Diagram Kontrol
Control Chart
Suseno,
MEPS POLMAN 2010
Data
Transformasi Data
Untuk memudahkan penghitungan maka data diubah dan
diproses seperti berikut:
n
x 1 x 2 ...... x n x
i 1
i
Sx
x
n n n
Sx2
SSD x SS x
n
x x
2
i1
i
SSD x
s2
n1 f
Distribusi χ2
Chi-Square Distribution
2
n
x n
Didefinisikan: u i
2 2
i1
i
i 1
x x 2 x x 2 ......... x x 2
2
1 2 n
atau
Distribusi χ2
Distribusi χ2
2
1 f
p{ 2 }
2 f /2 ( f / 2)
e 2
2 2 1
Distribusi χ2
p {χ2}
0.20 f=1
0.15 f=4
0.10
f = 10
0.05 f = 20
0.00 χ2
00 5 10 15 20 25 30 35 40
Suseno, MEPS 2010
Distribusi χ2
2 2
1 f
2 2 1
P{ 2 } e 2
dx
2 f /2 ( f / 2) 0
Contoh,
Untuk f = 9 : P {χ2 < 19} = 97.5% χ2.975 = 19
P {χ2 < 16.9} = 95% χ2.95 = 16.9
atau
P {χ2 < 3.33} = 5% χ2.05 = 3.33
P {χ2 < 2.7} = 2.5% χ2.025 = 2.7
Uji χ2
Distribusi Varian
Distribution of Variance
Menurut distribusi χ2 :
1
s2 2 2
n1
2
s
2 2 º dinamakan sebagai
f distribusi varian.
2
Fraktil distribusi s dapat dicari dari P2
fraktil distirbusi χ2 :
s 2P 2
f
90%
95%
99.8%
99.9%
Kestabilan Proses
Harga rata-rata suatu kelompok (xr) belum tentu sama dengan harga
rata-rata kelompok lain (xs), dan mereka juga bervariasi disekitar
harga ξ tetapi dengan deviasi standar yang lebih kecil dari σ.
Suseno, MEPS 2010
x
Variabel u menjadi: u
n
68.3%
68.3%
X
0
ξ-3σ ξ-2σ ξ-σ ξ ξ+σ ξ+2σ ξ+3σ 3
n
2
n
n
n
2
n
3
n
Suseno, MEPS 2010
x
P up1 u p 2 P2 P1
n
Selang Keyakinan
(Confidence Interval)
Dari tabel distribusi kumulatif normal standar dapat dikatakan bahwa
95% variabel u akan terletak dalam selang di antara -1,96 dan
+1,96, karena:
P{-1,96 < u < 1,96} = P{1,96} - P{-1,96}
= 97,5% - 2,5%
= 95%
x
Jadi: P 1,96 1,96 95%
n
Selang Keyakinan
(Confidence Interval)
Persamaan tersebut yaitu:
Selang Keyakinan
(Confidence Interval)
Jika harga teoritik diyakini selalu lebih rendah (tinggi) dari harga 0,
dapat dipakai unilateral limit, yang berarti hanya diperlukan batas
atas (bawah) saja. Tingkat kepercayaan 95% akan setaraf dengan
harga u sebesar 1,64 dan ditulis sebagai berikut:
Batas atas:
P x 1,64 / n 95%
Atau batas bawah: P x 1,64 / n 95%
Suseno, MEPS 2010
Batas/Limit Keyakinan
Jangkauan (Range)
Jangkauan (Range)
Jangkauan (Range)
Jangkauan (Range)
Jangkauan (Range)
Harga-Harga Teoritik terkait dengan Jangkauan:
Harga rata-rata teoritik
jangkauan:
m{w} = αn.σ
Ketepatan Proses
Perubahan Rambang/Random
Perubahan Sistematik
Geometrik Geometrik
Produk Produk
H H
L L
Waktu Waktu
Perubahan
Perubahan Variabilitas Proses
Tingkat Proses Rata-rata
Perubahan Sistematik
Perubahan Sistematik
Diagram Kontrol
Relatif terhadap Batas-Batas Toleransi
Suseno, MEPS 2010
Kestabilan Proses
Kestabilan
Tingkat Proses Rata-rata
Batas-batas Toleransi
Cara 1: Berdasarkan Prosentase dan
Bila ditetapkan resiko produsen (") = 5% dan resiko
konsumen () = 10%, dan dengan memperhatikan
tingkat ketepatan/kepresisian proses, maka
Untuk kasus batas satu sisi dan >1 > >0:
Ukuran sampel:
n (u1- + u1- )
o
n 2.92
o
u1- o u1- 1
Daerah penolakan: x>
u1- u1-
x > 0.44 o 0.56 1
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 1: Berdasarkan Prosentase dan
Bila ditetapkan resiko produsen (") = 5% dan resiko
konsumen () = 10%, dan dengan memperhatikan
tingkat ketepatan/kepresisian proses, maka
Untuk kasus batas dua sisi dan >1 > >0:
Ukuran sampel:
n (u1- + u1- / 2 )
o
n 3.24
o
Daerah penolakan:
x < o u1- / 2 / n x > o u1- / 2 / n
x < o 196
. / n
dan x > o 196
. / n
atau atau
x < 1.605o 0.6051 x > 0.395o 0.6051
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 1:
Daerah penolakan
Resiko Produsen:
= 5%
Resiko Konsumen:
= 10%
1.64 /%n
0
1.96 σ/%n
2.92 /%n
>0 >1
3.24 σ/%n
X
2.92
(unilateral)
3.24
L (bilateral) H
atau ½T
T
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 1:
Daerah penolakan Daerah penolakan
Resiko Produsen:
a = 5%
Batas-batas Toleransi
Cara 1:
Daerah penolakan Daerah penolakan
Resiko Produsen:
a = 5%
Resiko Konsumen:
b = 10%
0 0
1.64 /%n 1.64 /%n
X X
2.92 2.92
(unilateral) (unilateral)
L H
T
Cara ke 2
Dalam memodifikasi Batas-Batas Toleransi
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Daerah penolakan Batas atur ditetapkan sebagai harga rata-rata
teoritik ξ0.
>0
3.10 /%n distribusi x menempel pada batas atas toleransi
= w / n
(H).
T
RPI
w
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Daerah penolakan Bila spesifikasi hanya menyatakan satu batas
toleransi (L atau H) maka digunakan rata-rata
sampel sebagai acuan relarif terhadap batas
toleransi, sehingga:
0
1.96 /%n 2(H x) 2(x - L)
3.10 /%n RPI atau
>0
w w
= w / n
3.10
X Bagi proses ketepatan medium dimana “kaki
L RPI T / w
(3.10 w / n ) H gunung” distribusi x menempel pada batas L dan
RPImedium 6.20 / n
T H toleransi berarti:
6.2
RPI med
n
Pada distribusi jangkauan kumulatif standar W dapat dicari
harga an sesuai dengan nilai n-nya.
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Daerah penolakan
RPI Medium:
>0
3.10 /%n menghasilkan rata-rata sampel pada pertengahan
= w / n
toleransi (>0 = 0).
X
Batas peringatan atas dan bawah:
3.10
L RPI T / w
(3.10 w / n ) H 1.96
RPImedium 6.20 / n
T
x 1.96 x w
n n n
Batas kontrol atas dan bawah:
3.10
x 3.10 x w
n n n
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
RPI High:
Jika RPI melebihi harga medium (satu indeks diatas RPI medium) berarti batas
bawah toleransi (L) akan berada jauh disebelah kiri/bawah batas atur atas (H).
Oleh karena itu batas-batas bawah bagi batas atur, peringatan, dan kontrol
ditetapkan posisinya relatif terhadap batas bawah toleransi (L) (dan simetrik
terhadap batas-batas atas dengan acuan pertengahan toleransi).
3.10
L 3.10 L w
n
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
RPI High:
3.10
H (3.10 1.96 ) H ( n 0.632)w
n n n
dan
3.10
L (3.10 1.96 ) L ( n 0.632)w
n n n
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
RPI High:
3.10
H (3.10 3.10 ) H ( n 1)w
n n n
dan
3.10
L (3.10 3.10 ) L ( n 1)w
n n n
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
X X
3.10 3.10
L (3.10 w / n ) (3.10 w / n ) H
T
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
P Misalkan harga rata-rata berubah dengan tendensi membesar maka
operator mesin harus mengatur (menyeting) supaya menghasilkan produk
dengan rata-rata sampel “pertama” pada batas atur bawah.
P Pada saat ini kemungkinan menghasilkan produk di bawah dari batas
toleransi bawah adalah 0.1% (dari keseluruhan produk yang dihasilkan dari
saat penyetingan mesin sampai saat pengambilan sampel pertama).
P Kemudian proses dibiarkan berjalan terus yang dibarengi dengan
pengambilan sampel secara berkala dan dicek dengan mem-plot pada
diagram kontrol, sampai akhirnya dihentikan saat ditemukan sampel yang
rata-ratanya berada di dekat batas kontrol atas.
P Saat ini berarti 0.1% produk yang dihasilkan dari saat pengambilan
sampel sebelum sampel terakhir sampai dengan sampel terakhir berpotensi
memiliki ukuran di atas batas toleransi atas.
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Berarti proses harus berketepatan tinggi dengan RPI yang jauh lebih
tinggi dan menggunakan acuan batas kontrol untuk tingkat
keyakinan bilateral 99.99% (memakai u.99995=3.90).
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
3.90
L 3.90 L w
n
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
3.90
H (3.90 1.96 ) H ( n 0.503)w
n n n
dan
3.90
L (3.90 1.96 ) L ( n 0.503)w
n n n
Modifikasi Suseno, MEPS 2010
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
3.90
H (3.90 3.90 ) H ( n 1)w
n n n
dan
3.90
L (3.90 3.90 ) L ( n 1)w
n n n
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
= w / n
RPI tinggi dengan asuransi
tinggi (batas kontrol bilateral
99.99%).
Bagi diagram kontrol 0
jangkauan tetap menggunakan 1.96 /%n RPI T / w 1.96 /%n
batas bilateral 95% dan 3.90 /%n RPI > RPI medium 6.20 / n 3.90 /%n
99.8%. >0 >0
X X
3.90 3.90
L (3.90 w / n ) (3.90 w / n ) H
T
Modifikasi
Batas-batas Toleransi
Cara 2:
Batas-batas Toleransi
Cara 2: Daerah penolakan
4.0
L (4.0 3.10 ) L ( n 0.775)w
n n n