BAB I
PENDAHULUAN
berfungsi sesuai dengan fungsinya. Tidak lepas dari semua itu juga ada pengaruh terhadap
kinerja peralatan penunjuk lainnya seperti : separator, condensor, After condenser, Main
Cooling Water Pump, Cooling Tower, Compressor dan lain-lain.
Kerja praktek ini dihasilkan dari tanggal 01 Mei 2016 sampai dengan 31 Mei 2016 di
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang yang beralamat di Kampung Pangkalan, Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, dengan alamat perusahaan yaitu
Jalan Komplek Perumahan PLTP Kamojang Garut 44101.
Karena begitu banyaknya bahasan yang ada di PLTP Kamojang, untuk dapat melakukan
pembahasan yang lebih dalam, maka penulis membatasi permasalahan dalam pembuatan
Laporan Kerja Praktek ini. Penulis hanya akan membahas tentang maintenance after condenser
unit 3 di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
Dalam Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang, digunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap alat proses yang dijadikan objek permasalahan.
2. Metode Wawancara
Metode Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab langsung kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek yang diamati.
3. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka penulis lakukan dengan membaca buku-
buku manual operasional dan buku-buku pendukung yang telah tersedia di
perpustakaan perusahaan. Data tersebut selanjutnya dibandingkan dengan keadaan
nyata yang ada di lapangan.
Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap materi yang penulis
tulis dalam laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi buku acuan yang digunakan dalam penulis laporan kerja praktek.
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Indonesia Power adalah sebuah perusahaan pembangkitan tenaga listrik yang
didirikan pada 22 Oktober 1982, memiliki 133 pembangkit yang tersebar di lokasi-lokasi
strategis di Pulau Jawa dan Bali. Unit-unit itu dikelola dan dioperasikan oleh delapan Unit
Bisnis Pembangkitan (UPJP), yaitu UPJP Suralaya, UPJP Priok, UPJP Saguling, UPJP
Kamojang, UPJP Mrica, UPJP Semarang, UPJP Perak Granti dan UPJP Bali, serta satu unit
Bisnis Jasa Pemeliharaan.
Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang berlokasi di daerah perbukitan sekitar 1500 meter
dari permukaan laut dan 42 km ke arah tenggara Kota Bandung, terdiri dari tiga Unit Bisnis
Pembangkit, yaitu unit PLTP Kamojang, Darajat dan unit PLTP Gunung Salak. Unit bisnis ini
mengelola dan mengoperasikan tujuh Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Sejarah berdirinya UPJP Kamojang diawali dengan penemuan gas alam di Kamojang
pada tahun 1918 ketika zaman pemerintahan Belanda. Pada tahun 1926 dilakukan penggalian
lima buah sumur. Pada tahun 1971 pemerintah Indonesia bekerja sama dengan para ahli dari
New Zealand mulai mengadakan survei dan studi kelayakan pemanfaatan sumber energi panas
bumi di sekitar Kamojang untuk suatu PLTP, kemudian pada tahun 1972 Indonesia dan New
Zealand mengadakan eksplorasi di Kamojang. Kerjasama antara Indonesia dan New Zealand
dimulai dengan penandatanganan “Exchange Of Letter” yang dilakukan oleh kedua belah
pihak. Pihak Indonesia menunjuk PERTAMINA dan PLN sebagai pelaksana bidang
penyelidikan ilmiah, pengembangan lapangan panas bumi dan pembangunan fisik
PLTP.Sedangkan pihak New Zealand diwakili oleh menetri luar negeri dan duta besar
pemerintahan New Zealand serta Geothermal Energy New Zealand (GENZL) sebagai
kontraktor. Pada bulan September 1976 dilakukan pengeboran 10 buah sumur produksi dengan
kedalaman antara 1000-1500 meter, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan fisik pada
bulan Maret 1978 dan selesai pada bulan Agustus 1978.
Pada 7 Februari 1983, UPJP Kamojang diresmikan oleh Presiden Soeharto dan mulai
beroperasi membangkitkan daya listrik sebesar 30 MW (Unit I) untuk disalurkan ke Garut dan
Bandung. Pada bulan Agustus 1984, dilakukan pembangunan fisik Unit II dan Unit III dengan
kapasitas listrik masing-masing sebesar 55 MW. Pembangunan fisik Unit II dan Unit III selesai
pada tahun 1987, Unit II mulai beroperasi pada bulan Juli 1987 dan Unit III mulai beroperasi
pada bulan November 1987. Dengan demikian, saat ini UPJP Kamojang memiliki tiga PLTP
(Unit I, Unit II dan Unit III) dengan kapasitas total sebesar 140 MW.
