Psikiatri
Psikiatri
Alkohol
Tindakan alkohol pada receptor opiate juga ditunjukkan pada gambar 19-24. Neuron
opiate muncul dalam arcuate nucleus dan dibangun pada VTA, membuat synapses
pada neuron glutamate dan GABA. Hasil bersih dari tindakan alkohol pada synapses
diduga menjadi pelepasan DA dalam nucleus accumbens (gambar 19-24). Alkohol
akan melakukan ini dengan secara langsung bertindak terhadap receptor mu opiate
atau dengan melepaskan kecanduan endogen seperti enkephalin. Tindakan alkohol
ini menciptakan dasar pemikiran untuk menghambat receptor mu opiate dengan
antagonist seperti naltrexone (gambar 19-25 dan 19-26).
Beberapa agen terapi memanfaatkan pharmacology yang diketahui dari alkohol dan
disetujui untuk mengobati ketergantungan alkohol. Salah satunya, naltrexone,
menghambat receptor mu opiate (gambar 19-25 dan 19-26). Untuk penyalahgunaan
candu, receptor mu opiate secara teoritis juga berkontribusi pada euforia dan
“mabuk” pada minuman keras berlebihan. Ini tidak mengejutkan bahwa antagonist
mu opiate akan menghambat kesenangan dari minum-minuman keras dan
meningkatkan penahanan nafsu dengan tindakannya pada sirkuit reward (gambar
19-26). Teori ini didukung oleh percobaan klinis yang menunjukkan bahwa
naltrexone tidak hanya meningkatkan kesempatan untuk menahan nafsu dari
alkohol tetapi juga mengurangi minum-minuman keras berlebihan.
Apa itu “minuman keras berlebihan” dan bagaimana ini berkebalikan dengan ide dari
“minum dengan resiko-kecil” (tabel 19-24)? Idenya disini adalah pada perjalanan
untuk pulih, pemabuk akan mengurangi minuman mereka sebelum mereka menjadi
tidak bernafsu pada alkohol. Meski konsep ini ditolak oleh banyak ahli alkohol,
pharmacology dari antagonist opiate dan hasil dari percobaan klinis atas naltrexone
dalam ketergantungan alkohol menyatakan bahwa ide ini bisa dipertimbangkan.
Yakni, pemabuk didefenisikan minum lebih dari lima gelas per hari untuk pria dan
lebih dari empat gelas per hari untuk wanita (tabel 19-4). Minum dengan resiko-kecil
meminta tidak hanya minum kurang dari jumlah diatas tetapi juga menghindari pola
prilaku pathology tertentu dari minum beralkohol (tabel 19-4). Beberapa pasien yang
minum beralkohol berlebihan menjadi tidak bernafsu dengan antagonist mu opiate
naltrexone, tetapi pasien lain lebih berkurang episode mabuk-mabukan, dan
sewaktu mereka minum mereka minum dengan resiko-kecil. Apakah hasil ini
diinginkan atau dapat bertahan? Akankah pasien dengan minum beresiko-kecil yang
menggunakan naltrexone akhirnya tidak bernafsu? Sayangnya, tidak ada studi jangka
panjang untuk menjawab pertanyaan ini.
Jelas konsep ini tidak begitu menangkap imajinasi dari komunitas psycho-
pharmacology karena ada sedikit penggunaan naltrexone secara oral atau bahkan
dalam sistem pemberian bulanan yang tampak disesuaikan untuk sistem reward
reflektif yang tidak sempurna. Nihilisme terapi untuk pengobatan alkohol dengan
agen psycho-pharmacology yang tersedia cukup tinggi, sama seperti untuk
pengobatan merokok. Nalmefene adalah antagonist mu opioid lain yang juga diuji
pada alkoholik untuk menentukan apakah ini menurunkan nafsu.
Nihilisme terapi juga digunakan untuk penggunaan agen lain yang disetujui untuk
mengobati ketergantungan alkohol, termasuk acamprosate (gambar 19-28), dimana
pabrikan US sangat membatasi usaha promosi karena kurangnya penggunaan agen
ini oleh komunitas psycho-pharmacology. Acamprosate adalah turunan dari taurine
asam amino dan berinteraksi dengan sistem glutamate untuk menghambatnya dan
dengan sistem GABA untuk meningkatkannya; ini seperti bentuk dari “alkohol
buatan” (bandingkan gambar 19-28 dan 19-22). Jadi sewaktu alkohol dikonsumsi
terus-menerus dan kemudian berhenti, perubahan adaptif yang disebabkannya
dalam sistem glutamate dan GABA menciptakan keadaan rangsangan-berlebihan dan
bahkan excitotoxicity/kehancuran sel saraf di serta kekurangan GABA. Terlalu banyak
glutamate bisa menyebabkan kerusakan neuronal, sebagaimana dibahas di bab 2
dan digambarkan pada gambar 2-35 dan 2-36 dan juga di bab 9 dan digambarkan
pada gambar 9-46 sampai 9-52.
Disulfiram adalah obat klasik untuk mengobati ketergantungan alkohol. Ini adalah
penghambat yang tidak bisa diubah dari aldehyde dehydrogenase, dan sewaktu
alkohol di cerna, menghasilkan pengembangan level racun dari acetaldehyde,. Ini
menciptakan pengalaman tidak suka, dengan kondisi sakit perut, mual, muntah, dan
hipotensi/darah rendah, diharapkan membuat kondisi pasien merespon negatif pada
alkohol. Jelas, kerelaan adalah masalah pada agen ini, dan reaksi obat ini yang tidak
disukai terkadang berbahaya.
Opiate/candu
Opiate bertindak sebagai neuro-transmisi yang dilepaskan dari neuron yang muncul
dalam arcuate nucleus [kumpulan neuron] dan dibangun pada VTA dan nucleus
accumbens dan melepaskan enkephalin (gambar 19-30). Secara alami kecanduan
endogen yang muncul bertindak atas beragam sub-jenis receptor. Tiga receptor
paling penting adalah receptor mu, delta, dan kappa (gambar 19-31). Otak membuat
tersendiri/unik beragam zat seperti-opiate/candu endogen, terkadang merujuk
sebagai “morfin dari masing-masing otak.” Ini semua adalah peptide yang diturunkan
dari protein pelopor yang disebut POMC (pro-opimelanocortin), proenkephalin, dan
prodynorphin (gambar 19-31). Bagian-bagian dari protein pelopor ini dipecah untuk
membentuk endorphin atau enkephalin, disimpan dalam neuron opiate dan mungkin
dilepaskan selama neuro-transmisi untuk meredakan tindakan seperti-candu
endogen, termasuk peranan dalam meredakan dorongan dan kesenangan dalam
sirkuit reward (gambar 19-30 dan 19-31).
Candu endogen dalam bentuk pereda-rasa sakit (seperti codeine atau morphine)
atau obat-obatan terlarang (seperti heroin) juga diduga bertindak sebagai antoganist
pada receptor opiate mu, delta, dan kappa, terutama pada lokasi mu. Pada dan
diatas dosis pereda-rasa sakit, opiate mendorong euforia, yakni sifat dorongan
utama mereka. Opiate juga mendorong euforia yang sangat intens tetapi singkat,
terkadang disebut “serangan”, diikuti dengan rasa ketenangan yang sangat besar,
Gambar 19-23. Tindakan alkohol pada sirkuit reward. Gambar diatas adalah sistem
reward reaktif yang terdiri dari area ventral tegmental (VTA), lokasi dopamine dan
area dimana banyak project/bangunan neuro-transmitter, nucleus accumbens,
tempat bangunan neuron dopaminergic; dan amygdale (kiri ujung), yang memiliki
koneksi dengan VTA dan nucleus accumbens. Alkohol meningkatkan neuro-transmisi
GABA dalam VTA dan mengurangi neuro-transmisi glutamate dalam VTA dan nucleus
accumbens. Sebagai tambahan, alkohol menyebabkan stimulasi langsung atau tidak
langsung pada kecanduan dan receptor cannabinoid dalam VTA dan nucleus
accumbens.
Gambar 19-24. Detail tindakan alkohol dalam ventral tegmental area (VTA).
Synapses saraf candu dalam VTA dengan GABA-ergic [reaksi] inter-neuron dan
dengan terminal saraf presynaptic. Tindakan menghambat kecanduan pada receptor
mu opioid menyebabkan pelepasan dopamine dalam nucleus accumbens. Alkohol
secara langsung bertindak terhadap mu receptor atau menyebabkan pelepasan
kecanduan endogen seperti enkephalin. Alkohol juga bertindak pada receptor
presynaptic glutamate metabotrophic (mGluRs) dan saluran kalsium sensitif-voltage
presynaptic (VSCCs) untuk menghambat pelepasan glutamate. Akhirnya, alkohol
meningkatkan pelepasan GABA dengan menghambat receptor presynaptic GABA-B
dan melalui tindakan langsung atau tidak langsung pada receptor GABA-A.
Gambar 19-25. Ikon naltrexone. Gambar disamping adalah ikon untuk naltrexone,
yang menghambat receptor mu opioid dan digunakan dalam pengobatan
ketergantungan alkohol.
Gambar 19-26. Tindakan naltrexone dalam area ventral tegmental. Neuron opiate
dari synapses dalam VTA dengan GABA-ergic inter-neuron dan dengan terminal saraf
presynaptic dari neuron glutamate. Alkohol bertindak secara langsung terhadap
receptor mu atau menyebabkan pelepasan candu endogen seperti enkephalin;
dalam kasus apapun, hasilnya peningkatan pelepasan dopamine ke nucleus
accumbens. Naltrexone adalah antagonist receptor mu opiate; jadi ini menghambat
pengaruh kesenangan dari alkohol yang diredakan oleh receptor mu opiate.
Gambar 19-28. Acamprosate adalah turunan dari taurine asam amino dan, seperti
alkohol, keduanya mengurangi penguatan neuro-transmisi glutamate dan
meningkatkan hambatan neuro-transmisi GABA.