Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

I. JENIS KASUS
Syok Kardiogenik adalah merupakan suatu keadaan penurunan curah jantung dan
perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular yang adekuat, sehingga
menyebabkan hipoksia jaringan ( Hochman, 2009)
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya
hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria
hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari 90
menit) dan bekurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan
kapiler paru (>15 mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut
(Hollenberg, 2004).
II. FOKUS ASSESMENT

Non Koroner ( kardiomiopati, miokarditis,


Koroner ( IMA )
regurgitasi mitral akut, insufisiensi katup
aorta akut )

Neksrosis pada miokardial

Cardiac Output

Mekanisme Volume Sistemik Mekanisme


kompensasi renin darah vascular kompensasi
aldosterone ADH resisten pelepasan
katekolamin

Udem pulmo
Preload, stroke
volume, heart
rate dan TD
Dyspnea

Kebutuhan
Pola nafas oksigen otot
tidak efektif jantung

Gangguan
Cardiac output afterload
dan fraksi ejeksi

Tekanan darah
Perfusi jaringan sistemik

Penurunan curah
Suplai darah ke
jantung
otak berkurang

Gangguan perfusi
jaringan cerebral
III. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Penurunan Setelah 1. Cardiac care a. S1 dan S2
curah jantung dilakukan a. Auskultasi suara mungkin lemah
berhubungan asuhan jantung karena
dengan keperawatan b. Pastikan level menurunnya kerja
pompa. Irama
afterload selama 3 x aktivitas yang tidak
Gallop umum (S3
24 jam, mempengaruhi kerja dan S4) dihasilkan
terdapat jantung yang berat sebagai aliran
perbaikan c. Atur periode aktivitas darah kesermbi
penurunan dengan istirahat yang disteni.
curah untuk menghindari Murmur dapat
jantung kelelahan menunjukkan
d. Monitor TTV secara Inkompetensi/
teratur stenosis katup
e. Monitor b. Mengurangi beban
kardiovaskuler status kerja jantung
f. Lakukan penilaian c. Mengurangi beban
komprehensif kerja jantung
sirkulasi perifer d. Mengetahui status
(edema, CRT, warna, hemodinamik klien
temperature dan nadi e. Memantau
perifer hemodinamik dan
g. Pantau tes tanda – tanda syok
laboratorium seperti f. Pulsa lemah hadir
hitung darah lengkap, dalam volume
kadar natrium, dan stroke dan curah
kreatinin serum. jantung yang
berkurang. Isi
ulang kapiler
kadang lambat
atau tidak ada
g. Pekerjaan darah
rutin dapat memberi
wawasan tentang
etiologi gagal
jantung dan tingkat
dekompensasi.
Tingkat natrium
serum yang rendah
sering diamati
dengan gagal
jantung lanjut dan
bisa menjadi tanda
prognostik yang
buruk. Tingkat
kreatinin serum
akan meningkat
pada pasien dengan
gagal jantung parah
karena perfusi
menurun ke ginjal.
Kreatinin juga dapat
meningkat karena
inhibitor ACE.
2 Gangguan Setelah a. Monitor TTV a. Untuk mengetahui
perfusi dilakukan b. Monitor AGD, ukuran keadaan umum
jaringan asuhan pupil, ketajaman, pasien sebagai
serebral bd keperawatan kesimatrisan dan reaksi standar dalam
selama 3 x c. Monitor adanya menentukan
24 jam d diplopia, pandangan intervensi yang
kabur, nyeri kepala tepat
d. Monitor level b. Reaksi pupil diatur
kebingungan dan oleh saraf cranial
orientasi okulomotor (III)
e. Monitor tonus otot berguna untuk
pergerakan menentukan
f. Monitor tekanan apakah batang otak
intracranial dan respon masih baik.
neurologis Ukuran/ kesamaan
g. Catat perubahan pasien ditentukan oleh
dalam merespon keseimbangan
stimulus antara persarafan
h. Monitor status cairan, simpatis dan
turgor kulit, dan parasimpatis.
membrane mukosa Respon terhadap
i. Pertahankan parameter cahaya
hemodinamik mencerminkan
j. Tinggikan kepala 450 fungsi yang
terkombinasi dari
saraf kranial
optikus (II) dan
okulomotor (III).
c.
d.
e.
f.
g.
h. Bermanfaat sebagai
ndikator dari cairan
total tubuh yang
terintegrasi dengan
perfusi jaringan.
Iskemia/trauma
serebral dapat
mengakibatkan
diabetes insipidus.
Gangguan ini dapat
mengarahkan pada
masalah hipotermia
atau pelebaran
pembuluh darah
yang akhirnya akan
berpengaruh
negatif terhadap
tekanan serebral.
i.
j. Meningkatkan
aliran balik vena
dari kepala
sehingga akan
mengurangi
kongesti dan
oedema atau resiko
terjadinya
peningkatan TIK.
3 Pola napas Setelah a. Posisikan pasien untuk a. Untuk
tidak efektif dilakukan memaksimalkan memudahkan
bd tindakan ventilasi ekspansi
keperawatan b. Pasang mayo bila perlu paru/ventilasi paru
selama 3 x24 c. Keluarkan sekret b. menurunkan
jam dengan batuk atau adanya
diharapkan suction kemungkinan lidah
klien : d. Auskultasi suara nafas, jatuh yang
catat adanya suara menyumbat jalan
tambahan napas.
e. Lakukan fisioterapi c. Penghisapan
dada jika ada indikasi. biasanya
f. Berikan bronkodilator dibutuhkan jika
g. Monitor respirasi dan pasien koma atau
status O2 dalam keadaan
h. Bersihkan mulut, imobilisasi dan
hidung dan secret tidak dapat
trakea membersihkan
i. Observasi adanya tanda jalan napasnya
tanda hipoventilasi sendiri.
j. Monitor adanya Penghisapan pada
kecemasan pasien trakhea yang lebih
terhadap oksigenasi dalam harus
k. Monitor vital sign dilakukan dengan
ekstra hati-hati
karena hal tersebut
dapat
menyebabkan atau
meningkatkan
hipoksia yang
menimbulkan
vasokonstriksi yang
pada akhirnya akan
berpengaruh cukup
besar pada perfusi
jaringan.
d. Untuk
mengidentifikasi
adanya masalah
paru seperti
atelektasis,
kongesti, atau
obstruksi jalan
napas yang
membahayakan
oksigenasi cerebral
dan/atau
menandakan
terjadinya infeksi
paru.
e. Walaupun
merupakan
kontraindikasi pada
pasien dengan
peningkatan TIK
fase akut tetapi
tindakan ini
seringkali berguna
pada fase akut
rehabilitasi untuk
memobilisasi dan
membersihkan
jalan napas dan
menurunkan resiko
atelektasis/komplik
asi paru lainnya.
f. bronkodilator
sebagai pengencer
dahak dan oksigen
memberi
kemudahan klien
dalam bernafas.
g.
h.
i.
j.
k. Untuk mengetahui
keadaan umum
pasien sebagai
standar dalam
menentukan
intervensi yang
tepat

IV. BUKU SUMBER

Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series. Wiley-
Blackwell. Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai