Kelompok 1 (Pak Surya)
Kelompok 1 (Pak Surya)
DAFTAR
ISI.............................................................................................................. iii
RUMUSAN MASALAH
Rolling dilakukan dalam dua tahap. Pertama dilakukan pada suhu yang tinggi atau
disebut hot rolling. Hot rolling dilakukan untuk mengurangi dimensi bahan baku
(ingot) secara besar-besaran. Setelah hot rolling selanjutnya dilakukan cold rolling,
yaitu pengerolan pada suhu ruang. Pada cold rolling pengurangan dimensi tidak
dilakukan secara besar-besaran karena proses ini memerlukan tenaga yang sangat
besar. Cold rolling dilaksanakan sebagai finishing untuk mencapai dimensi yang
sesuai, memperhalus permukaan benda kerja, dan meningkatkan sifat mekanis
benda kerja.
Gambar 1. Rolling
Hot Rolling
Hot rolling merupakan tahap awal dari proses pengerolan material. Hot rolling
dilakukan di atas suhu rekristalisasi. Material yang akan dirol biasanya berupa ingot
atau logam hasil penuangan (pengecoran). Material tuang memiliki struktur yang
kasar dan butir-butirnya tidak seragam. Karena struktur di dalamnya kasar dan tidak
seragam, material tuang memiliki sifat yang getas dan ada kemungkinan memiliki
lubang kecil (pori-pori). Dengan dilakukannya proses hot rolling, struktur material
tuang dapat dikonversi menjadi struktur material tempa (wrought structure). Wrought
structure memiliki butir-butir yang lebih halus dan rapi. Kondisi butir tersebut
menjadikan material bersifat lebih ductile. Di samping itu proses hot rolling juga
dapat menutup lubang-lubang kecil di dalam material.
Cold Rolling
Cold rolling atau pengerolan dingin merupakan proses akhir dari rangkaian proses
pengerolan. Cold rolling dilakukan pada suhu ruang. Karena dilakukan pada suhu
ruang, cold rolling memerlukan energi yang besar (karena material dengan suhu
ruang memiliki kekuatan yang lebih besar) dan akan menghasilkan produk dengan
sifat anisotropic.
Cold rolling bisa dibilang merupakan tahap finishing. Proses pengerolan ini
menghasilkan permukaan akhir yang lebih baik. Selain itu cold rolling juga
menghasilkan produk dengan dimensi yang lebih baik dan menghasilkan produk
dengan kekuatan serta kekerasan yang lebih tinggi.
Pelumasan
Pada hot rolling biasanya tidak menggunakan pelumasan. Hot rolling menggunakan
larutan berbasis air untuk mendinginkan rol dan memecah kerak pada benda kerja.
Pada logam non ferro biasanya diberi tambahan minyak, emulsion, dan fatty acid.
Sedangkan pada cold rolling biasanya menggunakan campuran minyak dan air, atau
pelumas dengan kekentalan rendah seperti paraffin, fatty oil, dan emulsion.
PRINSIP : Memaksa logam panas yang plastis memenuhi dan mengisi bentuk die
dengan cara penempaan. Proses ini yang diperlengkapi dengan die. Die umumnya
dibagi dua bagian dimana satu bagian diletakkan pada hammer, yang lainnya pada
anvil.
Syarat die yang digunakan harus kuat dan tangguh terhadap beban impact,keausan,
dan temperatur umumnya terbuat dari campuran baja dengan krom, molibdenum
dan nickel. Faktor yang penting dan harus diperhatikan adalah tenaga pneumatis
dan tenaga hidrolis sehingga mesin-mesin tipe steam hammer maupun air hammer
mampu bekerja sangat cepat, mudah dikontrol dan otomatis.
Pada hammer forging maupun drop forging energi yang diberikan pada saat
penempaan sebagian besar terserap oleh anvil, pondasi mesin dan permukaan luar
benda kerja sedangkan bagian dalam benda kerja belum terdeformasi. Karena itu
untuk benda kerja dengan penampang tebal dan besar digunakan press forging.
Proses forging yang dikhususkan untuk pembesaran diameter pada ujung batang
logam ditekan dalam arah memanjang. Pada dasarnya benda kerja yang diupset
berupa bar bulat, wire ataupun benda kerja berbentuk silindris.
Disini die berfungsi sebagai hammer. Proses swaging juga dapat membentuk
bentuk kerucut dan mengurangi diameter dalam maupun diameter luar penampang
Proses forging untuk mengurangi ketebalan dari bar yang berbentuk bulat atau
datar sehingga mengalami perpanjangan ke arah sumbu axisnya. Roll forging
biasanya memproduksi poros, batang taper dan pegas daun. Roll forging terdiri dari
dua roll semisilindris dengan bentuk groove sebesar 25-75 % sumbu putaran.
Klasifikasi forging berdasarkan operasi dan cetakan
1. Tempa terbuka ( open die forging)
2. Tempa bloker (blocker die forging)
3. Tempa konventional (conventional die forging)
4. Tempa tertutup ( close die forging)
— 1.Secara umum klasifikasi mesin tempa di dasarkan pada prinsip operasi tempanya
seperti misalnya mesin tempa hidraulick, mesin di batasi oleh beban atau
kemampuan mesin untuk proses pembebanan yang di batasi oleh beban atau
kemampuan mesin untuk proses pembentukan di batasi oleh kapasitas beban.
— 2. Mesin tempa press mekanik (eksentrik atau crank) di tentukan oleh panjang
langkah mesin, beban pada panjang langkah mesin(beban yang tersedia pada
mesin).
— 3. Mesin tempa hammer adalah mesin yang di batasi oleh energi, hasil deformasi
dari pemindahan energi kinetik ram mesin. Mesin tempa screw press juga
merupakan mesin yang di batasi oleh energi tetapi hampir sama dengan mesin
tempa hydraulik atau mekanik press.
— 1. Tanpa cukup panas akan memakan waktu terlalu lama dan memerlukan terlalu
banyak energi mekanik deformasi plastik.
— 2. Tanpa pukulan palu yang diterapkan dengan benar akan mengambil terlalu
banyak waktu dan memerlukan terlalu banyak panas.
1. Bagian yang ditempa memiliki elatisitas yang tinggi dan memberikan ketahanan
besar untuk benturan dan kelelahanbeban.
3. Hal ini menghasilkan penghematan besar dalam waktu, tenaga dan material
dibandingkan dengan produksi material serupa dengan memotong dari batangan
yang solid dan kemudian membentuknya.
6. Logam akan retak atau terganggu jika bekerja di bawah batas suhu tertentu.
BAB III
KESIMPULAN