Pembangunan PLTP di UPJP Darajat diselesaikan pada tahun 1993, diikuti dengan
pembangunan PLTP du UPJP Gunung Salak yang terdiri dari Unit I pada tahun 1994, Unit II
pada tahun 1995 dan Unit III pada tahun 1997. Pada awal operasinya Unit Gunung Salak I, II
dan III memiliki kapasitas masing-masing unit 55 MW, pada 2005 kapasitas unit ditingkatkan
(uprated) menjadi masing-masing 60 MW. Beroperasinya PLTP di UPJP Darajat dan UPJP
Gunung Salak semakin memperbesar kapasitas PLTP UPJP Kamojang yang sebelumnya hanya
berasal dari UPJP Kamojang dan sampai saat ini UPJP Kamojang telah mengoperasikan PLTP
dengan kapasitas total sebesar 375 MW. UPJP Kamojang mengelola dan mengoperasikan tujuh
Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Berikut ini adalah daftar ketujuh buah PLTP yang
beroperasi di UPJP Kamojang.
Tahun Awal
Unit Kapasitas Manufaktur
Operasi
Kamojang 1 55 MW MITSUBISHI 1983
Kamojang 2 55 MW MITSUBISHI 1987
Kamojang 3 55 MW MITSUBISHI 1987
MITSUBISHI/Fuji
Darajat 1 55 MW 1993
Electric
Gunung Salak 1 60 MW Ansaldo 1994
Gunung Salak 2 60 MW Ansaldo 1995
Gunung Salak 3 60 MW Ansaldo 1997
A. Visi
Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan.
B. Misi
C. Motto
Trust us for power excellence
Struktur organisasi PLTP Kamojang yang ada pada awalnya bernaung di bawah PT.
PLN Unit Pembangkitan Listrik Jawa-Bali (PT. PLN PJB 1). Kemudian pada tahun 2000
berubah namanya menjadi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang dengan tugas-tugas pokok
dalam manajemen adalah sebagai berikut:
a. General Manager
General manager mempunyai tugaas memimpin dan mengurus unit pembangkitan sesuai
dengan tujuan dan lapangan usahanya, dengan berusaha meningkatkan kerja unit
pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Mengevaluasi perkembangan unit pembangkitan dan lingkungan yang
mempengaruhinya serta melaksanakan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan PLTP Kamojang.
2. Menyusun rencana strategi PLTP Kamojang untuk mencapai tujuan sesuai dengan
lapangan usahanya, dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan perusahaan dan
memproses pengesahan Direksi.
1. Pengembangan organisasi.
2. Perencanaan dan pengadaan pegawai.
3. Pengembangan kompetensi.
4. Administrasi kepegawaian.
5. Pengelolaan implementasi budaya perusahaan.
6. Akuntansi.
7. Perpajakan.
8. Keuangan.
9. Anggaran.
10. Keamanan dan Humas.
Pada tanggal 03 Mei 2016 sampai tanggal 04 Mei 2016 kami diberi pengarahan oleh
pak dodi mengenai keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan (K3) saat saya menyimak
keselamatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap penyelenggaraan
kegiatan industri. Sebagai salah satu industri yang bergerak di bidang penyediaan energi listrik,
UPJP Kamojang memiliki kebijakan K3, kimia dan lingkungan untuk meningkatkan
keselamatan dalam melaksanakan aktivitasnya seehari-hari. Selain itu ada beberapa alasan yang
menjadi isu lokal dalam pengadaan kebijakan K3, kimia dan lingkungan di UPJP Kamojang,
yaitu kewajiban untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
meningkatnya kesadaran pekerja akan arti pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,
permintaan pelanggan akan penerapan sistem manajemen dan kelselamatan kerja, serta
kebutuhan kebutuhan pelanggan akan sistem manajemen terpadu.saat ini UPJP Kamojang telah
menerapkan kebijakan K3 sesuai dengan OHMS OHSAS 18001 (Occupational Health and
Safety Management System) “standar ISO 19001 dan 14001”. Atas keberhasilannya dalam
menerapkan kebijakan yang telah dibuat, UPJP Kamojang mendapat penghargaan zero
accident.
Kecelakaan dalam kerja dapat disebabkan olehbeberapa faktor, antara lain: faktor
manajemen, faktor manusia, dan faktor teknis. Kecelakaan merupakan kejadian tidak
diinginkan yang menyebabkan kematian, sakit, cedera, kerusakan atau kerugian lainnya.
Sedangkan kejadian yang dapat menimbulkan kecelakaan atau memiliki potensi yang mengarah
kepada suatu kecelakaan disebut insiden. Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya
kecelakaan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, kerugian fisik seperticedera, luka, cacat,
kematian dan kehilangan waktu. Kedua, kerugian proses sepertiterganggunya proses produksi
dan pengurangan keuntungan. Ketiga, kerugian yang mengarah pada kerusakan properti seperti
kebocoran dan kerusakan.
Untuk meminimalisasi risiko terjadinya kecelakaan, ada beberapa hal yang dilakukan
oleh pihak UPJP Kamojang, antara lain:
1. Eliminasi
2. Subtutusi
Merupakan pengendalian risiko dengan mengganti alat atau material yang memiliki
bahaya potensial yang relative lebih rendah. Seperti penggantian proses control dan
pengecekan setiap alatsecara berkala.
