Anda di halaman 1dari 19

1

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA KHILAFAH


BANI UMAYYAH

Dosen pembimbing : Prof. Dr. Budiharjo, M. Ag

MAKALAH

OLEH

DIRMAN :1513610400

DEWI CITRA YANTI :1513610411

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014
2

KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan umat Islam sebagai umat
terbaik yang dibedakan dari makhluk lainnya, yang memerintahkan kepada kebaikan,
bertaqwa kepada-Nya serta melarang berbuat kemungkaran.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak
berbicara dari hawa nafsu, semua pembicaraannya didasarkan atas wahyu yang diturunkan
kepadanya, keselamatan juga semoga dilimpahkan kepada keluarganya, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat rahmat Allah yang telah diberikan kepada kami, makalah ini yang berjudul "
SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA KHILAFAH BANI UMAYYAH "
Dapat kami selesaikan, sekalipun di dalamnya masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan,
karena hanya itulah batas kemampuan kami dan karya ini tidak dapat kami selesaikan tanpa
adanya bantuan-bantuan dari pihak Iain, oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak
ternilai kepada kami haturkan kepada pihak yang telah membantu kami baik secara moril
maupun materil.

Dan untuk yang terakhir kalinya kami berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kami yang masih dalam proses belajar dan untuk orang lain secara umum agar tidak
terjerumus ke dalam jurang perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari syari'at Islam.

Semarang, 18 Januari 2014

Penulis,
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2

BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Sejarah berdirinya ........................................................................................................ 3

B. Kemajuan dibidang ekonomi ....................................................................................... 6

C. Kemajuan di bidang social budaya .............................................................................. 7

D. Kemajuan di bidang politik .......................................................................................... 7

E. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ........................................................................ 7

1. Pengembagan bahasa arab ..................................................................................... 8

2. Marbad kota pusat kegiatan ilmu ........................................................................... 8

3. Ilmu qira’at ............................................................................................................ 8

4. Ilmu tafsir .............................................................................................................. 8

5. Ilmu hadits ............................................................................................................. 8

6. Ilmu fiqih ............................................................................................................... 9

F. Perluasan wilayah Khilafah Umayyah ......................................................................... 9

G. Pola pendidikan dan pusat pendidikan ....................................................................... 10

H. Pola administrasi pemerintahan Umayyah ................................................................. 11

I. Kemunduran Bani Umayyah ...................................................................................... 11

BAB III : PENUTUP ............................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 13

B. Saran ........................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan
Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Meskipun, pada umumnya Sejarawan
memandang negatif terhadap Muawiyah dalam cara perolehan legalitas
kekuasaannya dengan cara pemberlakuan sistem monarchihereditas (kerajaan turun
temurun). Namun demikian, kontribusi Khilafah Umayyah pun tidak bisa diabaikan,
salah satunya adalah tentang expansi atau perluasan wilayah ini yang bisa dikatakan
berhasil meskipun ditengah-tengah kondisi politik yang kurang mendukung. Hal
inilah yang menyebabkan bahwa masa Khilafah Umayyah diidentikkan dengan masa
perluasan wilayah. Kejayaan Bani Umayah dimulai pada masa Abdul Malik dan
berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Sepeninggal Umar, ke
Khalifahan mulai melemah dan akhirnya tumbang. Penyebabnya adalah para Khalifah
lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum. Adapun
demikian kemajuan-kemajuan di bidang arsitektur, kesenian dan perdagangan berhasil
dicapai pada masa Bani Umayah.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahasa masalah bagaimana
sejarah berdirinya bani Umayyah, Khalifah-Khalifah pada pemerintahan Bani
Umayyah, bagaimana perkembangan ilmu pada masa itu serta penyebab kemunduran
dinasti Bani Umayyahtersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkana latar latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa
poin rumusan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Khilafah Bani Umayyah?
2. Apa saja yang diraih oleh Khilafah Bani Umayyah pada bidang ekonomi?
3. Bagaimana kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang soisal budaya?
4. Bagaimana kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang politik?
5. bagaimana kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang ilmu
pengetahuan?
6. bagaimana kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang perluasan
wilayah?
7. bagaimana pola pendidikan pada masa Khilafah Bani Umayyah?
8. bagaimana pola administratif pada masa Khilafah Bani Umayyah?
9. apa saja penyebab kemunduran Khilafah Bani Umayyah?
5

