Anda di halaman 1dari 7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pengiris Bawang


Mesin pengiris bawang adalah salah satu alat yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan hasil produksi irisan bawang,mesin pengiris bawang ini menggunakan
energi listrik yang kecil dan harganya juga relatif murah sehingga juga dapat
dilakukan di desa-desa terutama pada sentra-sentra industri kecil. Pada saat ini
masih banyak alat pengirisan yang masih berkapasitas besar dan tidak dapat
digunakan oleh industri rumahan. Pada mesin-mesin yang terdapat dipasaran
menggunakan konstruksi bahan campuran seperti besi pada rangka bagian luar yang
dapat mengakibatkan terjadinya kontanimasi pada bahan baku yang diiris dan tidak
diperhatikannya sarana untuk membersihkan alat tersebut. Dengan adanya
kelemahan di atas maka dibutuhkan alat pengiris bawang menggunakan motor
listrik berdaya kecil sebagai penggerak,menggunakan konstruksi bahan yang
sama,menyeragamkan hasil irisan sehingga alat pengiris bawang ini dapat
digunakan oleh industri rumahan dan memperkecil terjadinya kontanimasi pada
bahan baku yang akan diiris.
Setelah mengamati dan mempelajari lebih lanjut dari latar belakang masalah
yang ada,bagaimana mengahasilkan rancang bangun alat pengiris bawang dengan
hasil irisan yang seragam dengan menggunakan perbedaan sudut kemiringan pada
pisau. Mengiris dan memotong merupakan pekerjaan yang sering dilakukan dalam
penangan pascapanen produk pertanian. Dalam skala kecil pekerjaan tersebut dapat
dilakukan secara manual dengan pisau atau alat pemotong lain. Permasalahan akan
muncul jika produk yang akan diiris tersedia dalam jumlah banyak. Untuk
keperluan ini,mesin pengiris berkapasitas tinggi tentu sangat dibutuhkan. Setiap
perencanaan rancang bangun alat memerlukan pertimbangan-pertimbangan
bahan, agar bahan yang digunakan sesuai dengan beban yang direncanakan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan adalah sifat
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

mekanis bahan,dalam perencanaan harus mengetahui sifat mekanis bahan sehingga


dapat mengetahui kemampuan bahan dalam menerima beban,tegangan,gaya yang
terjadi dan lain-lain. Sifat mekanis bahan berupa kekuatan tarik,tegangan
geser,modulus elastisitas dan lain-lain.
2.2 Kekuatan Rangka
Suatu konstruksi atau suatu rangka bertugas mendukung beban atau gaya yang
bekerja pada sebuah sistem tersebut. Beban tersebut harus ditumpu dan diletakan
pada peletakan–peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya. Beberapa
peletakan antara lain:
A. Tumpuan Rol
Tumpuan Rol adalah tumpuan yang dapat menahan gaya tekan yang arahnya
tegak lurus bidang tumpuanya. Tumpuan rol tidak dapat menahan gaya yang
arahnya sejajar dengan bidang tumpuan dan momen.

Gambar 2.1 Tumpuan Rol


B. Tumpuan Sendi
Tumpuan Sendi adalah tumpuan yang mampu menahan gaya yang arahnya
sembarang pada bidang tumpuan. Tumpuan sendi dapat menumpu gaya yang
arahnya tegak lurus maupun sejajar dengan bidang tumpuan.

Gambar 2.2 Tumpuan Sendi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

C. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat meneruskan segala gaya dan momen.

Gambar 2.3 Tumpuan Jepit


Dalam perhitungan kekuatan rangka akan diperhitungkan gaya luar dan gaya dalam:
1. Gaya luar
Adalah gaya yang bekerja diluar konstruksi. Gaya luar dapat berupa gaya
vertikal, gaya horizontal, momen lentur dan momen puntir. Pada persamaan
statis tertentu untuk menghitung besarnya gaya yang bekerja harus memenuhi
syarat kesetimbangan :
∑ =0
∑ =0
∑ =0
2. Gaya dalam
Adalah gaya – gaya yang bekerja didalam konstruksi sebagai reaksi terhadap
gaya luar. Reaksi yang timbul antara lain sebagai berikut :
a. Gaya normal (N)
Gaya normal merupakan gaya yang bekerja sejajar dengan bidang gaya.

Gambar 2.4 Tanda untuk gaya normal


b. Gaya geser (S)
Gaya geser merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja tegak lurus
terhadap bidang gaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Gambar 2.5 Tanda untuk gaya geser


c. Momen lentur (M)
Momen lentur adalah gaya perlawanan dari beban sebagai penahan
lenturan yang terjadi pada balok / penahan terhadap kelengkungan.

Gambar 2.6 Tanda untuk momen


2.3 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu sambungan yang permanen yang mana berasal dari
peleburan dari dua bagian yang digabungkan bersama, dengan atau tanpa penggunaan
penekanan dan pengisian material. Panas yang dibutuhkan untuk meleburkan material
berasal dari nyala api pada las asitelin atau las busur listrik pada las listrik. Pada
proses pengerjaan proyek akhir ini menggunakan Las listrik untuk membuat rangka
dan spot welding untuk membuat cover.
Jenis – jenis sambungan las antara lain seperti pada gambar 2.7 berikut ini.

Gambar 2.7 Jenis sambungan las


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Keterangan:
a. Sambungan las datar
b. Sambungan las sudut luar
c. Sambungan las tumpang
d. Sambungan las T
Biasanya sebelum dilalukan pengelasan busur listrik benda kerja dibuat kampuh atau
alur las seperti pada gambar 2.8 dibawah ini.

Gambar 2.8 Bentuk alur/kampuh las


Keterangan:
a. sambungan langsung / tanpa kampuh
b. sambungan V tunggal
c. sambungan U tunggal
d. sambungan V ganda
e. sambungan U ganda
Perhitungan dalam perencanaan las.
Panjang las minimum dalam proses pengelasan (l)
P = 1.414 s x l x ........................................................................................(2.1)
dimana :
l = panjang pengelasan (mm)
P = beban yang bekerja (N)
s = Tebal plat (mm)
= tegangan geser ( ⁄ )

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Menghitung tebal las dari bentuk pengelasan yang dipakai seperti pada gambar 2.9
ini.

Gambar 2.9 Bentuk pengelasan rangka


Dari gambar diatas maka dapat diuraikan pusat titik beratnya

x= ..................................................................................................(2.2)

y= .................................................................................................(2.3)

maka,
r1 = BG = l – x ........................................................................................(2.4)
r2 = √ ................................................................................(2.5)
cos = ..............................................................................................(2.6)

keterangan:
l = lebar plat (mm)
b = tebal plat (mm)
= jarak beban dengan pusat titik berat (mm)
= jarak beban dengan pusat titik berat (mm)
= sudut maksimum pengelasan
Menghitung momen inersianya (I)

I=t …......................................................................................(2.7)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Keterangan:
I = momen inersia (mm4)
t = tebal las (mm)
Menghitung gaya geser ( )

= ...........................................................................................................(2.8)

Dimana
A = t . l + t . b ..............................................................................................(2.9)
Dan
= ...............................................................................................(2.10)

Keterangan :
= gaya geser normal / tegak lurus ke arah gravitasi ( N/mm2)
= gaya geser tegak lurus ke arah G / sesuai momen akibat dari pembebananya
(N/mm2)
P = gaya yang membebani ( N )
A = throat area ( mm )
e = jarak gaya dengan pusat titik berat G ( mm )
r2 = radius las (mm)
Resultan untuk tegangan geser maksimal
=√ ...........................................................(2.11)

commit to user

Anda mungkin juga menyukai