3. Pengendalian rekayasa
Merupakan pengendalian risiko dengan mengubah lingkungan kerja atau proses untuk
melindungi pekerja. Seperti pelindung mesin, interlocks atau alat bantu mekanis.
4. Pengendalian administrasi
Safety shoes
Safety helmet
Earplug
Safety glasses
Masker
Baju tahan api
Energi panas yang dimiliki oleh uap air pada dasarnya berasal dari magma yang
bertemperatur lebih dari 1200 °C ini mengalirkan energy panasnya secara konduksi pada
lapisan batuan impermeable (tidak dapat mengalirkan air) yang disebut bedrock. Di atas
bedrock terdapat bantuan permeable yang berfungsi sebagai aquifer yang berasal dari air hujan,
mengambil energi panas dari bedrock secara konveksi dan induksi. Air panas itu cenderung
bergerak naik ke permukaan bumi akibat perbedaan berat jenis. Pada saat itu air panas bergerak
ke atas, tekanan hidrosatisnya turun, dan terjadilah penguapan. Karena diatas aquifer terdapat
batuan impermeable, yang disebut caprock, maka terbentuklah sistem vapor dominated
reservoir.
Tahapan proses produksi listrik tenaga panas bumi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Uap dari sumur mula-mula dialirkan ke steam receving header, yang befungsi menjamin
pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari
sumur produksi dan juga berfungsi untuk menyamakan temperature dan tekanan.
2. Setelah melalui flow meter, uap dialirkan ke separator dan demister untuk memisahkan zat
padat, silica, dan bintik air yang terbawa di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbin.
3. Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui Main Steam Valve / Electrical Control Valve /
Governor Valve menuju ke turbin. Di dalam turbin uap itu berfungsi untuk memutar sudu
turbin yang dikopel dengan generator pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini menghasilkan
energi listrik dengan arus 3 phase, frekuensi 50 Hz dan tegangan 11.8 kV.
4. Melalui step-up transformer, arus listrik dinaikkan tegangannya hingga 150 kV,
selanjutnya dihubungkan secara parallel dengan sistem interkoneksi Jawa-Bali.
5. Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar dari turbin harus dalam
kondisi vakum 0,10 bar, dengan mengkondensasikan uap dalam kondensator kontak
langsung yang dipasang di bawah turbin. Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi atas
kondensor, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin
6. yang diinjeksikan oleh buah spray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi
normal oleh dua buah cooling water pump, lalu didinginkan dalam cooling water sebelum
disirkulasikan kembali.
7. Untuk menjaga kevakuman kondensor, gas yang tak terkondensasi harus dikeluarkan
secara kontinyu oleh sistem ekstrasi gas. Gas-gas ini mengandung CO2 85-90% wt, H2S
3,5% wt, sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya. Di Kamojang dan Gunung Salak, sistem
ekstrasi gas terdiri atas first-stage, second-stage dan liquid ring vacuum pump. Sistem
pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari hasil
kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksikan kembali ke dalam
sumur reinjeksi.
8. Prinsip penyerapan energy panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan mengalirkan
udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5 forced drain
fan. Proses ini terjadi dalam cooling water.
9. Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang krena penguapan dalam cooling water,
sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir. Reinjeksi dilakukan untuk
mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi recervoir.
Aliran air dari recervoir disirkulasikan kembali oleh primary pump.
10. Kemudian melalui after condenser dan inter condensor dimasukkan kembali ke dalam
recervoir.
Pada prinsipnya cara kerja PLTP hampir sama dengan cara kerja PLTU, tetapi pada
PLTP tidak menggunakan Boiler karena uapnya sudah ada dari alam. Oleh karena itu, uap
yang didapat dari alam mengandung zat-zat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
menggerakkan turbin dan zat-zat tersebut kemungkinan dapat menggangu kerja turbin dan
akhirnya dapat merusakkan turbin. Oleh karena itu di PLTP Kamojang ada pemeliharaan
secara periodikuntuk memelihara dan membersihkan sudu-sudu turbin agar turbin tersebut
dapat terus beroperasi.
Prinsip kerjanya adalah uap yang didapat dari sumur pengeboran pertama ditampung di
receiving header kemudian dibagi untuk setiap unitnya tergantung dari beban yang
dibutuhkan. Kemudian untuk mendapatkan uap kering, uap tersebut disalurkan ke separator
dan demister melalui isolation valve. Kemudian uap tersebut disalurkan ke pipa pancar untuk
memutar turbin. Turbin tersebut dikopel dengangenerator, maka generatorpun turut berputar.
Dengan berputarnya generator dan terpenuhi persyaratan listriknya, maka generator akan
menghasilkan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Selanjutnya dari
Uap bekas turbin selanjutnya didinginkan dengan air pendingin supaya mengembun dan
menjadi air kondensat. Karena pembangkit listrik berada di daerah pegunungan,
untukmendinginkan air dipakailah suatu cooling tower, sehingga nantinya air tersebut dapat
dipergunakan kembali untuk mengkondensasi uap bekas selanjutnya. Sehingga dalam proses
tersebut tidak perlu mengambil air dari persediaan sungai atau danau, kecuali pada saat
memulai pengoperasian pembangkit.
BAB III
AFTER CONDENSER
Pada tabung receiver juga dilengkapi dengan pengendalian tekanan uap, ini
dimaksudkan agar tekanan uap yang diperlukan untuk memutar sudu-sudu turbin senantiasa
tetap. Sehingga apabila terjadi kelebihan uap akan membuang kelebihan uap secara otomatis,
melalui katup pengatur uap.
3. Vent Structure
Berfungsi sebagai pengatur tekanan (agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan),
sebagai pengaman yang akan membuang uap apabila terjadi penurunan beban uap apabila
terjadi tekanan lebih di steam receiving header, dan membuang kelebihan uap jika terjadi
penurunan beban atau unit stop.
4. Separator
Separator berfungsi untuk membersihkan atau menyaring uap dari partikel-partikel
berat, karena uap benar-benar harus terbebas dari kontaminasi. Separator yang digunakan
adalah jenis “Cylcon”, artinya aliran uap yang masuk ke separator akan berputar kemudian
dengan pengaruh gaya sentrifugal partikel-partikel berat akan terlempar jatuh ke bawah,
sementara uap yang sudah bersih akan mengalir ke demister (mist eliminator).
5. Demister
Suatu komponen yang berfungsi untuk mengeliminasi butir-butir air yang terbawa oleh
uap dari sumur-sumur panas bumi. Demister berfungsi sebagai penyaring untuk mencegah
terjadinya masalah dalam turbin. Penyaring ini sangat efektif dan efisien untuk mengurangi
terjadinya carry-over CI, SiO2, Fe, Fe2O3, masuk kedalam turbin. Beberapa alasan untuk
mengurangi defosit dalam turbin penyaringan (corrugated plate) ini adalah sebagai berikut :
Pada separator yang menggunakan sistem cylclone-centrifugal-type, pemisah antara uap
dan air panas didasarkan pada perbedaan yang terjadi antara uap dan air panas didasarkan
pada perbedaan yang terjadi dari gayasentrifugal dan berat jenis antara air dan uap jenuh,
akan tetapi pemisahan tersebut tidak dapat secara sempurna memisahkan moisture (uap
lembab) dari uap jenuh tersebut
6. Turbin
PLTP Kamojang menggunakan turbin jenis silinder tunggal 2 aliran (single cylinder
double flow) yang terdiri dari masing-masing lima tingkat, 2 tingkat pertama turbin aksi dan
3 tingkat berikutnya turbin reaksi. Yang membedakan tingkat aksi dan reaksi adalah : pada
tingkat aksi, ekspansi uap atau penurunan tekanan terjadi pada suhu tetapnya saja, sedangkan
turbin tingkat reaksi ekspansi uap terjadi pada sudu tetap maupun pada sudu geraknya.
Turbin dilengkapi dengan :
Main Stop Vlave dan Governor Valve, yang berguna untuk mengatur jumlah aliran uap.
bearing Gear (Turning Gear), berguna untuk memutar poros turbin sewaktu unit dalam
keadaan berhenti agar tidak terjadi distorsi pada rotor akibat pendinginan yang tidak
merata.
Bantalan aksial, yang berguna untuk menahan gaya aksial yang terjadi.
Selain itu walaupun turbin sudah didesain dan dibuat dengan pertimbangan yang
menyangkut keamanan dan kehandalan alat, tetapi kemungkinan terjadinya kerusakan karena
kesalahan operasi atau gangguan-gangguan yang tidak diharapkan dengan alat-alat pengaman,
seperti over-speed trip, lub-oil trip dan lain-lain.
7. Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi mekanik
menjadi energy listrik. Sistem penguatan generator dapat berupa sistem penguatan sendiri
maupun sistem penguatan terpisah.
Generator itu sendiri terdiri dari 2 kumparan utama, yaitu kumparan rotor dan kumparan
stator. Kumparan rotor befungsi untuk membangkitkan medan magnet setelah diberi arus
penguat dari main exciter. Kumparan stator akan menimbulkan tegangan yang bermanfaat
sebagai sumber listrik bila kumparan rotor yang bermuatan medan magnet terbuka berputar.
Sistem pendinginan pada generator digunakan udara yang disirkulasi oleh fan kumparan
stator dan rotor. Udara yang dipakai untuk sistem pendingin mempunyai temperatur kurang
lebih 43 °C. Setelah udara tersebut mendinginkan generator kemudian dialirkan ke radiator
untuk didinginkan kembali, sebagai media pendinginnya adalah air.