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui sejarah berdirinya Khilafah Bani Umayyah
2. Agar dapat mengetahui kemajuan yang dicapai Khilafah Bani Umayyah di
bidang ekonomi
3. Agar dapat mengetahui kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang soisal
budaya
4. Untuk dapat mengetahui kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang
politik
5. Agar dapat mengetahui kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang ilmu
pengetahuan
6. Mampu Untuk mengetahui kemajuan Khilafah Bani Umayyah di bidang
perluasan wilayah
7. Untuk dapat mengetahui pola pendidikan pada masa Khilafah Bani
Umayyah
8. Mampu mengetahui pola administratif pada masa Khilafah Bani Umayyah
9. Untuk dapat mengetahui apa saja penyebab kemunduran Khilafah Bani
Umayyah
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah
Rasyidah. Para Khalifahnya disebut al-Khulafa al-Rasyidun, (Khalifah-Khalifah yang
mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para Khalifah yang betul-betul teladan
menurut nabi. Mereka dipilih melalui proses baiat, yang dalam istilah sekarang disebut
demokratis. Setelah periode ini, kekuasaan diwariskan secara turun temurun, akan
tetapi mereka tetap menjadikan baiat sebagai legalitas kepemimpinan seorang
Khalifah. Selain itu, seorang Khalifah pada masa Khilafah Rasyidah, tidak pernah
bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan. Mereka selalu bermusyawarah
dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan, Khalifah-Khalifah sesudahnya
sering bertindak otoriter. Semasa Ali bin Abi Thalib (656-661), umat Islam dilanda
badai fitnah akibat terbunuhnya Utsman Ibn Affan. Gelombang perpecahan dan
pengkhianatan mewarnai dunia politik masa itu,hingga keKhalifahan jatuh ke tangan
Muawiyah. Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan
Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf.1
Menurut catatan Samsul Munir (2009) Muawiyah berhasil mendirikan
keKhilafahan Umayyah bukan semata-mata karena kemenangan diplomasi di siffin dan
terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Sejak semula Gubernur Suriah ini sudah memiliki
basis rasional bagi pembangunan politiknya pada masa depan.
Pertama, dukungan yang sangat kuat dari rakyat suriah dan pemuka
keluarga umayyah sendiri. Kedua, sebagai administrator Muawiyah sangat bijaksana
dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga,
Muawiyah mempunyai kemampuan yang menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan
mencapai tingkat “hilm” tingkat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekah
pada zaman dahulu.2
Menurut imam As Suyuthi dalam Tarikh Al Khulafa,3 setelah Khalifah Hasan
Bin Ali memerintah selama 6 bulan beberapa hari, Muawiyah yang mendapatkan
kekuasaan dengan tidak sah, datang menemuinya. Setelah itu, Al Hasan mengirim
utusan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah, dengan syarat setelah
Muawiyah mangkat, kekuasaan tersebut diserahkan kembali kepadanya. Muawiyah
juga diminta agar tidak menuntut apapun dari penduduk Madinah, Hijaz dan Irak atas

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004). hlm. 42
2
Syafi’I Antonio, Ensiklopedi Peradadan Islam Damaskus, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2012).
Hal. 49
3
Tabloid media umat edisi 119, Rekonsiliasi Politik Hasan Bin Ali, (Jakarta Selatan: Pusat Kajian
Islam Dan Peradaban, 2014) hal. 20
7

apa yang telah terjadi di masa pemerintahan Ayahandanya. Muawiyah juga diminta
untuk membayar hutang-hutang Al Hasan.
Muawiyah sepakat, dan terjadilah rekonsiliasi politik dalam sejarah Islam.
Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah Am Al Jama’ah (tahun rekonsiliasi).
Baik Al Hasanmaupun Muawiyah saat itu sama-sama memenuhi janjinya. Peristiwa ini
menjadi pelajaran penting dalam sejarah dan fikih Islam. Menurut para ulama,
mundurnya Al Hasanyang dilihat dan didengarkan oleh para sahabat, sekaligus
menjadi dalil tentang kebolehan seorang Khalifah yang sah mundur, demi
kemaslahatan yang lebih besar, yaitu penyatuan umat Islam.
Selain itu, penyerahan kekuasaan dari Al Hasan kepada Muawiyah yang
asalnya mendapatkan kekuasaan yang tidak sah, yang dilakukan dihadapan para
sahabat, dan mereka dengarkan, sementara tidak ada penolakan dari mereka. Menjadi
dalil lain, bahwa setelah peristiwa rekonsiliasi ini, maka kekuasaan dari al hasan, yang
nota bene adalah Khalifah yang sah, kepada Muawiyah dengan suka rela.
Meskipun, pada umumnya Sejarawan memandang negatif terhadap Muawiyah
dalam cara perolehan legalitas kekuasaannya secara tidak sah dan dengan dengan cara
pemberlakuan sistem monarchihereditas (kerajaan turun temurun) dalam pergantian
keKhalifahan. Akan tetapi satu hal yang perlu dipahami bahwa sistem pemerintahan
yang dijalankan oleh Bani Umayyah pada waktu itu tetap sistem KeKhilafahan, bukan
Monarchy. Mengapa demikian? Karena mereka tetap menjadikan baiat sebagai metode
pengangkatan seorang pemimpin. Dan dalam sistem Khilafah, pemimpin tidak akan
pernah sah menduduki jabatan keKhalifahan tanpa proses baiat.
Dalam diri Khalifah wajib terpenuhi tujuh syarat sehingga ia layak menduduki
jabatan Khilafah dan sah akad baiat kepadanya dalam KeKhilafahan. Tujuh syarat
tersebut merupakan syarat in‘iqâd (syarat legal). Jika kurang satu syarat saja maka
akad keKhilafahannya tidak sah.
Pertama: Khalifah harus seorang Muslim. Sama sekali tidak sah Khilafah
diserahkan kepada orang kafir dan tidak wajib pula menaatinya, karena Allah SWT
telah berfirman:

   


   

Artinya : Allah sekali-sekali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang mukmin. (QS. An. Nisa: 141

Kedua: Khalifah harus seorang laki-laki. Khalifah tidak boleh seorang


perempuan, artinya ia harus laki-laki. Tidak sah Khalifah seorang perempuan. Hal ini
berdasarkan pada apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu Bakrah yang
berkata, ketika sampai berita kepada Rasulullah saw. Bahwa penduduk Persia telah
8

mengangkat anak perempuan Kisra sebagai raja, Beliau bersabda: Tidak akan pernah
beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan. (HR al-
Bukhari).
Ketiga: Khalifah harus balig. Khalifah tidak boleh orang yang belum balig. Hal
ini sesuai dengan riwayat Abu Dawud dari Ali bin Abi Thalib RA., bahwa Rasul Saw.
pernah bersabda: Telah diangkat pena (beban hukum, peny.) dari tiga golongan: dari
anak-anak hingga ia balig; dari orang yang tidur hingga ia bangun; dan dari orang
yang rusak akalnya hingga ia sembuh. (HR Abu Dawud).
Keempat: Khalifah harus orang yang berakal. Orang gila tidak sah menjadi
Khalifah. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. (yang artinya): Telah diangkat
pena dari tiga golongan ..., yang di antaranya disebutkan: orang gila yang rusak
akalnya hingga ia sembuh. Orang yang telah diangkat pena darinya bukanlah
Mukallaf. Sebab, akal merupakan manâth attaklîf (tempat pembebanan hukum) dan
syarat bagi absahnya aktivitas pengaturan berbagai urusan, sedangkan Khalifah jelas
mengatur berbagai urusan pemerintahan dan melaksanakan penerapan beban-beban
syariah.
Kelima: Khalifah harus seorang yang adil. Orang fasik tidak sah diangkat
sebagai Khalifah. Adil merupakan syarat yang harus dipenuhi demi keabsahan
KeKhilafahan dan kelangsungannya. Sebab, Allah SWT telah mensyaratkan— dalam
hal kesaksian, ed.—seorang saksi haruslah orang yang adil.
Keenam: Khalifah harus orang Merdeka. Sebab, seorang hamba sahaya adalah
milik tuannya sehingga ia tidak memiliki kewenangan untuk mengatur urusannya
sendiri.
Ketujuh: Khalifah harus orang yang mampu. Khalifah haruslah orang yang
memiliki kemampuan untuk menjalankan amanah KeKhilafahan. Sebab, kemampuan
ini merupakan keharusan yang dituntut dalam baiat.4
Kontribusi Khilafah Umayyah pun tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah
tentang ekspansi atau perluasan wilayah ini yang bisa dikatakan berhasil meskipun
ditengah-tengah kondisi politik yang kurang mendukung. Hal inilah yang
menyebabkan bahwa masa Khilafah umayyah Diidentikkan dengan masa perluasan
wilayah. Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani
Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun).5 Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun
dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk Abu Bakar, mengagungkan
jabatan tersebut. Dia menyebutnya, “Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa”
yang diangkat oleh Allah.6
Kekuasaan KeKhilafahan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu
kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa

4
Hizbut tahrir, Struktur Negara Khilafah, (Jakarta: HTI-Press, 2006) hal. 35
5
Istianah, Sejarah Peradaban Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008).hlm.43.
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004).hlm. 42
9

sebagai gubernur sebelumnya.7 Pemerintahan ini berdiri setelah Khilafah Rasyidah dan
ditandai dengan terbunuhnya Ali bin Thalib pada tahun 40 H/ 661M. Pemerintahan
mereka dihitung sejak Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah bin Abi
Sufyan pada tanggal 25 Rabiul Awwal 41 H/661 M.8 Pemerintahan ini berakhir
dengan kekalahan Khalifah Marwan bin Muhammad di perang Zab pada bulan jumadil
Ula tahun 132 H/ 749 M.9 Dengan demikian, pemerintahan Bani Umayyah ini
berlangsung selama 91 tahun. Pemerintahan ini dikuasai oleh dua keluarga dan
diperintah oleh 14 orang Khalifah dengan Damaskus sebagai ibukotanya.10
B. Kemajuan Di bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Umayyah berada ditangan Khalifah abdul malik bin
marwan, kurang lebih 12 tahun, kondisi Khilafah Umayyah relative stabil.11 Kondisi
ini terjadi justru karena mendapatkan dukungan Al Hajjaj, seorang panglima penakluk
mekah yang bertangan besi, memimpin wilayah timur yang merupakan provinsi yang
sangat berbahaya dari segi keamanan.sementara itu, jabatan-jabatan provinsi lainnya
diberikan kepada keluarga khalifah. Oleh karena itu, menjelang akhir pemerintahan
Abd. Malik bin Marwan, berbagai kegiatan pemerintahan berada ditang orang yang
dipercayainya.12
Dengan adanya kerjasama yang baik antara Abdul Malik bin Marwan dengan
Al Hajjaj ini menghasilkan pemerintahan yang kuat yang ditandai dengan
meningkatnya anggaran pemerintahan untuk berbagai pekerjaan umum, diantaranya
adalah pembangunan prasarana dan mesjid-mesjid di berbagai provinsi, dan yang
terbesar ialah pembangunan Doom of the Rock (Qubbah al-Sahra) di atas mesjid Al
Aqsa di Jerussalem. Pada masa itu, Hajjaj juga mengeluarkan dana yang cukup besar
untuk beberaapa pembangunan irigasi antara sungai tigris dan eufrat untuk mengairi
lahan yang tak diolah di Irak waktu itu. Upaya pembangunan prasarana di atas,
menjadikan pertanian dapat berkembang dengan pesat dengan hasil yang menonjol,
seperti gandum, padi, tebu, jeruk, kapas dan sebagainya. Demikian juga industry kulit
dan tenun mengalami kemajuan yang cukup bagus. Hasil pertanian dan perindustrian
di pasarkan sampai ke India dan Asia Tengah. Kota-kota penting seperti Damaskus,
Baghdad dan Mekah, menjadi pusat perdagangan yang sangat ramai.
Pengganti khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah anaknya yang bernama
Walid bin Abdul Malik yang mewarisi dua hal penting. Pertama, kekayaan melimpah
dari hasil berbagai penaklukan. Kedua, mata uang arab yang telah dibakukan. Karena
itu, masa pemerintahan Walid ini dipandang sebagai puncak kejayaan Khilafah
Umayyah. Sedangkan pada masa-masa kekhalifahan setelahnya mulai terlihat tanda-

7
Ibid., hal. 43
8
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana, 2003).hlm. 184
9
Ibid. hal.184
10
Ibid., hal.185.
11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004). Hal. 44-45
12
Philip K Hitti, History Of The Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974) hal. 24
10

tanda kemerosotan dan hamper tak terlihat lahi peristiwa-peristiwa penting yang dapat
dikatakan sebagai kemajuan ekonomi. Di zaman Walidlah ekspansi militer islaam
kewilayah Barat dilakukan.13
C. Kemajuan Dalam Bidang Sosial Budaya
Dalam bidang sosial budaya, Khilafah Bani Umayyah telah membuka
terjadinya kontak antar bangsa-bangsa muslim (arab) dengan negeri-negeri taklukan
yang terkenal memiliki tradisi yan luhur seperti Persia, Mesir, Eropa, dan sebagainya.
Hubungan tersebut lalu melahirkan kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni
dan ilmu pengetahuan. Dibidang seni, terutama seni bangunan (aristektur), Khilafah
Bani Umayyah mencatat suatu pencapaian yan gemilang, seperti Dome Of The Rock
(Qubah Ash-Shakhra) di Yerussalem menjadi monument terbaik yang hingga kini tak
henti-hentinya dikagumi orang. Perhatian terhadap sastra juga meningkat pada zaman
ini, terbukti dengan lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Al Ahtal, Farazdag, Jurair dan
sebagainya.
Sekalipun pada masa Khilafah Umayyah ini banyak yang memandang negatif
dari satu sisi, namun dari segi ilmiah, bahasa, sastra, dan lainnya tetap maju, menonjol
dan mengambil kedudukan yang layak. Bangsa Arab adalah ahli syair, dan para
penggemarnya baik rakyat biasa maupun rakyat yang kaya memberikan kedudukan
khusus bagi para penyair itu dengan memberikan hadiah yang cukup besar dan
memuaskan.
D. Kemajuan Di Bidang Politik
Dalam bidang politik, Khilafah Umayyah menyusun tata pemerintahan yang
sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis penasihat sebagai
pendamping, Khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang Sekretaris untuk
membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi :
1. Katib Ar rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi
dan surat menyurat dengan pembesar setempat.
2. Katib Al kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan
pengeluaran negara.
3. Katib Al jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal
yang berkaitan dengan ketentaraan.
4. Katib As syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban umum.
5. Katib Al qudat, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum
melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
E. Kemajuan Di Bidang Ilmu Pengetahuan
Menurut Jurji Zaidan sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin14,
bahwa beberapa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan antara lain :

13
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011) hal. 81
11

1. Pengembangan Bahasa Arab


Para Khalifah Bani Umayyah telah menjadikan Islam sebagai Daulah (Negara),
kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah Bahasa Arab sebagai bahasa
resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat
menyurat harus menggunakan Bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan
Bahasa Romawi dan Persia didaerah-daerah bekas jajahan mereka dan Persia
sendiri.
Pada masa itu Abul Aswad Ad-Duali (w.681 M) menyusun Gramatika Arab
dengan memberi titik pada huruf-huruf Hijayah yang semula tidak bertitik. Usaha
ini besar artinya dalam mengembangkan dan memperluas Bahasa Arab, serta
memudahkan orang membaca, mempelajari, dan menjaga barisan yang
menentukan gerak kata dan bunyi suara serta ayunan iramanya, sehingga dapat
diketahui maknanya.15
2. Marbad kota pusat kegiatan ilmu
Khilafah Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu
dinamakan Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di kota Marbad inilah
berkummpul para Pujangga, Filsuf, Ulama, Penyair, dan Cendekiawan lainnya,
sehingga kota ini diberi gelar Ukadz-nya Islam.
3. Ilmu Qiraat
Ilmu Qiraat adalah ilmu seni baca Al-Qur’an. Ilmu Qira’at merupakan ilmu
syariat tertua, yang telah dibina sejak zaman Khulafaur Rasyidin. Kemudian
Khilafah Umayyah dikembangluaskan sehingga menjadi cabang ilmu syariat
yang sangat penting. Pada masa ini lahir para ahli Qira’at ternama seperti
Abdullah bin Qushair (w.120 H) dan Ashim bin Nujud (w.127 H).
4. Ilmu tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci diperlukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan Al-Qur’an
dikalangan umat Islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang
membukukan ilmu tafsir yaitu mujahid (w.104 H)
5. Ilmu Hadits
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami al-qur’an, ternyata ada satu hal
yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan Nabi yang disebut
Hadits. Oleh karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis,
menyelidiki asal usulnya, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri
sendiri yang dinamakan ilmu hadits. Diantara para ahli hadits yang termasyhur
pada masa Khilafah Umayyah adalah Al Auzai Abdurrahman bin amru (w.159
H), Hasan Basri (w.110 H), Ibnu Abi Malikah (W.119 H), Dan Asya’bi Abu
Amru Bin Syurrahbil (w.104 H).
14
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010) hal. 133
15
Fuad. Moh. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985) hal. 46
12

6. Ilmu Fiqih
Setelah Islam menjadi Daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan
adanya peraturan-peraturan untuk menjadikan pedoman dalam menyelesaikan
berbagai masalah. Mereka kembali kepada al-qur’an dan hadits dan
mengeluarkan syariat dari kedua sumber terssebut untuk mengatur pemerintahan
dan memimpin rakyat. Al-Qur’an adalah dasar fiqih Islam, dan pada zaman ini
ilmu fiqih telah menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri. Diantara
ahli fiqih yang terkenal adalah sa’ud bin musib, abu bakar bin abdurrhaman,
qasim ubaidillah, urwah, dan kharijah.
F. Perluasan Wilayah Khilafah Umayyah
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal dengan suatu era agresif,
dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang
terhenti sejak zaman dua Khulafaur Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90
tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah
Arab, Syiria, Palestina, sebagian wilayah Anatolia, Irak, Persia, Afghanistan, India,
dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan
Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.16
Menurut Prof. Ahmad Syalabi,17 penaklukan militer di zaman Umayyah
mencangkup tiga front penting, yaitu sebagai berikut :
1. Front melawan Bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama
pengepungan di Ibukota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di
Laut Tengah.
2. Front Afrika Utara, selain menundukan daerah hitam Afrika, pasukan
muslim juga menyebrangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.
3. Front timur, menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur
ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju Utara kedaerah-daerah
diseberang sungai Jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya kearah
Selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian Barat.
Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ialah terjadi pada paruh
pertama dari seluruh masa ke Khalifahan Bani Umayyah, yaitu ketika kedaulatan
dipegang oleh Muawiyah Bin Abi Sofyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman
kekuasaan Abdul Malik. Pada masa pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar
dalam perluasan wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan.
Peristiwa paling mencolok ialah keberaniannya mengepung Konstatinopel melalui
suatu ekspedisi yang dipusatkan di Kota Pelabuhan Dardanela, setelah terlebih
dahulu menduduki pulau-pulau dilaut tengah seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia,
dan sebuah pulau yang bernama award, tidak jauh dari ibu kota romawi timur itu. Di

16
Samsul munir amin, sejarah peradaban islam, (Jakarta: AMZAH, 2010) hal. 129
17
Ahmad syalabi, sejarah dan kebudayaan islam, Jilid II (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983) hal. 124-
139
13

belahan timur, Muawiyah berhasil menaklukan khurasan sampai ke Sungai Oxus dan
Afghanistan.
Ekspansi ke timur yang dirintis oleh Muawiyah, lalu disempurnakan oleh
Khalifah abdul malik bin marwan. Di bawah komando Gubernur Irak, Hajjaj Bin
Yusuf, tantara kaum muslimin menyeberangi sungai Ammu Darya dan menundukan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Dan Samarkand. Pasukan Islam juga
melalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan, Islam
menginjakkan kakinya pertama kali di Bumi India.18
G. Pola Pendidikan dan Pusat Pendidikan
Periode Khilafah Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini
peletakan dasr-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual muslim
berkembang pada masa ini.19
Pada masa Khilafah pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki
tingkatan dan standar umur. Kajian keilmuan yang ada pada periode ini berpusat di
Damaskus, Kuffah, Mekah, Madinah, Mesir, Cordova, dan beberapa kota lainnya,
seperti : Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir).20
Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu kedokteran, filsafat, astronomi,
atau perbintangan, ilmu mantiq, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa
maupun seni suara.
Jadi pendidikan tidak hanya berpusat di madinah seperti pada masa Nabi dan
Khulafaur Rasyidin, melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring dengan
ekspansi territorial.21
Sebenarnya apa yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini sudah ada
formatnya di masa khulafaur rasyidin dan umayyah. Hal ini terlihat pada pola
pengajaran dengan system kuttab, tempat anak-anak belajar membaca dan menulis
Al-Qur’an serta ilmu agama lainnya. System ini dengan pola bertempat di rumah
guru, istana dan mesjid.
Dalam memberikan pelajaran dengan system kuttab pada masa khulafaur
rasyidin gurunya tidak dibayar, akan tetapi pada masa Khilafah Umayyah lain lagi
ceritanya. Pada periode ini berbagai kemajuan telah diperoleh, termasuk dalam
bidang ekonomi.22
Ada diantara penguasa yang membayar atau menggaji guru untuk mengajar putranya
bahkan disediakan tempat mukim untuk guru didalam istana. Disamping itu masih
ada juga yang melaksnakan pendidikan dengan cara lama, yaitu belajar dipekarangan
mesjid, terutama ini terjadi dikalangan siswa yang berlatar belakang ekonomi lemah.
Untuk model yang seperti ini, guru tidak dibayar sebagaimana system kuttab yang

18
Op.tic. hal. 130
19
Philip K Hitti, History Of The Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974) hal. 240
20
Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992) hal. 33
21
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hal. 60
22
Ibid. 61
14

telah di kemukakan sebelumnya. Adapun materi ajar yang diberikan adalah baca
tulisyang secara umum diambil dari syair atau satra arab.23
H. Pola Administratif Pemerintahan Umayyah
Muawiyah merupakan orang yang pertama kali di dalam Islam yang
mendirikan suatu departemen pencatatan (Diwanul kahatan). Setiap peraturan yang
dikeluarkan oleh Khalifah harus disalin didalam suatu register, kemudian yang asli
harus disegel dan dikirim ke alamat yang dituju. Sebelumnya, yang dikirimkan adalah
perintah-perintah yang terbuka. Pernah terjadi Khalifah memberikan 1.000 dirham
kepada seseorang dari perbendaharaan provinsi. Surat yang berisi perintah itu dicegat
ditengah jalan dan jumlahnya diubah dengan angka yang lebih tinggi.24
Pelayanan pos (diwanul barid) kabarnya telah diperkenalkan oleh Muawiyah.
Barid (kepala Pos) member tahu pemerintah pusat tentang apa yang sedang terjadi
dalam pemerintahan provinsi. Dengan cara ini, Muawiyah melaksanakannkekuasaan
pemerintah pusat. Dia membentuk dua sekretariat imperium (pusat) yang medianya
bahasa arab, dan secretariat provinsi yang menggunakan bahasa Yunani dan bahasa
Persia. Sebagai seorang administrator yang berpandangan jauh, Muawiyah
memisahkan urusan keuangan dari urusan pemerintahan. Dia mengangkat seorang
gubernur disetiap provinsi untuk melaksanakan urusan pemerintahan.25
Akan tetapi, untuk memungut pajak, di masing-masing provinsi, dia
mengangkat seorang pejabat khusus dengan gelar sohibul kharaj. Pejabat ini tidak
terikat dengan Gubernur, dan dia diangkat oleh Khalifah. Dalam masalah keuangan,
Gubernur harus menggantungkan dirinya pada sohibul kharaj, dan hal ini membatasi
kekuasaannya. Demikianlah Muawiyah mengembangkan suatu keadaan yang teratur
dari kekacauan.
I. Kemunduran Bani Umayyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:

