Anda di halaman 1dari 44

HIPERTENSI ESENSIAL

SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM

Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015


1. Pengertian Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 140 mmHg dan
atau diastolik ≥ 90 mmHg.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Hipertensi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan Rekam Medis
Alat Tulis
Stetoskop
Tensimeter
Termometer
Pen Light
6. Langkah –Langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan
mencatat keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur dan rasa sakit di dada.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan – berat,
tekanan darah meningkat. Pada pasien dengan hipertensi wajib diperiksa status neurologis, akral
dan pemeriksaan fisik jantungnya ( JVP, batas jantung dan ronki).
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Diuretik ( HCT 12.5-50 mg/hari) atau penghambat ACE (Captopril 2x25-100 mg/hari)
 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu dapat diberikan
kombinasi 2 obat, golongan diuretic (HCT 12.5-50 mg/hari) dan penghambat ACE
(Captopril 12.5-50 mg/hari) atau penghambat kalsium (Amodipin 1x5 mg/10 mg)
 Modifikasi gaya hidup : penurunan berat badan, diet kaya buah, sayuran, produk rendah
lemak dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah, pembatasan asupan
Natrium, olahraga teratur, berhenti merokok serta membatasi konsumsi alcohol
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konseling gizi dan Edukasi
7. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien :
Perawat menimbang BB,
sakit kepala, gelisah, jantung
mengukur TB pasien, tanda
berdebar-debar, pusing, leher kaku,
vital pasien dan mencatat
penglihatan kabur dan rasa sakit di
keluhan utama dalam
dada.
rekam medis

Dokter mencuci Dokter melakukan pemeriksaan fisik, pasien


tangan tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan –
berat, tekanan darah meningkat.

Dokter memberikan terapi sesuai hasil Dokter melakukan


pemeriksaan : pencatatan dalam rekam
medis
( HCT 12.5-50 mg/hari) atau Captopril 2x25-
100 mg/hari, Amodipin 1x5 mg/10 mg

Kombinasi obat dilakukan jika target terapi


tidak tercapai dalam 2 minggu

Modifikasi gaya hidup : menurunkan BB, Konsuling dan


olahraga, diet tinggi buah dan sayur, kurangi Edukasi
asupan garam dan makanan berlemak, berhenti
merokok dan membatasi konsumsi alkohol.

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu

10. Dokumen terkait Rekam medis


11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
INFLUENZA
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Influenza seringkali dikenali sebagai FLU adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
RNA yaitu Virus Influenza A, B dan lebih jarang C
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Influenza
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan Rekam Medis
Alat Tulis
Stetoskop
Tensimeter
Termometer
Pen Light
6. Langkah –Langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan
mencatat keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan demam, batuk, bersin, sakit tenggorokan, hidung
meler, nyeri sendi dan badan, sakit kepala dan lemah badan.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, febris, rinorea dan mukosa hidung edema
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Paracetamol 3-4 x500 mg/hari (10-15 mg/kgBB) atau ibuprofen 3-4x200-400 mg/hari (5-10
mg/kgBB)
 Klorfeniramin 4-6 mg 3- 4 kali/hari atau difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam atau
loratadin atau cetirizin 10 mg dosis tunggal (Pada anak loratadine 0.5 mg/kgBB dan
Cetirizine 0.3 mg/kgBB)
 Istirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan
 Makan makanan yang berkalori dan protein tinggi, serta buah-buahan yang tinggi vitamin.
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konseling dan Edukasi
7. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien : demam,
Perawat menimbang BB,
batuk, bersin, sakit tenggorokan,
mengukur TB pasien,
hidung meler, nyeri sendi dan badan,
tanda vital pasien dan
sakit kepala dan lemah badan
mencatat keluhan utama
dalam rekam medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik : febris,


Dokter mencuci
tangan rinorea dan mukosa hidung edema.

Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan : Dokter melakukan


pencatatan dalam
 Istirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik rekam medis
berlebihan
 Makan makanan yang berkalori dan protein
tinggi, serta buah-buahan yang tinggi vitamin
 Paracetamol 3-4 x500 mg/hari (10-15 mg/kgBB)
atau ibuprofen 3-4x200-400 mg/hari (5-10
Konsuling dan
mg/kgBB)
Edukasi
 Klorfeniramin 4-6 mg 3- 4 kali/hari atau
difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam atau
loratadin atau cetirizin 10 mg dosis tunggal
(Pada anak loratadine 0.5 mg/kgBB dan
Cetirizine 0.3 mg/kgBB)

8. Hal - hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
INFEKSI SALURAN KEMIH
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1
015
1. Pengertian Infeksi salurah kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Infeksi salurah kemih .
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah –Langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan demam, susah buang air kecil, nyeri saat di akhir
BAK (disuria terminal), sering BAK (frequency), nokturia, anyang-anyangan (polakisuria) dan
nyeri suprapubik
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, demam, flank pain (Nyeri ketok pinggang
belakang/costovertebral angle), nyeri tekan suprapubik.
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal
 Menjaga higienitas genitalia eksterna
 Antibiotik selama 3 hari dengan pilihan antibiotik sebagai berikut: Trimetoprim 80 mg dan
sulfametoxazole 400 mg 2 kali sehari, siprofloksasin 2x500mg.
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konseling 7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien : demam,
Perawat menimbang BB,
susah buang air kecil, nyeri saat di akhir
mengukur TB pasien,
BAK (disuria terminal), sering BAK
tanda vital pasien dan
(frequency), nokturia, anyang-anyangan
mencatat keluhan utama
(polakisuria) dan nyeri suprapubik.
dalam rekam medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik : febris,


Dokter mencuci flank pain (Nyeri ketok pinggang
tangan belakang/costovertebral angle), nyeri tekan
suprapubik

Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan : Dokter melakukan


pencatatan dalam rekam
 Minum air putih minimal 2 liter/hari bila medis
fungsi ginjal normal
 Menjaga higienitas genitalia eksterna
 Antibiotik selama 3 hari dengan pilihan
antibiotik sebagai berikut: Trimetoprim 80 mg
Konsuling dan
dan sulfametoxazole 400 mg 2 kali sehari,
Edukasi
siprofloksasin 2x500mg.

8. Hal - hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
GASTRITIS
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai mekanisme
proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Gastritis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah-langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut
bagian atas. Keluhan mereda atau memburuk bila diikuti dengan makan, mual, muntah atau perut
kembung
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat,
hematemesis dan melena serta konjungtiva anemis dapat ditemukan pada gastritis kronis.
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali), PPI (Omeprazole 20 mg/kali) serta antasid 3x500-
1000 mg/hari.Menjaga higienitas genitalia eksterna
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien : rasa
Perawat menimbang BB,
nyeri dan panas seperti terbakar pada
mengukur TB pasien,
perut bagian atas, mereda atau
tanda vital pasien dan
memburuk bila diikuti dengan
mencatat keluhan utama
makan, mual, muntah atau perut
dalam rekam medis.
kembung.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik : nyeri


Dokter mencuci
tangan tekan epigastrium dan bising usus meningkat,
hematemesis dan melena serta konjungtiva
anemis.

Dokter melakukan
Dokter memberikan terapi sesuai hasil
pencatatan dalam rekam
pemeriksaan :
medis
 H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali),
PPI (Omeprazole 20 mg/kali) serta antasid
3x500-1000 mg/hari.
Konsuling dan
Edukasi

8. Hal - hal yang


perlu
diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
OSTEOARTRITIS
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Demmanggappa, SKM
Puskesmas
Nip. 19690301 199203 1 015
Bontomatene
1. Pengertian Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Osteoartritis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan nyeri sendi, hambatan dalam gerakan sendi, kaku
sendi di pagi hari, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya berjalan
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, hambatan dalam gerak, krepitasi, pembengkakan sendi yang
seringkali asimetris, tanda-tanda peradangan sendi, deformitas sendi yang permanen dan perubahan
gaya berjalan
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Non selective COX1 (Diklofenak 2x50 mg, Ibuprofen 2x200mg, Piroksikam 2x10mg,
Mefenamat 3x500mg), selective COX2 (Meloxicam 2x7,5mg)
 Modifikasi gaya hidup dengan cara menurunkan berat badan, melatih pasien untuk tetap
menggunakan sendinya dan melindungi sendi yang sakit
 Rehabilitasi medis /Fisioterapi
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien : nyeri
Perawat menimbang BB,
sendi, hambatan dalam gerakan sendi,
mengukur TB pasien,
kaku sendi di pagi hari, krepitasi,
tanda vital pasien dan
pembesaran sendi dan perubahan gaya
mencatat keluhan utama
berjalan
dalam rekam medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik :

Dokter mencuci hambatan dalam gerak, krepitasi,


tangan pembengkakan sendi yang seringkali
asimetris, tanda-tanda peradangan
sendi, deformitas sendi yang permanen
dan perubahan gaya berjalan

Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan : Dokter melakukan


 Non selective COX1 (Diklofenak 2x50 mg, Ibuprofen pencatatan dalam
2x200mg, Piroksikam 2x10mg, Mefenamat rekam medis
3x500mg), selective COX2 (Meloxicam 2x7,5mg)
 Modifikasi gaya hidup dengan cara menurunkan
berat badan, melatih pasien untuk tetap menggunakan
sendinya dan melindungi sendi yang sakit Konsuling dan
Edukasi
 Rehabilitasi medis /Fisioterapi

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
KONJUNGTIVITIS
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas
Demmanggappa, SKM
Bontomatene
Nip. 19690301 199203 1 015
1. Pengertian Konjungtivitis adalah radang pada konjungtiva yang disebakan oleh mikroorganisme
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Konjungtivitis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light

6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan mata merah, rasa mengganjal gatal serta berair
dan terkadang disertai sekret
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, visus normal dan ditemukan injeksi konjungtiva juga dapat
disertai dengan edema
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Konjungtivitis bakteri : Kloramfenikol tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari
selama 3 hari
 Konjungtivitis Viral : salep acyclovir 3 % 5 kali sehari selama 10 hari
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan Alir

Perawat menimbang BB, Dokter menganamnesa pasien : mata


mengukur TB pasien, merah, rasa mengganjal gatal serta
tanda vital pasien dan berair dan terkadang disertai sekret
mencatat keluhan utama
dalam rekam medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik :


Dokter mencuci visus normal dan ditemukan injeksi
tangan
konjungtiva juga dapat disertai dengan
edema.

Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan : Dokter melakukan


pencatatan dalam
 Konjungtivitis bakteria : Kloramfenikol tetes 6
kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 rekam medis
hari
 Konjungtivitis Viral : salep acyclovir 3 % 5 kali
sehari selama 10 hari

Konsuling dan
Edukasi

8. Hal - hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
OTITIS EKSTERNA
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene
Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Otitis eksterna adalah peradangan pada liang telinga luar


2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Otitis Elsterna
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan rasa sakit pada telinga, rasa penuh pada telinga
disertai dengan gangguan pendengaran
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, nyeri tekan pada tragus dan nyeri tarik daun telinga serta
pemeriksaan otoskopi
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Membersihkan liang telinga dengan kapas yang dibasahi dengan H202 3%
 Bila terdapat abses lakukan insisi atau drainase
 Disertai pengobatan topical dan obat sistemik (siprofloksasin 2 x 500 mg)
 Tidak mengorek telinga dengan benda apapun
 Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien :
Perawat menimbang BB,
rasa sakit pada telinga, rasa penuh
mengukur TB pasien, tanda
pada telinga disertai dengan
vital pasien dan mencatat
gangguan pendengaran
keluhan utama dalam
rekam medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik :


Dokter mencuci
nyeri tekan pada tragus dan nyeri tarik
tangan
daun telinga serta pemeriksaan otoskopi

Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan :


Dokter melakukan
 Membersihkan liang telinga dengan kapas yang pencatatan dalam
dibasahi dengan H202 3% rekam medis

 Bila terdapat abses lakukan insisi atau drainase


 Disertai pengobatan topical dan obat sistemik
(siprofloksasin 2 x 500 mg)
 Tidak mengorek telinga dengan benda apapun Konsuling dan
 Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang Edukasi

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
SERUMEN PROP
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Serumen prop adalah sekret kelenjar sebasea , kelenjar serumenosa, epetil kulit yang terlepas dan
partikel debu yang terdapat pada bagaian kartilagonosa liang telinga
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Serumen Prop
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan rasa penuh pada teling disertai dengan gangguan
pendengaran
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, otoskop : serumen di liang telinga
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Bila lunak bersihkan dengan lilitan kapas
 Bila keras maka gunakan karbogliserin 10 % selama 3 hari
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan Alir

Dokter menganamnesa pasien :


Perawat menimbang BB,
rasa penuh pada teling disertai
mengukur TB pasien, tanda
dengan gangguan pendengaran
vital pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam
medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik :


Dokter mencuci pemeriksaan otoskopi : serumen di
tangan liang telinga

Dokter melakukan
Dokter memberikan terapi sesuai hasil pencatatan dalam rekam
pemeriksaan : medis
 Bila lunak bersihkan dengan lilitan kapas
 Bila keras maka gunakan karbogliserin 10
% selama 3 hari
Konsuling dan
Edukasi

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
URTIKARIA
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Urtikaria adalah rekasi vascular pada kulit akibat bermacam-macam sebab
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Urtikaria
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan rasa gatal, rasa tersengat atau tertusuk, disertai
dengan bentol-bentol pada wajah, tangan ,kaki atau hampir di seluruh tubuh.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, ruam berbatas tegas dan bagian tengah tampak pucat
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Loratadine 1x10 mg per hari selama 1 minggu, bila tidak berhasil dikombinasikan dengan
Difenhidramin 4x25-52 mg per hari selama 1 minggu.
 Bila ada obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian epinefrin subkutan yang
dilanjutkan dengan pemeberian kortikostreoid prednisone 60-80 mg/hari selama 3 hari.
dosis diturunkan 5-10 mg/hari
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan alir
Dokter menganamnesa pasien : rasa
Perawat menimbang BB, gatal, rasa tersengat atau tertusuk,
mengukur TB pasien, disertai dengan bentol-bentol pada
tanda vital pasien dan wajah, tangan ,kaki atau hampir di
mencatat keluhan utama seluruh tubuh.
dalam rekam medis.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik :


Dokter mencuci
tangan ruam berbatas tegas dan bagian tengah
tampak pucat

Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan : Dokter melakukan


pencatatan dalam
 Loratadine 1x10 mg per hari selama 1 minggu, bila rekam medis
tidak berhasil dikombinasikan dengan Difenhidramin
4x25 mg per hari selama 1 minggu.
 Obstruksi saluran napas : epinefrin subkutan
dilanjutkan prednisone 60-80 mg/hari selama 3 hari, Konsuling dan
dosis diturunkan 5-10 mg/hari. Edukasi

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen Rekam medis
terkait
11. Rekaman
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis perubahan
MALARIA
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Demmanggappa, SKM
Puskesmas
Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan
gejala demam, menggil anemia dan pembesaran limpa.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Malaria
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan demam hilang timbul, pada saat demam hilang
disertai dengan menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nafsu makan menurun, sakit perut, mual muntah dan diare.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, Periode Demam (kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu
tubuh meningkat dapat sampai diatas 40ºC dan kulit kering, takikardi, takipnoe), periode dingin
dan berkeringat (kulit teraba dingin dan berkeringat, nadi teraba cepat dan lemah), konjungtiva
anemis, sclera ikterik,bibir sianosis, pembesaran hepar dan limpa, akral teraba dingin.
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Line I : Fixed Dose Combination (FDC) Untuk dewasa BB 50 kg diberikan DHP 3 tablet satu
kali sehari selama 3 hari dan primakuin 2 tablet sekali; BB ≥ 60 kg diberikan 4 tablet DHP
satu kali sehari selama 3 hari dan primakuin 3 tablet sehari satu kali pemberian. Dosis DHP
= 2- 4 mg/kgBB (dosis tunggal), Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis tunggal ) dan
Primakuin = 0.75 mg/kgBB (dosis tunggal)
 Line II (Pengobatan Malaria Falsiparum yang tidak respon terhadap pengobatan DHP) : Kina
+ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis Kina =10 mg/kgBB/kali (3 x/hari sselama 7 hari. hari.
Tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/hari (4x/hari selama 7 hari)
 Malaria Vivax dan Ovale : Line I (Fixed Dose Combination (FDC) yang terdiri dari
Dihydroartemisini(DHA) + piperakuin (DHP) diberikan peroral satu kali per hari selama 3
hari. Primakuin 0.25 mg/kgBB/hari selama 14 hari), Line II (Pengobatan MalariaVivax yang
tidak respon terhadap pengobatan DHP) : Kina + Primakuin. Dosis Kina =10 mg/kgBB/kali
(3 x/hari sselama 7 hari) dan Primakuin = 0.25 mg/kgBB/hari selama 14 hari)
 Malaria Malariae : DHP 1 kali per hari selama 3 hari dengan dosis yang sama dengan
pengobatan malaria lainnya tidak diberikan Primakuin
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi

7. Bagan alir
Dokter menganamnesa pasien : demam
Perawat menimbang BB, hilang timbul, pada saat demam hilang
mengukur TB pasien, disertai dengan menggigil, berkeringat,
tanda vital pasien dan dapat disertai dengan sakit kepala, nyeri
mencatat keluhan utama otot dan persendian, nafsu makan menurun,
dalam rekam medis. sakit perut, mual muntah dan diare

Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Periode Demam (kulit terlihat memerah, teraba panas,
suhu tubuh meningkat dapat sampai diatas 40ºC, kulit kering, takikardi, takipnoe), periode
dingin dan berkeringat (kulit teraba dingin dan berkeringat, nadi teraba cepat dan lemah),
konjungtiva anemis, sclera ikterik, bibir sianosis, pembesaran hepar dan limpa, akral teraba
dingin.
Dokter memberikan terapi sesuai hasil pemeriksaan :

Malaria Falsiparum :
 Fixed Dose Combination (FDC) Untuk dewasa BB 50
Dokter mencuci
kg diberikan DHP 3 tablet 1x1 selama 3 hari dan
tangan
primakuin 2 tablet 1x1; BB ≥ 60 kg diberikan 4 tablet
DHP 1 x 1selama 3 hari dan primakuin 3 tablet 1x1
Dokter melakukan  Line II (Pengobatan Malaria Falsiparum yang tidak
pencatatan dalam
respon terhadap pengobatan DHP) : Kina + Tetrasiklin
rekam medis
+ Primakuin selama 7 hari
Malaria Vivax dan Ovale:
 Line I (Fixed Dose Combination (FDC) yang terdiri
dari Dihydroartemisini(DHA) + piperakuin (DHP) 1 x
Konsuling dan 1 selama 3 hari. Primakuin 0.25 mg/kgBB/hari selama
Edukasi 14 hari)
 Line II (tidak respon terhadap pengobatan DHP) :
Kina (7 hari) + Primakuin (14 hari)
Malaria Malariae : DHP 1 x 1 selama 3 hari dengan
dosis yang sama dengan pengobatan malaria lainnya.

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
DERMATITIS KONTAK IRITAN
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM

Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Dermatitis Kontak Iritan adalah reaksi kulit non imunologik. Kerusakan kulit langsung terjadi tanpa
desentisasi
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Dermatitis Kontak Iritan
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan adalah gatal dan timbulnya bercak kemerahan
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, ruam berbatas tegas, eritema; tergantung pada kondisi akut
atau kronis.
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Hidrokortison krim 1%, Betametason valeat krim 0.1 % 2 kali sehari
 Loratadine 2x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan alir

Perawat menimbang BB, Dokter menganamnesa pasien :

mengukur TB pasien, tanda gatal dan timbulnya bercak

vital pasien dan mencatat kemerahan

keluhan utama dalam rekam


medis

Dokter melakukan pemeriksaan fisik, ruam


berbatas tegas, eritema; tergantung pada
Dokter mencuci
kondisi akut atau kronis.
tangan

Dokter memberikan terapi sesuai hasil Dokter melakukan pencatatan


pemeriksaan : dalam rekam medis

• Hidrokortison krim 1%, Betametason valeat


krim 0.1 % 2 kali sehari

• Loratadine 2x10 mg per hari selama


maksimal 2 minggu.
Konsuling dan
Edukasi

8. Hal - hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
DERMATITIS ATOPI
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM

Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Dermamtitis atopi adalah peradangan pada kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Dermatitis Atopi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan adalah gatal terutama malam hari disertai kebiasan
menggaruk
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, kering pada perabaan, pucat, jari tangan teraba dingin,
terdapat papul, likenifikasi, eritema,erosi, eksudasi dan krusta
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Hidrokortison krim 1%, Betametason valeat krim 0.1 % 2 kali sehari
 Loratadine 2x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu, CTM 3x4 mg atau Cetirizin 2x10
mg
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan alir

Dokter menganamnesa pasien :


Perawat menimbang BB,
gatal terutama malam hari disertai
mengukur TB pasien, tanda
kebiasan menggaruk
vital pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam
medis

Dokter melakukan pemeriksaan fisik, kering


pada perabaan, pucat, jari tangan teraba
Dokter mencuci
tangan dingin, terdapat papul, likenifikasi, eritema,
erosi, eksudasi dan krusta