9. Switch Yard
Switch Yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran
listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran yang akan didistribusikan melalui sistem
inter koneksi Jawa-Bali.
10. Kondensor
Kondensor adalah alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi
yang hampa. Jenis kondensor yang dipakai adalah jenis kondensor kontak langsung, artinya
uap bekas bersentuhan langsung dengan air sebagai media kondensasi. Campuran air
kondensat dengan air suhu 49 °C yang merupakan hasil kondensasi dipompa ke menara
pendingin adalah 11.800 m3/jam.
Air pendingin di sempurnakan langsung pada uap bekas di turbin dan pada gas-gas
dalam kondensor yang vakum, uap akan terkondensasi dan di keluarkan kondensor bersama-
sama dengan air pendinginnya. Non condensable gas dikeluarkan dari kondensor melalui
ejektor yang di kerjakan oleh uap. Pada keadaan operasi normal, perbedaan tekanan antara
basin menara pendingin dengan vakum di kondensor cukup besar untuk mengalirkan air
pendingin dari basin cooling tower menuju kondensor tanpa pompa-pompa. Terlalu tinggi
level akan mengganggu sistem spray pada noozle, terlalu rendah akan mengganggu kinerja
CWP.
Pada saat turbin dan ejector dimatikan, tekanan di dalam kondensor kembali pada
tekanan atmosfer. Cooling water startup valve, adalah katup pneumatic yang dapat dibuka
dari tombol tekan TCP. Pada saat start bila perbedaan tekanan pada basin dan kondensor tidal
cukup besar menekan air di nosel-nosel, maka star valve ini akan dibuka secara manual dari
TCP supaya air tidak melalui nosel dengan adanya cara tersebut pompa utama dapat di start
sebelum vakum terjadi dan air akan mengalir melalui pipa air. Start up ini juga berfungsi
secara otomatis dan katup dikontrol lewat level kontroler yang secara otomatis juga dapat
membuka katup supaya aliran bertambah ke dalam kondensor, bila level kondensor terlalu
rendah. Tapi dalam keadaan normal operasi katup tidak terbuka, karena bila terbuka air tidak
melalui condenser spray sistem, dan akibat yang terjadi pengaruh air pendingin yang
seharusnya ada pada kondensor akan berkurang sekali. Pada saat CWP berhenti/stop, start-
valve akan tertutup, air pendingin akan masuk ke dalam kondensor melalui CW valve. Katup
ini akan terbuka bila tombol on pada cooling water di TCP dioperasikan dan katup akan
tertutup secra otomatis saat CWP stop atau saat level air di kondensor mencapai level paling
tinggi. Pada saat operasi normal tercapai setelah turbin start, level air kondensor dipertahankan
secara otomatis oleh “cooling water pump discharge valve” yang akan mengatur jumlah air
yang akan dikeluarkan dari kondensor melalui pompa tersebut, katup-katup ini dapat diset
secara otomatis oleh tombol on (reset) pada TCP. Kemudian katup-katup akan terbuka dan
menutup secara otomatis (oleh condenser level transmitter) agar level air pada kondensor
berada dalam kondisi yang benar. Katup vacuum breaker dipasang untuk meniadakan vakum
secara otomatis bila level air di kondensor mencapai level yang tinggi sekali. Katup-katup ini
di switch secara otomatis melalui saklar pengatur di TCP. Katup ini dapat di tutup dan di buka
secara manual pada saklar yang sama seperti diatas.
Pada saat posisi otomatis, vacuum breaker akan terbuka secara otomatis bila turbin trip
atau pada saat level air di kondensor tinggi sekali. Air pendingin untuk gas masuk melalui
“gas cooling valve” yang dioperasikan secara pneumatic, yang akanmembuka dan menutup
setelah mendapat sinyal yang sama pada cooling-water valve.
Kondensor dengan tipe Direct Contact mengendapkan factor penting dalam penentuan
heat rate yang sesuai bagi keseluruh plant. Tujuan utama dari kondensor ini adalh untuk
menjaga tekanan balik pada turbin dibawah kondisi operasi. Kondensor merupakan komponen
alat yang berperan sebagai pendingin dan melepaskan kalor, pelepasan kalor pada kondensor
tipe ini dilakukan dengan menggunakan cooling water dari cooling tower sebagai media
pendingin untuk mengkondensasi steam. Pada pembangkit listrik kondensor berfungsi untuk
menurunkan temperatur dan tekanan keluaran dari turbin.
Kondensor dengan tipe direct contact mengendapkan factor penting dalam penentuan
heat rate yang sesuai bagi keseluruhan plant. Tujuan utama dari kondensor adalah unutuk
menjaga tekanan balik pada turbin dibawah kondisi operasi. Selain itu, pada kondensor juga
terjadi pemisahan gas yang tidak terkondensasi (Non Condensable Gas) denang steam yang
dapat terkondensasi menjadi air. Gas yang tidak dapat terkondensasi akan diekstraksi lewat
ejector dan melalaui proses selanjutnya. Tipe kondensor direct contact memiliki keuntungan
disbanding tipe surface kondensor antara lain :
Tidak adanya korosi dan fouling, karena tidak menggunakan media tube.
Tidak ada thermal resistance (Direct) untuk peroses perpindahan kalor sehingga lebih
efektif.
Keuntungan lainnya memiliki pressure drop yang kecil.
Biaya awal yang dikeluarkan (investasi) dan biaya perwatan yang lebih rendah
disbanding steam surface.
Konstruksi kondensor direct contact digunakan untuk mengkondensasi steam dan uap lain
yang dapat dikondensasi secara direct (langsung bersentuhan) dengan condensing water. Dari
tipenya dibedakan menjadi :
Counter flow, dimana aliran pada condenser dikonstruksi dengan aliran uap yang
berlawanan arah dengan aliran pada condensing water.
Parallel flow, dimana aliran pada kondensor dengan aliran uap yang searah dengan aliran
condensing water.
Secara garis besar kondensor kontak langsung ini dapat dibedakan atas 4 jenis, antara
lain :
1. Film type (packed bed) condenser, merupakan tipe kondensor dimana air yang jatuh ke
bagian bawah adalah bahwa air yang jatuh tersebut berupa suatu lapisan selimut. Tipe ini
dipakai untuk memperoleh luas permukaan perpindahan panas yang relatif besar.
2. Bubble type, mecakup seluruh sistem dimana uap yang akan berkondensasi diinjeksikan
langsung ke suatu kolam air yang mengalir. Tipe yang tampak pada gamabr dibawah ini
sulit unutk dikontrol ukuran gelembung dan distribusi alirannya.
3.
4. Perforated plate column, merupakan suatu unit yang dirancang dengan suatu penghalang
melintang di tiap tingkatnya. Dengan demikian, terdapat suatu aliran yang berlawanan
antara gas dan cairan di tiap tingkatnya sebagaimana ditunjukkan oleh gambar dibawah
ini.
5. Drop type, merupakan tipe dimana uapmerupakan media yang mengalir secara terus
menerus dan kondensasi terjadi pada tetesan-tetesan air tesebut. Skema umum dari tipe ini
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
b. Spray Type
Tipe ini menggunakan aliran menyilang dan searah dalam melangsungkan proses
kondensasinya. Negara-negara yang memproduksi kondensor tipe ini antara lain
Jepang dan Italia.
Nilai efisiensi dan availability dari sistem pembangkit listrik tenaga uap baergantung
pada kondisi performa dari kondensor. Distribusi air pada kondensor harus tetap terjaga pada
kondisi perfoma thermal seperti yang dinginkan. Selain itu packing dari kondensor juga harus
diperhatikan untuk menghindari danya kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh suatu hal.
Selama inspeksi atau dilakukannya pembersihan pada kondensor, perlu untuk dilakukannya
pengecakan pada semua daerah yang terlibat dari sistem kondensor.
After condenser dan inter condenser berfungsi untuk mengkondensasikan NCG (Not
Condensable Gas) yang tidak dapat terkondensasi pada kondensor, gas tersebut dihissap oleh
steam ejector tingat pertama untuk diteruskan ke inter condenser. Gas-gas yang tidak dapat
dikondensasi pada inter condenser dihisap oleh liquid ring vacuum pump (LRVP) atau steam
ejector tingkat 2 untuk diteruskan ke after condenser. Air hasil kondensasi NCG dikembalikake
kondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan NCG dikembalikan ke
kondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang ke udara.
Exchaust steam dari turbin masuk sebelah kiri atas kondensor, akan mengalami
kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Untuk menjaga kevakuman, gas-gas yang tidak mengalami kondensasi di gas cooing
zone, kemudian dikeluarkan melalui sisi atas kondensor oleh sistem gas ekstraksi.
Pada sistem ekstraksi gas ini terdiri dari first stage dan second stage ejector. Fungsi dari
first stage ejector adalah untuk menghisap atau mengeluarkan NCG yang ada pada kondensor
dan menyalurkannya ke inter condenser. Gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan, dihisap
oleh steam ejector tingkat 1 untuk diteruskan ke inter condenser. Gas-gas yang dapat
dikondensasi dikembalikan ke kondensor sedangkan sisa gas yang tidak dikondensasikan
dipompakan menuju liquid ring vakum pump atau steam ejector tingkat 2 untuk
mengkondensasikan NCG di after condenser. Kemudian air kondensat yang dihasilkan
dikembalikan lagi ke kondensor. Setelah itu NCG dibuang ke udara bebas melalui cooling tower
dengan bantuan fan.
Level kondensat di dalam kondensor dijaga dalam kondisi normal oleh dua buah cooling
water pump dan dialirkan ke cooling tower untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan
kembali. Air yang dipompakan oleh MCWP dijatuhkan dari bagian atas menara pendingin yang
disebut kolam air panas menara pendingin. Menara pendingin berfungsi sebagai heat exchanger
(penukar kalor) yang besar, sehingga mengalami pertukaran kalor ke udara bebas.
Air dari menara pendingin yang dijatuhkan mengalami penurunan temperature dan
tekanan ketika sampai di bawah, yang disebut kolam air dingin (cold basin). Air dalam kolam
air dingin ini dialirkan kedalam kondensor untuk mendinginkan uap bekas memutar turbin dan
kelebihannya (over flow) diinjeksikan kembali ke dalam sumur yang sudah tidak produktif,
diharapkan sebagai air pengisi atau penambah dalam reservoir, sedangkan sebagian lagi
dipompakan oleh primary ump yang kemudian dialirkan kedalam inter condenser dan after
condenser untuk mendinginkan uap yang tidak terkondensasi (non condensable gaas).
Air dari cold basin ke kondensor disirkulasikan kembali oleh primary pump sebagai
media pendingin untuk inter cooler dan melalui after dan inter condenser untuk
mengkondensasikan uap yang tidak terkondensasi di kondensor, air kondensat kemudian
dimasukkan kembali ke dalam kondensor.
Untuk menjaga agar kondisi di kondensor tetap vakum, maka harus mengeliminasi
kandungan Non Condensable Gas (NCG) di kondensor. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah membuangnya dengan menggunakan ejector dan liquid ring vacuum pump (LRVP).
Adanya sejumlah gas dan udara yang tidak terkondensasi (NCG) akan mengurangi laju
perpindahan panas. Pengurangan laju perpindahan panas antara uap bekas dan air pendingin
akan menyebabkan penurunan vakum di dalam kondensor yang berarti mengurangi
kemampuan kerjanya.
Analisis efektivitas after condensor dapat dilihat berdasarkan nilai efektivitasnya, dari
nilai efektivitas ini kita dapat mengetahui seberapa besar kerja dari after condensor untuk
mengkonden sasikan steam yang masuk ke dalam after condenser, untuk mengetahui efisiensi
dari after condenser menggunakan
∆T
Efektifitas = × 100%
T𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 − T𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝑖𝑛
......per [1]
∆T = Tout w − Tin w
……per [2]
Tout w pada after condensor berupa keluar water dari inter condensor dan air pendingin
dari primery intercooler pump yang menuju ke condensor. Sedangkan Tin merupakan masuk
water ke after condenser dari air pendingin primery intercooler pump.
BAB IV
PEMBAHASAN
korosi.
Mesin adalah suatu rangkaian yang dirangkai menjadi satu kesatuan dalam suatu
system untuk mengerjakan suatu program atau kerja. Penggunaan mesin ini sangat luas
cakupannya terutama dalam bidang perindustrtian. Karena cakupannya yang luas
tersebut maka mesin dikategorikan menjadi beberapa bagian, seperti mesin perkakas,
tools, mesin alat berat, otomotif, mesin produksi, dan sebagainya. Untuk itu konstruksi
mesin dibuat pula berdasarkan aplikasi, factor – factor intern dan ekstern seperti pengaruh
gaya, beban, bahan, kondisi lingkungan, pemakaian, fluida kerja, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, dengan karakteristik dari panas bumi yang tersedia secara kontinyu
( tidak terpengaruh oleh pergantian musim ) maka memacu perangkat konversi (
khususnya mesin ) untuk bekerja non stop dengan performa maksimal. Maka untuk
menjaga agar pasokan uap yang dihasilkan dari energi panas bumi ini tidak terbuang maka
disiapkan perangkat – perangkat pendukung serta cadangan. Selain itu, perangkat –
perangkat bantu disediakan untuk kelancaran proses pembangkitan listrik.
Fenomena yang timbul pada system yang telah beroperasi lama dan terus menerus
adalah terjadinya penurunan efesiensi pada seluruh perangkat system pembangkit.
Untuk menjaga agar perangkat pada system tetap memiliki efesiensi yangtinggi
serta perangkat memilki umr operasi yang lama maka dilakukan penanganan khusus baik
melalui tekhnik pemeliharaan, pelumasan, serta tekhnik pengoperasian yang procedural.
Pemeliharaan Preventif
4. MAIN STOP VALVE ( MSV ) Line air, line uap, line pelumas, unjukan
suara, vibrasi, suhu bantalan,
1. Pemeliharaan Periodik
Pemeliharaan yang disesuaikan dengan jam operasi perangkat kerja guna penggantian
pelumas dan penggantian spare part. Dan tekhnik pemeliharaan terumit dan beresiko adalah
overhaul. Yaitu pemeliharaan perangkat utama yang dilakukan kurang lebih 12 bulanan atau
8000 jam kerja turbin. Pada saat dilakukan overhaul, semua perangkat baik itu perangkat Bantu
maupunperangkat utama dalam satu unit pembangkitan dilakukan pemeliharaan. Inti dari
overhaul adalah pemeriksaan dan pemeliharaan perangkat utama maupun perangkat bantu. Dan
dilakukan penggantian bila perlu.
2. Pemeliharaan Prediktif
Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengujian perangkat untuk menganalisis kinerja alat
sehingga umur alat bias diprediksi serta dapat dilakukan pemeliharaan dan penggantian alat
sebelum alat itu rusak total dan tidak berfungsi.
3. Pemeliharaan Korektif
Proses penggantian suatu perangkat saat perangkat itu rusak. Proses pemeliharaan ini
diminimalisir dengan mengintefsikan proses pemeliharaan prediktif agar tidak terjadi
kerusakan yang beruntun.
After condenser bias disebut sebagai kondensor tingkat dua yang berfungsi sebagai
pengkondensasi steam yang tidak dapat di kondensasikan di dalam inter condenser. After
condenser memiliki nilai kevakuman yang paling tinggi diantara inter condenser dan
kondensornya. Pada PLTP Kamojang after condenser memiliki nilai kevakuman sebesar 0,95
bar sedangkan inter condenser 0,41 bar dan condenser 0,1 bar.
Seperti pada kondensor after kondensor memiliki dua jenis atau tipe yaitu after
condenser tipe kontak langsung dan after condenser tipe shell and tube. Pada PLTP kamojang
after condenser yang digunakan adalah tipe kontak langsung atau tipe direct contact. Sehingga
pada after dan inter condenser memiliki prinsip kerja yang sama dengan kondensor.
Pada komponen after condenser di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang memiliki dua
inputan steam yang berasal dari inter condensor dan steam dari demister dan satu inputan air
sebagai media pendingin nya yang berasal dari primary intercooler pumps. Serta outputannya
berupa steam dan NCG (Non Condenser Gas) yang di alirkan ke cooling tower dan air hasil
kondensasi after condenser yang di alirkan ke kondensor.
“AFTER CONDENSER” bias disebut sebagai kondensor tingkat dua yang berfungsi
sebagai pengkondensasi steam yang tidak dapat di kondensasikan di dalam inter condenser.
After condenser
Lokasi
Lokasi : Kondensor Area
Spesifikasi After Condenser
Jenis After Condenser
Type : Direct Contact tray condenser
Tekanan : 0,94 bar
Temperatur : 44℃
Density : 2673.6 kJ/kg
Tabel 4.3 Informasi Komponen & fungsi pada “AFTER CONDENSER Unit 2”
Tabel 4.4 Tipe Kerusakan yang terjadi pada komponen “Head body”
Miring Ganti
Diketahui P inter condenser adalah 0,94 bar, maka termperatur saturasi dapat dicari dari
tabel temperatur saturasi air (terlampir) yaitu dengan persamaan interpolasi sebagai berikut
:
0,94 bar
Menghitung temperatur saturasi air
(0.95−0.90)
T = [(1.00−0.90)] × (99.63 − 96.71) + 96.71 = 98.17°𝐶
∆T
Efektifitas = × 100%
T𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 − T𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝑖𝑛
49,5−36,4
Efektifitas = × 100%
98,17−36,4
= 21%
1) Pemeriksaan Harian
Pemeriksaan ini dilakukan beruruatan untuk mengantisipasi segala
kerusakan secepat mungkin , sehingga dengan gejala-gejala awal yang ditemui,
para teknisi dapat melakukan pemeriksaan secara langsung agar kerusakan tidak
semakin parah. Biasanya pemeliharaan ini hanya dilihat secara kasat mata,
namun data semua dapaat terekam dengan baik. Adapun hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan harian adalah :
line uap
kelainan suara
kekencangan baut
support pipa
keutuhan pondasi
kebersihan dan tanda korosi
2) Pemeriksaan Taunan
BAB V
PENUTUP
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek industry di PT. Indonesia Power UPJP kamojang, terhadap
pengenalan pembangkitan listrik tenaga panas bumi di PT. Indonesia Power dan pemeliharaan
After Condenser dapat disimpulkan bahwa :
Untuk menjaga After condenser agar selalu dalam kondisi standar operasi maka ada
Setelah mengamati data dari hasil lapangan dan melakukan langsung pemeliharaan
terhadap after condenser, dapat dipastikan pada bulan mei 2016 after condenser di UPJP
kamojang unit 2 dan 3 dalam kondisi baik atau standar operasi.
5.2 Saran
1. Pelaksanaan maintenance preventif harus lebih ditingkatkan lagi dan lebih teliti
lagi,
2. Pada bagian-bagian terpenting pada komponen after condenser khususnya
bagian head body setidaknya terpasang alat ukur semacam pressure gauge agar
tekanan pada after condenser dapat kita ketahui.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN