Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

Teknologi ADSL telah digunakan oleh PT. Telkom sebagai salah satu produk

unggulan dalam penyediaan akses internet kecepatan tinggi dan menjadi alternatif

dari metode dial-up yang selama ini telah digunakan. Salah satu produk layanan akses

internet yang disediakan oleh PT. Telkom adalah “Speedy”. Pada saat ini performansi

layanan speedy masih kurang baik karena dalam proses pelayanannya masih banyak

terjadi permasalahan seperti : masih banyaknya gangguan yang terjadi pada saat

mengakses internet, seperti koneksi lambat , koneksi putus-putus dan bandwidth yang

tidak sesuai order. Dengan performansi layanan yang masih kurang baik ini tentu saja

menimbulkan ketidakpuasan dan keluhan pelanggan eksternal dan berdampak buruk

pada citra PT. Telkom. Untuk meningkatkan kualitas layanan ADSL, maka dilakukan

pengukuran serta perbaikan disisi jaringan kabel baik dari sisi MDF, RK (Rumah

Kabel), DP (Distribution Point), KTB (Kotak Terminal Batas) sampai roset

pelanggan.
Gambar 3.1 : Ruas Perbaikan Jarlokat Untuk Layanan Data

3.1 Data Potensi di STO Palmerah

3.1.1 Data Potensi Pelanggan ADSL STO Palmerah

Data perkembangan pelanggan telepon di STO Palmerah yang diambil

melalui tolls http://10.11.15.146/diva/index.php, adalah sebagai berikut dalam tabel :

Tabel 3.1 : Potensi Pelanggan Speedy / ADSL STO Palmerah

3.1.2 Data Gangguan Pelanggan ADSL STO Palmerah

Data perkembangan pelanggan telepon di STO Palmerah yang diambil

melalui tolls http://coc.divre2.telkom.co.id/coc/coc_ajax.php, adalah seperti pada

tabel berikut ini.

41
Tabel 3.2 : Gangguan Pelanggan Speedy / ADSL STO Palmerah

Dari Tabel 3.2 Gangguan pelanggan speedy ADSL STO Palmerah sangatlah

tinggi dan ini akan berdampak kurang baik terhadap citra PT. Telkom . Mengenai

pemuasan pelayanan pelanggan Speedy/ADSL, PT. Telkom mempunyai target waktu

didalam menyelesaikan gangguan tersebut. Berikut ini adalah salah satu contoh

laporan pelanggan yang mengeluhkan akses koneksi internet yang lambat , terputus-

purus serta tidak mendapatkan IP Public.

Gambar berikut ini adalah bentuk laporan gangguan melalui tools T3 – Online
dengan keluhan “ tidak bisa browsing “.

42
Gambar 3.2 : Laporan Pelanggan 2 Mbp Melelui T3-Online

Pada laporan diatas gangguan yang dikeluhkan adalah koneksi internetnya

yang lambat serta sering cenderung putus-putus (disconnect).

Berdasarkan laporan diatas yang akan dilakukan adalah pengukuran atau

pengecekan parameter SNR margin dan attenuation melalui tools NMS.

Dari tools ini kita bisa mengetahui nilai SNR margin dan Attenuation yang

tidak memenuhi standard parameter.

43
Gambar 3.3 : Hasil Ukur/Pengecekan Sebelum Perbaikan Untuk Layanan 2 Mbps

Dari hasil pengukuran/pengecekan diatas diketahui :

Tabel 3.3 : Hasil ukur/pengecekan sebelum perbaikan untuk layanan 2 Mbps

Parameter Status / Nilai


Current Link Status Active
Current SNR Margin (dB) 10
Current Chan Attenuation (dB) 57

Dari Tabel 3.3 diketahui nilai SNR Margin dan Line Attenuation tidak

memenuhi standar jarlokat untuk layanan ADSL. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5. Untuk tindakan selanjutanya dilakukan pengukuran-

pengukuran terhadap parameter elektris jarlokat.

44
Tabel 3.4 : Klasifikasi SNRM (Signal-to-Noise Margin)

Besar SNRM
Kualitas SNRM (Signal-to-Noise Margin)
( dB )
 Outstanding (bagus sekali)
29,0 dB ~ ke atas
 Koneksi sangat stabil
 Excellent (bagus)
20,0 dB ~ 28,9 dB
 Koneksi stabil.
 Good (baik)
11,0 dB ~ 19,9 dB
 Sinkronisasi sinyal ADSL dapat berlangsung lancar.
 Fair (cukup)
07,0 dB ~ 10,9 dB
 Rentan terhadap variasi perubahan kondisi pada jaringan.
 Bad (buruk)
00,0 dB ~ 06,9 dB
 Sinkronisasi sinyal gagal atau tidak lancar (ter-putus²).

Tabel 3.5 : Klasifikasi Line Attenuation (Redaman pada Jalur)

Besar Attenuation
Kualitas SNRM (Signal-to-Noise Margin)
( dB )
 Outstanding (bagus sekali)
00,0 dB ~ 19,99 dB
 Koneksi sangat stabil
 Excellent (bagus)
20,0 dB ~ 29,99 dB
 Koneksi stabil.
 Very Good (baik)
30,0 dB ~ 39,99 dB
 Sinkronisasi sinyal ADSL dapat berlangsung lancar.
 Good (cukup)
40,0 dB ~ 49,99 dB
 Koneksi berlangsung lancar.
 Poor (buruk)
50,0 dB ~ 59,99 dB
 Koneksi terkadang gagal atau tidak lancar (ter-putus²).
 Bad (sangat buruk)
60,0 dB ~ ke atas
 Gangguan koneksi (sinyal hilang, tidak bisa koneksi, dsb)

3.2 Parameter Elektris Jarlokat

3.2.1 Kontinuitas

Pengukuran kelurusan urat-urat kabel (urat a dan b) pada suatu pair kabel.

Memastikan bahwa secara elektris urat-urat kabel dari ujung ke ujung lainnya

45
tersambung baik, tidak terputus baik untuk kabel yang belum diinstalasi, dalam

tahapan instalasi maupun sesudah instalasi. Pengukuran kontinuitas dilakukan dapat

dilakukan dengan perangkat pair checker atau multimeter dengan metode open dan

short antar urat a dan b. Ada dua metode pengukuran, yaitu dengan menggunakan

Multimeter (AVO Meter) dan Pair Checker

Gambar 3.4 : Pengukuran Menggunakan Multimeter

Apabila kita menggunakan Multimeter, maka kontinuitas kabel ditunjukkan dengan

nilai tahanan tertentu atau dengan bunyi tone.

Gambar 3.5 : Model Pengukuran Kontinuitas Dengan Pair Checker

Kontinuitas saluran dicek dengan mengirim nada berfrekuensi 550 ± 100 Hz

yang dibangkitkan dan dipancarkan oleh alat ukur dan dipasangkan pada ujung kabel

yang satu. Nada tersebut dapat didengar dengan headphone melalui alat penerima

pada ujung kabel lainnya.

46
3.2.2 Pengukuran Tahanan Isolasi

Pengukuran nilai tahanan isolator kabel (pembungkus konduktor kabel)

terhadap kebocoran listrik yang terjadi antara urat yang diukur dengan urat lainnya

maupun antara urat yang diukur dengan pentanahan (grounding). Transmisi sinyal

informasi yang melalui konduktor kabel secara umum tidak terpengaruh terhadap

nilai tahanan isolasi. Berikut tabel yang menggambarkan Standar Tahanan Isolasi.

Tabel 3.6 : Tahanan Isolasi

Gambar 3.6 : Skema Kabel Terpotong

Gambar 3.7 : Tahanan Isolasi antar Urat Kabel

47
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan secara end-to-end jaringan. satuan/unit tahanan

isolasi adalah Ohm (Ω).

Gambar 3.8 : Model Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Insulation Tester

3.2.3 Pengukuran Redaman Saluran

Impedansi karakteristik merupakan suatu nilai redaman yang pasti ada pada

semua media transmisi, termasuk kabel tembaga. Sementara pada frekuensi kerja

sistem, kabel tembaga menghasilkan redaman saluran yang besarnya berbeda-beda

tergantung frekuensi kerjanya. Redaman pada kabel tembaga disebabkan karena

konduktivitas konduktor yang tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi

dielektrik yang berhingga (idealnya tak terhingga). Redaman ini merupakan kerugian

daya yang terjadi dalam saluran. Definisi redaman ialah nilai logaritma dari daya

sumber dibagi dengan daya yang di dapat dari pengukuran. Pengukuran ini dilakukan

untuk mengetahui kerugian daya yang terjadi dalam saluran.

Gambar 3.9 : Prinsip Pengukuran Daya Redaman Kabel

48
Gambar 3.10 : Konfigurasi Pengukuran

Pengukuran kemampuan konduktor kabel jika dilalui sinyal informasi pada

frekuensi sinyal tertentu. Dalam kalimat lain mengukur redaman saluran adalah

mengukur besarnya redaman/loss sepanjang kabel. Berbeda pada pengukuran

kontinuitas atau tahanan isolasi dimana kabel tidak dilewati sinyal informasi, maka

pada pengukuran redaman saluran, kabel akan dilewatkan suatu sinyal informasi.

Pengukuran redaman kabel dapat menggunakan perangkat oscilator (generator sinyal)

dengan level meter atau menggunakan alat ukur xDSL. Satuan/unit redaman saluran

adalah Decibell (dB). Rumus perhitungan redaman adalah sebagai berikut :

10 log / 20 log / ············ 3.1

Bila Po > Pi berarti pada saluran terjadi “Penguatan” dan sebaliknya bila

Po < Pi maka pada saluran terdapat “Redaman”.