Dokter memberikan terapi sesuai hasil Dokter melakukan pencatatan


pemeriksaan : dalam rekam medis

• Hidrokortison krim 1%, Betametason valeat


krim 0.1 % 2 kali sehari

• Loratadine 2x10 mg per hari selama


maksimal 2 minggu. Konsuling dan
Edukasi

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
DERMATOFITOSIS
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencemarkan keratin di
jaringan yang mengandung zat tanduk misalnya startum korneum pada epidermis, rambut dan kuku.
Klasifikasi berupa tine kapitis (kulit dan rambut kepala),tinea barbae (rambut dan jenggot),tinea
kruris (daerah genitokrural,sekitar anus, bokong dan perut bagian bawah), tinea pedis at manum (kaki
dan tangan),tinea unginum(kuku jari tangan dan kaki), tinea korporis (pada area tubuh yang tidak
disebutkan)
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Dermatofitosi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan bercak merah bersisik yang gatal
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, lesi berbentuk infiltrat eritematousa, berbatas tegas dengan
bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Lesi terbatas maka berikan krim klotrimazol, mikonazol diberikan hingga lesi hilang dan
dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk menjaga rekuresensi
 Lesi tersebar luas maka berikan griseovulvin dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang
dewasa dan 0.25-0.5 g per hari untk anak-anak atau 10-25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2
dosis
 Golongan Azol seperti ketokonazole 200 mg/hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan alir

Perawat menimbang BB,


mengukur TB pasien, tanda Dokter menganamnesa pasien :
vital pasien dan mencatat bercak merah bersisik yang gatal
keluhan utama dalam rekam
medis

Dokter melakukan pemeriksaan fisik, lesi


berbentuk infiltrat eritematousa, berbatas
Dokter mencuci
tangan tegas dengan bagian tepi yang lebih aktif
daripada bagian tengah

Dokter memberikan terapi sesuai hasil


pemeriksaan : Dokter melakukan pencatatan
dalam rekam medis
 Lesi terbatas : krim klotrimazol, mikonazol
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan
1-2 minggu kemudian
 Lesi tersebar luas : griseovulvin dengan
dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa
dan 0.25-0.5 g per hari untk anak-anak atau Konsuling dan
10-25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis Edukasi
 Ketokonazole 200 mg/hari selama 10-14 hari
pada pagi hari setelah makan

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
DEMAM TIFOID
SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM

Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015


1. Pengertian Demam Tifoid adalah penyakit yang terkait erat dengan kualitas hiegene pribadi dan sanitasi
lingkungan
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Demam Tifoid
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan  Rekam Medis
 Alat Tulis
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Pen Light
6. Langkah – langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan mencatat
keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan demam terutama sore hari diertai sakit kepala,
mual dan muntah, konstipasi.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, suhu tubuh tinggi, bau mulut, lidah kotor dan ditutupi
selaput putih (coated tongue) jarang pada anak, ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor,
hepatosplenomegali, bradikardi relative.
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
 Paracetamol 3-4 x500 mg/hari (10-15 mg/kgBB) atau ibuprofen 3-4x200-400 mg/hari (5-10
mg/kgBB)
 Kloramfenikol 4x500 mg selama 10 hari dan pada anak dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari
maksimal 2 gram selama 10-14 hari dibagi 4 dosis
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi, diet TKTP
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konsuling dan Edukasi
7. Bagan alir
Dokter menganamnesa pasien :
Perawat menimbang BB, demam terutama sore hari diertai
mengukur TB pasien, tanda sakit kepala, mual dan muntah,
vital pasien dan mencatat konstipasi.
keluhan utama dalam rekam
medis

Dokter melakukan pemeriksaan fisik, suhu


tubuh tinggi, bau mulut, lidah kotor dan
Dokter mencuci
tangan ditutupi selaput putih (coated tongue) jarang
pada anak, ujung dan tepi lidah kemerahan
dan tremor, hepatosplenomegali, bradikardi
relative.

