TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plumbum
air, debu dan tanah. Plumbum atau bentuk persenyawaannya berasal dari
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, emisi industri dan dari penggunaan
cat bangunan yang mengandung plumbum. Di alam plumbum terdapat dalam dua
bentuk yaitu gas dan partikel. Plumbum yang terbanyak di udara adalah plumbum
anorganik dan terutama berasal dari pembakaran tetraethyl plumbum (TEL) dan
bermotor. Selain sumber-sumber di atas, logam berat ini juga terdapat pada gelas,
pewarna, keramik, pipa, pelapis kaleng tempat makanan, beberapa obat tradisional
dan kosmetik (Tong, et al., 2000). Pakar lingkungan sependapat bahwa plumbum
1993).
sebagai mineral seperti galena, serusit, mimetit dan piromorpit. Sejumlah besar
Plumbum mempunyai berat molekul 207,2 dengan titik didih 1740ºC dan titik
lebur 327,4ºC. Plumbum asetat, plumbum nitrat dan plumbum klorat larut di
dalam air, tapi bentuk garam lainnya sangat tidak larut kecuali ada beberapa yang
suatu radikal bebas, juga akan dapat menurunkan ketersediaan zat antioksidan
al., 2001).
kenaikan yang mencolok ini dapat berasal dari cerobong asap pabrik hingga
dalam atmosfer dapat berbentuk gas dan partikulat. Emisi plumbum juga dapat
menggunakan plumbum seperti pada industri cat menggunakan PbO, pada industri
dan plumbum naftenat digunakan sebagai pengering pada industri kain katun, cat,
tinta, cat rambut, insektisida, amunisi dan kosmetik. Plumbum juga digunakan
pula sebagai zat warna seperti plumbum karbonat dan plumbum sulfat sebagai zat
warna putih dan plumbum kromat sebagai krom kuning, krom jingga, krom merah
dan angin.
berkaitan dengan plumbum, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam
otak, ginjal, hati, sistem saraf, sel darah merah maupun organ lainnya. Pada janin
dan anak-anak kandungan plumbum dalam jumlah kecil juga telah dapat merusak
yang merokok dan menghirup asapnya akan terpapar plumbum pada level yang
lebih tinggi daripada orang yang tidak terpapar asap rokok. Rokok mengandung
2,4 μg plumbum dan 5% nya terdapat pada asap rokok (Gajawat, et al., 2006).
plumbum di dalam darah di antaranya yang dilakukan oleh I Made Djaya, et al.,
(1993) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk
bekerja di jalan raya bergantian shift pagi dan siang hari dan 20 orang bekerja di
kantor, kadar plumbum di dalam darah telah melebihi ambang batas (25 μgr/dL)
(Wirahadikusuma, 2001).
Organ-organ tubuh yang menjadi sasaran dari keracunan plumbum adalah sistem
lunak, tergantung pada cara pemaparan plumbum dan daya afinitas jaringan.
Sebagian besar plumbum akan disimpan dalam hati dan tulang setelah pemberian
(25%), ginjal (4%), sistem retikuloendotelial (3%), dinding usus (3%) dan
Efek yang disebabkan oleh keracunan plumbum pada anak-anak dan orang
sel darah, kadar 40 μ/dL mempengaruhi beberapa fungsi dari kemampuan darah
penyakit ginjal yang kronis dan gagal ginjal, sedangkan pada sistem reproduksi
yang abnormal. Pada wanita hamil jumlah yang sangat tinggi akan mengakibatkan
(Shannon, 1998).
urine atau feses karena sebagian terikat dengan protein, sedangkan sebagian lagi
konstipasi.
belum lahir menjadi peka terhadap plumbum. Ibu hamil yang terkontaminasi
kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.
berikatan secara kovalen dengan preparat besi pada asam nukleat dan protein,
pembentukan radikal bebas dengan melalui dua cara yaitu pembentukan reactive
ginjal tampak pucat pada minggu ke-14 dan 16 dan gambaran histopatologis
terlihat degenerasi hidrofik dari tingkat ringan sampai sedang pada minggu ke-12
hiperplasia dan karyomegali pada minggu ke-8, pelebaran lumen tubulus dan
obat, bahan kimia, dan logam-logam berat dalam sirkulasi sistemik dikirim ke
ginjal dalam jumlah yang besar. Zat-zat toksik akan terakumulasi dan
menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu, plumbum yang masuk ke dalam
aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi
2.2 Ginjal
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-
struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan
otot-otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke-XI dan XII sedangkan di
Ginjal mendapat aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end
dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini,
(Purnomo, 2009)
yang difiltrasi dari darah dan tubulus yang panjang tempat cairan hasil filtrasi
diubah menjadi urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal (Guyton, 2012).
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan
medula ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, di mana setiap ginjal
terdiri atas 1-4 juta nefron, sedangkan di dalam medula banyak terdapat duktuli
ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus
glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh
difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urine yang terbentuk di
glomerulus, tubulus kontraktus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa (lengkung)
henle dan tubulus kontraktus distal. Nefron dan tubulus koligens (saluran
pelvis renal (Marieb, 2010). Nefron adalah unit fungsional dari ginjal. Setiap
nefron terdiri dari dua bagian yaitu korpus renal tempat plasma darah disaring,
dan tubulus ginjal tempat cairan disaring (glomerular filtrat), terdiri dari selapis
sel epitel yang membentuk seluruh dinding kapsul glomerulus, tubulus ginjal, dan
Kapsul glomerulus terdiri dari lapisan viseral dan parietal. Lapisan viseral
terdiri atas modifikasi sel epitel skuamosa sederhana yang disebut podosit, yang
membungkus lapisan sel endotel dari kapiler glomerulus dan membentuk dinding
bagian dalam kapsul. lapisan parietal dari kapsul glomerulus terdiri dari epitel
Gambar 2.2 Gambaran skematik nefron ginjal (Atlas Histology d fiore, 2003)
2.2.2.1 Glomerulus
kapsula Bowman yang berbentuk mangkok, kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-
sel endotel, berlubang pori-pori dengan diameter kurang lebih 100 nm dan terletak
pada membran basalis. Di bagian luar membran basalis adalah epitel viseral
dilapisi oleh sel-sel epitel, dan keseluruhan glomerulus dibungkus dalam kapsula
kapsula Bowman dan kemudia masuk ke tubulus proksimal, yang terletak dalam
berdinding ganda. Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng,
dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel khusus yang disebut podosit (sel kaki)
yang letaknya meliputi kapiler glomerulus dan antara kedua lapisan tersebut
yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsular. Sel-
sel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih
banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah pada
kapsular yang terletak di antara lapisan parietal dan viseral kapsul bowman. Setiap
medula dan menjadi lengkung Henle (loop of Henle). TKP biasa ditemukan pada
potongan melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel kubus selapis dengan apeks
kemih oleh absorbsi beberapa zat dan penambahan sekresi zat-zat lain. Salah satu
fungsi utama dari TKP adalah menyekresi kreatinin, albumin, protein, karbohidrat
dan substansi asing bagi organisme seperti penisilin. Hal tersebut merupakan
Sel epitel tubulus-tubulus ginjal terutama TKP, sangat peka terhadap suatu
iskemia, maka jaringan ini akan mengalami kerusakan. Salah satu gangguan pada
ginjal akibat produksi radikal bebas yang berlebih salah satunya adalah Acute
Tubular Necrosis (ATN) yang menyerang tubulus ginjal yang disebabkan oleh
pengaruh dari racun obat atau molekul (nephrotoxic ATN) (Hanifa, 2010).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan struktur dan fungsi sel
pada ginjal adalah adanya radikal bebas. Radikal bebas merupakan salah satu
produk reaksi kimia dalam tubuh yang mempunyai reaktifitas tinggi sehingga
racun organik. Hal ini terjadi karena pada sel epitel tubulus terjadi kontak
langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel tubulus ginjal dapat
mengalami kerusakan berupa degenerasi ataupun nekrosis pada inti sel ginjal
Menurut Price dan Wilson (2005), kematian sel yang disebabkan oleh
nekrosis tubulus dapat ditandai dengan menyusutnya inti sel atau ketidakaktifan
inti sel tubulus. Sel epitel TKP sangat peka terhadap anoksia dan rentan terhadap
permukaan bermuatan listrik yang luas untuk reabsorbsi tubulus, sistem transpor
aktif untuk ion dan asam organik, kemampuan melakukan pemekatan secara
efektif, selain itu kadar sitokrom P450 yang tinggi untuk mendetoksifikasi atau
U dapat dibedakan menjadi segmen tipis dan segmen tebal. LH memiliki lubang
lebih lebar daripada tubulus kontortus distal karena dinding LH terdiri dari sel-sel
kelanjutan dari TKP, sebagian besar berjalan turun (descenden) dan bagian tebal
dibedakan.
memungkinkan pergerakan bebas air, Na+ dan Cl- sedangkan bagian ascenden
tidak permeabel terhadap air dan sangat aktif mentranspor klorida ke cairan
daerah medula sebagai akibat kehilangan natrium dan klorida. Oleh karena itu,
cairan dalam tubulus yang mencapai tubulus kontortus distal adalah hipotonik.
2003).
korteks adrenal. Sebagai respon terhadap hormon ini, sel-sel tubulus kontortus
distal (TKD) secara aktif mengabsorpsi Na dari filtrat. Fungsi TKD merupakan
cairan tubuh (Eroschenko, 2003). TKD seperti halnya TKP tempatnya terdapat di
kortek di mana perbedaannya berdasarkan ciri-ciri tertentu yaitu pada sel tubulus
kontraktus proksimal lebih besar dari pada sel tubulus distal, sel tubulus
kontraktus proksimal memiliki brush border, yang tidak terdapat pada tubulus
distal. Lumen TKD lebih besar, dan karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan
lebih kecil dari yang ada di TKP, maka tampak lebih banyak sel dan inti pada
TKD lebih pendek dan tidak begitu berkelok dibandingkan dengan TKP.
Sel-sel TKD secara aktif mereabsorpsi ion- ion Na+ dari filtrat glomerular dan
dengan ekskresi ion H+ atau K+ ke dalam filtrat atau urine tubular (Junquera, et al.,
2007).
terdiri atas sel jukstaglomerulurus dan makula densa. Sel jukstaglomerulus adalah
sekelompok sel otot polos yang telah dimodifikasi, terletak di dinding arteriol
(Eroschenko, 2003).
bagian khusus tubulus kontraktus distal yang terdapat di antara arteriol aferen dan
eferen, memiliki sel-sel tunika otot polos, inti berbentuk bulat dan sitoplasma
membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus papilaris Bellini.
Tubulus koligens merupakan unsur utama medula berjalan lurus. Tubulus koligens
yang lebih kecil dibatasi oleh epitel kubis, sedangkan garis tengah duktus koligens
atau pengenceran terakhir urine. Dinding tubulus distal dan tubulus koligens
sangat mudah ditembus air bila terdapat ADH dalam jumlah besar (Eroschenko,
2003).
penting,antara lain :
ion, yang paling penting ion natrium (Na), Ion kalium (K), Ion kalsium
(Ca), Ion klorida (Cl), Dan ion fosfat (HPO4-2) (Tortora, 2014).
(H) ke dalam urine dan meabsorpsi ion bikarbonat (HCO 3+), Yang
darah relatif konstan mendekati 300 miliosmol per liter (mOsm / liter)
(Tortora, 2014).
berguna dalam tubuh. Beberapa limbah diekskresikan dalam urine hasil dari
reaksi metabolisme dalam tubuh. Ini termasuk amonia dan urea dari
dari pemecahan fosfat kreatin di serat otot; dan asam urat dari katabolisme
2.3 Antioksidan
kerusakan sel terutama dengan mengikat radikal bebas yang ada pada sel tersebut
(Lobo, et al., 2010). Pada suatu waktu, satu molekul antioksidan dapat bereaksi
dengan radikal bebas tunggal dan mampu menetralisir radikal bebas dengan
yang berasal baik dari endogen maupun eksogen, antara lain (Sen et al., 2010) :
sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih,
beta karoten yang didapatkan dari luar tubuh. Antioksidan berdasarkan fungsinya
dapat pula dikelompokkan pula sebagai pemutus rantai seperti vitamin E, sebagai
pemulung atau tipe pereduksi dengan mentransfer atom H atau oksigen seperti
(Hariyatmi, 2004).
untuk menetralisir radikal bebas dan melindungi tubuh dari penyakit yang
tubuh melalui makanan juga memainkan peran penting untuk melindungi tubuh.
reduktase (GR) dan sistem non pertahanan enzimatik termasuk vitamin E, vitamin
antioksidan yang paling kuat. Vitamin E adalah penghenti reaksi penyebar radikal
bebas yang efisien di membran lemak, karena bentuk radikal bebas distabilkan
oleh resonansi. Oleh karena itu, radikal vitamin E memiliki kecenderungan kecil
menjadi tokoferol kuinoin yang teroksidasi sempurna. Selain itu, vitamin E dalam
menghambat aktivitas nitrit oksida (NO) endotel dan menghambat adhesi leukosit
menghambat produksi radikal bebas yang baru dan membatasi kerusakan sampai
batas area membran sel, akibat efek radikal bebas yang dapat merusak sel tubuh
peroksidasi lipid oleh radikal bebas yang dibentuk dari persenyawaan N-acetyl-p-
demikian dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi. Karena fungsinya sebagai
oksigen perusak, lipid peroksida, dan radikal bebas serta menghentikan reaksi