Gambar 3.11 : Prinsip Pengukuran Daya dengan Menggunakan Oscilator dan level Meter

49
Contoh :

Apabila dikirimkan sinyal sebesar 100 mW, kemudian setelah melalui saluran

tersebut ternyata hanya diterima sebesar 10 mW. Maka pada saluran terjadi redaman

sebasar : a = log 10 = 10 log 0,1 = -10 dB 100 artinya redaman saluran itu 10 dB atau

pada oscillator di set pada +20 dBm (10 log 100mW) dan terukur pada level meter

+10 dBm, maka loss yang terjadi adalah selisih level kirim dengan daya terima adalah

10 dB. Pada beberapa alat ukur yang ada saat ini, pengukuran redaman dapat

langsung menunjukkan hasil nilai ukurnya tanpa harus dilakukan perhitungan secara

manual seperti di atas.

3.2.4 Pengukuran Tahanan Loop

Pengukuran tahanan loop adalah untuk mengetahui nilai resistansi/tahanan

murni kabel. Pengukuran tahanan loop adalah murni nilai resistansi konduktor atau

urat kabel. Pada pengukuran tahanan loop, kabel tidak dilewati suatu sinyal

informasi. Tahanan loop kadang disebut juga dengan istilah tahanan DC (DC

Resistance). Pengukuran tahanan loop dapat menggunakan perangkat multimeter.

Satuan/unit tahanan loop adalah Ohm (Ω).

Rumus tahanan jerat / loop :

. 1000
2. ················································ 3.2

Keterangan :
Rloop = Besar Tahanan (ohm/km)
L = Panjang Saluran (m)
 = Tahanan Jenis Tembaga (0,0175 mm2/m, 20C)
A = Luas Penampang Kawat (mm2)

50
Gambar 3.12 : Prinsip Pengukuran Tahanan Loop

Parameter impedansi ini penting, terutama setelah saluran atau jaringan kabel

berhubungan dengan sistem perangkat. Hal ini karena pada perangkat juga

mempunyai nilai impendansi. Impedansi saluran atau jaringan harus bersesuaian

dengan nilai impedansi perangkat untuk menghindari terjadinya sinyal informasi

terpantul balik atau terbias (refleksi) yang akan mengurangi kualitas sinyal informasi

yang dikirim atau terima. Secara praktis ada tiga metode pengukuran yang dapat

dilakukan, yaitu :

a. Mengukur Zoc (Open Circuit Impedance)

Gambar 3.13 : Pengukuran Secara Zoc

b. Mengukur Zsc (Short Circuit Impedance)

Gambar 3.14 : Pengukuran Secara Zsc

51
Untuk keperluan lain sering juga diadakan pengukuran impedansi

karakteristik dengan berbagai frekuensi. Cara pengukuran maupun alat ukurnya sama

dengan yang dipergunakan pada pengukuran diatas, namun frekuensinya diubah-ubah

mulai 250 Hz sampai 4.000 Hz dengan kenaikan 250 Hz untuk jenis layanan POTS.

Untuk jenis layanan lainnya dapat disesuaikan dengan frekuensi masingmasing. Hasil

ukurnya dibuatkan grafik, sehingga dapat diketahui pengaruh berbagai frekuensi

terhadap impedansi karakteristik. Pengukuran impedansi ini sangat perlu dilakukan

terutama pada saluran-saluran junction karena biasanya Junction akan dihubungkan

dengan perangkat sentral atau transmisi, atau repeater transmisi.

3.2.5 Signal to Noise Ratio (SNR)

SNR ( Signal to Noise Ratio ) yaitu signal yang dikirim terhadap noise,

maksudnya seberapa besar (maksimal) signal yang dikirim dari sentral sampai remote

(modem) pelanggan terhadap noise. Nilai SNR dipengaruhi oleh kekuatan signal dan

besarnya noise (gangguan). Secara kasar tanpa melihat nilai power signal dan noise,

semakin besar nilai SNR maka kualitas yang didapat akan semakin baik (bisa jadi

signalnya yang besar atau noisenya yang kecil).

Rumus SNR :

10 ···················································· 3.3

Dimana :

SNR = rasio sinyal terhadap derau (dB)


S = daya sinyal (Watt)
N = daya derau (Watt)

52
3.2.6 SNRM (SNR Margin)

SNRM (Signal to Noise Margin), adalah perbedaan (margin) atau perbandingan

relatif antara kekuatan sinyal ADSL dengan derau (noise) yang ada pada jalur

komunikasi. Perbedaan antara nilai SNR sebenarnya dari suatu jalur komunikasi

dengan SNR yang dibutuhkan oleh jalur tersebut supaya bisa dipakai untuk

menyelenggarakan komunikasi pada suatu tingkat kecepatan tertentu.

Rumus SNRM :

·················· 3.4

53

Anda mungkin juga menyukai