Dokter memberikan terapi sesuai hasil Dokter melakukan pencatatan


pemeriksaan : dalam rekam medis

 Paracetamol 3 x 500 mg/hari


 Kloramfenikol 4x500 mg selama 10 hari
dan pada anak dengan dosis 50-100
mg/kgBB/hari maksimal 2 gram selama 10- Konsuling dan
14 hari dibagi 4 dosis Edukasi
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi, diet TKTP

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
ASMA BRONKIAL

SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Puskesmas Demmanggappa, SKM


Bontomatene Nip. 19690301 199203 1 015

1. Pengertian Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
inflamasi dan mediator
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Asma Bronkial
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan Rekam Medis
Alat Tulis
Stetoskop
Tensimeter
Termometer

6. Langkah–Langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan
mencatat keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan sesak napas yang episodik, batuk berdahak
yang sering memburuk pada malam dan pagi hari menjelang subuh, dan ada mengi.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, pasien tampak sesak, dapat terlihat sakit ringan – berat,
terdengar suara mengi pada pemeriksaan fisik dengan atau tanpa stetoskop.
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter memberikan terapi :
6. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
7. Konseling gizi dan Edukasi
7. Bagan Alir

1. Dokter
Perawat menimbang BB,
menganamnesa pasien
mengukur TB pasien, tanda
: sesak napas yang
vital pasien dan mencatat
episodik, batuk
keluhan utama dalam rekam
berdahak yang sering
medis
memburuk pada
malam dan pagi hari
menjelang subuh, dan
Dokter mencuci Dokter melakukan pemeriksaan fisik, pasien
tangan ada mengi.
tampak sesak, dapat terlihat sakit ringan –
berat, terdengar suara mengi pada
pemeriksaan fisik dengan atau tanpa
stetoskop.

Dokter memberikan terapi sesuai hasil Dokter melakukan


pemeriksaan dan sesuai derajat penyakit pencatatan dalam rekam
medis

Konsuling dan
Edukasi

8. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
9. Unit terkait Klinik umum
Unit Gawat Darurat
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Kelilng
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
DIABETES MELITUS

SOP No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Demmanggappa, SKM
Puskesmas
Nip. 19690301 199203 1 015
Bontomatene

1. Pengertian Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada
kerja insulin.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Diabetes Melitus
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
5. Alat dan bahan Rekam Medis
Alat Tulis
Stetoskop
Tensimeter
Termometer
Pemeriksaan Gula Darah

6. Langkah –Langkah 1. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital, menimbang BB, mengukur TB pasien dan
mencatat keluhan utama dalam rekam medis.
2. Dokter menganamnesa pasien, adanya keluhan banyak kencing, lebih sering haus, lebih sering
lapar, penurunan berart badan yang tidak jelas penyebabnya, mata kabur, luka yang tidak
sembuh-sembuh.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, pasien tampak sehat atau dapat terlihat sakit ringan –
berat, memeriksa gejala hipertensi, penderita jantung koroner, dislipidemia, gangguan
metabolisme lainnya
4. Dokter mencuci tangan setelah pemeriksaan fisik
5. Dokter meminta dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan gula darah sewaktu atau
gula darah puasa.
6. Dokter memberikan terapi :
 Metformin 3 x 500 mg (sebelum/pada saat/setelah makan) atau Glibenclamide 1 x 5 mg (15 –
30 menit sebelum makan)
7. Dokter melakukan pencatatan dalam rekam medis.
8. Konseling gizi dan Edukasi
12. Bagan Alir
Dokter menganamnesa pasien

Perawat menimbang BB, : banyak kencing, lebih sering

mengukur TB pasien, tanda haus, lebih sering lapar,

vital pasien dan mencatat penurunan berart badan yang

keluhan utama dalam rekam tidak jelas penyebabnya, mata

medis kabur, luka yang tidak


sembuh-sembuh.

Dokter mencuci
tangan Dokter melakukan pemeriksaan fisik, pasien
tampak sehat atau dapat terlihat sakit ringan –
berat, memeriksa gejala hipertensi, penderita
jantung koroner, dislipidemia, gangguan
metabolisme lainnya

Dokter memberikan terapi sesuai hasil Dokter melakukan


pemeriksaan : pencatatan dalam rekam
medis
Metformin 3 x 500 mg (sebelum/pada
saat/setelah makan) atau Glibenclamide 1 x 5
mg (15 – 30 menit sebelum makan)

Konsuling dan
Edukasi

13. Hal - hal yang


perlu diperhatikan
14. Unit terkait Klinik umum
Klinik gizi
Rawat inap
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
15. Dokumen terkait Rekam medis
16. Rekaman historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai