pemeliharaan adalah mengkoordinasikan


pengelolaan operasi dan pemeliharaan Unit Pembangkitan dan kegiatan utama sebagai
berikut:

1. Penyusunan rencana kegiatan operasional bidang operasi.


2. Penyusunan rencana operasional penggunaan uap.
3. Pengembangan sistemdan prosedur operasi.
4. Pengkoordinasian pelaksanaan operasi.
5. Pengelolaan penjualan energi.
6. Pengendalian kehandalan dan efisiensi pengoperasian.
7. Pembinaan kompetisi bidang operasi pembangkitan.

d. Manager Keuangan dan Akuntansi

Tugas dari manager keuangan adalah mengkoordinasikan pengelolaan sumberdaya


manusia dan system informasi unit bisnis pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai
berikut:

1. Pengembangan organisasi.
2. Perencanaan dan pengadaan pegawai.
3. Pengembangan kompetensi.
4. Administrasi kepegawaian.
5. Pengelolaan implementasi budaya perusahaan.
6. Akuntansi.
7. Perpajakan.
8. Keuangan.
9. Anggaran.
10. Keamanan dan Humas.

Universitas Pasundan Bandung 8


Laporan Kerja Praktek

2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pada tanggal 03 Mei 2016 sampai tanggal 04 Mei 2016 kami diberi pengarahan oleh
pak dodi mengenai keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan (K3) saat saya menyimak
keselamatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap penyelenggaraan
kegiatan industri. Sebagai salah satu industri yang bergerak di bidang penyediaan energi listrik,
UPJP Kamojang memiliki kebijakan K3, kimia dan lingkungan untuk meningkatkan
keselamatan dalam melaksanakan aktivitasnya seehari-hari. Selain itu ada beberapa alasan yang
menjadi isu lokal dalam pengadaan kebijakan K3, kimia dan lingkungan di UPJP Kamojang,
yaitu kewajiban untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
meningkatnya kesadaran pekerja akan arti pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,
permintaan pelanggan akan penerapan sistem manajemen dan kelselamatan kerja, serta
kebutuhan kebutuhan pelanggan akan sistem manajemen terpadu.saat ini UPJP Kamojang telah
menerapkan kebijakan K3 sesuai dengan OHMS OHSAS 18001 (Occupational Health and
Safety Management System) “standar ISO 19001 dan 14001”. Atas keberhasilannya dalam
menerapkan kebijakan yang telah dibuat, UPJP Kamojang mendapat penghargaan zero
accident.

Kecelakaan dalam kerja dapat disebabkan olehbeberapa faktor, antara lain: faktor
manajemen, faktor manusia, dan faktor teknis. Kecelakaan merupakan kejadian tidak
diinginkan yang menyebabkan kematian, sakit, cedera, kerusakan atau kerugian lainnya.
Sedangkan kejadian yang dapat menimbulkan kecelakaan atau memiliki potensi yang mengarah
kepada suatu kecelakaan disebut insiden. Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya
kecelakaan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, kerugian fisik seperticedera, luka, cacat,
kematian dan kehilangan waktu. Kedua, kerugian proses sepertiterganggunya proses produksi
dan pengurangan keuntungan. Ketiga, kerugian yang mengarah pada kerusakan properti seperti
kebocoran dan kerusakan.

Untuk meminimalisasi risiko terjadinya kecelakaan, ada beberapa hal yang dilakukan
oleh pihak UPJP Kamojang, antara lain:
1. Eliminasi

Merupakan pengendalian risiko dengan menghilangkan proses atau material yang


mengandung bahaya potensial. Seperti larangan untuk melakukan aktivitas di dalam plant
tanpa menggunakan peralatan keselamatan atau melakukan pemotretan didalam plant.

2. Subtutusi

Universitas Pasundan Bandung 9


Laporan Kerja Praktek

Merupakan pengendalian risiko dengan mengganti alat atau material yang memiliki
bahaya potensial yang relative lebih rendah. Seperti penggantian proses control dan
pengecekan setiap alatsecara berkala.

3. Pengendalian rekayasa

Merupakan pengendalian risiko dengan mengubah lingkungan kerja atau proses untuk
melindungi pekerja. Seperti pelindung mesin, interlocks atau alat bantu mekanis.

4. Pengendalian administrasi

Merupakan pengendalian risiko dengan mengubah lingkungan kerja. Seperti


pembatasan akses daerah berbahaya dan pemberlakuan system izin kerja.

5. Alat pelindung diri

Merupakan pengendalian risiko dengan menggunakan alat untuk melindungi manusia


dari sejumlah bahaya potensial. Beberapa alat pelindung diri antara lain:

 Safety shoes
 Safety helmet
 Earplug
 Safety glasses
 Masker
 Baju tahan api

Selain menerapkan berbagai kebijakan, UPJP Kamojang juga dilengkapi dengan


sejumlah sistem keamanan. Pada pintu masuk pabrik, setiap kendaraan yang akan masuk
kawasan pabrik diperiksa oleh beberapa orang petugas. Penggunaan CCTV di beberapa tempat
untuk memantau aktivitas sehari-hari yang terjadi dikawasan pabrik. Penyediaan alat pemadam
kebakaran di dekat alat-alat proses seperti separator, demister, dan menara pendingin serta di
setiap ruangan. Pemasangan fire alarm di sejumlah gedung dan penyediaan tempat evakuasi
ketika terjadi kecelakan. Ada tiga tempat evakuasi yang terdapat di UPJP Kamojang, berikut
ini merupakan gambar dari tempat evakuasi yang terdapat di UPJP Kamojang.

2.5 Sistem Pembangkitan Listrik PLTP UPJP Kamojang

Energi panas yang dimiliki oleh uap air pada dasarnya berasal dari magma yang
bertemperatur lebih dari 1200 °C ini mengalirkan energy panasnya secara konduksi pada
lapisan batuan impermeable (tidak dapat mengalirkan air) yang disebut bedrock. Di atas

Universitas Pasundan Bandung 10


Laporan Kerja Praktek

bedrock terdapat bantuan permeable yang berfungsi sebagai aquifer yang berasal dari air hujan,
mengambil energi panas dari bedrock secara konveksi dan induksi. Air panas itu cenderung
bergerak naik ke permukaan bumi akibat perbedaan berat jenis. Pada saat itu air panas bergerak
ke atas, tekanan hidrosatisnya turun, dan terjadilah penguapan. Karena diatas aquifer terdapat
batuan impermeable, yang disebut caprock, maka terbentuklah sistem vapor dominated
reservoir.

Gambar 2.2 Flow Diagram PLTP Kamojang


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

Tahapan proses produksi listrik tenaga panas bumi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Uap dari sumur mula-mula dialirkan ke steam receving header, yang befungsi menjamin
pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari
sumur produksi dan juga berfungsi untuk menyamakan temperature dan tekanan.
2. Setelah melalui flow meter, uap dialirkan ke separator dan demister untuk memisahkan zat
padat, silica, dan bintik air yang terbawa di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbin.
3. Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui Main Steam Valve / Electrical Control Valve /
Governor Valve menuju ke turbin. Di dalam turbin uap itu berfungsi untuk memutar sudu
turbin yang dikopel dengan generator pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini menghasilkan
energi listrik dengan arus 3 phase, frekuensi 50 Hz dan tegangan 11.8 kV.
4. Melalui step-up transformer, arus listrik dinaikkan tegangannya hingga 150 kV,
selanjutnya dihubungkan secara parallel dengan sistem interkoneksi Jawa-Bali.
5. Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar dari turbin harus dalam
kondisi vakum 0,10 bar, dengan mengkondensasikan uap dalam kondensator kontak
langsung yang dipasang di bawah turbin. Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi atas
kondensor, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin

Universitas Pasundan Bandung 11


Laporan Kerja Praktek

6. yang diinjeksikan oleh buah spray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi
normal oleh dua buah cooling water pump, lalu didinginkan dalam cooling water sebelum
disirkulasikan kembali.
7. Untuk menjaga kevakuman kondensor, gas yang tak terkondensasi harus dikeluarkan
secara kontinyu oleh sistem ekstrasi gas. Gas-gas ini mengandung CO2 85-90% wt, H2S
3,5% wt, sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya. Di Kamojang dan Gunung Salak, sistem
ekstrasi gas terdiri atas first-stage, second-stage dan liquid ring vacuum pump. Sistem
pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari hasil
kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksikan kembali ke dalam
sumur reinjeksi.
8. Prinsip penyerapan energy panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan mengalirkan
udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5 forced drain
fan. Proses ini terjadi dalam cooling water.
9. Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang krena penguapan dalam cooling water,
sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir. Reinjeksi dilakukan untuk
mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi recervoir.
Aliran air dari recervoir disirkulasikan kembali oleh primary pump.
10. Kemudian melalui after condenser dan inter condensor dimasukkan kembali ke dalam
recervoir.

Pada prinsipnya cara kerja PLTP hampir sama dengan cara kerja PLTU, tetapi pada
PLTP tidak menggunakan Boiler karena uapnya sudah ada dari alam. Oleh karena itu, uap
yang didapat dari alam mengandung zat-zat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
menggerakkan turbin dan zat-zat tersebut kemungkinan dapat menggangu kerja turbin dan
akhirnya dapat merusakkan turbin. Oleh karena itu di PLTP Kamojang ada pemeliharaan
secara periodikuntuk memelihara dan membersihkan sudu-sudu turbin agar turbin tersebut
dapat terus beroperasi.

Prinsip kerjanya adalah uap yang didapat dari sumur pengeboran pertama ditampung di
receiving header kemudian dibagi untuk setiap unitnya tergantung dari beban yang
dibutuhkan. Kemudian untuk mendapatkan uap kering, uap tersebut disalurkan ke separator
dan demister melalui isolation valve. Kemudian uap tersebut disalurkan ke pipa pancar untuk
memutar turbin. Turbin tersebut dikopel dengangenerator, maka generatorpun turut berputar.
Dengan berputarnya generator dan terpenuhi persyaratan listriknya, maka generator akan
menghasilkan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Selanjutnya dari

Universitas Pasundan Bandung 12


Laporan Kerja Praktek

generator disalurkan ke switch-yard untuk selanjutnya disambungkan kejaringan listrik


interconeksi

Uap bekas turbin selanjutnya didinginkan dengan air pendingin supaya mengembun dan
menjadi air kondensat. Karena pembangkit listrik berada di daerah pegunungan,
untukmendinginkan air dipakailah suatu cooling tower, sehingga nantinya air tersebut dapat
dipergunakan kembali untuk mengkondensasi uap bekas selanjutnya. Sehingga dalam proses
tersebut tidak perlu mengambil air dari persediaan sungai atau danau, kecuali pada saat
memulai pengoperasian pembangkit.

Universitas Pasundan Bandung 13


Laporan Kerja Praktek

BAB III
AFTER CONDENSER

3.1 Perangkat Utama PLTP Kamojang


Berikut pengelompokan proses pembangkit listrik secara garis besar pada beberapa
komponen utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Unit Bisnis Pembangkit
Kamojang adalah :

1. Sistem Pasokan Uap (Sumur Uap)


Produksi sumur uap yang di kelola Pertamina disalurkan ke unit pambangkit melalui
pipa-pipa, dan peralatan tambahan seperti katup-katup. Katup-katup dapat berada di kepala
sumur seperti : master-valve, service-valve,vertical-discharge-valve, arifice, bleed-valve,
cellar dan repture dice.
 Master-valve dan service-valve dioperasikan pada posisi penuh (dibuka) bila unit
beroperasi dan ditutup bila unit tidak beroperasi.
 Orifice berfungsi untuk membatasi tekanan dan jumlah uap, sesuai dengan kebutuhan.
 Repture dice, berfungsi sebagai pengaman akhir dari kepala sumur bila terjadi kelebihan
tekanan dalam pipa transmisi, karena sistem pelepasan uap tidak bekerja.
 Vertikal-discharge-valve, berfungsi untuk membersihkan uap dari partikel-
partikel/kotoran-kotoran dari dalam sumur uap masuk pembangkit, hal ini dilakukan
apabila sumur uap lama tidak dioperasikan atau baru dioperasikan.
 Cellar berfungsi untuk menahan berat peralatan dan sebagai tempat dimana katup
kepalasumur dipasang setelah pengeboran selesai.

Gambar 3.1 Lokasi Sumur Uap


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

Universitas Pasundan Bandung 14


Laporan Kerja Praktek

2. Steam Receiving Header


Berfungsi sebagai pengumpul uap sementara dari beberapa sumur produksi sebelum
didistribusikan ke turbin. Dengan adanya Steam Receiving Header ini maka pasokan uap tidak
akan mengalami gangguan meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur produksi.

Pada tabung receiver juga dilengkapi dengan pengendalian tekanan uap, ini
dimaksudkan agar tekanan uap yang diperlukan untuk memutar sudu-sudu turbin senantiasa
tetap. Sehingga apabila terjadi kelebihan uap akan membuang kelebihan uap secara otomatis,
melalui katup pengatur uap.

Gambar 3.2 Steam Receiving Header


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

3. Vent Structure
Berfungsi sebagai pengatur tekanan (agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan),
sebagai pengaman yang akan membuang uap apabila terjadi penurunan beban uap apabila
terjadi tekanan lebih di steam receiving header, dan membuang kelebihan uap jika terjadi
penurunan beban atau unit stop.

Gambar 3.3 Vent Structure


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

Universitas Pasundan Bandung 15


Laporan Kerja Praktek

4. Separator
Separator berfungsi untuk membersihkan atau menyaring uap dari partikel-partikel
berat, karena uap benar-benar harus terbebas dari kontaminasi. Separator yang digunakan
adalah jenis “Cylcon”, artinya aliran uap yang masuk ke separator akan berputar kemudian
dengan pengaruh gaya sentrifugal partikel-partikel berat akan terlempar jatuh ke bawah,
sementara uap yang sudah bersih akan mengalir ke demister (mist eliminator).

Gambar 3.4 Separator


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

5. Demister
Suatu komponen yang berfungsi untuk mengeliminasi butir-butir air yang terbawa oleh
uap dari sumur-sumur panas bumi. Demister berfungsi sebagai penyaring untuk mencegah
terjadinya masalah dalam turbin. Penyaring ini sangat efektif dan efisien untuk mengurangi
terjadinya carry-over CI, SiO2, Fe, Fe2O3, masuk kedalam turbin. Beberapa alasan untuk
mengurangi defosit dalam turbin penyaringan (corrugated plate) ini adalah sebagai berikut :
 Pada separator yang menggunakan sistem cylclone-centrifugal-type, pemisah antara uap
dan air panas didasarkan pada perbedaan yang terjadi antara uap dan air panas didasarkan
pada perbedaan yang terjadi dari gayasentrifugal dan berat jenis antara air dan uap jenuh,
akan tetapi pemisahan tersebut tidak dapat secara sempurna memisahkan moisture (uap
lembab) dari uap jenuh tersebut

Universitas Pasundan Bandung 16


Laporan Kerja Praktek

 Dengan mempergunakan corrugated-plate (penyaring) moisture dapat dipisahkan dengan


uap jenuh sedemikian rupa sehingga kebasahan uap dapat diperkecil. Dengan cara ini
pemisahan didasarkan dari perbedaan inersia antara air dan uap, dan juga didasarkan dari
daya lekat permukaan basah dari corrugated-plate tersebut. Di dalam demister ini
kecepatan uap menurun sihingga didapat efek pemisahan yang bertambah baik.

Gambar 3.5 Demister


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

6. Turbin
PLTP Kamojang menggunakan turbin jenis silinder tunggal 2 aliran (single cylinder
double flow) yang terdiri dari masing-masing lima tingkat, 2 tingkat pertama turbin aksi dan
3 tingkat berikutnya turbin reaksi. Yang membedakan tingkat aksi dan reaksi adalah : pada
tingkat aksi, ekspansi uap atau penurunan tekanan terjadi pada suhu tetapnya saja, sedangkan
turbin tingkat reaksi ekspansi uap terjadi pada sudu tetap maupun pada sudu geraknya.
Turbin dilengkapi dengan :
 Main Stop Vlave dan Governor Valve, yang berguna untuk mengatur jumlah aliran uap.
 bearing Gear (Turning Gear), berguna untuk memutar poros turbin sewaktu unit dalam
keadaan berhenti agar tidak terjadi distorsi pada rotor akibat pendinginan yang tidak
merata.
 Bantalan aksial, yang berguna untuk menahan gaya aksial yang terjadi.
Selain itu walaupun turbin sudah didesain dan dibuat dengan pertimbangan yang
menyangkut keamanan dan kehandalan alat, tetapi kemungkinan terjadinya kerusakan karena

Universitas Pasundan Bandung 17


Laporan Kerja Praktek

kesalahan operasi atau gangguan-gangguan yang tidak diharapkan dengan alat-alat pengaman,
seperti over-speed trip, lub-oil trip dan lain-lain.

Gambar 3.6 Turbin


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

Gambar 3.6 Rotor Turbin


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

7. Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi mekanik
menjadi energy listrik. Sistem penguatan generator dapat berupa sistem penguatan sendiri
maupun sistem penguatan terpisah.

Generator itu sendiri terdiri dari 2 kumparan utama, yaitu kumparan rotor dan kumparan
stator. Kumparan rotor befungsi untuk membangkitkan medan magnet setelah diberi arus
penguat dari main exciter. Kumparan stator akan menimbulkan tegangan yang bermanfaat
sebagai sumber listrik bila kumparan rotor yang bermuatan medan magnet terbuka berputar.

Sistem pendinginan pada generator digunakan udara yang disirkulasi oleh fan kumparan
stator dan rotor. Udara yang dipakai untuk sistem pendingin mempunyai temperatur kurang
lebih 43 °C. Setelah udara tersebut mendinginkan generator kemudian dialirkan ke radiator
untuk didinginkan kembali, sebagai media pendinginnya adalah air.

Universitas Pasundan Bandung 18


Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.7 Generator


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

8. Transformator/Trafo Utama (Main Transformer)


Trafo utama yang digunakan adalah tipe ONAN dengan tegangan 11,8 kV pada sisi
primer dan 150 kV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11,8 kV ini kemudian
dinaikkan (Step Up Trafo) menjadi 150 kV dan dihubungkan secara parallel dengan sistem
Jawa-Bali dari trafo utama yang sebesar 70.000 kVA. Transformator memiliki beberapa
perlengkapan, diataranya :
a. Bushing Transformator
Suatu transformator tegangan tinggi harus diberi alat untuk mencegah timbulnya flash-
over. Bushing dipakai untuk mengamankan flash-over tersebut dalam hal ini
dipergunakan berupa peralatan porselen isolator dengan kualitas yang baik, dengan
penghantar di tengahnya. Porselen tersebut harus bebas dari lubang-lubang kecil, dalam
hal ini lubang-lubang yang akan menyebabkan awal terjadinya kerusakan pada isolator.
b. Thermometer Trap
Thermometer trap terdiri dari beberapa bagian yaitu :
o Stick thermometer
Stick thermometer di rencanakan untuk pemasangan tak langsung yang di pindahkan
bila minyak di tabugn berubah.
o Dial thermometer
o Resistance remote thermometer
Untuk mengukur suhu minyak trafo atau suhu belitan melalui switchboard.
o Thermal relay
Dipakai untuk menunjukkan suhu belitan maksimum atau suhu minyak trafo dan untuk
melengkapi operasi pengaman dari trip, alarm, dan lain-lain. Alt ini sebagaimanan
control otomatis dari peralatan trafo.

Universitas Pasundan Bandung 19


Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.8 Transfomator


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

9. Switch Yard
Switch Yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran
listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran yang akan didistribusikan melalui sistem
inter koneksi Jawa-Bali.

Gambar 3.9 Switch Yard


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

10. Kondensor
Kondensor adalah alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi
yang hampa. Jenis kondensor yang dipakai adalah jenis kondensor kontak langsung, artinya
uap bekas bersentuhan langsung dengan air sebagai media kondensasi. Campuran air

Universitas Pasundan Bandung 20


Laporan Kerja Praktek

kondensat dengan air suhu 49 °C yang merupakan hasil kondensasi dipompa ke menara
pendingin adalah 11.800 m3/jam.

Air pendingin di sempurnakan langsung pada uap bekas di turbin dan pada gas-gas
dalam kondensor yang vakum, uap akan terkondensasi dan di keluarkan kondensor bersama-
sama dengan air pendinginnya. Non condensable gas dikeluarkan dari kondensor melalui
ejektor yang di kerjakan oleh uap. Pada keadaan operasi normal, perbedaan tekanan antara
basin menara pendingin dengan vakum di kondensor cukup besar untuk mengalirkan air
pendingin dari basin cooling tower menuju kondensor tanpa pompa-pompa. Terlalu tinggi
level akan mengganggu sistem spray pada noozle, terlalu rendah akan mengganggu kinerja
CWP.

Pada saat turbin dan ejector dimatikan, tekanan di dalam kondensor kembali pada
tekanan atmosfer. Cooling water startup valve, adalah katup pneumatic yang dapat dibuka
dari tombol tekan TCP. Pada saat start bila perbedaan tekanan pada basin dan kondensor tidal
cukup besar menekan air di nosel-nosel, maka star valve ini akan dibuka secara manual dari
TCP supaya air tidak melalui nosel dengan adanya cara tersebut pompa utama dapat di start
sebelum vakum terjadi dan air akan mengalir melalui pipa air. Start up ini juga berfungsi
secara otomatis dan katup dikontrol lewat level kontroler yang secara otomatis juga dapat
membuka katup supaya aliran bertambah ke dalam kondensor, bila level kondensor terlalu
rendah. Tapi dalam keadaan normal operasi katup tidak terbuka, karena bila terbuka air tidak
melalui condenser spray sistem, dan akibat yang terjadi pengaruh air pendingin yang
seharusnya ada pada kondensor akan berkurang sekali. Pada saat CWP berhenti/stop, start-
valve akan tertutup, air pendingin akan masuk ke dalam kondensor melalui CW valve. Katup
ini akan terbuka bila tombol on pada cooling water di TCP dioperasikan dan katup akan
tertutup secra otomatis saat CWP stop atau saat level air di kondensor mencapai level paling
tinggi. Pada saat operasi normal tercapai setelah turbin start, level air kondensor dipertahankan
secara otomatis oleh “cooling water pump discharge valve” yang akan mengatur jumlah air
yang akan dikeluarkan dari kondensor melalui pompa tersebut, katup-katup ini dapat diset
secara otomatis oleh tombol on (reset) pada TCP. Kemudian katup-katup akan terbuka dan
menutup secara otomatis (oleh condenser level transmitter) agar level air pada kondensor
berada dalam kondisi yang benar. Katup vacuum breaker dipasang untuk meniadakan vakum
secara otomatis bila level air di kondensor mencapai level yang tinggi sekali. Katup-katup ini
di switch secara otomatis melalui saklar pengatur di TCP. Katup ini dapat di tutup dan di buka
secara manual pada saklar yang sama seperti diatas.

Universitas Pasundan Bandung 21


Laporan Kerja Praktek

Pada saat posisi otomatis, vacuum breaker akan terbuka secara otomatis bila turbin trip
atau pada saat level air di kondensor tinggi sekali. Air pendingin untuk gas masuk melalui
“gas cooling valve” yang dioperasikan secara pneumatic, yang akanmembuka dan menutup
setelah mendapat sinyal yang sama pada cooling-water valve.

Gambar 3.10 Kondensor


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

11. Main Cooling Water Pump (MCWP)


Main Cooling Water Pump (MCWP) adalah pompa pendingin utama yang berfungsi
untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian
didinginkan. Jenis pompa yang digunakan di PLTP Kamojang adalah Vertical Barriel Type 1
Stage Double Suction Centrifugal Pump, dengan jumlah dan buah pompa untuk setiap unit.

Gambar 3.11 MCWP


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

Universitas Pasundan Bandung 22


Laporan Kerja Praktek

12. Cooling Tower


Cooling Tower (menara pendingin) yang terpasang di PLTP Kamojang merupakan
bangunan yang terbuat dari kayu yang telah diawetkan sehingga tahan air. Terdiri dari 3 ruang
dan 3 kipas untuk unit 1, sedangkan unutk unit 2 dan 3 terdiri dari 5 ruang dengan 5 kipas
hisap paksa. Jenis yang digunakan adalah Mechanical Draught Crossflow Tower.

Gambar 3.12 Cooling Tower


(sumber: overview PLTP PT. INDONESIA POWER)

3.1.1 Kondensor Direct Contact

Kondensor dengan tipe Direct Contact mengendapkan factor penting dalam penentuan
heat rate yang sesuai bagi keseluruh plant. Tujuan utama dari kondensor ini adalh untuk
menjaga tekanan balik pada turbin dibawah kondisi operasi. Kondensor merupakan komponen
alat yang berperan sebagai pendingin dan melepaskan kalor, pelepasan kalor pada kondensor
tipe ini dilakukan dengan menggunakan cooling water dari cooling tower sebagai media
pendingin untuk mengkondensasi steam. Pada pembangkit listrik kondensor berfungsi untuk
menurunkan temperatur dan tekanan keluaran dari turbin.

Universitas Pasundan Bandung 23


Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.13 Skema Direct Contact Condenser

Kondensor dengan tipe direct contact mengendapkan factor penting dalam penentuan
heat rate yang sesuai bagi keseluruhan plant. Tujuan utama dari kondensor adalah unutuk
menjaga tekanan balik pada turbin dibawah kondisi operasi. Selain itu, pada kondensor juga
terjadi pemisahan gas yang tidak terkondensasi (Non Condensable Gas) denang steam yang
dapat terkondensasi menjadi air. Gas yang tidak dapat terkondensasi akan diekstraksi lewat
ejector dan melalaui proses selanjutnya. Tipe kondensor direct contact memiliki keuntungan
disbanding tipe surface kondensor antara lain :
 Tidak adanya korosi dan fouling, karena tidak menggunakan media tube.
 Tidak ada thermal resistance (Direct) untuk peroses perpindahan kalor sehingga lebih
efektif.
 Keuntungan lainnya memiliki pressure drop yang kecil.
 Biaya awal yang dikeluarkan (investasi) dan biaya perwatan yang lebih rendah
disbanding steam surface.
Konstruksi kondensor direct contact digunakan untuk mengkondensasi steam dan uap lain
yang dapat dikondensasi secara direct (langsung bersentuhan) dengan condensing water. Dari
tipenya dibedakan menjadi :
 Counter flow, dimana aliran pada condenser dikonstruksi dengan aliran uap yang
berlawanan arah dengan aliran pada condensing water.
 Parallel flow, dimana aliran pada kondensor dengan aliran uap yang searah dengan aliran
condensing water.

Universitas Pasundan Bandung 24


Laporan Kerja Praktek

3.1.2 Tipe Direct Contact Condenser

Secara garis besar kondensor kontak langsung ini dapat dibedakan atas 4 jenis, antara
lain :
1. Film type (packed bed) condenser, merupakan tipe kondensor dimana air yang jatuh ke
bagian bawah adalah bahwa air yang jatuh tersebut berupa suatu lapisan selimut. Tipe ini
dipakai untuk memperoleh luas permukaan perpindahan panas yang relatif besar.

Gambar 3.14 Film type Condenser

2. Bubble type, mecakup seluruh sistem dimana uap yang akan berkondensasi diinjeksikan
langsung ke suatu kolam air yang mengalir. Tipe yang tampak pada gamabr dibawah ini
sulit unutk dikontrol ukuran gelembung dan distribusi alirannya.
3.

Gambar 3.15 Bubble type Condenser

Universitas Pasundan Bandung 25


Laporan Kerja Praktek

4. Perforated plate column, merupakan suatu unit yang dirancang dengan suatu penghalang
melintang di tiap tingkatnya. Dengan demikian, terdapat suatu aliran yang berlawanan
antara gas dan cairan di tiap tingkatnya sebagaimana ditunjukkan oleh gambar dibawah
ini.

Gambar 3.16 Perforated plate column

5. Drop type, merupakan tipe dimana uapmerupakan media yang mengalir secara terus
menerus dan kondensasi terjadi pada tetesan-tetesan air tesebut. Skema umum dari tipe ini
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.17 Drop type


Kondensor kontak jenis drop type merupakan salah satu jenis yang paling sering pakai,
jenis ini dapat dibedakan lagi atas :

Universitas Pasundan Bandung 26


Laporan Kerja Praktek

a. Shower Deck Baffled Type


Tipe ini menggunakan aliran berlawanan dalam melangsungkan proses
kondensasinya. Negara-negara yang memproduksi kondensor tipe ini antara lain
Jepang, Amerika, dan Inggris.

Gambar 3.18 Shower Deck Baffled Type

b. Spray Type
Tipe ini menggunakan aliran menyilang dan searah dalam melangsungkan proses
kondensasinya. Negara-negara yang memproduksi kondensor tipe ini antara lain
Jepang dan Italia.

Gambar 3.19 Spray Type

Universitas Pasundan Bandung 27


Laporan Kerja Praktek

c. Combination of Shower Deck Baffle Type


Merupakan kombinasi antara kedua jenis tipe diatas dan biasanya diproduksi oleh
Jepang. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.20 Combination of Shower Deck Baffle Type

Setiap komponen dari kondensor didesain mengikuti kebutuhan-kebutuhan yang


penting dan diharapkan bagi operasi :
 Menghasilkan keadaan vakum sehingga plant cycle dapat lebih efficient.
 Sebagai tempat drains dan vents.
 Secara efisien dapat membuang gas yang ttidak dapat terkondensasi sehingga dapat
mencegah high gas partial pressure yang dapat meningkatkan tekanan balik pada
kendensor.
 Sebagai penampung dari hasil kondensasi.

Gambar 3.22 Salah satu tipe dari direct contact condenser

Universitas Pasundan Bandung 28


Laporan Kerja Praktek

3.2 Komponen dari Desain dan Fungsinya pada Kondensor


a. Extension Neck
 Menyediakan transisi yang smooth dari turbine exchaust menuju ke kondensor.
Bagian neck didesain untuk meminimalisir pressure drop, dan juga mendapatkan
steam dengan kecepatan masuk yang relative sama ke kondensor.
 Menyediakan tempat untuk service connection drains dan vents seperti halnya heater
dan pipa extraction.
b. Expansion Joint (Turbin Exchaust)
 Meminimalisir tegangan (stress) yang disebabkan oleh perbedaan ekspansi termal
antara turbin dan kondensor.
 Bertindak sebagai penyesuaian akhir selama instansi
c. Shell
 Sebuah vessel yang memberikan sebuah penghalang (barrier) yang menjaga tekanan
atmosfir pada satu sisi dan tekanan buangan dari turbin pada sisi yang lainnya.
d. Packing
 Packing merupakan tempat pada kondensor dimana proses kondensasi terjadi.
 Untuk mengontrol kecepatan steam dan mencegah pressure drop yang berlebih
sehingga proses menjadi efektif pada permukaan kondensasi.
 Gas dan uap yang terkumpul dibagian atas setelah melewati proses kondensasi akan
dipisahkan lewat gas removal system.
 Berfungsi untuk menurunkan temperature gas dan tekanan parsial pada uap.
e. Hotwell
 Hotwell terletak tepat dibawah dari shell dan berfungsi sebagai area untuk
mengumpulkan dan menyimpan kondensat.
 kondensat pada hotwell memastikan supply yang cukup untuk condensate pump
suction.

3.3 Pemeliharaan Kondensor

Nilai efisiensi dan availability dari sistem pembangkit listrik tenaga uap baergantung
pada kondisi performa dari kondensor. Distribusi air pada kondensor harus tetap terjaga pada
kondisi perfoma thermal seperti yang dinginkan. Selain itu packing dari kondensor juga harus
diperhatikan untuk menghindari danya kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh suatu hal.
Selama inspeksi atau dilakukannya pembersihan pada kondensor, perlu untuk dilakukannya
pengecakan pada semua daerah yang terlibat dari sistem kondensor.

Universitas Pasundan Bandung 29


Laporan Kerja Praktek

3.4 Fungsi After Condenser

After condenser dan inter condenser berfungsi untuk mengkondensasikan NCG (Not
Condensable Gas) yang tidak dapat terkondensasi pada kondensor, gas tersebut dihissap oleh
steam ejector tingat pertama untuk diteruskan ke inter condenser. Gas-gas yang tidak dapat
dikondensasi pada inter condenser dihisap oleh liquid ring vacuum pump (LRVP) atau steam
ejector tingkat 2 untuk diteruskan ke after condenser. Air hasil kondensasi NCG dikembalikake
kondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan NCG dikembalikan ke
kondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang ke udara.

Gambar 3.23 After Condenser dan Inter Condenser

3.5 Sistem Kerja After Condenser

Exchaust steam dari turbin masuk sebelah kiri atas kondensor, akan mengalami
kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Untuk menjaga kevakuman, gas-gas yang tidak mengalami kondensasi di gas cooing
zone, kemudian dikeluarkan melalui sisi atas kondensor oleh sistem gas ekstraksi.

Pada sistem ekstraksi gas ini terdiri dari first stage dan second stage ejector. Fungsi dari
first stage ejector adalah untuk menghisap atau mengeluarkan NCG yang ada pada kondensor
dan menyalurkannya ke inter condenser. Gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan, dihisap
oleh steam ejector tingkat 1 untuk diteruskan ke inter condenser. Gas-gas yang dapat
dikondensasi dikembalikan ke kondensor sedangkan sisa gas yang tidak dikondensasikan
dipompakan menuju liquid ring vakum pump atau steam ejector tingkat 2 untuk
mengkondensasikan NCG di after condenser. Kemudian air kondensat yang dihasilkan
dikembalikan lagi ke kondensor. Setelah itu NCG dibuang ke udara bebas melalui cooling tower
dengan bantuan fan.

Universitas Pasundan Bandung 30


Laporan Kerja Praktek

Level kondensat di dalam kondensor dijaga dalam kondisi normal oleh dua buah cooling
water pump dan dialirkan ke cooling tower untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan
kembali. Air yang dipompakan oleh MCWP dijatuhkan dari bagian atas menara pendingin yang
disebut kolam air panas menara pendingin. Menara pendingin berfungsi sebagai heat exchanger
(penukar kalor) yang besar, sehingga mengalami pertukaran kalor ke udara bebas.

Air dari menara pendingin yang dijatuhkan mengalami penurunan temperature dan
tekanan ketika sampai di bawah, yang disebut kolam air dingin (cold basin). Air dalam kolam
air dingin ini dialirkan kedalam kondensor untuk mendinginkan uap bekas memutar turbin dan
kelebihannya (over flow) diinjeksikan kembali ke dalam sumur yang sudah tidak produktif,
diharapkan sebagai air pengisi atau penambah dalam reservoir, sedangkan sebagian lagi
dipompakan oleh primary ump yang kemudian dialirkan kedalam inter condenser dan after
condenser untuk mendinginkan uap yang tidak terkondensasi (non condensable gaas).

Air dari cold basin ke kondensor disirkulasikan kembali oleh primary pump sebagai
media pendingin untuk inter cooler dan melalui after dan inter condenser untuk
mengkondensasikan uap yang tidak terkondensasi di kondensor, air kondensat kemudian
dimasukkan kembali ke dalam kondensor.

3.6 Ejector dan Liquid Ring Vacuum Pump (LRVP)

Untuk menjaga agar kondisi di kondensor tetap vakum, maka harus mengeliminasi
kandungan Non Condensable Gas (NCG) di kondensor. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah membuangnya dengan menggunakan ejector dan liquid ring vacuum pump (LRVP).

Gambar 3.24 Ejector

Universitas Pasundan Bandung 31


Laporan Kerja Praktek

Adanya sejumlah gas dan udara yang tidak terkondensasi (NCG) akan mengurangi laju
perpindahan panas. Pengurangan laju perpindahan panas antara uap bekas dan air pendingin
akan menyebabkan penurunan vakum di dalam kondensor yang berarti mengurangi
kemampuan kerjanya.

3.6.1 Analisis Efektivitas After Condenser

Analisis efektivitas after condensor dapat dilihat berdasarkan nilai efektivitasnya, dari
nilai efektivitas ini kita dapat mengetahui seberapa besar kerja dari after condensor untuk
mengkonden sasikan steam yang masuk ke dalam after condenser, untuk mengetahui efisiensi
dari after condenser menggunakan

∆T
Efektifitas = × 100%
T𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 − T𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝑖𝑛

......per [1]

∆T = Tout w − Tin w

……per [2]

Dimana : Tout w = Temperatur keluar water after condenser ℃

Tin w = Temperatur masuk water primery ke after condenser ℃

Tsat = Temperatur saturasi air ℃

Tin = Temperatur water masuk after condenser ℃

Tout w pada after condensor berupa keluar water dari inter condensor dan air pendingin
dari primery intercooler pump yang menuju ke condensor. Sedangkan Tin merupakan masuk
water ke after condenser dari air pendingin primery intercooler pump.

Tkeluar water 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟− Tmasuk water 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟𝑦 ke 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟


Efektivitas = T𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − Twater masuk 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟

Universitas Pasundan Bandung 32


Laporan Kerja Praktek

Untuk mempermudah memahaminya dapat dilihat pada Gambar 3.25

Gambar 3.25 Heat Balance pada after condenser

Universitas Pasundan Bandung 33


Laporan Kerja Praktek

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemeliharaan (maintenance) After Condenser Unit PLTP Kamojang


Bimbingan bertujuan untuk mengetahui sistem pemeliharaan
(maintenance) pada after condensor agar tata susunan pembuatan laporan dapat
ditinjau dan diperhatikan supaya pembahasan yang di buat oleh penulis dapat
dipahami dan dimengerti.
4.1.1 Tujuan Pemeliharaan
1. Menjaga peralatan selalu dalam kondisi layak operasi
2. Mempertahankan peralatan selalu dalam fungsi produksi sesuai rencana yang
telah ditentukan, baik secara kualitas maupun kuantitas secara efektif dan
efisien.
3. Memper kecil biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
4. Dapat menambah umur suatu alat, sehingga pengeluaran dapat terkontrol dengan
baik.
5. Apabila suatu alat dalam kondisi yang standar operasi, dari halil produksi dapat
mencapai yang diinginkan.
6. Mengetahui bagian-bagian yang mengalami gangguan atau kerusakan.

4.1.2 Program atau langkah pemeliharaan

1. Memeriksa bagian-bagian After condenser.

2. Mengganti bagian-bagian After condenser yang mengalami gangguan atau


kerusakan.
3. Memastikan bagian-bagian After condenser bersih dari kotoran, erosi dan

korosi.

4.1.3 Gambaran Umum Pemeliharaan di PLTP Kamojang

Mesin adalah suatu rangkaian yang dirangkai menjadi satu kesatuan dalam suatu
system untuk mengerjakan suatu program atau kerja. Penggunaan mesin ini sangat luas
cakupannya terutama dalam bidang perindustrtian. Karena cakupannya yang luas
tersebut maka mesin dikategorikan menjadi beberapa bagian, seperti mesin perkakas,
tools, mesin alat berat, otomotif, mesin produksi, dan sebagainya. Untuk itu konstruksi

Universitas Pasundan Bandung 34


Laporan Kerja Praktek

mesin dibuat pula berdasarkan aplikasi, factor – factor intern dan ekstern seperti pengaruh
gaya, beban, bahan, kondisi lingkungan, pemakaian, fluida kerja, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, dengan karakteristik dari panas bumi yang tersedia secara kontinyu
( tidak terpengaruh oleh pergantian musim ) maka memacu perangkat konversi (
khususnya mesin ) untuk bekerja non stop dengan performa maksimal. Maka untuk
menjaga agar pasokan uap yang dihasilkan dari energi panas bumi ini tidak terbuang maka
disiapkan perangkat – perangkat pendukung serta cadangan. Selain itu, perangkat –
perangkat bantu disediakan untuk kelancaran proses pembangkitan listrik.

Fenomena yang timbul pada system yang telah beroperasi lama dan terus menerus
adalah terjadinya penurunan efesiensi pada seluruh perangkat system pembangkit.

Untuk menjaga agar perangkat pada system tetap memiliki efesiensi yangtinggi
serta perangkat memilki umr operasi yang lama maka dilakukan penanganan khusus baik
melalui tekhnik pemeliharaan, pelumasan, serta tekhnik pengoperasian yang procedural.

Tekhnik pemeliharaan yang dilakukan di PT. INDONESIA POWER UPJP


Kamojang ada 4 macam,diantaranya Preventif, Periodik, Prediktif, dan Korektif.

 Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan yang dilakukan secara rutin yang sipatnya kontinyu :


Tabel 4.1 Pemeliharaan Preventif
No. Jenis pemeliharaan Pemeriksaan
1. RECEIVING HEADER Kebersihan lokasi, kelainan suara,
bocoran uap
2. SEPARATOR Line uap, penunjukan vibrasi, penunjukan
suhu bantalan, kekencangan baut, kondisi
support pipa, keutuhan pndasi, kebersihan
dan tanda tanda korosi.
3. DEMISTER Line uap, suara, kekencangan baut,
kondisi support pipa, keutuhan pndasi,
kebersihan dan tanda tanda krosi.

4. MAIN STOP VALVE ( MSV ) Line air, line uap, line pelumas, unjukan
suara, vibrasi, suhu bantalan,

Universitas Pasundan Bandung 35


Laporan Kerja Praktek

kekencangan baut, kondisi fleks join,


kondisi support pipa, kebershan dan tanda
tanda korosi.
5. GOVERNORE VALVE Line uap, line pelumas, unjukan suara,
vibrasi, suhu bantalan, kekencangan baut,
kondisi fleks join, kondisi support pipa,
kebershan dan tanda tanda korosi.
6. TURBIN Kebersihan turbin dan lokasi,kelainan
suara, vibrasi, bocoran oli dan uap,serta
tanda tanda korosi.
7. EJECTOR Line uap, line udara, kelainan suara,
kekencangan baut, line pelumas, vibrasi,
penunjukan level pelumas, kopling,
support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan.
8. AFTER CONDENSER Line air, line uap, kelainan suara,
kekencangan baut, support pipa, keutuhan
pondasi, kebersihan dan tanda korosi.
9. INTER CONDENSER Line air, line uap, kelainan suara,
kekencangan baut, support pipa, keutuhan
pondasi, kebersihan dan tanda korosi.
10. PRIMARY PUMP Kebersihan pompa, kelainan suara,
vibrasi, bocoran air dan oli, kekencangan
baut.
11. SECONDARY PUMP Kebersihan pompa, kelainan suara,
vibrasi, bocoran air dan oli, kekencangan
baut.
12. MAIN COOLING WATER Kebersihan lokasi dan pompa, kelainan
PUMP ( MCWP ) suara, vibrasi, bocoran line air.
13. KONDENSOR Line uap, line udara, kelainan suara,
kekencangan baut, line pelumas, vibrasi,
penunjukan level pelumas, kopling,
support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan dan tanda korosi.

Universitas Pasundan Bandung 36


Laporan Kerja Praktek

14. COOLING TOWER Kebersihan hot basin, kebersihan nozzle,


kelainan suara, bocoran air, bocoran oli,
pemeriksaan level oli.
15. FAN COOLING TOWER Line uap, line pelumas, line air, kelainan
suara, kekencangan baut,penunjukan
suhu bantalan, pelumas katup,
penunjukan level pelumas, kopling,
support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan dan tanda korosi.
16. INTER COOLER Line udara, line pelumas, line air,
kelainan suara, kekencangan baut
,penunjukan suhu bantalan,, penunjukan
level pelumas, kopling, support pipa,
keutuhan pondasi, kebersihan dan tanda
korosi.
17. LUBE OIL COOLER Line air, line pelumas, line udara,
penunjukan suara, vibrasi, kekencangan
baut, penunjkna level pelumas, kopling,
kondisi support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan tanda korosi.

1. Pemeliharaan Periodik

Pemeliharaan yang disesuaikan dengan jam operasi perangkat kerja guna penggantian
pelumas dan penggantian spare part. Dan tekhnik pemeliharaan terumit dan beresiko adalah
overhaul. Yaitu pemeliharaan perangkat utama yang dilakukan kurang lebih 12 bulanan atau
8000 jam kerja turbin. Pada saat dilakukan overhaul, semua perangkat baik itu perangkat Bantu
maupunperangkat utama dalam satu unit pembangkitan dilakukan pemeliharaan. Inti dari
overhaul adalah pemeriksaan dan pemeliharaan perangkat utama maupun perangkat bantu. Dan
dilakukan penggantian bila perlu.

Universitas Pasundan Bandung 37


Laporan Kerja Praktek

2. Pemeliharaan Prediktif

Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengujian perangkat untuk menganalisis kinerja alat
sehingga umur alat bias diprediksi serta dapat dilakukan pemeliharaan dan penggantian alat
sebelum alat itu rusak total dan tidak berfungsi.

3. Pemeliharaan Korektif

Proses penggantian suatu perangkat saat perangkat itu rusak. Proses pemeliharaan ini
diminimalisir dengan mengintefsikan proses pemeliharaan prediktif agar tidak terjadi
kerusakan yang beruntun.

4.2 After Condenser

Gambar 4.1 After condenser

After condenser bias disebut sebagai kondensor tingkat dua yang berfungsi sebagai
pengkondensasi steam yang tidak dapat di kondensasikan di dalam inter condenser. After
condenser memiliki nilai kevakuman yang paling tinggi diantara inter condenser dan
kondensornya. Pada PLTP Kamojang after condenser memiliki nilai kevakuman sebesar 0,95
bar sedangkan inter condenser 0,41 bar dan condenser 0,1 bar.

Seperti pada kondensor after kondensor memiliki dua jenis atau tipe yaitu after
condenser tipe kontak langsung dan after condenser tipe shell and tube. Pada PLTP kamojang

Universitas Pasundan Bandung 38


Laporan Kerja Praktek

after condenser yang digunakan adalah tipe kontak langsung atau tipe direct contact. Sehingga
pada after dan inter condenser memiliki prinsip kerja yang sama dengan kondensor.

Pada komponen after condenser di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang memiliki dua
inputan steam yang berasal dari inter condensor dan steam dari demister dan satu inputan air
sebagai media pendingin nya yang berasal dari primary intercooler pumps. Serta outputannya
berupa steam dan NCG (Non Condenser Gas) yang di alirkan ke cooling tower dan air hasil
kondensasi after condenser yang di alirkan ke kondensor.

4.2.1 Fungsi “Equitment”

“AFTER CONDENSER” bias disebut sebagai kondensor tingkat dua yang berfungsi
sebagai pengkondensasi steam yang tidak dapat di kondensasikan di dalam inter condenser.

4.2.2 Informasi Teknis

Tabel 4.2 Spesifikasi dan data teknis

JUDUL DATA TEKNIK & BATASAN OPERASI UNIT 2


SISTEM CONDENSOR
SUB SISTEM AFTER CONDENSER

4.2.3 Identifikasi Peralatan

 After condenser

Berfungsi sebagai pengkondensasi steam yang tidak dapat di kondensasikan di dalam


inter condenser.

 Lokasi dan spesifikasi

Lokasi
Lokasi : Kondensor Area
Spesifikasi After Condenser
Jenis After Condenser
Type : Direct Contact tray condenser
Tekanan : 0,94 bar
Temperatur : 44℃
Density : 2673.6 kJ/kg

Universitas Pasundan Bandung 39


Laporan Kerja Praktek

Tabel 4.3 Informasi Komponen & fungsi pada “AFTER CONDENSER Unit 2”

No. Peralatan Komponen Fungsi Drawing / Picture


Merupakan
bagian paling luar
dari after
Casing condensor yang
berfungsi sebagai
pelindung elemen
after condensor
Seal adalah
salahsatu jenis
yang berfungsi
untuk mencegah
meniadakan
Seal
kebocoran pada
sambungan pipa
yang terhubung
ke komponen
yang lain
berfungsi untuk
After
1 membuang sisa-
condenser
sisa gas NCG dan
uap yang tidak
Head body terkondensasi
oleh after
condensor yang
mengalir menuju
cooling tower
Yang berpungsi
sebagai
penghubung
komponen-
komponen after
Nut condensor dengan
pipa-pipa saluran
uap, air dari
primery inter
cooler pump, gas
NCG

Tabel 4.4 Tipe Kerusakan yang terjadi pada komponen “Head body”

Komponen Failures Cases Remark Keterangan


Head body korosi cat

Tabel 4.5 Tipe Kerusakan yang terjadi pada komponen “Gasket”

Universitas Pasundan Bandung 40


Laporan Kerja Praktek

Komponen Failures Cases Remark Keterangan


Gasket Belah Ganti

Miring Ganti

Tabel 4.6 Tipe Kerusakan yang terjadi pada komponen “Isolation”

Komponen Failures Cases Remark Keterangan


Isolation Belah Ganti

Tabel 4.7 Tipe Kerusakan yang terjadi pada komponen “Nut”

Komponen Failures Cases Remark Keterangan


Nut Korosi Ganti

Tabel 4.8 Tipe Kerusakan yang terjadi pada komponen “ trey”

Komponen Failures Cases Remark Keterangan


tray Potong Ganti/las
Belah
Tersumbat Bersihkan

4.3 Analisis Efektifitas After Condenser

 Tekanan inter condenser (P inter condenser) = 0,94 bar


 Temperatur saturasi air (˚C) = 76,36 ˚C
 Temperatur air masuk inter kondensor (T primary in) = 32 ˚C
 Temperatur air keluar inter kondensor (T inter kondensor out) = 58,2 ˚C

Menghitung temperatur saturasi air

Diketahui P inter condenser adalah 0,94 bar, maka termperatur saturasi dapat dicari dari
tabel temperatur saturasi air (terlampir) yaitu dengan persamaan interpolasi sebagai berikut
:
 0,94 bar
Menghitung temperatur saturasi air

Universitas Pasundan Bandung 41


Laporan Kerja Praktek

Tekanan (kPa) Temperatur (˚C)


0.90 96.71
0.94 x
1.00 99.63

(0.95−0.90)
T = [(1.00−0.90)] × (99.63 − 96.71) + 96.71 = 98.17°𝐶

Menghitung Efektifitas After Condenser

∆T
Efektifitas = × 100%
T𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 − T𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝑖𝑛

49,5−36,4
Efektifitas = × 100%
98,17−36,4

= 21%

4.4 Pemeliharaan After Condenser


a. Kesehatan, Keselamatan dan keamanan Kerja
Karena PT Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Kamojang telah
menggunakan standar ISO untuk K3 maka kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja
sangat penting selama melakukan pekerjaan. Langkah-langkah kesehatan, keselamatan
dan keamanan kerja untuk melakukan pemeliharaan after condenser diantaranya :
1. Menggunakan ear orotaction, untuk meredam kebisingan
2. Menggunakan helm
3. Menggunakan safety shoes
4. Menggunakan pakaian keselamatan kerja

4.4.1 Pemeliharaan Preventife After Condenser UPJP Kamojang

Pemeliharaan yang dilakukan di PT Indonesia Power UPJP Kamojang adalah


planned maintenance yang terdiri dari preventife maintenance (PM) dan
predictive maintenance (PDM). Kegiatan preventife maintenance dan predictife
maintenance setiap mesin terjadwal. Dalam kegiatan pemeliharaan preventife
hal yang harus diperhatikan pada after condenser adalah line air, line uap,
kelainan suara, kekencangan baud, support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan
dan anda korosi.

PT. Indonesia power UPJP Kamojang juga menggunakan metode peme

Universitas Pasundan Bandung 42


Laporan Kerja Praktek

Predictive maintenance yang mengharuskan adanya pemeriksaan sederhana


atas peralatan beberapa waktu sebelum kegiatan maintenance yang sudah
terjadwal dilakukan, jika peralatan akan mengalami kegagalan, maka barulah
kegiatan maintenance dilakukan. Dan jika peralatan dalam kondisi baik dan
komponen-komponennya masih stabil, maka kegiatan maintenance bias ditunda
dari jadwal yang sudah ada.
Biasanya di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang ada sebuah format
dalam melaksanakan suatu kegiatan pemeliharaan preventife yang disebut
dengan kartu pemeliharaan preventife. Dalam pengisian kartu pemeliharaan
preventif cukup dengan mengisi (b) yang artinya keadaan dalam baik sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Pada pelaksanaan saya dalam sehari diajak
langsung dalam pemeliharaan preventif namun yang dilampirkan pada tanggal
tertentu saja, dalam pelaksanaan saya diajak langsung melakukan maintenance
prediktif pada after condenser. Dan hasilnya bisa dilihat pada lampiran.
(Lampiran)

1) Pemeriksaan Harian
Pemeriksaan ini dilakukan beruruatan untuk mengantisipasi segala
kerusakan secepat mungkin , sehingga dengan gejala-gejala awal yang ditemui,
para teknisi dapat melakukan pemeriksaan secara langsung agar kerusakan tidak
semakin parah. Biasanya pemeliharaan ini hanya dilihat secara kasat mata,
namun data semua dapaat terekam dengan baik. Adapun hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan harian adalah :

 Sistem primeri intercooler


 Suhu air masuk
 Suhu air keluar
 Sistem secondary intercooler
 Tekanan masuk
 Suhu air masuk
 Suhu air keluar
 Suhu air keluar Inter condensor
 Suhu air keluar After condensor
 Hal yang diperhatikan pada after condenser
 Line air

Universitas Pasundan Bandung 43


Laporan Kerja Praktek

 line uap
 kelainan suara
 kekencangan baut
 support pipa
 keutuhan pondasi
 kebersihan dan tanda korosi

2) Pemeriksaan Taunan

Tekhnik pemeriksaan taunan terumit dan beresiko adalah overhaul. Yaitu


pemeliharaan perangkat utama yang dilakukan kurang lebih 12 bulan atau 8000
jam kerja turbin. Pada saat dilakukan overhaul, semua perangkat baik itu
perangkat bantu maupun perangkat utama dalam satu unit pembangkitan di
lakukan pemeliharaan. Inti dari overhaul adalah pemeriksaan dan pemeliharaan
perangkat utama maupun perangkat bantu salahsatunya yaitu After condenser.

Universitas Pasundan Bandung 44


Laporan Kerja Praktek

BAB V
PENUTUP

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek industry di PT. Indonesia Power UPJP kamojang, terhadap
pengenalan pembangkitan listrik tenaga panas bumi di PT. Indonesia Power dan pemeliharaan
After Condenser dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembangkitan listrik panas bumi di PT. Indonesia power merupakan suatu


system yang sangat luas dimana setiap system dan alat saling berhubungan dan
terkait.
2. Pemeliharaan /maintenance berfungsi untuk :
 Mengetahui bagian-bagian maintenance After condenser yang
mengalami gangguan/kerusakan.
 Mengganti dan memperbaiki bagian yang rusak pada after condenser.
 Menjaga kinerja agar selalu dalam keadaan standar operasi.

Untuk menjaga After condenser agar selalu dalam kondisi standar operasi maka ada

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Line air/ kandungan air harus dalam kondisi baik


2. Line uap pastikan dalam kondisi baik.
3. Kelainan suara pastikan dalam kondisi normal sesuai standar.
4. Kekencangan baut pastikan tidak ada yang lepas ataupun longgar.
5. Kondisi pipa pastikan tidak ada yang bocor ataupun penyok.
6. Perhatikan bagian logam, pastikan tidak terjadi korosi.
7. Pastikan keutuhan pondasi masih dalam keadaan baik

Setelah mengamati data dari hasil lapangan dan melakukan langsung pemeliharaan
terhadap after condenser, dapat dipastikan pada bulan mei 2016 after condenser di UPJP
kamojang unit 2 dan 3 dalam kondisi baik atau standar operasi.

Universitas Pasundan Bandung 45


Laporan Kerja Praktek

5.2 Saran

Saran sebagai penulis untuk pemeliharaan after condenser adalah :

1. Pelaksanaan maintenance preventif harus lebih ditingkatkan lagi dan lebih teliti
lagi,
2. Pada bagian-bagian terpenting pada komponen after condenser khususnya
bagian head body setidaknya terpasang alat ukur semacam pressure gauge agar
tekanan pada after condenser dapat kita ketahui.

Universitas Pasundan Bandung 46


Laporan Kerja Praktek

DAFTAR PUSTAKA

 PT. Indonesia Power UPJP kamojang


 Saptadji, Nenny. Sekilas Tentang Panas Bumi.BANDUNG : ITB, n.d.
 Gauderon, K, Nur”aini, m, Soegianto, D. 1981. Teknik pemeliharaan
mesin. Penerbit :
Institut Teknologi Bandung

Universitas Pasundan Bandung 47


Laporan Kerja Praktek

LAMPIRAN

Universitas Pasundan Bandung 48

Anda mungkin juga menyukai