normal (kontralateral).
c. Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi yang
lumpuh terlihat datar.
d. Pada fase awal, pasien juga dapat melaporkan adanya peningkatan
salivasi
4. Petugas menetapkan diagnosa Bells’palsy
Penyakit-penyakit berikut dipertimbangkan sebagai diagnosis banding,
yaitu:
Stroke vertebrabasilaris (hemiparesis alternans)
Acoustic neuroma danlesi cerebellopontine angle
Otitis media akut atau kronik
Sindroma Ramsay Hunt (adanya lesi vesicular pada telinga atau
bibir)
Amiloidosis
Aneurisma a. vertebralis, a. basilaris, atau a. Carotis
Sindroma autoimun
Botulismus
Karsinomatosis
Cholesteatoma telinga tengah
Malformasi congenital
Schwannoma n. Fasialis
Infeksi ganglion genikulatum
Penyebab lain, misalnya trauma kepala
5. Petugas memberikan KIE tentang Bells’palsy
6. Petugas memberikan penatalaksanaan Bells’palsy
a. Pengobatan inisial
- Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day
selama 6 hari, diikutipenurunan bertahap total selama 10 hari.
- Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bells’ palsy (American Academy Neurology/AAN,
2011).
- Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan
fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset awal (ANN, 2012).
- Apabila tidak ada gangguan gungsi ginjal, antiviral
(Asiklovir)dapat diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari
selama 7-10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi
800 mg oral 5 kali/hari.
b. Lindungi mata. Perawatan mata: lubrikasi okular topikal dengan air
mata artificial (tetes air mata buatan) dapat mencegah corneal
BELLS’ PALSY
No. Dokumentasi : 01/SOP/UKP/2017
No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 11 Februari 2017
Halaman :3
UPT PUSKESMAS
Emi Yuliani,SKM
SELINDUNG
NIP. 19710705 199103 2001