a. System pergantian Khalifah melalui garis keturunan dan pengaturannya


tidak jelas.
b. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan
dari konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali.26
c. Pada masa kekuasaan bani umayyah, pertentangan teknis antara suku Arabia
utara (bani Qays) dan Arabia selatan (bani Kalb) yang sudah ada sejak
zaman sebelum Islam, makin meruncing.
d. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap
hidup mewah dilingkungan Istana, sehingga anak-anak Khalifah tidak

23
Samsul Nizar, Sejarah Dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Potret Timur Tengah Era
Awal dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) hal. 7
24
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hal. 105
25
Ibid. 106
26
Istianah Abu Bakar, op. cit., hlm. 58-60.
15

sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi


kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena
perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
e. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Bani Umayyah adalah
munculnya kekuasaan baru yang dipelopri oleh keturunan al-Abbas ibn Abd
Al-Muthalib.27
f. kekuasaan wilayah sangat luas dalam waktu yang singkat tidak berbanding
lurus dengan komunikasi dengan baik, menyebabkan kadang-kadang suatu
wilayah situasi keamanan dan kejadian-kejadian tidk segera diketahui oleh
pusat. Akibat komunikasi yang buruk maka sulit untuk mendeteksi gerak-
gerik lawan politik Umayah.28
Demikianlah masa pemerintahan Bani Umayyah. Sebuah masa yang penuh
dengan gerakan politik dan gerakan pemikiran. Tidak disangsikan bahwa masa
pemerintahan mereka tidak akan pernah tertandingi oleh masa yang lain dalam hal
penaklukan kota dan negeri, dan dari sisi banyaknya manusia yang memeluk Islam.
Masa pemerintahan mereka memiliki kelebihan tersendiri dalam lembaran sejarah
Islam. Patut menjadi kebanggan kaum muslimin hingga masa sekarang ini.29

27
Badri Yatim, Op. Cit. hlm. 48-49.
28
M. Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2012) hal. 139
29
Ibid Ahmad al-Usairy, Op. Cit. hlm. 212.
16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang sejarah peradaban islam pada masa Khilafah
Umayyah maka pada akhir pembahasan terakhir kali ini ada beberapa kesimpulan yang
dapat kami tarik yaitu:
1. Sejarah awal berdirinya Kekhilafahan bani Umayyah dimulai dari dengan
berakhirnya masa pemerintahan terakhir dari khulafau rasyidin yakni Ali bin Abi
Thalib yang kemudian Kekhalifahan beralih kepada anaknya Hasan bin Ali, akan
tetapi karena situasi pemerintahan sedang bergejolak, maka demi untuk
menyelematkan stabilitas keamanan Khalifah Hasan bin Ali bersedia melakukan
rekonsiliasi dengan Muawiyah bin Abi Sofyan. Dengan berkuasanya muawiyyah,
maka Kekhilafahan bani Umayyah pun dimulai dengan system pergantian khalifah
turun-temurun.
2. Kemajuan ekonomi pada pemerintahan Khilafah Bani Umayyah sangat meningkat
hal ini ditandai dengan meningkatnya anggaran pemerintahan untuk berbagai
pekerjaan umum, diantaranya adalah pembangunan prasarana dan mesjid-mesjid di
berbagai provinsi, dan yang terbesar ialah pembangunan Doom of the Rock
(Qubbah al-Sahra) di atas mesjid Al Aqsa di Jerussalem.
3. Kemajuan dibidang social budaya pada masa Khilafah Bani Umayyah telah
membuka terjadinya kontak antar bangsa-bangsa muslim (arab) dengan negeri-
negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi yan luhur seperti Persia, Mesir,
Eropa, dan sebagainya. Hubungan tersebut lalu melahirkan kreatifitas baru yang
menakjubkan dibidang seni dan ilmu pengetahuan. Dibidang seni, terutama seni
bangunan (aristektur), Khilafah Bani Umayyah mencatat suatu pencapaian yan
gemilang, seperti Dome Of The Rock (Qubah Ash-Shakhra) di Yerussalem menjadi
monument terbaik yang hingga kini tak henti-hentinya dikagumi orang.
4. Dalam bidang politik, Khilafah Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama
sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis penasihat sebagai
pendamping, Khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang Sekretaris
untuk membantu pelaksanaan tugas.
5. Menurut Jurji Zaidan sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin, bahwa
beberapa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan antara lain :
a. Pengembangan bahasa arab
b. Marbad kota sebagai pusat kegiatan ilmu
c. Pengembangan ilmu Qira’at, tafsir, hadits, fiqih dan lain sebagainya yang
bukan hanya ilmu-ilmu agama akan tetapi ilmu yang bersifat saintis pun
dikembangkan
17

6. Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal dengan suatu era agresif, dimana
perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang terhenti
sejak zaman dua Khulafaur Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90
tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara,
Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian wilayah Anatolia, Irak, Persia,
Afghanistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
7. Pola pendidikan pada masa Khilafah Umayyah bersifat desentralisasi yakni
diserahkan kepada masing-masing wilayah untuk mengembangkan model
pendidikannya. Karena pada masa itu belum ada pola yang berstandar baku.
8. Pada masa pemerintahan Muawiyah, beliau merupakan orang yang pertama kali di
dalam Islam yang mendirikan suatu departemen pencatatan (Diwanul kahatan).
Hal ini menandakan pola administratif pertama kalinya dapat tersusun secara
sistematis.
9. Terakhir, faktor-faktor kemunduran Khilafah Umayyah adalah:
a. System pergantian Khalifah melalui garis keturunan dan pengaturannya tidak
jelas.
b. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali.
c. Pada masa kekuasaan bani umayyah, pertentangan teknis antara suku Arabia
utara (bani Qays) dan Arabia selatan (bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam, makin meruncing.
d. Sikap hidup mewah yang dipraktekan oleh sebagian Khalifah
e. Munculnya entitas penguasa baru yakni Bani Abbasiyah
f. kekuasaan wilayah sangat luas dalam waktu yang singkat tidak berbanding
lurus dengan komunikasi dengan baik, menyebabkan kadang-kadang suatu
wilayah situasi keamanan dan kejadian-kejadian tidak segera diketahui oleh
pusat.
B. Saran
Demikianlah pembahasan tentang sejarah peradaban Islam pada masa Khilafah
Umayyah yang tentunya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Bagi
orang yang benci terhadap islam maka mereka akan melihat dari sebagian khalifah
yang menyimpang dari dogma kekhilafahan yang dipraktekan oleh Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin. Sebaliknya bagi yang mau bersifat objektif, maka akan
memandang bahwa memang betul bahwa pada masa pemerintahan bani Umayyah
banyak terjadi penyimpangan akan tetapi kita juga tidak bisa menutup mata dengan
berbagai kemajuan gemilang yang telah mereka persembahkan pada islam yang
sampai saat ini pun masih dapat kita rasakan.
18

Bahkan apabila kita mau objektif dengan melakukan perbandingan antara


system pemerintahan demokrasi dan Khilafah maka akan terlihat jelas perbedaanya,
dimana system demokrasi tidak mampu mengatur masyarakat yang heterogen serta
tidak mampu melindungi kaum muslimin diseluruh penjuru dunia dari berbagai macam
ancaman.
Bahkan menurut Dr. Muhammad Sayyid Al Waki (2009) sebagaimana yang
dikutip syafi’I Antonio mengatakan bahwa : “Khilafah adalah symbol persatuan
masyarakat dan wilayah islam diseluruh penjuru dunia. Dalam kondisi terlemah pun,
khilafah islamiyah jauh lebih baik bagi kaum muslimin daripada perpecahan yang
mengantarkan pada keruntuhan.” Apa yang disampaikan oleh sayyid al waki adalah
potret kaum muslimin dengan ketiadaan khilafah yang dapat melindungi mereka.
Sehingga segala keterjajahan, ketertindasan dan kemunduran dalam segala aspek
kehidupan seolah menjadi pemandangan keseharian kita. Oleh karena itu, umat islam
wajib untuk berjuang mengembalikan kehidupan Islam dalam naungan khilafah.
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX ,
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003
2. Ahmad syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Jilid II, Jakarta: Pustaka Al Husna,
1983
3. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
4. Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008
5. Fuad. Moh. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1985.
6. Hizbut tahrir, Struktur Negara Khilafah, Jakarta: HTI-Press, 2006
7. Istianah, Sejarah Peradaban Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2008.
8. Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam,Yogyakarta: Teras, 2011.
9. Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1992.
10. M. Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2012
11. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010.
12. Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009
13. Samsul Nizar, Sejarah Dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Potret Timur
Tengah Era Awal dan Indonesia, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
14. Syafi’I Antonio, Ensiklopedi Peradadan Islam Damaskus, Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012
15. Tabloid media umat edisi 119, Rekonsiliasi Politik Hasan Bin Ali, Jakarta Selatan:
Pusat Kajian Islam Dan Peradaban, 2014.
16. Philip K Hitti, History Of The Arabs, London: The Mac Millan Press, 1974.

Anda mungkin juga menyukai